You are on page 1of 64

DEFLOKULASI

DAN
FLOKULASI
Pembentukan muatan elektrik

Partikel yg terdispersi dlm medium cair menjadi


bermuatan :
- Ionization/dissociation (e.g. acid/base)
- Specific adsorption of ions from the dispersion
medium
(-Difference in dielectrical constant)
(- Friction of the particle with the dispersion
medium)
SUSPENSIONS

Electrokinetic Properties
 Dispersed solid particles in a
suspension may have charge in
relation to their surrounding vehicle.
 These solid particles may become
charged through one of two situations.

.
 1) first situation is by selective
adsorption of a particular ionic
species present in the vehicle. This
may be due to the addition of some
ionic species in a polar solvent.

 2) second situation is by ionization


of functional group of the particle.
In this situation, the total charge is
a function of the pH of the
surrounding vehicle
Muatan partikel

Solid Liquid

potential
+ -
+
- - Nernst potential, Ψo
+
+
+ -
+
- Stern potential, Ψδ
+
+
+ - +
+ Zeta potential, ζ
+ -
+ - +
+
+
+
+ - + 1/κ distance
+ -
1/κ: electrical double layer (5-200 nm)
Muatan Partikel

Permukaan padatan bermuatan (+), larutan berada pada


permukaan padatan, muatan berlainan mengeliling
muatan permukaan padat → counter ion. Daerah yang
terletak sebelah dalam terdapat kelebihan ion negatif.
Diluar daerah ini, distribusi ion serbasama dan dicapai
keadaan secara elektrik netral
Muatan partikel

Potensial Nernst : perbedaan


potensial an/ permuk yang
sebenarnya dan daerah

potential
elektrik netral Nernst potential, Ψo

Potensial Zeta : perbedaan


potensial an/ permuk pd Stern potential, Ψδ
lapisan yg terikat dg erat
dan daerah elektrik netral Zeta potential, ζ

1/κ distance

1/κ: electrical double layer (5-200 nm)


Nernst potential
 The difference in electric potential
between the actual surface of the
particle and the electroneutral region
is referred to as Nernst potential
Zeta potential
 Potential difference between the
ions in the tightly bound layer and the
electroneutral region, referred to as
zeta potential
Effect adsorption of species on zeta potential

• Adsorption of polyvalent • Adsorption of surfactants


counter ions or surfactants with the same charge
with an opposite charge

potential
potential

Stern potential, Ψδ Stern potential, Ψδ

Zeta potential, ζ Zeta potential, ζ

Distance
Distance
Effect ionic strenght on double layer

κ ≈ 3,2I0,5
potential

I 0,5 ∑mi zi
= 2

I is small

I is large distance
Stabilitas sistem koloidal hidrofilik

Addition ethanol
Solvation layer disappears, particle becomes more lyophobic
+ + + +
+ +
- - - + - - - +
+ - - + - -

Double layer decreases


Addition electrolite
+ -- - + + -- - +
Double layer decreases
Addition electrolite

- -
+ -- - + + -- - +
+ + + + + +

+- - +- + +- - +- +
+- -+ +- -+
+- -+ -+
+-
+- +
-- - + - +- - - - -++
+ + + +
Addition ethanol
Solvation layer disappears, particle becomes more lyophobic
DLVO – theory (1)
(D. Derjaguin, L. Landau, E. Verwey, and J. Overbeek)

Developed for lyophobic colloids, but qualitatively


also applicable to lyophilic colloids
Repulsion

Electrostatic repulsion
Potential energy

Distance
Van der Waals force

Curves are not fully symmetrical!


