You are on page 1of 2

Nama : Meisye Novarista Parinding

NIM : P07220117024

Memberikan informed consent

Proses consent adalah barometer untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan pasien
dalam proses terapi. Informed consent tidak hanya sebatas tanda tangan pasien dan
keluarganya, tetapi merupakan suatu proses untuk memberikan kesempatan pada pasien dan
keluarganya untuk mempertimbangkan semua pilihan dan resiko yang terkait dengan
pengobatan pasien (Commission on Patient Safety and Quality Assurance, 2008). Sudah
banyak guidelines yang diterbitkan untuk membantu petugas untuk mendapatkan informed
consent dengan baik. Sayangnya keterbatasan waktu dan kebiasaan petugas untuk
mendapatkan informed consent dengan cepat membuat proses ini seringkali diabaikan.

Ada dua bagian utama dari informed consent yaitu :

1. Bagian yang menginformasikan pasien mengenai:


a. Pemberian informasi oleh praktisi kesehatan
b. Penangkapan informasi oleh pasien.
2. Bagian yang memungkinkan pasien mengambil keputusan :
a. Pengambilan keputusan oleh pasien dengan bebas dan tidak terpaksa
b. Kompetensi kultural Banyak pihak yang memperdebatkan sejauh mana dan jenis
informasi apa saja yang harus disampaikan pada pasien dan sejauh mana informasi itu
harus dimengerti pasien sebelum seorang pasien dikatakan telah menerima informasi
dengan baik. Bagaimana seorang dokter atau praktisi kesehatan lainnya bisa
mengetahui bahwa keputusan pasien diambil secara bebas (tidak terpaksa), berdasarkan
pengetahuan yang adekuat, dan terbebas dari tekanantekanan internal (stress, kesedihan
mendalam, dan lain-lain) dan eksternal (biaya, ancaman, dan lain-lain). Penelitian-
penelitian yang menunjukkan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan pengobatan
telah tersedia untuk sebagian besar pengobatan. Informasi-informasi ini harus
disampaikan pada pasien, bahkan lebih baik jika tersedia dalam bentuk media cetak dan
bisa diberikan pada pasien untuk membantu membuat keputusan.

Informasi yang harus diberikan pada pasien menurut Victorian Department of Health
(2010) antara lain:
1. Diagnosis : meliputi prosedur diagnosis dan hasil pemeriksaannya. Jika tindakan medis
dilakukan untuk melakukan diagnosis, maka prosedur diagnosis harus dijelaskan.
2. Tingkat kepastian diagnosis: Ilmu kedokteran adalah ilmu yang tingkat ketidakpastiannya
tinggi, dengan semakin banyak gejala yang muncul, maka diagnosis bisa berubah atau bisa
semakin pasti.
3. Resiko terapi: pasien perlu mengetahui efek samping terapi, komplikasi akibat terapi atau
tindakan medis, outcome yang mungkin memperngaruhi kesehatan mental pasien, latar
belakang dari resiko terapi, konsekuensi jika tidak dilakukan terapi. Pasien juga perlu tahu
pilihan terapi yang tersedia, tidak hanya jenis terapi yang dipilih dokternya. Pasien juga
perlu tahu jenis terapi pilihan, hasil yang diharapkan, kapan terapi harus dimulai, lama
terapi dan biaya yang dibutuhkan.
4. Manfaat terapi dan resiko jika tidak dilakukan terapi: sebagian terapi prognosisnya buruk,
sehingga pilihan untuk tidak memberikan terapi akan lebih baik.
5. Perkiraan waktu pemulihan: jenis terapi atau tindakan medis yang dipilih mungkin akan
mempengaruhi kehidupan pasien, seperti pekerjaan, jarak tempat pengobatan dari rumah
pasien jika harus sering kontrol.
6. Nama, jabatan, kualifikasi, dan pengalaman tenaga kesehatan yang memberikan terapi dan
perawatan: pasien perlu mengetahui apakah tenaga kesehatan yang akan memberikan
terapi atau melakukan tindakan medis cukup berpengalaman. Jika tidak maka dibutuhkan
supervisi dari seniornya dan informasi tentang supervisi ini juga harus diberikan pada
pasien.
7. Ketersediaan dan biaya perawatan setelah keluar dari rumah sakit: pasien mungkin masih
membutuhkan perawatan dirumah setelah keluar dari rumah sakit. Maka informasi
ketersediaan tenaga kesehatan disekitar rumahnya dan perkiraan biaya perawatan sampai
pulih juga harus disampaikan.

You might also like