You are on page 1of 11

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Nama : Arlina Setyoningtyas


NIM : B1A017150
Rombongan :V
Kelompok :5
Asisten : Ainani Priza Minhalina

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh memiliki dua fungsi utama,
pertama untuk mengekskresikan sisa-sisa metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk
urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Kedua, mengatur konsentrasi
kebanyakan unsur cairan tubuh (Guyton, 1994). Ginjal juga berfungsi untuk
mengatur keseimbangan asam basa, serta mengatur tekanan darah (Dellman, 1992).
Laju filtrasi glomerulus telah diterima secara luas sebagai indeks terbaik untuk
menilai fungsi ginjal. Pengukuran LFG merupakan hal yang penting dalam
pengelolaan pasien dengan penyakit ginjal, selain untuk menilai fungsi ginjal secara
umum, banyak kegunaan penting pengukuran LFG, seperti untuk mengetahui dosis
obat yang tepat yang dapat dibersihkan oleh ginjal (Rismawati & Afrida, 2012).
Ginjal berjumlah 2 buah dan berwarna merah keunguan. Ginjal bagian kiri
letaknya lebih tinggi daripada ginjal bagian kanan. Nefron terdapat di kulit ginjal
dan berfungsi sebagai alat penyaring darah. Korteks mengandung lebih kurang satu
juta nefron. Setiap nefron tersusun atas badan malphighi dansaluran panjang
(tubulus) yang berkelok-kelok. Badan malpighi tersusun atas glomerulus dan kapsul
Bowman. Glomerulus merupakan untaian pebuluh darah kapiler tempat darah
disaring. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul Bowman (Poedjiadi, 2009).
Ginjal terletak di belakang rongga perut (retroperitoneal), berada di bawah
sekat rongga dada belakang (diafragma). Ginjal sebelah kanan umumnya sedikit
lebih rendah dari yang kiri. Ginjal mampu menyaring 120 ml darah dalam satu menit
pada kedua ginjal sehingga dalam waktu 24 jam akan tersaring 172,8 liter darah
setiap hari. Proses penyaringan tersebut akan menghasilkan 1,5 liter urine sehingga
cairan yang diserap kembali mencapai 177,3 liter. Ginjal kiri lebih panjang dari
ginjal kanan. Berat ginjal pada pria dewasa adalah 150-170 gram dan wanita dewasa
115-155 gram (Syaifuddin, 2000).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum “Analisis Filtrasi Ginjal” adalah untuk menganalisis
senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum “Analisis Filtrasi Ginjal” adalah
tabung reaksi, syringe, labu Erlenmeyer dan funnel.
Bahan yang digunakan ialah larutan biuret, larutan benedict’s, larutan protein
1%, larutan glukosa 1%, larutan lugol 1%, akuades, larutan amilum 1% dan kertas
filter Sartorius.

B. Cara Kerja

1. Tabung reaksi dan semua larutan disiapkan.


2. Larutan protein, glukosa, amium, dan akuades dimasukkan ke dalam tabung
reaksi masing-masing 1 ml.
3. Setiap tabung reaksi dan diberi label sesuai dengan isi larutan uji.
4. Sebanyak 0,5 ml larutan Biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan protein dan akuades. Perubahan yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 0,5 ml larutan Benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan glukosa. Tabung reaksi tersebut di masukkan dalam pemanas air
selama 5 menit, kemudian dikocok dan diamati perubahannya.
6. Sebanyak l tetes larutan lugol ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan amilum dan amati perubahan yang terjadi.
7. Sebanyak 2 ml larutan dari tiap-tiap larutan (protein, glukosa, amilum dan
akuades) disaring menggunakan kertas saring yang telah disiapkan pada
tabung reaksi.
8. Langkah 2-5 diualangi dan diamati perubahan yang terjadi.
9. Hasil pengamatan dicatat dan dimasukin kedalam data pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 3.1. Data Percobaan Uji Filtrasi Menggunakan Kertas Saring

Larutan Uji Intensitas Warna (sebelum) Intensitas Warna (sesudah)

Protein +++ ++
Amilum +++ ++
Glukosa +++ ++
Akuades +++ +

Keterangan :
- : Tidak ada perubahan
+ : Perubahan warna rendah
++ : Perubahan warna sedang
++ : Perubahan warna kuat

