You are on page 1of 11

Susi Rio dkk.

, Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan


yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker
PERSEPSI TENTANG KANKER SERVIKS DAN UPAYA
PREVENSINYA PADA PEREMPUAN YANG MEMILIKI KELUARGA
DENGAN RIWAYAT KANKER
Susi Rio1, Eunike Sri Tyas Suci2

ABSTRACT
Background: Cervical cancer has become a major problem in women’s health not only causing morbidity
but also leading to many deaths. Data released by Center for Data and Information Ministry of Health of
the Republic of Indonesia showed that in 2013 there were 98,692 patients with cervical cancer in Indonesia
the Increasing was mortality of cervical cancer is thought due to delay in handling.
Objective: This study was aimed to see a comprehensive perception of cervical cancer and prevention
efforts in women who had families with a history of cancer.
Method: The approach used in this study was a qualitative approach in which the datas were collected
through in-depth interviews and observations.
Results and Conclusions: The results of this study showed all five informants perceived cervical cancer as
a malignant disease. They found themselves at risk for cervical cancer as well. Four of 5 informants said
they would seek immediate preventive measures, but only two of them had made prevention efforts.
One informant who, despite believing cervical cancer as a malignant disease and aware of the risks of this
disease, and knowing there were efforts that could be done to avoid cervical cancer stated she would not
make any prevention efforts.

Keywords: woman psychology, woman body, married woman, woman reproductive health, cervical
cancer, health belief model (HBM)

ABSTRAK
Latar Belakang : Kanker serviks telah menjadi masalah besar pada kesehatan perempuan karena selain
menimbulkan kesakitan juga mengakibatkan banyak kematian. Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat
98.692 penderita kanker serviks di Indonesia. Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker serviks
diduga disebabkan keterlambatan dalam penanganan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat secara komprehensif persepsi tentang kanker serviks dan
upaya prevensinya pada perempuan yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker.
Metode : Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif di mana data
dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam (in depth interview).
Hasil Penelitian dan Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan kelima informan mempersepsikan
kanker serviks sebagai penyakit yang ganas. Semua informan juga menyadari dirinya berisiko terkena
kanker serviks. Empat dari lima informan menyatakan akan segera mengupayakan tindakan prevensi, tetapi
ada satu informan yang tetap tidak akan melakukan upaya prevensi apapun walaupun yang bersangkutan
mengetahui ada upaya-upaya yang dapat dilakukan guna terhindar dari kanker serviks.

Kata kunci: Psikologi wanita, tubuh wanita, wanita menikah, kesehatan reproduksi wanita, kanker serviks,
(HBM) health belief model

