You are on page 1of 10

FACTORS THAT TRIGGERED MIGRAINES IN HOSPITALIZED WARD

NURSES AT THE CLASS B GENERAL HOSPITAL, SUBANG REGENCY


REVIEWED FROM THE SIDE OF ISLAM
Salshabila La Rose Puspita
Student, Medical Faculty of YARSI University, salshalarose@gmail.com

ABSTRACT

Background: Migraine is one type of the primary headache that occurs a lot. Some of the
factors that can trigger migraines are sleep pattern factors, sensory, physical activity and
caffeine consumption. If it is not handled properly and the trigger factor is not avoided,
migraines can reduce work productivity in nurses
Metodes: This research is a descriptive analytic study with cross sectional study design, and
sample is determinated by simple random sampling method.
Results: The results are presented in table form, data is obtained in the form of categorical
data with a nominal measuring scale. The number of samples was 66 respondents who
experienced migraines. The results showed that the most factors that trigger migraines in
nurses are Sleep Pattern Factors with an incidence percentage of 74.2%, Next is Sensory
Factors with an incidence percentage of 71.2%. For Physical Activity Factors and Caffeine
Consumption respectively 13.6% and 16.7%
Conclusion: Sleep Pattern Factors, Sensory, Physical Activity and Consumption of Caffeine
can trigger migraines in hospitalized ward nurses at the Class B General Hospital, Subang
Regency. The most triggering factor is the Sleep Pattern Factor

Keyword: Headache,Migraine,Causing Factors,Nursing staff


PENDAHULUAN

Menurut International Headache Society (2004), migren adalah nyeri kepala


dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan
dapat disertai mual, muntah, fotofobia dan fonofobia. Klasifikasi The International
Headache Society (IHS) pada tahun 2013 membagi nyeri kepala menjadi dua kategori
utama: primer dan sekunder Kemudian, nyeri kepala primer dapat dibedakan menjadi
tiga, antara lain: (1) migren, (2) nyeri kepala karena tegang / tension-type headache,
(3) Cluster headache.
Pada penelitian di sebuah rumah sakit di Shiraz, Iran tahun 2008 yang
melibatkan 1023 petugas kesehatan didapatkan prevalensi migren lebih tinggi pada
perempuan yaitu 97%. Migren lebih umum terjadi pada umur 30-39. Pada petugas
rumah sakit dengan kerja lembur didapatkan persentase migren sebesar 53%. Dan
pada petugas dengan kekurangan tidur didapatkan persentase migren sebesar 7.2%.
(Seyyed Mohammad,2009)
Penelitian yang dilalukan oleh Yan wang et al tentang kormodibitas antara
tidur yang buruk dan sakit kepala pada 3 rumah sakit di china mendapatkan bahwa
prevalensi 1 tahun sakit kepala primer pada perawat adalah 45,3% Ini lebih tinggi
dari prevalensi pada wanita di populasi umum di China Daratan (36,8%) menurut
data dari studi berbasis populasi nasional sebelumnya yang dilakukan menggunakan
kuesioner skrining yang sama. Yan Wang,2015)

Pada penelitian yang dilakukan di rumah sakit University Hospital of Ancona


yang melibatkan 502 pegawai rumah sakit (dokter, perawat, teknisi, pegawai
administrasi) didapatkan hasil 216 pasien mengaku mengalami sakit kepala (43.1%)
dan 77 pasien di diagnosis menderita migren (15.4%) pada evaluasi rumah sakit. (G.
Viticchi,2014)

1
Menurut pandangan Islam manusia pada hakekatnya harus senantiasa selalu
menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit seperti migren, cara mencegah
penyakit tersebut adalah dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman secara
berlebihan sebagaimana terdapat pada ayat Al quran surah Al-Araf ayat 31
Artinya:“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Allah telah menganugerahkan
kita panca indera yang lengkap dan tubuh yang sehat maka dari itu kita harus
berterima kasih kepada Allah dengan cara bersyukur dan menjaga nikmat yang telah
Allah berikan.

METODE

Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik, karena sifatnya untuk


mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian migren pada perawat bangsal
inap di RSUD Kelas B Kabupaten Subang. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode cross-sectional. Penelitian mengenai faktor yang
mempengaruhi kejadian migren ini akan dilakukan satu kali atau sesaat dalam satu
periode penelitian. Penetapan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
Simple Random Sampling. Dari 200 orang perawat didapatkan sampel minimal 65
orang responden perawat yang akan diteliti.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh langsung dari hasil pengisian kuesioner oleh responden. Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang akan diisi oleh
responden dan kesediaan responden dalam mengikuti penelitian ini melalui pengisian
inform consent.
Analisis statistik yang akan digunakan untuk mengolah data penelitian ini
adalah menggunakan program statistik SPSS (Statistical Package for the Social

2
Science) versi 24. Data yang sudah diperoleh dianalisa secara univariat dan uji
korelasi Bivariat Pearson dengan alternatif uji Spearman. Uji yang akan digunakan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan migren dan faktor-fator pencetusnya.
Hasil yang diperoleh akan ditampilkan dengan menggunakan bentuk tabel freksuensi,
tabulasi silang, dan proporsi atau persen.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 71 responden.