Gambar 3.1. Larutan Uji Gambar 3.2. Larutan Uji


Protein + Biuret Akuades + Biuret
Gambar 3.3. Larutan Uji Gambar 3.4. Larutan Uji
Amilum + Lugol Glukosa + Benedict
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data tersebut dapat diketahui bahwa untuk larutan
protein, glukosa dan amilum yang telah ditetesi larutan uji menunjukkan perubahan
warna sedang, sedangkan larutan akuades menunjukkan perubahan warna rendah.
Hasil percobaan tersebut sesuai dengan pernyataan Linder (2012), yang menyatakan
bahwa protein dan glukosa akan tersaring hingga menyisakan 0,03% pada urin
primer hasil filtrasi ginjal dan sisa dari zat-zat tersebut akan di reabsorbsi hingga
tidak tersisa lagi pada pembentukan urin sekunder, sedangkan air hanya akan
mengalami sedikit penyaringan dan akan direabsorbsi kemudian. Reabsorbsi air
tergantung dari kebutuhan tubuh, jika tubuh sudah mengandung banyak air maka air
tidak akan mengalami reabsorbsi. Reabsorbsi air pada tubulus ginjal akan
dipengaruhi oleh hormon antidiretik (ADH) yang disekresikan oleh kelenjar
hipofisis.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur kadar cairan dalam tubuh,
keseimbangan elektrolit, dan pembuangan sisa metabolit dan obat dari dalam tubuh.
Penurunan fungsi ginjal dapat mempengaruhi farmakokinetika obat, terutama obat
yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Suardi et al., 2016). Ginjal juga berfungsi
untuk mengatur keseimbangan asam-basa, serta mengatur tekanan darah. Selain itu
ginjal berfungsi untuk memekatkan toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui
tubulus, serta mengekskresikan xenobiotik dan metabolitnya (Lu, 1995).
Pembentukkan urin sebagai hasil kerja ginjal dalam membersihkan darah
meliputi 3 proses, yaitu filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi. Filtrasi (tahap
penyaringan) terjadi di sel-sel nefron antara glomerolus dan simpai bowman pada
proses ini dihasilkan urin primer. Reabsorbsi (tahap penyerapan kembali), terjadi
pada saluran pengumpulan dari simpai bowman terhadap zat-zat seperti glukosa dan
bahan lain diserap kembali ke aliran darah. Zat-zat yan tidak direabsorbsi seperti
urea, garam dan lain-lain bercampur dengan air menjadi urine. Reabsorbsi terjadi
di tubulus kontortus proksimal dan dihasilkan urin sekunder. Augmentasi (tahap
pembuangan), terjadi di piramida pada medula ginjal. Tepatnya di tubulus kontortus
distal dan tubulus kolektivus. (Arisworo & Yusa, 2008).
Prinsip kerja larutan benedict terhadap glukosa dalam urin akan mereduksi
kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan
warna dari larutan benedict tersebut. Ketika reagen benedict dicampurkan dan
dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan,
tembaga (salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut
dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Jadi, bila urin
mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna, bila tidak terdapat
glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan
berubah (Carlton, 1995).
Lugol sering digunakan sebagai antiseptik, desinfektan, dan sebagai reagen
untuk deteksi pati di laboratorium rutin dan tes medis lainnya. Lugol juga telah
digunakan untuk mengisi kekurangan yodium. Iodida kalium murni yang terdapat di
dalam Lugol merupakan ion iodida yang relatif jinak tanpa unsur yodium yang
bersifat toksik, maka dari itu Lugol lebih sering dan banyak disukai untuk tujuan
pengujian filtrasi ginjal. Biuret merupakan larutan berwarna biru yang menjadi
nampak berwarna violet pada saat terkena kontak dengan protein, atau zat lain yang
memiliki ikatan peptida. Pengujian yang dilakukan reagen tidak benar-benar
mengandung Biuret, mereka dinamakan demikian karena baik pada larutan Biuret
dan protein memiliki respon yang sama terhadap proses pengujian filtrasi yang
dilakukan (Davey, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu
diantaranya, jumlah air yang diminum, keadaan sistem syaraf, hormon ADH,
banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi osmotic,
pada penderita diabetes melitus pengluaran glukosa diikuti kenaikan volume urine
(Thenawijaya, 1995). Secara fisiologis, faktor usia berhubungan dengan kemampuan
ginjal dalam mengekskresikan sisa metabolit untuk mempertahankan keseimbangan
biokimia asam basa darah. Semakin bertambah usia seseorang maupun adanya
gangguan pada ginjal akan menurunkan fungsi glomerulus dan tubulus dalam
pembentukan urin. Pola hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik, konsumsi
obat dalam jangka lama serta kebiasaan kurang minum dapat pula merupakan faktor
pemicu. (Lestantyo & Suroto, 2018).
Sistem kemih merupakan suatu system tempat terjadinya proses penyaringan
darah dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan menyerap kembali zat-zat
yang masih digunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh akan
larut dalam air kemudian dikeluarkan berupa urin. Sistem kemih terdiri atas sepasang
saluran kemih atas yaitu ginjal dan ureter, serta saluran kemih bawah yaitu kandung
kemih dan uretra (Fatriyadi & Pahlavi, 2016).
Fungsi ekskresi ginjal biasanya dinyatakan sebagai laju filtrasi glomerulus
(GFR), ukuran dinamis yang tergantung pada GFR nefron tunggal dan jumlah total
nefron GFR normal dipertahankan dalam kisaran submaksimal dengan cadangan
ginjal fungsional yang dapat meningkat untuk mengakomodasi volume transien atau
beban osmolit (Davis et al., 2016). Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan suatu
pemeriksaan fungsi ginjal untuk menilai fungsi ekskresi ginjal, dengan cara
menghitung banyaknya filtrat yang dapat dihasilkan oleh glomerulus. Derajat
penurunan nilai LFG menandakan beratnya kerusakan ginjal ( Surya et al., 2018).
Beberapa kelainan atau penyakit pada ginjal yang sering dijumpai menurut
Wilson (1979) antara lain :
1. Batu ginjal
Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga
ginjal, saluran ginjal, atau kandung kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang
tidak bisa larut dan mengandung kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium
fosfat. Penyebabnya adalah karena terlalu banyak mengonsumsi garam mineral
dan terlalu sedikit mengonsumsi air. Batu ginjal tersebut lebih lanjut dapat
menimbulkan hidronefrosis. Hidronefrosis adalah membesarnya salah satu ginjal
karena urine tidak dapat mengalir keluar. Hal itu akibat penyempitan aliran
ginjal atau tersumbat oleh batu ginjal.
2. Nefritis
Nefritis adalah kerusakan bagian glomerulus ginjal akibat alergi racun kuman.
Nefritis biasanya disebabkan adanya bakteri Streptococcus.
3. Glukosuria
Glukosuria adalah penyakit yang ditandai adanya glukosa dalam urine. Penyakit
tersebut sering juga disebut penyakit gula atau kencing manis (diabetes
mellitus). Kadar glukosa dalam darah meningkat karena kekurangan hormon
insulin. Nefron tidak mampu menyerap kembali kelebihan glukosa, sehingga
kelebihan glukosa dibuang bersama urine.
4. Albuminuria
Albuminuria adalah penyakit yang ditunjukkan oleh adanya molekul albumin
dan protein lain dalam urine. Penyebabnya karena adanya kerusakan pada alat
filtrasi. Peningkatan kadar laktat juga dapat dapat dijumpai pada pasien dengan
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dan salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan HD (Hemodyalisis).
5. Hematuria
Hematuria adalah penyakit yang ditandai adanya sel darah merah dalam urine.
Penyakit tersebut disebabkan adanya peradangan pada organ urinaria atau karena
iritasi akibat gesekan batu ginjal.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa larutan yang tidak