1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

159
Vol. 4 | No. 3 | Desember 2017| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169

PENDAHULUAN mengalami banyak kehamilan berisiko terkena


Menurut World Health Organization (WHO), kanker serviks. Terkait dengan perilaku seksual,
pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 530. Fritzgerald, Stany dan Hamilton5 menjelaskan
000 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. bahwa perempuan yang melakukan hubungan
Lebih dari 270.000 orang perempuan meninggal seksual di usia dini dan yang mempunyai banyak
setiap tahun akibat penyakit ini, dan lebih dari pasangan seksual berisiko terkena kanker serviks.
85% dari angka kematian ini terjadi di negara- Selain riwayat kehamilan dan perilaku seksual,
negara berpenghasilan rendah dan menengah, faktor penggunaan kontrasepsi; merokok;
termasuk Indonesia.1 nutrisi; dan genetik juga merupakan faktor yang
dikaitkan dengan risiko terkena kanker serviks.
Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Penggunaan kontrasepsi oral lebih dari empat
Informasi Kementerian Kesehatan Republik tahun, menurut Aziz3 dapat meningkatkan resiko.
Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun Aziz3 juga menjelaskan bahwa bahan-bahan yang
2013 terdapat 98.692 penderita kanker serviks terdapat pada tembakau dapat menyebabkan
di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik kanker serviks. Terkait nutrisi, Aziz mengatakan
Indonesia, 2015). Pusat data dan informasi ini bahwa dari beberapa penelitian ditemukan
juga menunjukkan peningkatan jumlah kematian ternyata kekurangan asam folat, vitamin C,
akibat kanker serviks di Rumah Sakit Kanker vitamin E dan beta carotin dihubungkan dengan
Dharmais pada tahun 2011 hingga tahun 2013. peningkatan resiko kanker serviks.
Pada tahun 2011 terjadi 35 kematian, tahun 2012
terjadi 42 kematian dan tahun 2013 terjadi 65.2 Selain faktor-faktor di atas, faktor gen juga
turut memengaruhi terjadinya kanker. Rasjidi
Terjadinya peningkatan kematian akibat mengatakan bahwa gen merupakan informasi
kanker serviks diduga disebabkan keterlambatan genetika yang diturunkan dari satu generasi
dalam penanganan. Purwoto dan Nurrana4 ke generasi berikutnya. Artinya, perempuan
mengatakan bahwa lebih dari 70 persen yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker
penderita kanker serviks yang datang berobat lebih berisiko terkena kanker termasuk kanker
ke rumah sakit sudah pada stadium lanjut, yaitu serviks dibanding dengan perempuan yang tidak
stadium II dan III. Terjadinya kanker serviks sering memiliki riwayat keluarga dengan kanker.8
dikaitkan dengan Human Papilloma Virus (HPV).
Menurut Fitzgerald5, lebih dari 99% kanker serviks Meskipun ganas dan dapat menyebabkan
mengandung HPV. Infeksi dalam waktu yang kematian, kanker serviks dapat dicegah.
lama dari jenis tertentu HPV dapat menyebabkan Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai
kanker serviks.6 Aziz3 mengatakan bahwa infeksi cara seperti mengontrol perilaku seksual diri
HPV sering terdapat pada perempuan yang telah sendiri dan pasangan; memerhatikan kontrasepsi
aktif secara seksual. yang digunakan; tidak merokok; serta meng-
konsumsi makanan yang bergizi. Karena penyakit
Ada beberapa faktor yang dapat ini sangat dikaitkan dengan HPV, maka infeksi
menyebabkan seseorang yang terinfeksi HPV virus ini dapat dicegah dengan melakukan
terkena kanker serviks, yaitu: riwayat kehamilan; vaksinasi. Di samping itu, upaya deteksi dini juga
perilaku seksual; penggunaan kontrasepsi; dapat dilakukan, yaitu dengan menjalani tes IVA
merokok; nutrisi; dan genetik. Winawer (Inspeksi Visual Dengan Aplikasi Asam Asetat)
dan Shike7 mengatakan bahwa perempuan dan tes pap smear.
yang hamil sebelum berusia 18 tahun dan

160
Susi Rio dkk., Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan
yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker

Walaupun kanker serviks dapat dicegah dan Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan
dideteksi sejak dini sehingga tingkat morbilitas dan oleh Abiodun et al.12 yang menunjukkan bahwa
mortalitas akibat penyakit ini dapat ditekan, pada edukasi tentang kanker serviks yang diberikan
kenyataannya jumlah perempuan dengan kanker kepada perempuan pedesaan di Nigeria dapat
serviks cenderung mengalami peningkatan. Ada meningkatkan pengetahuan perempuan di sana
beberapa faktor yang memengaruhi perilaku tentang kanker serviks. Peningkatan pengetahuan
perempuan dalam upaya prevensi, pendeteksian ini membuat semakin banyak perempuan yang
dan pengobatan kanker serviks. Faktor-faktor mau melakukan skrining terhadap kanker serviks.
tersebut adalah: pengetahuan perempuan Abudukadeer et al.13pernah melakukan
tentang kanker serviks; kondisi keuangan; fasilitas penelitian di Provinsi Xinjiang, Cina. Hasil
dan tenaga kesehatan yang tersedia; serta agama penelitian mereka menunjukkan bahwa tingkat
dan budaya. Penelitian yang dilakukan oleh pengetahuan perempuan di sana terkait kanker
Kivistik, Lang, Baili, Anttila dan Veerus9 di Estonia serviks rendah, dan hal ini diduga kuat sebagai
menunjukkan bahwa pengetahuan perempuan penyebab tingginya kejadian kanker serviks di
Estonia tentang kanker serviks dan faktor-faktor daerah tersebut.
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya Penelitian di Kongo oleh Risasi et al.14
penyakit ini sangat rendah. Keterbatasan inilah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
yang akhirnya membuat mereka tidak mengikuti perempuan di sana terkait kanker serviks
program skrining. Kivistik, Lang, Baili, Anttila dan sangat rendah dan diduga bahwa hal inilah yang
Veerus juga menyimpulkan bahwa perempuan menyebabkan kanker serviks menjadi kanker
Estonia membutuhkan informasi yang lebih tersering pada perempuan di sana.
komprehensif terkait kanker serviks, faktor-faktor
Negara Laos yang berpendapatan rendah
resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks,
memiliki angka kejadian kanker serviks yang
dan program skrining untuk penyakit ini. tinggi. Diduga kuat bahwa yang menjadi salah
Demikian juga halnya di Ethiopia. Hasil satu penyebab tingginya angka kanker serviks
penelitian yang dilakukan oleh Birhanu et al10 di sana adalah tingkat pengetahuan perempuan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan Laos terkait kanker serviks sangat rendah. 15
perempuan Ethiopia terkait kanker serviks Mwaka et al.16 di Uganda menunjukkan bahwa
sangat rendah. Mereka juga menganggap bahwa kanker serviks merupakan kanker yang paling
kanker serviks terjadi karena yang bersangkutan sering terjadi pada perempuan Uganda, dan
telah melakukan sesuatu yang dianggap tabu. rendahnya tingkat pengetahuan perempuan di
Anggapan ini membuat perempuan yang terkena sana terkait kanker serviks diduga sebagai salah
kanker serviks dikucilkan dari kelompok sosial dan satu penyebabnya.
hampir tidak mendapatkan dukungan apapun. Dari hasil penelitian yang dipaparkan di
Penelitian lain yang dilakukan oleh Chang et al 11 atas dapat disimpulkan bahwa terbatasnya
di Cina Daratan menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan perempuan tentang kanker serviks
tingkat pengetahuan responden terkait kanker membuat perempuan tidak melakukan upaya
serviks diduga menjadi penyebab perempuan apapun untuk mencegah terjadinya kanker
di sana tidak melakukan vaksinasi HPV. Hasil serviks. Terkait dengan pengetahuan tentang
penelitian ini bahkan direkomendasikan untuk kanker serviks, Menteri Kesehatan Republik
mengevaluasi dan memberikan standar terhadap Indonesia, Nila F.Moeloek mengatakan bahwa
pendidikan HPV di China. perlu ditingkatkan upaya promotif dan preventif