Attraction
DLVO – theory (2)

Repulsion
Potential energy

Primary maximum

Distance
Secondary minimum
⇒ flocculation (reversible aggregation)

Primary minimum
⇒ coagulation (irreversible aggregation)
Attraction
Effect electrolyte on potential energy

Repulsion

I is small
Potential energy

Distance
I is large

Attraction
Effect particle size on potential energy

Repulsion

Large particles
Potential energy

Small particles
Distance

Attraction
Steric stabilization by adsorption of surfactants
or chemical coupling of water soluble polymers

∆S < 0)
Two mechanisms: - entropic effect (∆
- osmotic effect
- Example water soluble polymer: PolyEthyleneGlycol
(PEGylation, PEGnology, “stealth” particles)
- PEGylated particles (e.g. liposomes) injected in patient:
no recognition by immune system
Deflokulasi-Flokulasi

Deflokulasi dan Flokulasi yang terjadi dalam


suspensi tergantung pada :

▼ Gaya elektrostatik yang disebabkan gaya


tolak menolak pada permukaan

▼ Gaya elektrostatik yang disebabkan oleh


gaya tarik menarik dari partikel
SUSPENSIONS

Deflocculation
 Deflocculation of particles is obtained
when the zeta potential is higher than
the critical value and the repulsive
forces supersede the attractive forces.
 These deflocculated particles when
sediment form a close packed
arrangement with the smaller particles
filling the voids between the larger
ones. -SOLID HARD CAKE
Sedimentation suspension
HIGH zeta potential
Flocculation
 When this zeta potential goes below the
critical value, the attractive forces
supersede the repulsive forces and
flocculation occurs
 These loosely packed particles or floccs
settle faster than the defflocculated
particles because of their larger sizes.
 But unlike deffloculated particles this
sediment of floccs does not form solid
cake
 This sediment of floccs is easy to
redisperse by minute agitation.
Sedimentation suspension
LOW zeta potential
♦ Partikel Terdeflokulasi :
Partikel zat padat yang terdispersi secara
individu karena partikel mempunyai muatan
yang sejenis, sehingga terjadi tolak menolak
♦ Partikel Terflokulasi :
Partikel zat padat yang membentuk agregat
longgar berasal dari partikel individu
bergabung membentuk struktur seperti
jaringan
Sedimentation behavior

Deflocculated suspension Flocculated suspension


- Low sedimentation rate - High sedimentation rate
- Liquid above sediment - Liquid above sediment is
remains turbid (particles of clear (also particles
< 1 µm do not sediment due < 1 µm sediment)
to Brownian movement) - Sedimentation is build up
- Sedimentation is build up from the top
from the bottom - Loose sediment  easy to
- Compact sediment  redisperse
difficult to redisperse

Deflocculated is also referred to as peptised


Sifat Relatif Partikel Deflokulasi & Flokulasi

Deflokulasi Flokulasi
1. Partikel terpisah satu Partikel merup agregat
sama lain yang longgar
2. Kec. Sedimentasi Sedimentasi terjadi
lambat cepat
3. Endapan yg terbentuk Endapan yg terbentuk
kompak dan sukar longgar dan mudah
diredispersi (caking) diredispersi
5. Supernatan keruh Supernatan cepat bening
6. Dosis relatif homogen Produk tidak elegan
pada waktu yg lama
Structures sediment

Suspensi Deflokulasi Suspensi Flokulasi

Volume sediment Vu
Degree of sedimentation: =F =
Original volume Vo
CAKING
Adl pembentukan sedimen yang tidak dapat didispersikan
kembali dalam suatu sistem suspensi

Penyebab caking adl :


► pembentukan jembatan kristal
pertumbuhan partikel kristal permukaan terjadi pd dua
partikel a/ lebih secara serentak → mengakibatkan
pembentukan keseimbangan dari partikel-partikel kristal
yang terikat → sedimen terikat kuat
► pembentukan agregat tertutup ( koagula )
lapisan tipis permukaan pada partikel - partikel yang
terkoagulasi menyebabkan partikel-partikel yg dilapis
tipis berpegang erat satu sama lain
Settling and Aggregation

