You are on page 1of 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


ASMA BRONKIAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Roval Yudityas

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


TAHAP SARJANA KELAS TRANSFER
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berbagai nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronkial”.
Makalah ini membahas dari mulai penyebab hingga penatalaksanaan dari
sudut pandang sebagai perawat, serta konsep asuhan keperawatan yang disertai
contoh kasus.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis meyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan pada makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
dalam menangani asma bronkial

Cimahi, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ....................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................... 12
C. Faktor Resiko ................................................................................. 12
D. Patofisiologi ................................................................................... 12
E. Manifestasi Klinis .......................................................................... 12
F. Klasifikasi ....................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 23
H. Komplikasi ..................................................................................... 16
I. Penatalaksanaan .............................................................................. 21
J. Asuhan Keperawatan ...................................................................... 31
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Kasus .............................................................................................. 36
B. Data Fokus ...................................................................................... 23
C. Analisa Data ................................................................................... 23
D. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 40
E. Intervensi ........................................................................................ 40
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 45
B. Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma bronchial merupakan suatu penyakit inflamasi saluran
pernapasan yang ditandai dengan spasme akut otot polos bronkiolus,
sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus. Asma ditandai dengan serangan berulang
sesak napas dan mengi, yang bervariasi setiap individu dalma tingkat
keparahan dan frekuensi. Kasus asma cukup banyak di negara dengan
pendapatan yang menengah kebawah. WHO memperkirakan 235 juta
penduduk dunia menderita asma dan jumlah diperkirakan akan treus
meningkat setiap tahunnya atau bertambah. Apabila tidak dicegah dan
ditangani dengan baik dan benar, maka diperkirakan akan terjadi
peningkatan prevalensi di masa yang akan datang.
Prevalensi asma meningkat, terutama di negara-negara barat,
dimana >5% populasi mungkin simtomatik dan mendapatkan pengobatan.
Bersamaan dengan prevalensi yang meningkat terjadi peningkatan
mortalitas, meskipun ada perbaikan pengobatan. Di Inggris, datu dari tujuh
orang memiliki penyakit alergi dan lebih dari 9 juta orang mengalami
mengi pada tahun lalu. Jumlah remaja dengan asma hampir berlipat 2
selama lenih dari 12 tahun terakhir ini. Asma jarang terjadi di timur jauh
dan paling sering terjadi Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Terdapat
beberapa korelasi dengan gaya hidup kebarat-baratan, termasuk kondisi
lingkungan yang disukai tungau debu rumah dan polusi atmosferik.
Banyak faktor yang menyebabkan atau mencetuskan asma, 20% orang
yang bekerja mungkin rentan terhadap asma akibat pekerjaan.
Data tentang tingkat kontrol asma pasien penderita asma di
Indonesia belum diketahui secara pasti. Penelitian pendahuluan tingkat
kontrol asma di Poliklinik Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu
Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan

3
64% kasus tidak terkontrol, 28% Artikel Penelitian Walau penyakit asma
tidak dapat disembuhkan, hubungan baik pasien dan dokter dapat
memberikan hasil optimal dalam mengontrol penyakit asma. Tujuan utama
penatalaksanaan asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan asma
terkontrol, sehingga dapat dicegah timbulnya serangan saat malam dan
siang hari serta pasien tetap dapat melakukan aktifitas fisik. Kontrol asma
dikatakan dapat tercapai dengan didapatkannya penurunan frekuensi
serangan asma, perbaikan inflamasi saluran napas, perbaikan aktivitas fisik
dan fungsi paru.