161
Vol. 4 | No. 3 | Desember 2017| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169

melalui sosialisasi, advokasi, dan edukasi di Hal lain yang diduga dapat memengaruhi
berbagai elemen masyarakat untuk meningkatkan perilaku perempuan terkait upaya prevensi,
pengetahuan masyarakat terhadap bahaya pedeteksian dan pengobatan kanker serviks
kanker, faktor resiko serta deteksi dini sehingga adalah faktor religiusitas dan budaya. Penelitian
pasien tidak datang dengan keadaan stadium yang dilakukan oleh Ekechi, et al. 19 menunjukkan
lanjut.2 Diharapkan, jika masyarakat khususnya bahwa perempuan Afrika yang lahir di Inggris
perempuan memiliki pengetahuan yang memadai yang secara teratur menghadiri kegiatan gereja
tentang kanker serviks, maka perempuan menunda untuk melakukan skrining kanker
Indonesia akan melaukan upaya-upaya prevensi serviks.
terhadap penyakit ini sehingga angka morbilitas Dari hasil berbagai penelitian terkait
dan mortabiliatas dapat ditekan. kanker serviks yang dijelaskan di atas, penulis
Meskipun seorang perempuan memiliki menyimpulkan bahwa selain pengetahuan,
tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang ekonomi, ketersediaan tenaga kesehatan,
kanker serviks, hal ini tidak dengan otomatis fasilitas kesehatan, dan budaya, faktor keyakinan
membuatnya melakukan upaya pencegahan (belief) individu juga merupakan faktor yang
dan deteksi dini terhadap kanker serviks. Hasil menentukan perilakunya, baik dalam upaya
penelitian yang dilakukan oleh Yantho17 pada prevensi maupun pengobatan. Terkait dengan
mahasiswi angkatan 2011 tingkat pertama kanker serviks, maka keyakinan individu akan
fakultas kedokteran Universitas Katolik Indonesia menjadi motor penggerak apakah dia akan
Atma Jaya menunjukkan bahwa dari 48 mahasiswi melakukan upaya prevensi dan pengobatan atau
yang dinyatakan pengetahuannya tentang kanker tidak. Upaya prevensi merupakan perilaku terkait
serviks meningkat setelah diberikan edukasi, dengan kesehatan individu yang dikenal dengan
hanya tiga orang mahasiswi yang memutuskan istilah health behaviour (perilaku sehat). Ogden
melakukan vaksinasi HPV. Dari hasil penelitian mengatakan bahwa umumnya, perilaku sehat
ini dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat dianggap sebagai perilaku yang terkait dengan
pengetahuan individu tidak secara otomatis status kesehatan individu.20
menggerakkan individu tersebut melakukan Untuk dapat melihat atau meramalkan
vaksinasi HPV. Biaya merupakan alasan yang upaya prevensi yang dilakukan individu, banyak
menyebabkan mahasiswi tidak segera melakukan pihak menggunakan pendekatan atau teori
vaksinasi HPV. 17 Health Belief Model (HBM). Menurut Abraham
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan Sheeran21, keyakinan merupakan karakter
seringkali menjadi penyebab utama yang individu yang abadi, yang membentuk perilaku
mengakibatkan perempuan tidak melakukan dan diperoleh melalui sosialisasi. Keyakinan
tindakan pencegahan, pendeteksian dan yang berkaitan dengan efektivitas, kemudahan,
pengobatan untuk penyakit yang dideritanya. dan konsekuensi dari melakukan atau tidak
Biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan melakukan suatu perilaku tertentu akan
vaksinasi HPV dan tes pap smear relatif mahal. Hal menentukan apakah individu melakukan atau
ini juga terbukti melalui penelitian yang dilakukan tidak melakukan perilaku tersebut.
oleh Lee et al di Korea yang menunjukkan bahwa Odolen20 mengatakan bahwa HBM memiliki
perempuan yang berasal dari keluarga dengan lima keyakinan inti (core beliefs). Faktor demografis
pendapatan rendah cenderung tidak melakukan akan memengaruhi kelima keyakinan inti tersebut.
skrining kanker serviks.18 Keyakinan-keyakinan inti tersebut adalah persepsi

162
Susi Rio dkk., Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan
yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker

individu terhadap kerentanan individu terhadap Informan dalam penelitian ini berjumlah lima
suatu penyakit (susceptibility to illness); keparahan orang, tiga orang informan berdomisili di Jakarta,
penyakit (the severity of the illness); biaya yang dan 2 orang informan berdomisili di Tangerang.
dibutuhkan untuk melaksanakan perilaku atau Tiga dari lima informan berusia lebih dari 30
tindakan tertentu (the costs involved in carrying tahun, seorang informan berusia di bawah 30
out behavior); manfaat yang diperoleh dari tahun, dan seorang informan berusia lebih dari
melaksanakan perilaku atau tindakan tertentu 55 tahun.
(the benefits involved in carrying out the behavior); Empat dari lima informan berlatar belakang
dan isyarat untuk bertindak, baik internal maupun pendidikan Sarjana (S1) dan seorang prtisipan
eksternal (cues to action, which may be internal or berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD).
external). Tiga dari lima informan bekerja di luar rumah,
seorang informan bekerja di rumah dengan
METODE memberikan les pelajaran kepada siswa SD –
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian SMU, dan seorang informan tidak bekerja sama
ini adalah pendekatan kualitatif di mana data sekali.
dikumpulkan melalui observasi dan wawancara Dua dari lima informan berasal dari suku
mendalam (in dept interview). Karakteristik Tionghoa, seorang suku Betawi, satu orang dari
informan dalam penelitian ini adalah sebagai suku Batak dan seorang informan berasal dari
berikut: campuran suku Batak dan Jawa. Dua dari lima
1. Perempuan yang sudah menikah dan masih informan beragama Katolik, tiga orang informan
terikat dalam status pernikahan. masing-masing beragama Budha, Kristen
2. Memiliki keluarga dengan riwayat kanker. Protestan dan Islam.
3. Berusia antara 28 – 55 tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensi Yang Dilakukan
Dengan Pendekatan Health Belief Model (HBM)

