Professional Documents
Culture Documents
DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Februari 4, 2011 Muhamad Yusron 13 Komentar
Disusun oleh :
Nama : Muhamad Yusron
Jurusan : Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Banten
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri dunia bisnis dalam era global ini dihadapkan pada proses
perubahan yang begitu cepat dan rumit. untuk itu kebutuhan akan perubahan yang
dinamis dalam berbagai hal seperti visi, misi, tujuan dan sistem berpikir menjadi
hal pokok yang harus dimiliki perusahaan. dalam konteks organisasi belajar,
setiap individu organisasi bisnis harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk
belajar pada setiap tingkat apapun dalam perusahaannya. dengan kata lain setiap
pekerjaan harus mengandung unsur pembelajaran yang semakin aktif.
Fungsi manager adalah lebih sebagai peneliti dan sekaligus perancang ketimbang
hanya sebagai penyelia. dalam hal ini manager harus mendorong para karyawan
untuk menciptakan gagasan baru, sekecil apapun, dan mengkomunikasikan
gagasan-gagasan tersebut ke karyawan lain. selain itu hendaknya manager
mendorong karyawan untuk mengerti keseluruhan pekerjaan dan
permasalahannya, membangun visi kolektif dan bekerja bersama mencapai tujuan
perusahaan.
“Manajemen adalah sebagian dari seni dan ilmu untuk mendapatkan sesuatu
dengan bantuan orang lain melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Apa itu seni?seni
adalah sesuatu diluar bidang keilmuan, yang dimiliki oleh masing-masing
individu. seni itu abstrak, seperti dalam manajemen setiap orang yang menjadi
manager harus juga menjadi seniman, apa itu seniman manajemen?seniman dalam
manajemen adalah orang yang mampu membawa dirinya selaras dengan tugas dan
tanggung jawabnya, dan dalam berhadapan dengan orang lain dia dapat bersikap
yang sesuai sehingga orang-orang disekitarnya dapat nyaman dan termotivasi jika
berada didekatnya. bagaimana mempelajarinya?seni manajemen dipelajari melalui
kehidupan sehari-hari, bagaimana kita mengambil setiap manfaat yang terkandung
dalam suatu peristiwa dalam hidup, sehingga kita tahu bagaimana harus
memecahkan persoalan tidak hanya dengan cara teknis tapi juga dengan
perasaan.feeling. jadi manager harus punya feeling yang kuat, karena ilmu sendiri
sangat rentan dengan perubahan lingkungan. manager juga seorang ilmuwan, dia
harus paham masalah-masalah teknis dalam perusahaan. bagaimana akuntansi
perusahaan berjalan, bagaimana keadaan keuangan perusahaan, bagaimana
menyusun strategi perusahaan, tentu semua itu juga membutuhkan ilmu. seni dan
ilmu tak bisa di pisahkan dalam kehidupan seorang manager. manager yang
sukses pastilah juga seorang seniman dan juga ilmuwan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Pengertian dari manager
2. Seperti apa peran, sikap dan prilaku manager khususnya perilaku manager
dalam pengambilan keputusan
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang pengertian dari manager
2. Mendeskripsikan prilaku manager dalam pengambilan keputusan
D. Manfaat penulisan
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAGER
B. TINGKATAN MANAGER
C. PERAN MANAGER
Henry mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada
sepuluh peran yang dimainkan oleh manager di tempat kerjanya. ia kemudian
mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok yang pertama
adalah peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan kewajiban lain, yang
bersifat seremonial dan simbolis. peran ini meliputi peran sebagai figur untuk
anak buah, pemimpin, dan penghubung. yang kedua adalah peran informasional,
meliputi peran manager sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran
sebagai juru bicara. yang ketiga adalah peran pengambilan keputusan, meliputi
peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya,
dan perunding.
D. KETERAMPILAN MANAGER
E. ETIKA MANAGER
Kategori ini meliputi aspek perekrutan, pemecatan, kondisi upah dan kerja, serta
ruang pribadi dan penghormatan. pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa
keputusan perekrutan dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan
untuk melakukan pekerjaan. perilaku yang secara umum dianggap tidak etis
dalam kategori ini misalnya mengurangi upah pekerja karena tahu pekerja itu
tidak bisa mengeluh lantaran takut kehilangan pekerjaannya.
F. PERAN MANAGER
Henry mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada
sepuluh peran yang dimainkan oleh manager di tempat kerjanya. ia kemudian
mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Peran antarpribadi merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain,
yang bersifat seremonial dan simbolis. peran ini meliputi peran sebagai figur
untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2. Peran informasional meliputi peran manager sebagai pemantau dan penyebar
informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3. Peran pengambilan keputusan yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran
sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan
perunding.
mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang
dilakukan oleh manager adalah berinteraksi dengan orang lain.