B. Rumusan masalah
Bagaimana askep pada pasien dengan asma bronkial ?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
asma bronkial
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami pengertian asma
b. Mahasiswa dapat memahami etiologi asma
c. Mahasiswa dapat memahami faktor resiko asma
d. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi asma
e. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis asma
f. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi asma
g. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang asma
h. Mahasiswa dapat memahami komplikasi asma
i. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan asma
j. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien asma

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Asma merupakan penyakit pada jalan napas yang tidak dapat pulih
yang tejadi karena spasme bronchus yang disebabkan oleh berbagai
penyabab.(Hudak & Gallo, 1997)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu (Smeltzer, Suzzane C, 2002)
Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh
periode episodik spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara
bronkhial (spasme bronkus). Spasme brokus ini menyempitkan jalan
napas, sehingga membuat pernapasan menjadi sulit dan menimbulkan
bunyi mengi.terdapat 2 tipe utama asma, asma ektrinsik dan asma
intrinsik. (Niluh dan Christantie,2004)
Asma suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensitif pada
bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Asma merupakan penyakit inflamasi/
peradangan pada jalan napas yang diakibatkan reaksi hipersensitif mukosa
bronkos sehingga terjadi penyempitan pada jalan napas yang membuat
napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.

B. Etiologi
Etiologi asma dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik/alergen
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk
sari, bulu halus, binatang dan debu.

5
b. Asma intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor nonspesifik seperti; flu, latihan fisik atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia
40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobronchial.
c. Asma campuran
Asma yang terjasi/timbul karena adanya komponen
ekstrinsik/intrinsik.

C. Faktor Resiko
a. Alergen
Faktor alergi dianggap mmepunyai peranan pada sebagai penderita
dengan asma, dosamping itu hipersensitif saluran napas juga
merupakan faktor yang penting bila tingkat hipersensitivitas bronkus
tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya untuk
menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhal virus (RSV) dan
virus para influenza.
c. Iritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan
udara, air dingin dan udara dingin./
d. ISPA
e. Reflek gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat
penyakit asma.
f. Psikologis

D. Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada
penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali

6
oleh sistem ditubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu dikeluarkannya antibodi
yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil,
basofil, dan immunoglobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang
memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang
membentuk ikatan seperti key and lock (gembuk dan kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran
mediator kimiawi speerti histamin, neutrophil chemotactic slow acting,
epinefrin, norepinefrin dan prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator
kimia tersebut akan merangasnag peningkatan permeabilitas kapiler,
pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan (terutam bronkus).
Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian bronkus akan
menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak napas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk
saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan
berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat
pucat dan lemah.
Pembengkakan pada mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi
mukus dan meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi
sering batuk dengan produksi mukus yang cukup banyak.

E. Manifestasi Klinis
a. Wheezing
b. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot otot asesori
pernapasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
c. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
napas sempit
d. Tachypnea, tachycardia, orthopnea
e. Gelisan
f. Berbicara sulit atau pendek karena jalan napas sempit
g. Diaphorosis

7
h. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot-otot abdomen dalam bernapas
i. Fatigue
j. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan
berbicara
k. Kecemasan, labil, dan perubahan tingkat kesadaran

Gambaran klinis yang muncul pada penderita asma, antara lain :


a. Sesak napas
b. Batuk
c. Suara bernapas wheezing
d. Pucat
e. Lemah

F. Klasifikasi
Berdasarkan epidosik serangan asma, dapat dibedakan :
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran napas. Frekuensi serangan
3-4 x/hari. Lamanya serangan beberapa hari dan langsung menjadi
sembuh. Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,
sedangkan batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b. Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan samapi 3
tahun, serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada
usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.
c. Asma kronik/resisten
Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3
tahun (75%), pada 2 tahun pertama (50%) biasanya serangan episodik
pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi jalan napas yang
persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap hari. Pada malam

8
hari sering terganggu oleh batuk/wheezing dan waktu serangan yang
berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit.
Berdasarkan berat penyakit :
a. Tahap I : intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- gejala intermitten < 1 kali dalam seminggu
- gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa
hari)
- gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
- asimptomastis dan nilai fungsi paru normal diantara perioda
eksaserbasi
- PEF atau FEV1 : ≥ 80% prediksi Variabilitas < 20
- pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :Obat untuk
mengurangi gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi
jangka pendek β2 agpnis
- intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi
kortikosteroid oral mungkin dibutuhkan.
b. Tahap II : persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala ≥ 1 kali seminggu tapi < 1 kali sehari
- gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur
- gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
- PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20 – 30 %
- pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :Obat-
obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator
jangka panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi
(terutama untuk serangan asma malam hari).
c. Tahap III : persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala harian
- gejala eksaserbasi menggangu aktivitas dan tidur