INFORMAN VARIABEL HEALTH BELIEFS MODEL (PERCEIVED)


LIKELI-HOOD
(NAMA Cues To KONFIRMASI
Susceptibility Severity Cost Benefits OF BEHAVIOR
SAMARAN) Action
Iche Yakin Yakin Yakin Yakin Ada Pergi ke dokter Pergi ke dokter
- Pap smear
Natalia Yakin Yakin Yakin Yakin Tidak Pergi ke dokter -
Ada
Muti Yakin Yakin Yakin Yakin Ada Tes pap smear -
Lidwina Yakin Yakin Yakin Yakin Ada Tes IVA dan Tes IVA
imunisasi HPV
jika ada uang
Wati Yakin Yakin Yakin Yakin Tidak Tidak Tidak
Ada

163
Vol. 4 | No. 3 | Desember 2017| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169

Berdasarkan paparan semua informan dapat Sementara itu, walaupun Iche, Natalia dan
diketahui bahwa semua informan meyakini Muti memiliki anggota keluarga yang terkena
bahwa kanker serviks merupakan penyakit kanker, belief bahwa mereka berisiko terkena
berbahaya. Belief mereka terkait keganasan kanker serviks bukan disebabkan oleh hal itu.
penyakit ini (perceived severity of the illness) Walaupun tidak dapat menjelaskan alasannya,
terbentuk karena informasi yang mereka Iche dan Natalia meyakini mereka berisiko terkena
dapat. Semua informan berdomisili di wilayah kanker serviks karena mereka meyakini kanker
Jabodetabek di mana informasi terkait keganasan serviks dapat terjadi pada semua perempuan
kanker, termasuk kanker serviks sangat mudah terutama pada perempuan yang telah menikah.
didapat, baik melalui televisi, internet dan Lain halnya dengan Muti. Ayah kandungnya
melalui pengalaman di masyarakat. Di samping terkena kanker usus besar dan akhirnya
itu, semua informan memiliki anggota keluarga meninggal karena penyakit tersebut. Walaupun
yang terkena kanker bahkan akhirnya meninggal demikian, hal itu tidak membuat informan ini
karena penyakit tersebut. Pengalaman dengan meyakini bahwa dirinya berisiko terkena kanker
anggota keluarga yang terkena kanker semakin serviks. Dia hanya meyakini dirinya berisiko
menguatkan belief mereka bahwa kanker serviks terkena kanker usus besar seperti ayahnya.
memang merupakan penyakit yang sangat ganas Oleh karena itu, Muti benar-benar menjaga
yang dapat menyebabkan kematian. pola makannya karena pola makan memang
Semua informan juga meyakini bahwa sangat terkait dengan kanker usus besar. Akan
mereka berisiko terkena kanker serviks (perceived tetapi, setelah Muti menikah, mengandung dan
susceptibility to the illness). Walaupun semua memutuskan untuk menjalani proses persalinan
informan memiliki riwayat keluarga dengan secara normal, Muti menyadari bahwa dirinya
kanker, hanya Lidwina dan Wati yang menyadari berisko terkena kanker serviks.
bahwa mereka berisiko terkena kanker serviks. Setelah menikah, perilaku seksual suaminya
Lidwina meyakini dirinya berisiko terkena kanker menjadi faktor yang menentukan bagi kesehatan
serviks karena anggota keluarganya yang terkena organ reproduksinya. Selain itu mengandung dan
kanker adalah tantenya, dan beliau terkena menjalani proses persalinan secara normal akan
kanker rahim. Kesukaannya membaca dan memengaruhi kondisi rahimnya pasca bersalin.
belajar dari situs-situs internet yang dianggap baik Faktor-faktor ini kemudian membentuk belief
serta ketidakengganannya bertanya pada petugas
Muti bahwa dirinya berisiko terkena kanker
kesehatan di Puskesmas membuat belief Lidwina
serviks.
akan hal ini terbentuk. Dengan demikian, walaupun
dalam keluarganya tidak ada yang terkena kanker Terkait dengan keyakinan akan adanya biaya
serviks, informan ini tetap meyakini bahwa dirinya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan kanker
berisiko terkena kanker serviks. Lain halnya dengan serviks (perceived the costs), semua informan
Wati. Informan ini meyakini dirinya berisiko terkena meyakini bahwa biaya pengobatan kanker serviks
kanker karena dalam keluarganya ada beberapa sangat mahal. Biaya yang dimaksud tidak hanya
orang yang terkena kanker dan salah satunya berupa uang, tetapi juga berupa penderitaan yang
terkena kanker rahim. Keberagaman jenis kanker harus ditanggung akibat rasa sakit yang timbul
yang terdapat dalam keluarganya membentuk akibat penyakit dan proses pengobatan. Ada
belief Wati bahwa dia bisa saja terkena kanker juga masalah-masalah psikologis yang muncul
serviks walaupun dalam keluarganya belum ada seperti depresi dan kehilangan semangat. Biaya
yang terkena kanker serviks. yang paling besar tentunya kehilangan nyawa.