Karakteristik jenis kelamin, usia, dan kejadian migren adalah sebagai berikut dapat
diketahui bahwa responden yang mengalami migren adalah 66 responden atau
sebesar (93%) dan penelitian didominasi oleh responden yang berjenis kelamin
perempuan. Kemudian berdasarkan usia di dominasi oleh usia <30 tahun

Berdasarkan ( Tabel 2 ) kuesioner yang dilakukan terhadap 71 responden,


didapatkan hasil dimana untuk variabel pengetahuan terhadap migren didapatkan
sebanyak 66 responden (93%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap migren.Dari
66 responden yang mengalami migren untuk variabel faktor sensori didapatkan 47
orang (71,2%) terpicu mengalami migren. Untuk Faktor Pola Tidur didapatkan 49

3
orang (74,2%) terpicu mengalami migren. Sementara untuk variabel Faktor Aktivitas
Fisik, sebanyak 9 orang (13,6%) terpicu mengalami migren Pada variabel Faktor
Kafein terdapat 11 orang (16,7%) terpicu mengalami migren dan 55 orang tidak
terpicu mengalami migren.

Tabel 3 menunjukkan hubungan antara migren dan faktor-faktor pencetus


terjadinya migren. Pada tabel ini di dapatkan p value antara Migren dan Faktor
Sensori sebesar 0.001. Migren dan Faktor Pola Tidur sebesar 0.000 dan hubungan
antara Migren dan Faktor Aktivitas Fisik dan Konsumsi Kafein sebesar 0.416 dan
0.355.

4
DISKUSI
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami
migren adalah 66 responden atau sebesar (93%) dan penelitian didominasi oleh
responden yang berjenis kelamin perempuan (66,2%). Kemudian berdasarkan usia
didominasi oleh usia < 30 tahun (64,6%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar perawat bangsal rawat inap di RSUD Kelas B Kabupaten Subang
mengalami migren yang di dominasi oleh perempuan dengan usia <30 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Seyyed Muhammad et al
pada penelitian di sebuah rumah sakit di Shiraz, Iran tahun 2008 yang melibatkan
1023 petugas kesehatan didapatkan prevalensi migren lebih tinggi pada perempuan
yaitu 97%.(Seyyed Muhammad,2009). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yan wang et al di 3 rumah sakit di china utara dimana di dapatkan
rata- rata perawat yang mengalami migren berusia 20-29 tahun(Yan Wang,2015)
Berdasarkan tabel 2, didapatkan hasil untuk variabel pengetahuan terhadap
migren didapatkan sebanyak 66 responden (93%) memiliki pengetahuan yang baik

5
terhadap migren.Dari 66 responden yang mengalami migren untuk variabel faktor
sensori didapatkan 47 orang (71,2%) terpicu mengalami migren dan 19 orang tidak
terpicu mengalami migren. Untuk variabel Faktor Pola Tidur didapatkan 49 orang
(74,2%) terpicu mengalami migren dan 17 orang tidak terpicu mengalami
migren.Sementara untuk variabel Faktor Aktivitas Fisik, sebanyak 9 responden
(13,6%) terpicu mengalami migren dan 57 responden tidak terpicu mengalami migen.

6
Pada variabel Faktor Kafein terdapat 11 orang (16,7%) terpicu mengalami migren dan 55
orang tidak terpicu mengalami migren.

Dari hasil penelitian di dapatkan variabel faktor terbanyak yang menjadi penyebab
terpicunya migren pada perawat bangsal rawat inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang
adalah Faktor Pola Tidur yang terganggu pada perawat yaitu sebesar 74,2% dikarenakan
pola tidur yang abnormal. Hal ini sesuai dengan penelitian di sebuah rumah sakit di
Shiraz, Iran tahun 2008 yang melibatkan 1023 petugas kesehatan didapatkan prevalensi
migren pada petugas rumah sakit dengan pola tidur abnormal termasuk insomnia,mimpi
buruk dan waktu tidur yang tidak memadai dan berkualitas memiliki kemungkinan
terjadinya migren 6,9% dan TTH sebessr 6,7% (Seyyed Mohammad,2009). Hasil ini juga
serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nahla Kamis et al pada mahasiswa
kedokteran dan koass di Universoitas King Abdulaziz Jeddah, Saudi Arabia Arab yang
menyatakan stress dan perubahan pola tidur (79,9%) adalah faktor tersering terjadinya
migren (Ibrahim et al., 2017)

Faktor kedua terbanyak yang memicu terjadinya migren apda perawat bangsal
rawat inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang adalah Faktor Sensori yaitu sebesar 71,2 %
dikarenakan perawat berada di ruangan yang terang terlalu lama dan diakibatkan oleh
paparan bising di ruangan rawat inap.Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian di Iraq
menunjukkan 80% responden menderita migren yang disebabkan suara yang berisik,
yang biasanya timbul saat keadaan ramai. Bau yang terlalu menyengat seperti parfum,
bau rokok, atau bau yang tidak biasa dicium juga 56% menjadi pencetus migren dan 40%
yang disebabkan karena sensitif terhadap cahaya (Al-Shimmery, 2010).