9
- gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
- pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
- PEV atau FEV 1 : > 60-80 % dari prediksi Variabilitas > 30%
- pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid
bronkodilator jangka panjang ( terutama untuk serangan asma
malam hari).
d. Tahap IV : persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala terus menerus
- gejala eksaserbasi sering
- gejala serangan asma malam hari sering
- aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
- PEV atau FEV1 : ≤ 60 % dari prediksi Variabilitas > 30 %

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Sinar X (rontgen) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma
mendatar.
c. Tes fungsi paru
d. GDA
e. Pemeriksaan laboratorium

H. Komplikasi
a. Pneumothorak
b. Emfisema
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung / gangguang irama jantung
f. Asidosis

I. Penatalaksanaan
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel )
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali
sehari

10
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
harus diberikan kortikosteroid. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama
harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak.
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari
keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.

2.10 Asuhan keperawatan


a. Data fokus
Data subjektif Data objektif
1. Klien mengatakan sesak nafas 1 Bb klien menurun
2. Klien mengatakan hilangnya 2 Klien tampak lelah secara berlebihan
nafsu makan 3 Terdapat suara nafas tambahan dan
3. Klien mengatakan nyeri di dada wheezing
4. Klien mengatakan kenapa 4 Klien bernafas dengan menggunakan
dirinya bisa terkena penyakit ini bantuan otot pernafasan
5. Klien mengatakan batuk disertai
dahak Data tambahan
1. Tanda-tanda vital
TD: 130/80 mmHg
N: 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
Sh: 38°C
2. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit
3. Klien tampak pucat
4. Klien tampak gelisah
5. klien tampak meringis
6. klien tampak bingung

b. Analisa data
No Data fokus Masalah Etiologi
1. Data subjektif : Ketidakefektifan Penumpukan mukus

11
1. Klien mengatakan batuk disertai bersihan jalan nafas yang berlebih
dahak
2. Klien mengatakan sesak nafas
3. Klien mengatakan nyeri di dada

Data Objektif:
1. Terdapat suara nafas tambahan dan
wheezing
2. Klien bernafas dengan
menggunakan bantuan otot
pernafasan
3. Klien tampak lelah secara berlebiha
4. Klien tampak lemas
5. Klien tampak meringis
6. Klien tampak gelisah
7. Tanda-tanda vital
N : 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
8. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit

2. Data subjektif Ketidakefektifan Bronkokonstriksi


1. Klien mengatakan sesak nafas pola nafas
2. Klien mengatakan nyeri di dada
3. Klien mengatakan batuk disertai
dahak

Data objektif
4. Terdapat suara nafas tambahan dan
wheezing
5. Klien bernafas dengan
menggunakan bantuan otot
pernafasan
6. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit
7. Tanda-tanda vital

12
N : 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
8. Klien tampak pucat
9. Klien tampak gelisah
10. klien tampak meringis
3. Data subjektif Ketidakseimbangan Penurunan masukan
1. Klien mengatakan hilangnya nafsu nutrisi kurang dari oral
makan kebutuhan tubuh
2. Klien mengatakan batuk disertai
dahak
Data objektif
3. Bb klien menurun
4. Klien tampak lelah secara
berlebihan
5. Klien tampak pucat

4. Data subjektif Nyeri akut Agen cidera


1. Klien mengatakan nyeri di dada biologis
2. Klien mengatakan batuk disertai
dahak
Data objektif
1. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit
2. Klien tampak gelisah
3. klien tampak meringis
5. Data subjektif: Kurang Kurang informasi
1. Klien mengatakan kenapa dirinya pengetahuan
bisa terkena penyakit ini