164
Susi Rio dkk., Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan
yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker

Jika dibandingkan dengan biaya yang harus kanker serviks. Karena merasa belum terlalu
ditanggung bila terkena kanker serviks, maka paham tentang kanker serviks dan upaya
biaya prevensi terhadap kanker serviks jauh lebih pencegahannya, maka Iche memutuskan akan
murah. pergi ke dokter untuk mendapatkan informasi
Kelima informan meyakini bahwa upaya tersebut. Iche juga memutuskan akan mengikuti
preventif terhadap kanker serviks memiliki saran dokter terkait hal ini. Natalia juga tidak
manfaat. Mereka meyakini bahwa ada manfaat berbeda jauh dengan Iche. Natalia belum tahu
yang akan didapat (perceived the benefits) oleh persis tindakan apa yang akan dia lakukan. Natalia
perempuan yang melakukannya, yakni dapat hanya memutuskan pergi ke dokter spesialis
menghindarkan mereka dari keganasan kanker untuk memeriksakan organ reproduksinya.
serviks. Muti memutuskan untuk melakukan pap smear
pasca bersalin. Keputusan ini diambilnya karena
Tiga dari lima informan yaitu Muti, Iche dia meyakini ada manfaat dari tindakan ini
dan Lidwina meyakini adanya isyarat tertentu (perceived the benefits). Dia meyakini bahwa
(perceived cues to action) yang terjadi yang dengan pap smear maka kondisi rahimnya dan
mendorong mereka untuk segera melakukan organ reproduksinya dapat dimonitor.
upaya prevensi terhadap kanker serviks. Natalia
dan Wati tidak merasakan adanya isyarat Lidwina memutuskan akan melakukan vaksin
pendorong itu. Cues to action bagi Muti adalah jika kondisi keuangannya sudah memungkinkan.
kondisinya yang telah menikah, mengandung, dan Lidwina meyakini bahwa vaksin adalah langkah
berencana melakukan proses persalinan secara yang paling tepat untuk pencegahan kanker
normal membentuk beliefnya bahwa dirinya serviks. Dia meyakini dengan vaksin maka
sangat berisiko terkena kanker serviks sehingga tubuhnya memiliki kekebalan terhadap virus
informan ini merasa harus segera melakukan yang menyebabkan kanker serviks. Sebagai
upaya prevensi terhadap penyakit ini pasca upaya deteksi dini, Lidwina memutuskan akan
bersalin. Cues to action bagi Iche adalah ketika segera ke Puskesmas untuk melakukan tes IVA
temannya terkena kanker dan kehilangan rahim yang memang biayanya ditanggung oleh BPJS
karena harus menjalani operasi pengangkatan Kesehatan.
rahim. Kondisi ini tentu berdampak khusus pada Lain halnya dengan Wati, walaupun meyakini
informan ini karena dia baru enam bulan menikah bahwa pap smear bisa dilakukan dan sering
dan belum mempunyai anak. Selain itu, informasi dilakukan orang guna deteksi dini kanker serviks,
tentang kanker serviks yang diterimanya melalui tetapi dia memutuskan tidak akan melakukan hal
seminar yang diselenggarakan oleh gereja itu. Ini terkait dengan beliefnya bahwa penyakit
turut mendorongnya untuk segera pergi ke merupakan karma yang muncul akibat kesalahan
dokter. Sedangkan cues to action pada Lidwina pada kehidupan sebelumnya dan karma
adalah informasi yang didapatnya dari petugas harus dibayar. Selain itu, Wati juga meyakini
Puskesmas yang mengatakan deteksi dini kanker bahwa semua orang pasti akan mati. Belief
serviks dengan cara tes IVA dapat dilakukan Wati terbentuk dari ajaran agama Budha yang
di Puskesmas dengan menggunakan BPJS dianutnya yang diterimanya sebagai kebenaran.
Kesehatan. Hal ini mendorongnya untuk segera Terkait dengan kemungkinan melakukan
ke Puskesmas dan melakukan tes tersebut. tindakan preventif tertentu yang dalam
Setiap informan memilih langkah yang kerangka HBM disebut sebagai likelihood
berbeda sebagai upaya preventif terhadap of behaviour, setiap core belief (keyakinan