Faktor kafein mempengaruhi sebesar 16,7% pada perawat dikarenakan perawat


bangsal rawat inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang tidak banyak yang mengkonsumsi
kafein secara berlebihan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisa Fiti
pada pegawai FK USU sebesar 24,faktor kafein sebesar 24% mempengaruhi terjadinya
migren. Efek kafein bergantung pada seberapa banyak dikonsumsi. Kafein dalam jumlah
yang sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, tetapi jika dikonsumsi
berlebihan akan memicu gejala yang menonjol seperti nyeri kepala dan sulit
berkonsentrasi (Shapiro & Cowan, 2017). Kafein dapat mempengaruhi frekuensi
serangan migren pada individu yang rentan. (Rockett et al., 2012).

Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa faktor aktifitas fisik
merupakan faktor yang jarang memicu terjadinya migren (13,6%) pada perawat bangsal

7
rawat inap RSUD Subang. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zharfina et al
pada perawat di kabupaten konawe kepulauan didapatkan frekuensi Sebanyak 49 (59,0%)
perawat yang menyatakan tingkat beban kerja berat dan 34 (41,0%) perawat yang
menyatakan tingkat beban kerja ringan. (Zharfina,2017)
Setelah data diolah menggunakan SPSS dengan uji statistik menggunakan uji
korelasi pearson menunjukkan Faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan
terjadinya migren pada perawat bangsal rawat inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang
adalah Faktor Sensori dan Faktor Pola Tidur dimana di dapatkan nilai p < 0.005 yaitu
masing-masing 0.001 dan 0.000. Sedangkan Faktor Aktivitas Fisik dan Konsumsi Kafein
tidak memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya migren dimana di dapatkan nilai p
> 0.005 yaitu masing-masing 0.416 dan 0.355

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan kuesioner dari 71 didapatkan
gambaran migren pada perawat bangsal rawat inap RSUD Kelas B Kabupaten Subang
dimana 66 responden (93%) mengalami migren dan responden tersebut memiliki
pengetahuan yang baik sebesar 93%. Berdasarkan hasil penelitian dari 66 responden
didapatkan faktor terbanyak yang menjadi pencetus terjadinya migren pada perawat
adalah Faktor Pola Tidur dengan presentase kejadian 74,2%, selanjutnya Faktor Sensori
dengan presentase kejadian 71,2%. Sedangkan untuk Faktor Aktivitas Fisik dan
Konsumsi Kafein masing-masing 13,6% dan 16,7%. Setelah data diolah menggunakan
SPSS dengan uji statistik menggunakan uji korelasi pearson menunjukkan Faktor yang
memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya migren pada perawat bangsal rawat inap
RSUD Kelas B Kabupaten Subang adalah Faktor Sensori dan Faktor Pola Tidur dimana
di dapatkan nilai p < 0.005 yaitu masing-masing 0.001 dan 0.000.

Menurut Islam, migren dapat dicegah dengan mengatur pola makan yang cukup
dan tidak berlebihan, sebab Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Migren juga dapat dijaga dengan cara melakukan istirahat yang cukup dan tidak
beraktivitas dengan berlebih-lebihan serta Islam juga mengajarkan kita untuk senantiasa
bersyukur atas rahmat dan karunia yang telah Allah berikan salah satunya dengan cara
menjaga kesehatan diri sendiri.

8
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih saya ucapkan kepada perawat bangsal rawat inap di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penelitian saya dengan mengisi kuisioner yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson G, Fullick S, Grindey C, MacLaren D. (2008). Exercise, energy balance and


the shift worker. Sports Med. 38:671-685. 


G. Viticchi.et al. 2014.Headache in a population of hospital workers. Neurological


Sciences, May 2014, Volume 35, Supplement 1, pp 157–158

International Headache Society. 2013. The International Classification Of Headache


Disorders, 3𝑟𝑑 edition (beta version). http://www.ichd-3.org/

Lipovcan K, Larsen Z, Zganec N. (2004). Quality of life, life satisfaction and happiness
in shift- and non-shiftworkers. Rev Saude Publica. 38(Supl):3-10. 


M. Bartolini.et al.2014.Migraine in health workers: working in a hospital can be


considered an advantage?. Neurological Sciences,May 2014, Volume 35,
Supplement 1, pp 27–29

Rothrock. J. F. (2008). The truth about triggers. Journal compilation of American


Headace Society 0017-8748.

Seyyed Mohammad Taghi Ayatollahi, Leyla Sahebi, and Afshin Borhani


Haghighi.2009.Epidemiologic and Clinical Characteristics of Migraine and Tension-
Type Headaches among Hospitals Staffs of Shiraz (Iran). Acta Medica Iranica 2009;
47(2): 115-120

Yan Wang., Jingdan Xie., Shiwen Wu., et al. (2015). Comorbidity of poor sleep and
primary headaches among nursing staff in north China. The Journal of Headache
and Pain 16:88 DOI 10.1186/s10194-015-0571-z

You might also like