Data Objektif:

1. Klien terlihat bingung


2. Klien tampak gelisah

c. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan
mukus yang berlebih
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi

13
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

d. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan 1. Kaji fungsi respirasi antara lain suara,
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jumlah, irama, dan kedalaman nafas,
Penumpukan mukus jam diharapkan serta catat pula mengenai penggunaan
yang berlebih ketidakefektifan bersihan otot nafas tambahan.
jalan nafas kembali efektif. 2. Catat kemampuan mengeluarkan sekret
Dengan batasan karakteristik : atau batuk secara efektif
1. tidak terdapat suara napas 3. Monitor tanda-tanda vital
tambahan dan wheezing 4. Auskultasi suara nafas
2. Klien tidak terlihat lelah 5. Ajarkan teknik tarik nafas dalam
3. Klien tidak tampak lemas 6. Atur posisi pasien semi fowler
4. Klien tidak tampak meringis 7. Bantu klien dalam pemenuhan
5. Klientidak tampak gelisah kebutuhan sehari-hari
6. Klien tidak bernafas dengan
menggunakan bantuan otot Kolaborasi :
pernafasan 1. Kolaborasi dengan dokter dalam
7. Tanda-tanda vital pemberian oksigen dengan sungkup
N : 85 x/mnt muka sederhana
Rr: 20 x/mnt 2. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
8. Skala Nyeri 3 penurunan rasa nyeri

2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


nafas berhubungan keperawatan selama 2 x 24 1. Monitor TTV klien
dengan jam pola nafas menjadi 2. Berikan manajemen nyeri : ajarkan
efektif, dengan kriteria hasil : tarik nafas dalam
1. Klien tidak sesak nafas 3. Berikan suasana yang membuat klien
2. Klien mengatakan tidak nyeri tenang
di dada 4. Lakukan fisioterapi dada
3. Klien tidak tampak lelah Kolaborasi :
4. tidak terdapat suara napas 1. Kolaborasikan dengan dokter untuk
tambahan dan wheezing pemberian terapi oksigen
5. Skala nyeri 3 2. Kolaborasikan dengan dokter untuk
6. Tanda-tanda vital pemberian analgesic
N : 90 x/mnt
Rr: 20 x/mnt
7. Klien tidak tampak pucat

14
8. Klien tidak tampak gelisah
9. Klien tidak tampak meringis
3 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2 x 24 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh jam diharapkan keseimbangan2. Anjurkan pasien untuk meningkatan
berhubungan dengan nutrisi dari kebutuhan tubuh protein dan vitamin c
teratasi. 3. Berikan makanan dalam porsi kecil
Kriteria hasil : dengan frekuensi sering
1. Bb klien sudah tidak 4. Catat jumlah/porsi makanan yang
mengalami penurunan dihabiskan oleh pasien setiap hari
2. Klien tidak tampak lelah 5. Monitor makanan kesukaan klien
3. Klien tidak pucat 6. Berikan makanan yang tepat
7. Monitor berat badan
8. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan yang tepatdan
jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian vitamin, contoh: B-
kompleks, C sesuai indikasi
4 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 1. Berikan posisi nyaman pada klien
agen cidera biologis jam, nyeri teratasi sebagian, 2. Berikan lingkungan yang nyaman pada
dengan kriteria hasil : klien
1. Klien tidak nyeri di dada 3. Anjurkan pada keluarga klien agar
2. Batuk berdahak klien tidak membuat klien cemas
berkurang 4. Beritahu ke keluarga klien untuk
3. Skala nyeri menjadi 3 memberikan dukungan emosional pada
4. Klien tidak tampak gelisah klien
5. Klien tidak tampak meringis 5. Lakukan manajemen nyeri : melalui
terapi musik, meditasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian analgesic
2. Kolaborasikan dengan farmasi untuk
peresepan obat
5 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam1. jelaskan klien tentang penyakitnya.
kurang informasi pengetahuan klien meningkat2. Bantu klien mengerti tentang tujuan
dengan kriteria hasil: jangka panjang dan jangka pendek;

15
1. Klien mengerti penyakit yang ajarkan pasien tentang penyakit dan
dideritanya. perawatannya.
3. Berikann informasi tentang sumber-
sumber kelompok.