G. TUGAS MANAGER
BAB III
POKOK PEMBAHASAN
Tulisan berikut ini hendak menguraikan sejumlah ciri dari perilaku manager atau
atasan yang otoriter dan bermental menjatuhkan bawahan. atasan semacam ini
sungguh tak layak diberi respek. sebaliknya, mereka mesti segera dieliminasi.
sebab jika tidak, ia akan memberikan dampak yang amat buruk bagi kinerja
karyawan secara keseluruhan. (jika anda ingin mendapatkan slide powerpoint
presentasi yang bagus mengenai management skills,
berikut adalah ciri-ciri manager yang tidak kompeten, dan cenderung beperilaku
buruk atau bahkan sadis kepada para bawahannya.
– Serangan verbal di depan umum bawahannya melukiskan, bagaimana manager
mereka cara terus-menerus melakukan teriakan amukan di tempat-tempat umum,
dengan maki-makian sebagai senjata utamanya. Kata seorang pekerja: “karena
suatu kesalahan kecil, saya disikat habis-habisan di hadapan 10 rekan saya serta
sejumlah tamu. Saya dicaci-maki sebagai orang tolol dan tidak kompeten. Saya
diancam akan dipecat dan dikutuk habis-habisan.” Kata seorang pekerja lain lagi;
“saya dipanggil dalam kantor manager dan dengan pintu terbuka, sehingga semua
pembicaraan kami dapat didengar dari luar, saya dimaki-maki sebagai tidak
kompeten, seorang goblok.”
– Pemalsuan catatan para pekerja juga memberikan indikasi, bahwa manager-
manager sadis tidak merasa segan-segan atau menyesal untuk merobah catatan-
catatan dan memanipulasikan kegiatan-kegiatan lampau untuk mengubah
lingkungan kerja sesuai kepentingan mereka. Mereka sering menyangkal telah
memberi perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dengan demikian
menghindari rasa tanggung jawab terhadap hasil-hasil yang negatif. Sambil
memanipulasi fakta-fakta, peristiwa, mereka mengaku, bahwa merekalah yang
berjasa dan bukan kelompok kerja. Senjata utama mereka adalah sindiran, desas-
desus dan menjelekkan orang lain.
– Tindakan pembalasan para pekerja menekankan, bahwa mereka bersikap hati-
hati apabila manager mereka meminta umpan balik. Soalnya respons-respons
yang tulus sering disusul dengan tindakan-tindakan pembalasan. Seorang pekerja
melaporkan, bahwa ia ikut serta dalam suatu training, dimana manager mereka
mendorong para peserta agar secara jujur bersama-sama merasakan masalah dan
keprihatinan. Pekerja ini kemudian mengemukakan pandangan-pandangannya,
berusaha mengajukan usul-usul yang konkrit yang dapat meningkatkan fungsi
kelompok.
Dua minggu kemudian, selama penilaian prestasinya yang ditangani oleh manager
tersebut sendiri — meskipun dalam hal seperti ini, biasanya dilakukan oleh
supervisor — pekerja tersebut mengetahui angka-angka-nya sangat kurang.
Ketika ia menanyakan mengapa prestasinya berubah bila dibandingkan dengan
hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya, ia diberitahukan, bahwa tidak ada
perubahan; prestasinya selama tahun-tahun itu sama kurang baiknya.
Sebagai bukti ia diperlihatkan catatan hasil prestasinya dari dua tahun terakhir.
Kata pekerja tersebut: “angka-angka saya dirubah dan saya mempunyai catatan
asli untuk membuktikannya. Tetapi apalah faedahnya, kalau saya ngotot?
Manager saya akan mengarang alasan palsu untuk memecat saya. Mungkin kata
orang, tidak ada hubungan langsung antara keterbukaan saya selama training dan
hasil prestasi saya yang kurang baik, namun saya yakin kebenaran saya.”
Setelah berada selama beberapa waktu di bawah pimpinan seorang manager sadis
— meskipun waktu itu singkat — seorang pekerja menyadari, bahwa semua
umpan balik kecuali yang bersifat menjilat, responsnya akan merupakan tindakan
balas dendam. Kata mereka, tindakan balas dendam seperti itu se-lalu ada,
disengaja dan direncanakan terlebih dahulu.
– Kritik tajam dan berlebih-lebihan tema sadisme yang juga selalu muncul adalah
mengenai ketajaman dan bentuk kritik yang disampaikan oleh manager sadis. Para
pekerja menyebut manager seperti itu “tukang ngoceh abadi”. Manager seperti itu
secara konsisten mengadakan kritik, tidak perduli apakah perlu di-ambil tindakan
tegas atau tidak terhadap bawahan.
