You are on page 1of 5

PENTINGNYA IMUNISASI

Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit
berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.
Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi
oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya.
Jadi, imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran
ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya.

Imunisasi, ASI dan perbaikan lingkungan bersama-sama lebih effektif mencegah penyakit
dan kematian

Pemberian ASI, perbaikan gizi dan lingkungan memang turut membantu menurunkan angka
kematian akibat penyakit-penyakit tersebut. Tetapi perbaikan gizi dan lingkungan membutuhkan
waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih sulit dibanding imunisasi. Dengan imunisasi dasar
lengkap angka kematian bayi lebih cepat turun.

Oleh karena itu dengan imunisasi dasar lengkap, ASI dan perbaikan lingkungan bersama-sama
akan lebih effektif mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian bayi dan balita.

Bayi yang belum imunisasi lengkap rawan sakit berat dan menjadi sumber penularan

Bayi -bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90 % dari sekitar 4,5 juta bayi
yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan,
transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10 % bayi (sekitar 450.000 bayi) yang
belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum
mendapat imunisai dasar lengkap.

Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan
mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain
itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke negara
lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia.

RESIKO JIKA TIDAK DIIMUNISASI

Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan
yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka
tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat
atau meninggal.

Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke adik, kakak dan
teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana
menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.

Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan
keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya
yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian.

SYARAT

1. Reaksi parah terhadap vaksin sebelumnya


"Salah satu alasan utama untuk menghindari vaksinasi anak adalah reaksi alergi yang parah
terhadap vaksin sebelumnya," kata Robert W. Frenck, Jr, MD, profesor pediatri di Cincinnati
Children Rumah Sakit Medical Center, di Ohio.

Reaksi yang muncul dapat berupa gatal-gatal, kesulitan bernapas atau penurunan tekanan darah.
Reaksi serius lain seperti demam tinggi, sakit kepala dan kebingungan.

Banyak efek samping yang umum terjadi seperti kemerahan pada bekas suntikan atau demam
rendah. Periksalah ke dokter untuk mengetahui gejala anak yang perlu diwaspadai terkait dengan
vaksinasi yang akan diambil.

2. Alergi telur
Vaksin flu dan virus campak dibuat dari telur ayam. Namun, vaksin tersebut masih aman untuk
anak, bahkan jika ia memiliki alergi telur. "Salah satu cara untuk memberikan suntikan flu bagi
anak-anak yang alergi telur yaitu dengan cara pemberian vaksin dalam dosis yang perlahan-lahan
meningkat oleh ahli alergi anak," kata Andrew Hertz, MD, dokter spesialis anak Rumah Sakit
Bayi & Anak Universitas Rainbow di Cleveland, AS.

Komite Penasehat untuk Praktik Imunisasi di AS (The Advisory Committee on Immunization


Practices) baru-baru ini merekomendasikan bahwa orang dengan alergi telur boleh mendapatkan
vaksinasi flu. Rekomendasi ini didasarkan pada penelitian yang telah mencatat bahwa orang
dengan alergi telur tidak mengalami reaksi apapun terhadap vaksin. Mungkin karena jumlah
protein telur di dalamnya sangat kecil.

3. Demam tinggi
"Jika anak mengalami demam 38 C atau lebih tinggi, konsultasikan dengan dokter untuk
menunda vaksin," saran Dr Hertz. Bukan karena suntikannya akan menyakiti anak, tapi kondisi
demam dapat menyulitkan untuk mengetahui apakah ia juga memiliki reaksi negatif terhadap
vaksin.

"Kita tidak akan tahu jika demamnya adalah efek samping dari vaksin," kata Dr Hertz. Hal Itu
bisa membuat anak lebih berisiko terhadap vaksinasi berikutnya. Jika Anda menunda vaksinasi
karena demam, ingatlah untuk menjadwal ulang kembali.

4. Asma atau penyakit paru-paru


Anak-anak dengan penyakit asma dan penyakit paru-paru lainnya harus paling dahulu mendapat
vaksinasi flu setiap tahun. Flu bisa menjadi masalah besar bagi mereka yang memiliki penyakit
kesulitan bernapas. Tapi hindari vaksinasi flu lewat hidung karena mengandung virus hidup yang
lemah, berbeda dengan suntikan yang merupakan virus mati.

"Ini dapat menyebabkan asma," kata Dr Hertz. Anak-anak tanpa kondisi asma atau paru-paru
lebih tua dari 2 tahun dan tidak memiliki alergi telur seharusnya tidak bermasalah dengan vaksin
flu jenis apapun.

5. Steroid dosis tinggi


Jika anak akan menggunakan kortikosteroid dosis tinggi yang mematikan reaksi kekebalan tubuh
yang terlalu aktif, hindarilah vaksin virus hidup. Di antaranya termasuk vaksin flu hidung,
rotavirus, MMR (campak, gondok, rubella), varisela (cacar air), dan zoster ( herpes zoster),
sampai beberapa minggu setelah berhenti menggunakan steroid.

Steroid dosis tinggi biasanya diminum untuk jangka waktu yang relatif singkat dalam
pengobatan asma atau kondisi lain. Obat ini menurunkan aktivitas sel-sel kekebalan yang
melawan infeksi virus. Tapi steroid dosis rendah yang dihirup tidak masalah.

6. Immunodeficiency atau kemoterapi


Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat kemoterapi atau menerima
pengobatan imunosupresif untuk penyakit autoimun seperti penyakit inflamasi usus atau
rheumatoid arthritis, juga harus menghindari vaksin virus hidup.

Meskipun vaksin aman membunuh virus dan diperlukan untuk melindungi anak-anak seperti itu,
suntikan mungkin tidak dapat melindungi karena hanya digunakan untuk anak-anak dengan
sistem kekebalan yang kuat.

7. HIV-positif
"Secara umum, anak-anak dengan HIV/AIDS harus tetap mendapatkan vaksinasi selama sistem
kekebalan tubuh mereka tidak terancam," kata Ciro Sumaya, MD, profesor kebijakan kesehatan
dan manajemen di Texas A&M Health Science Center School of Rural Public Health, di College
Station.

Satu-satunya pengecualian adalah vaksin flu hidup. Jika tidak, selama anak dengan HIV
memiliki jumlah T-sel yang berada dalam rentang yang aman, ia boleh menerima vaksin virus
hidup, termasuk MMR, varicella, dan rotavirus.
8. Anak tinggal bersama orang yang Sakit
"Vaksin hidup tertentu tidak boleh diberikan kepada anak-anak yang tinggal dengan orang
dengan sistem kekebalan tubuh lemah, baik karena kemoterapi, mengidap HIV AIDS atau
minum obat imunosupresif," kata Dr Hertz.

Secara khusus, anak-anak ini dilarang mendapat vaksin flu hidung sebab berpotensi bisa
menularkan penyakit. Secara teoritis, penyakit bisa disekresikan lewat sekresi hidung dan
pernapasan dalam jumlah yang sangat kecil.
JADWAL IMUNISASI

SUMBER :

Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi


Sekretaris Satgas Imunisasi
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-penting-untuk-mencegah-penyakit-berbahaya

You might also like