16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 kasus
Ny.H (45 Tahun) datang kerumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak ±2 hari.
Sebelumnya Ny.H sering sesak napas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya
sesak napas hanya timbul 1 bulan sekali tapi lama-lama frekuensi sesak semakin
sering terutama 2 tahun terakhir ini, dan sejak 3 bulan terakhir sesak napas datang
setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada malam hari atau saat suasana
dingin atau kelelahan. Ny.H mengeluh batuk berdahak dan nyeri dada saat batuk.
Setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil : tekanan darah : 120/80 mmHg,
nadi: 120 kali/menit, suhu: 36,8oC, pernapasan: 38 kali/menit. pasien tampak
pucat, menahan nyeri dada saat batuk, gelisah, meringis. Pengkajian nyeri : P :
Pada saat batuk, Q : Seperti tertekan, R : Di dada, S : Skala 5, T : < 30 menit.

3.2 Data Fokus


Data subjektif Data objektif
- Klien mengatakan sesak napas - Hasil pemeriksaan tanda tanda
sejak ±2 hari vital :
- Klien mengatakan Sesak napas Td : 120/80 mmHg
dirasakan memberat pada N : 120 kali/menit
malam hari atau saat suasana RR : 38 kali/menit
dingin atau kelelahan suhu: 36,8oC
- Klien mengeluh batuk
- Pasien tampak meringis
berdahak - Pasien tampak pucat
- Klien mengeluh nyeri dada saat- Pasien tampak menahan nyeri
batuk dada
- Pengkajian nyeri : P : Pada
saat batuk, Q : Seperti
tertekan, R : Di dada, S : Skala
5, T : < 30 menit

3.3 Analisa Data


No. Data fokus Masalah Etiologi
1. Data subjektif Ketidakefektifan Penumpukan
- Klien bersihan jalan nafas mukus yang
mengatakan berlebih
sesak napas sejak
±2 hari
- Klien mengeluh
batuk berdahak
- Klien
mengatakan
Sesak napas
dirasakan
memberat pada

17
malam hari atau
saat suasana
dingin atau
kelelahan
Data objektif
- Hasil
pemeriksaan
tanda tanda vital :
RR : 38
kali/menit
suhu: 36,8oC
- Terdapat suara
nafas tambahan
dan wheezing

2. Data subjektif Nyeri akut Agen cedera


- Klien mengeluh biologis
nyeri dada saat
batuk
- Pengkajian nyeri
:
P : Pada saat
batuk,
Q : Seperti
tertekan,
R : Di dada, S :
Skala 5,
T : < 30 menit
Data objektif
- Pasien tampak
menahan nyeri
dada
- Pasien tampak
meringis
3. Data subjektif Intoleransi aktivitas Ketidak
- Klien seimbangan
mengatakan antara suplai dan
Sesak napas kebutuhan
dirasakan oksigen
memberat pada
malam hari atau
saat suasana
dingin atau
kelelahan
Data objektif
- Pasien tampak

18
pucat

3.4 Diagnosa keperawatan


No. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
Penumpukan mukus yang berlebih
2. Nyeri akut berhubungan dnegan agen cedera biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

3.5 Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
keperawatan kriteria hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Mandiri :
bersihan jalan tindakan - Kaji fungsi
nafas keperawatan respirasi antara
berhubungan selama 3x24 jam lain suara, jumlah,
dengan Ketidakefektifan irama, dan
Penumpukan bersihan jalan kedalaman nafas,
mukus yang nafas kembali serta catat pula
berlebih efektif mengenai
Kriteria hasil : penggunaan otot
- Sesak berkurang nafas tambahan.
- Batuk berdahak - Catat kemampuan
berkurang mengeluarkan
- -pasien tampak sekret atau batuk
lebih nyaman secara efektif
- Ttv : - Monitor tanda-
Rr : 16-20 tanda vital
kali/menit - Auskultasi suara
nafas
- Ajarkan teknik
tarik nafas dalam
- Atur posisi pasien
semi fowler
- Bantu klien dalam
pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian oksigen