 The suspension shall form flock


loose networks of flocks
that settle rapidly, do not
form cakes and are easy
to resuspend.
 Settling and aggregation
may result in formation of
cakes (suspension) that is
difficult to resuspend or cake
phase separation
(emulsion)
Zat Pembentuk Suspensi Flokulasi
1. Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik dalam
suspensi akan mengubah zeta potensial
partikel terdispersi
contoh : Na fosfat, sitrat, NaCl, CaCl2,dll
→ terjadi jembatan an/ molekul yang
terdispersi sehingga endapan bersifat
longgar
→ Valensi ► makin tinggi valensi, makin
efektif elektrolit
2. Surfaktan

Surfaktan ionik → menetralkan muatan antara


partikel pd sistem deflokulasi

3. Polimer

Adanya hubungan linear cabang-cabang dalam


molekul yang membentuk serat lepas →
diadsorpsi pada permukaan partikel terdispersi
dan mengikat partikel dalam keadaan longgar
DLVO: Optimal Distance

Energy
No flocks can form

Repulsion
Attraction Attraction

Distance
Flokulasi terkontrol
 Flocculating agent
changes zeta-
+ potential of the
particles (it can be
Non-caking
electrolyte,
Caking Caking charged surfactant
or charged polymer
F=Vu/Vo adsorbing on a
surface).
 If the absolute
value of the zeta-
potential is too
Flocculating Agent high the system
- deflocculates
+ because of
increased repulsion
Zeta-potential and the dispersion
cakes.
Relation zeta potential-flocculation

deflocculated flocculated deflocculated


+

Degree of sedimentation
Zeta potential

[KH2PO4]

-
Bahan Pensuspensi

► Untuk memodifikasi viskositas fasa


luar dan menstabilkan zat padat yang
tidak larut dalam medium pendispersi
Bahan Pensuspensi yang Ideal

1. Dapat merubah struktur pembawa


2. Mempunyai η yg tinggi pada waktu penyimpanan
3. η tidak cepat berubah pada penyimpanan dan
pengaruh suhu
4. Tahan terhadap pengaruh elektrolit dan tidak
terurai pada rentang pH yang besar
5. Dapat bercampur dengan bahan berkhasiat dan
bahan pembantu lainnya
6. Non toksis
7. Tidak mempengaruhi kecepatan disolusi dan
absorpsi obat
Penggolongan Bahan Pensuspensi
1. Derivat Selulose
◙ Metil selulose
◙ Hidroksi metil selulose
◙ HPMC, HEC, CMC Na, Selulose mikrokristal

2. Polisakarida
◙ Gom akasia, Tragakan, Alginat, Amilum

3. Silikat terhidrasi
◙ Bentonit, Veegum ( Mg Al Silikat ), Hektorit
Sifat Aliran Suspensi

► Umumya Non Newtonian, kecuali


suspensi encer → aliran Newtonian

► Sistem dispersi ( Suspensi dan Emulsi )


→ η larutan akan berubah dg adanya
kecepatan kocok ( rate of shear )
Sistem Non Newtonian

3 Jenis Aliran

■ Plastis
→ tidak akan mengalir sampai “ shearing
stress” dicapai sebesar nilai ambang
gerak ( yield value )
→ terlihat pada suspensi dg konsentrasi
yang cukup tinggi, η pembawa tinggi,
partikel yang terflokulasi
→ adanya yield value → oleh adanya kontak
antara partikel yang berdekatan yang
harus dipecah sebelum aliran terjadi

■ Pseudoplastis

→ Zat akan mengalir jika ada tekanan kocok dan


kemiringan kurva terjadi dengan naiknya
kecepatan kocok
→ η akan turun jika kecepatan pengocokan
( rate of shear ) makin tinggi
■ Dilatan