dapat melewati filter adalah larutan protein, larutan amilum dan larutan glukosa.
Larutan tersebut dapat difiltrasi karena mengalami perubahan warna saat disaring.
Larutan akuades tidak dapat difiltrasi karena warna yang terjadi setelah penyaringan
hampir sama dengan warna cairan sebelum disaring.
DAFTAR PUSTAKA

Arisworo, Djoko & Yusa., 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IX Sekolah
Menengah Pertama. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Carlton WW & Mc Gavin MD., 1995. Special Veterinary Pathology. United State of
America: Mosby.
Davey, Patrick., 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Davis, J. M., Anders, H. J., & Thurau, K., 2016. Nephron Protection in Diabetic
Kidney Disease. The New England Journal of Medicine, pp. 2096-2098.
Fatriyadi, J., & Pahlavi, I. R., 2016. Pemberian Terapi Ceftriakson terhadap Kadar
Kalsium Urin. Majority, pp.111-116.
Dellmann HD & Brown E., 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I dan II.
Penerjemah: Hartono, editor. Jakarta: Universitas Indonesia.
Guyton AC dan Hall JE., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-7. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Lestantyo, D., & Suroto., 2018. Analisis Berat Jenis Dan Osmolalitas Urin Selama
Suplementasi Larutan Elektrolit Pada Pekerja Dengan Pajanan Panas. Jurnal
Kesehatan, pp. 99-106.
Linder, S., 2012. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus.
Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Departement Patologi Klinik
Kedokteran Universitas Indonesia.
Lu, FC., 1995. Toksikologi Dasar. Ed ke-2. Jakarta: UI Press.
Suardi, M., Sofjan, M., & Raveinal., 2016. Kesesuaian Dosis Vankomisin pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 3 dan 4 di Bangsal Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, pp. 64-71.
Surya, A. M., pertiwi, D., & Masrul., 2018. Hubungan Protein Urine dengan Laju
Filtrasi Glomerulus pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik Dewasa di RSUP
Dr. M.Djamil Padang tahun 2015-2017. Jurnal Kesehatan Andalas, pp. 469-
474.
Syaifuddin., 2000. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika.
Thenawijaya & Maria C., 1995. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI
Press.

Wilson, J. A., 1979. Prinsiple of Animal Physiology. Collier Mc Millan. London: S


Publisher.

You might also like