19
dengan sungkup
muka sederhana
- Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
penurunan rasa
nyeri
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri :
berhubungan tindakan - Berikan posisi
dnegan agen keperawatan nyaman pada klien
cedera biologis selama 1 x 24 - Berikan
jam nyeri akut lingkungan yang
berkurang. nyaman pada klien
Kriteria hasil : - Anjurkan pada
- Nyeri berkurang keluarga klien agar
- Skala : 3 tidak membuat
- Pasien tampak klien cemas
lebih tenang
- Beritahu ke
- Pasien tampak
keluarga klien
lebih nyaman
untuk memberikan
dukungan
emosional pada
klien
- Lakukan
manajemen nyeri :
melalui terapi
musik, meditasi
Kolaborasi :
- Kolaborasikan
dengan dokter
dalam pemberian
analgesic
- Kolaborasikan
dengan farmasi
untuk peresepan
obat
3. Intoleransi Setelah dilakukan Mandiri :
aktivitas tindakan - Lakukan latihan
berhubungan keperawatan kekuatan pada
dengan Ketidak selama 3 x 24 klien
seimbangan antara jam intoleransi
- Berikan posisi
suplai dan aktivitas dapat yang nyaman pada
kebutuhan teratasi klien
oksigen Kolaborasi :
Kriteria hasil : - Kolaborasikan
- Sesak napas

20
berkurang dengan dokter
- Pasien tampak untuk pemberian
nyaman terapi oksigen
- Pasien tampak
tidak pucat

21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada jalan napas yang
diakibatkan reaksi hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi penyempitan
pada jalan napas yang membuat napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi
mengi.
Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang
bervariasi setiap individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma
cukup banyak di negara dengan pendapatan yang menengah kebawah. WHO
memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan jumlah diperkirakan
akan treus meningkat setiap tahunnya atau bertambah. Apabila tidak dicegah dan
ditangani dengan baik dan benar, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan
prevalensi di masa yang akan datang.

4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah “Makalah Asuhan Keperawatan Asma Bronchial
” dapat bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat menambah referensi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Sujono riyadi & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Ns. Andra S.W, S.kep & Ns. Yessi M.P, S.kep. 2013. Keperawatan
Medikal Bedah 1. Yogyakarta. Nuha Medika.
Jeremy P.T. Ward, Jane Ward, dkk. 2008. At a Glance Sistem Pernapasan.
Jakarta. Erlangga.
Suriadi,S.Kep, MSN & Rita Yuliani, S.Kep, M.Psi. 2006. Asuhan
Keperawatan Anak. Jakarta. PT. Percetakan Penebar Swadaya.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Kemoterapi Resiko defisit
- Pasien mengeluh ↓ nutrisi
mual Mual
- Pasien mengeluh ↓
Asupan nutrisi
tidak nafsu makan
berkurang
DO : ↓
- Makan hanya Resiko defisit
nutrisi
setengah porsi
- Pasien telah
menjalani
kemoterapi siklus
pertama
2. DS : Kemoterapi Ansietas
- Pasien ↓
mengatakan Resti kegagalan
merasa cemas pengobatan/
kekambuhan
tentang

pengobatannya Cemas
mengalami
kegagalan
- Pasien khawatir
akan merepotkan
keluarganya
- Pasien merasa
khawatir dengan
akibat dari kondisi
yang dihadapi

DO :
- Pasien tampak
cemas dan gelisah
- Expresi wajah
tampak tegang
- Frekuensi nadi

24
88x/menit
- Hasil usg dan
biopsi
menunjukkan Ca
mammae grade II

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit nutrisiditandai dengan mual
2. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