→ η naik dengan naiknya kecepatan kocok


→ Volume material bertambah besar selama
pengocokan dan memperlihatkan terjadinya
pengentalan
■ Tiksotropik Pseudoplastis
→ Jika diberikan tekanan / pengadukan
strukturnya akan pecah / rusak → aliran
dimulai
→ Pd saat tekanan ditiadakan, struktur
semula tidak segera terbentuk
Suspensi Farmasi yang Ideal :

► Jika memperlihatkan η yang tinggi


pada keadaan istirahat dan dengan
pengocokan minimum akan berubah
menjadi encer, jika didiamkan proses
sedimentasi berlangsung lambat
Pembuatan Suspensi

A. Metode Presipitasi
♦ Presipitasi dengan Pelarut Organik
♦ Presipitasi yg dipengaruhi oleh
perubahan pH dari medium
♦ Presipitasi dengan dekompisisi rangkap
B. Metode Dispersi
♦ Presipitasi dengan Pelarut Organik

► Zat padat ( obat ) yg tidak larut dalam


air diendapkan dengan melarutkan zat
tsb dalam pelarut organik yang dapat
campur dengan air, lalu ditambahkan
air suling dengan kondisi tertentu

Contoh pelarut organik :


Etanol, metanol, PEG, Propilenglikol
♦ Metode Perubahan pH dari Medium

► Dapat digunakan pada obat padamana


kelarutannya tergantung pada pH

Contoh : Suspensi Estradiol


→ dalam alkali » mudah larut
→ dalam asam encer » mengendap
♦ Metode Dekomposisi Rangkap

► Metode ini meliputi kimiawi


sederhana

Contoh : pada pembuatan White Lotion


» terbentuknya Zinc polisulfida
dengan mencampur Zink sulfat
sulfurated potash
B. Metode Dispersi

► Fasa padat akan mudah dibasahi dan


didispersi → surfaktan u/ zat hidrofob
→ gliserin, propilenglikol

► Penggunaan bahan pensuspensi :


polimer sintetik, lempung, dll
Bahan- bahan tambahan dalam Formulasi

1. Bahan Pensuspensi
2. Buffer
3. Modifikasi densitas
► ingat Hukum Stokes
Bila ▲ρ ( ρS – ρL ) = 0 → tidak terjadi
sedimentasi
► u/ memodifikasi ρ medium (air) :
→ sukrose, sorbitol, propilenglikol,
gliserol
Metode Evaluasi Suspensi

1. Volume Sedimentasi ( F )
F = HU/H0 x 100 %
Harga F = > 1 <
= yang besar menunjukkan
produk yang baik
2. Kontrol ukuran partikel
► u/ evaluasi adanya agregasi atau
pertumbuhan kristal
► terjadi perubahan ukuran partikel a/
tidak selama penyimpanan
3. Redispersibilitas

4. Penentuan Rheologi
► selama penyimpanan ada perubahan
atau tidak → viskositas dan tipe alir
5. Mudah tidaknya suspensi dituang
PENGERTIAN
EMULSI

F.I. Ed lV : Sistem 2 fasa, yang salah satu cairannya


terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil

Lachman : Sistem heterogen yang tidak tercampur-


kan, salah satunya adalah air dan
lainnya adalah lipida atau minyak
Diameter Globul :

0,1 – 100 µm ( Lachman )


0,2 - 50 µm ( Parrot )
0,5 – 100 µm
► u/ parenteral : < 1 – 5 µm
► u/ mikroemulsi : ¼ panjang gelombang
cahaya tampak ≈ 120 nm,
tidak membiaskan cahaya dan
terlihat jernih
Tipe Emulsi

1. O/W = M/A
→ fasa minyak terdispersi dalam fasa air
2. W/O = A/M

Multiple Emulsi
3. W/O/W = A/M/A
→ fasa air teremulsi didalam fasa minyak,
emulsi yg terjadi teremulsi lagi didalam
air
4. O/W/O = M/A/M
Penentuan Jenis Emulsi