Tujuannya adalah untuk membeberkan kelemahan dan kesalahan; bukan untuk
memperbaikinya. Kritik sering ditancarkan terhadap soal-soal kecil dan tidak
berarti dan ditujukan ke¬pada pribadi pekerja dan bukan terhadap pekerjaan. Para
pekerja tidak pernah dapat pengakuan positif.
– Standar-standar yang tidak jelas kemungkinan terjadinya kritik bertubi-tubi
diperkuat oleh ke cenderungan manager sadis untuk tidak mengkomunikasikan
standar-standar. Demikian pula kegemarannya terhadap agenda- agenda dan
motif-motif yang tidak jelas. Semua faktor ini menghalangi para pekerja untuk
cukup mengetahui apa yang dikehendaki oleh manager tersebut, sehingga dapat
merubah sikap mereka demi tercapainya tujuan-tujuan yang ada.
– Penyalahgunaan kekuasaan untuk menundukkan bawahan menurut para pekerja,
manager sadis sama sekali tidak mentolerir perbedaan faham, pikiran independen
serta menuntut kepatuhan dan orang harus selalu setuju dengan pandangannya.
Taktik-taktik yang digunakan adalah mengacau atau memberhentikan orang;
memblokir usaha-usaha untuk pindah ke pekerjaan lain dan menahan hak hak
istimewa yang diberikan secara normal kepada pekerja oleh perusahaan,
menerapkan sanksi-sanksi berat dan memecat seenaknya para pekerja.
– Membuat dan melaksanakan peraturan-peraturan pendekatan manager sadis
terhadap peraturan adalah menyesuaikannya dengan keadaan yang berlaku.
Mereka jalankan policies serta prosedur-prosedur perusahaan yang sesuai dengan
tujuan pribadi mereka. Kalau terjadi hal yang sebaliknya, manager sadis
mengabaikan policy atau prosedur. Manager sadis terutama mempersingkat jam
istirahat atau justru memperpanjang jam-jam kerja, tanpa memberi uang lembur.
– Mementingkan diri secara berlebih-lebihan para pekerja menunjukkan, bahwa
manager sadis sang atau mementingkan diri; tanpa memperdulikan dampaknya
terhadap karyawan atau proyek. Manager sadis tidak menunjukkan loyalitas
terhadap bawahan dan sulit dipegang kata-katanya. Sadis-sadis itu menjilat,
memberi imbalan kepada kawan-kawan dan melaksanakan tugas-tugas yang
bersifat pribadi (bukan demi kepentingan perusahaan) untuk segelintir orang
terpilih.
– Kelakuan tidak tegas dan irasional para pekerja mengatakan, bahwa meskipun
para manager sadis suka menyinggung masalah moral, namun tingkah laku
mereka tetap sulit diramalkan serta tidak rasional. Beberapa pekerja juga
menjelaskan, bahwa manager-manager mereka memperlihatkan gaya tingkah-laku
dan “mood” yang berbeda-beda; dan yang lembut sampai yang sangat brutal.
– Mengembangkan hubungan aman dengan manajemen tingkat lebih tinggi
pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja adalah “bagaimana bisa seorang
manager sadis mempertahankan kedudukannya dalam suatu organisasi, jika
dampaknya sangat negatif bagi produktivitas?”
Jawabannya adalah: “dengan bersikap menyenangkan bagi orang-orang yang
berada di luar unit kerja. Dan dengan cara mengkambinghitamkan orang-orang
tertentu dalam unit, bila terjadi kegagalan serta menghukum orang-orang di depan
umum. Para manager sadis mengembangkan hubungan akrab dengan mereka yang
memegang kekuasaan lebih tinggi. Dalam satu kasus, manager sadis itu adalah
penasehat chief executive officer dari bagian operasional. Dalam kasus-kasus lain,
manager sadis adalah teman kelas lama atau partner main golf dari ceo. Manager-
manager dalam posisi demikian gampang sekali menjelaskan masalah-masalah
seperti menurunnya moral atau produktivitas yang rendah.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa uraian di atas kita tahu bahwa pentingnya seorang manajer menguasai
apa tugas dan kewajibannya dalam memimpin dan memberikan perilaku yang
baik terhadap bawahannya, terutama dalam pengambilan keputusan seorang
manager penting sekali untuk bertindak lebih ekstra dan hati-hati agar dapat
mengendalikan segala situasi maupun kebijakan serta dampak-dampaknya.
Seorang manajer yang professional akan membawa kemajuan dalam suatu
perusahaan, sebaliknya jika seorang manager kurang paham apa tugas dan
kewajibannya sehingga tidak bisa melakukan pembenahan maka perusahaan akan
rugi dan mungkin bisa mengalami kemunduran dan akan berdampak negatif
kepada para karyawan/bawahannya.