C. Intervensi Keperawatan
NO Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Setelah dilakukan 1. Kaji TTV pasien 1. Memantau
asuhan keperawatan
keadaan umum
selama 1x24 jam
diharapakan intake pasien
pasien adekuat
2. Kaji kemampuan 2. Untuk
dengan kriteria hasil
: makan pasien, dan mengetahui
- Pasien
keluhan asupan nutrisi
mengatakan mual
berkurang s/d mual/muntah pasien
hilang 3. Anjurkan pasien 3. Makan sedikit-
- Pasien untuk makan sedikit tapi sering
mengatakan
nafsu makan sedikit-sedikit tapi dapat mengurangi
meningkat sering mual
- Pasien makan 4. Anjurkan keluarga 4. Dukungan
habis 1 porsi
untuk memberikan keluarga
- Pasien minum 50
cc/Kg BB/ hari dukungan pada membantu pasien
pasien untuk untuk
makan meningkatkan
nafsu makan
5. Beri makanan 5. Makanan dalam
dalam keadaan keadaan hangat
hangat mengurangi rasa

25
mual
6. Kolaborasi dengan 6. Pemberian diit
ahli gizi untuk TKTP untuk
memberikan meningkatkan
makanan TKTP kebutuhan energi
pasien
7. Terapi antiemetik
dapat mengurangi
7. Kolaborasi dengan
mual
dokter untuk
pemberian terapi
antiemetik
2. Ansietas b.d 1. Kaji TTV pasien 1. Mengetahui
kekhawatiran
perubahan
mengalami
kegagalan, dengan pasien
kriteria hasil :
1. Kaji perasaan pasien 2. Mengetahui
- pasien
mengatakan rasa keadaan
cemas berkurang emosional
s/d hilang
pasien
- keluarga pasien
memberikan 2. Anjurkan keluarga 3. Dukungan
dukungan untuk memberikan keluarga
- pasien mengerti
dukungan pada pasien memberikan
mengenai proses
pengobatannya kemampuan
koping pasien
3. Anjurkan pasien untuk 4. Mengungkapka
mengungkapkan n perasaan
perasaannya dapat membantu
orang sekitar
mengetahui
perasaan pasien
4. Kolaborasi dengan 5. Membantu

26
dokter untuk mengurangi
pemberian informed cemas pasien
consent ulang tentang
pengobatan dan efek
sampingnya

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien


kemoterapi ada tujuh diagnosa keperawatan antara lainnyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis (kanker), diare b.d program pengobatan, resiko defisit nutrisi
b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi, resiko infeksi ditandai dengan
imunosupresi, gangguan citra tubuh b.d efek tindakan/pengobatan kemoterapi,
kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, ansietas b.d kekhawatiran
mengalami kegagalan.
Berdasarkan kasus diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1. Resiko defisit nutrisi ditandai ketidakmapuan mengabsorbsi nutrien
Diagnosa tersebut muncul karena didukung oleh data seperti klien mengeluh
mual, tidak nafsu makan, makan hanya setengah porsi, terjadi penurunan berat
badan tetapi masih dalam batas normal.
2. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
Diagnosa tersebut muncul karena didukung oleh data pasien mengeluh merasa
cemas tentang pengobatannya, pasien khawatir akan merepotkan keluarganya,
, pasien tampak cemas dan gelisah, pasien merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi.

Berdasarkan kasus, diagnosa keperawatan yang tidak muncul yang


terdapat dalam teori adalah nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (kanker)
diagnosa tersebut tidak muncul karena tidak didukung oleh data data mayor
seperti pasien mengeluh nyeri dan data minor pasien tidak tampak meringis,
terdapat peningakatan skala nyeri. Resiko infeksi ditandai dengan imunosupresi,
diagnosa tersebut tidak muncul dikarenakan tidak ada yang mendukung seperti
hasil lab yang masih dalam batas normal. Diare b.d program pengobatan, diagnosa
tersebut tidak muncul karena tidak terdapat data yang mendukung seperti defekasi
lebih dari 3x dalam 24 jam, adanya feces yang lembek dan cair. Gangguan citra
tubuh b.d efek tindakan/pengobatan kemoterapi, diagnosa tersebut tidak muncul