M/A A/M

1. Warna Biasanya putih Dipengaruhi


susu warna minyak
2. Rasa pd Awalnya ≠ Berlemak
kulit berlemak
3. Pengenceran Pengenceran Pengenceran
dengan air dengan minyak
4. Konduktivitas Menghantar ≠ menghantar/
elektrik jelek sekali
M/A A/M

5. Efek zat warna


a. larut minyak Globul Fasa kontinu
berwarna berwarna
b. larut air Fasa Globul
kontinu berwarna
berwarna
6. Tetesan pada Difusi cepat Air ≠ berdifusi,
kertas saring air difusi minyak
lambat
Penggunaan Emulsi
► Sediaan Farmasi maupun kosmetik bentuk
emulsi banyak dijumpai u/ pemakaian
oral, parenteral maupun topikal

► Penggunaan Emulsi M/A secara oral


bertujuan :
1. U/ menutupi rasa obat yg berbentuk
minyak, spt : minyak ikan, parafin
2. U/ meningkatkan absorpsi minyak
mis : vitamin yang larut dalam minyak
Emulsifikasi

► Proses dispersi pembentukan tetesan


( partikel ) berlangsung dg sangat cepat

► Partikel yg terdispersi tsb harus segera


distabilkan, shg tidak terjadi penyatuan
kembali partikel
∑ Proses stabilisasi ini seperti halnya kecepatan
koalesensi tergantung kepada waktu & suhu
Bahan Pengemulsi ( Emulgator )

Emulgator : Komponen yang ditambahkan


untuk mereduksi bergabungnya
tetesan terdispers

Emulgator Digolongkan Dalam Jenis :


1. Surfaktan / SAA
2. Hidrokoloid
3. Zat Padat Halus yang Terdispersi
1. Surfaktan

adalah : Suatu zat yg mempunyai gugusan


hidrofil dan gugusan lipofil
sekaligus dalam molekulnya

► Molekul amfifatik ini teradsorpsi


secara kuat pada antar muka 2 cairan
Surfaktan dibagi dalam :

A. Surfaktan anionik → bagian aktif


permukaan dari molekul memberikan
muatan ( - ), seperti :
a. karboksilat [ R-COO ] –
contoh : RCOONa+ ( sabun )
b. Sulfat
O Contoh : Na Lauril Sulfat
ll
R–O–S–O- CH3 ( CH2)10CH2OSO3Na
ll
O
B. Surfaktan Kationik → bagian aktif
permukaan dari molekul memberikan
muatan ( + ), seperti : R NH3+Cl-
Contoh : RN (CH3)+Cl-
amonium klorida kwartener

C. Surfaktan Amfoterik → baik muatan ( + )


maupun muatan ( - ) berada pada bagian
aktif permukaan
Seperti : R+NH2CH2 – COO-
Contoh : Lecitin
D. Surfaktan Nonionik → bagian aktif
permukaan tidak mengakibatkan secara
jelas adanya muatan ionik
seperti : gliseril monostearat
O
ll
CH2 – O – C – C17H35
l
CH2 –OH
l
CH2 - OH
2. Hidrokoloid
Seyawa ini diadsorpsi pada antar muka
minyak / air
Contoh : protein, gom, metilselulose dan
beberapa polimer sintetik
3. Partikel Padat Halus tidak Larut
► akan teradsorpsi pada antar muka
► terlihat partikel membentuk lapisan
monolayer yang menyalut tetesan
contoh : bentonit, veegum, dll
Secara teoritis↔ cara bekerja emulgator
dalam pembentukan emulsi adalah :

1. Menurunkan ∂, stabilisasi termodinamika


2. Pembentukan film antar permukaan yang
ketat ; halangan mekanik mencegah koalesensi
3. Pembentukan lapisan rangkap listrik;
halangan elektrik pada waktu partikel
berdekatan
4. Lapisan minyak disalut oleh partikel
mineral
2.

3.

4.

You might also like