28
karena tidak didukung oleh data seperti pasien tampak mengungkapkan
kehilangan bagian tubuh dan fungsi tubuh. Defisit pengetahuan b.d kurang
terpapar informasi tidak muncul dikarenakan tidak terdapat data yang menunjang
seperti pasien tampak menanyakan masalah yang terjadi, menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat, menunjukan perilaku berlebihan, menunjukan persepsi yang
keliru terhadap masalah, selain itu sebelum dilakukan kemoterapi pasien sudah
diberikan informed consent terlebih dahulu oleh dokter tentang penyakitnya.

29
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Kanker pasyudara (Ca Mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchyma. Penyebab spesifik kanker payudara
belum diketahui, tetapi terdapat berbagai faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara seperti faktor
reproduksi, penggunaan hormon estrogen, obesitas, radiasi, pola makan/ gizi,
lifestyle, dan riwayat keluarga. Tanda dan gejalanya berupa benjolan pada
payudara, erosi atau eksema puting susu, perdarahan pada puting susu, dan
terasa nyeri atau perih.
B. Saran
Kanker pasyudara merupakan salah satu penyakit yang endemik pada wanita
di seluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya
faktor lifestyle dan gizi. Setiap orang di dunia ini memiliki resiko untuk
terkena kanker pasyudara, walaupun wanita lebih beresiko daripada laki-laki.
Oleh karen itu diperlukan pencegahan dini dimulai dari diri sendiri dengan
SADARI, memperbaikin pola makan/ gizi, dan gaya hidup/ lifestyle.
Pencegahan hendaknya dilakukan sejak dini, sebab kebanyakan kanker
pasyudara berkembang dalam waktu yang lama, dan sering kali terlambat
dideteksi karena jarangnya muncul gejala pada stadium awal. Dalam proses
promotif, preventif, dan protektif ini hendaknya da kerjasama antara individu,
keluarga, masyarakat, dan pemerintah demi menurunkan prevalensi di
Indonesia, mengingat kecil kemungkinan untuk sembuh total jika sudah
terkena penyakit ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Holmes, et al. 2011. Cancer Nursing : Principles and Practice7th Ed.By
Jones And Bartlett Publishers, USA.
Bruner & Sudarth. 2005. Keperawatan medikal Bedah 2. Jakarta : EGC.
Doenges, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Gunawan, Rianto Gan. 2008. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5 ). Jakarta : FK UI.
Kartikawati, Erni. 2013. Awas Bahaya Kanker Payudara & Kanker Serviks.
Bandung : Buku Baru.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara
& Kanker Leher Rahim. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jendral PP & PL. Direktoreat
Pengendalian penyakit Tidak Menular. 2013. Buku Acuan Pencegahan
Kanker Payudara dan kanker Leher Rahim. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.
Musrini. Peran Perawat Dalam Pemberian Kemoterapi. RSUD Dr Soetomo
Surabaya
Olfah, Yustiana. Ni Ketut Mendri. Atik Badi’ah. 2013. Kanker Payudara & SADARI.
Yogyakarta : Nuha Medika
Rasjidi, I. 2007. Kemoterapi kanker Ginekologi dalam Praktek Sehari-hari.
Jakarta: Sagung Seto.
Subekti, Eli. Prosedur dan Cara Pemberian Kemoterapi RSUP Dr Kariadi
Semarang
Sutandio, Noorwati. 2007. Nutrisi Pada Pasien Kanker Yang Mendapat
Kemoterapi. Indonesian Journal of cancer 4, 144-148.
Syarif, Hilman; Nurahman, Eli; Gayatri, Eli.2011. Terapi Akupressure Dapat
Menurunkan Keluhan Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi Pada Pasien
Kanker : Randomized Clinical Trial. Jurnal keperawatan Indonesia Volume
14 No 2, Juli 2011: 133-140.

31

You might also like