165
Vol. 4 | No. 3 | Desember 2017| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169

inti) HBM berkontribusi sebagai faktor yang Faktanya, setelah satu tahun, hanya dua dari
mendorong informan melakukan upaya empat informan yang melakukan upaya prevensi
preventif kanker serviks. Pada Iche, Natalia dan kanker serviks, yaitu Iche dan Lidwina. Iche pergi
Muti, masing-masing core belief (keyakinan inti) ke dokter untuk berkonsultasi dan melakukan
yaitu keyakinan individu bahwa dirinya rentan tes pap smear seperti yang disarankan dokter,
terkena kanker serviks (perceived susceptibility sedang Lidwina pergi ke Puskesmas dan
to illness); keyakinan individu akan keganasan melakukan tes IVA, tetapi belum melakukan
kanker serviks (perceived severity of the illness); imunisasi HPV karena belum mempunyai uang.
keyakinan individu akan adanya biaya yang harus Kedua responden ini melakukan tepat seperti
ditanggung, dalam hal ini biaya akibat terkena yang mereka katakan ketika wawancara.
kanker serviks dan biaya untuk melakukan upaya Dua informan lainnya yaitu Natalia dan
preventif kanker serviks ( perceived the costs). Muti tidak melakukan apa yang mereka yakini
Biaya tidak hanya berupa uang yang harus sebagai upaya prevensi kanker serviks. Kedua
dikeluarkan, tetapi juga berupa rasa sakit yang informan ini memiliki alasan masing-masing.
harus dialami dan tekanan-tekanan psikologis; Natalia mengatakan dirinya sangat sibuk dan
dan keyakinan akan manfaat dari upaya preventif sering tugas ke luar kota sehingga tidak sempat
yang akan dilakukan (perceived the benefits) ke dokter. Bahkan ketika di Puskemas yang
menjadi faktor pendorong upaya preventif tidak jauh dari tempatnya mengadakan deteksi
kanker serviks. Pada Lidwina, perceived the costs dini kanker serviks, diapun tidak mengikutinya
menjadi faktor penghalang untuk melakukan dengan alasan belum masuk sebagai anggota
vaksin. Sedangkan pada Wati,faktor demografi BPJS Kesehatan. Demikian pula halnya dengan
yaitu keyakinan terhadap ajaran agama Budha, Muti. Muti mengatakan ada berbagai masalah
mengalahkan keyakinannya terhadap core belief, yang melilitnya pasca bersalin. Permasalahan-
sehingga Wati memutuskan tidak akan melakukan permasalahan ini membuatnya lupa akan
upaya preventif apapun guna terhindar dari niatnya untuk melakukan tes pap smear pasca
kanker serviks. bersalin dan bahkan membuatnya mengabaikan
Ketika wawancara, empat dari lima respon kesehatannya sendiri.
mengatakan akan melakukan sesuatu sebagai Dari data ini dapat dilihat bahwa
upaya prevensi kanker serviks. Iche berkata akan keyakinan seseorang terhadap sesuatu, dapat
pergi ke dokter untuk mendapatkan informasi menggerakkan individu melakukan suatu perilaku
tentang kanker serviks dan upaya apa yang tertentu terkait keyakinannya itu. Pada kasus
dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit Lidwina, keyakinannya terkait kelima keyakinan
tersebut. Jika sudah mendapatkan informasi inti HBM mendorongnya melakukan tes IVA.
tersebut, maka responden akan melakukannya. Akan tetapi, adanya biaya yang dirasa besar dan
Natalia berkata akan mengunjungi dokter guna tidak dapat ditanggungnya membuat Lidwina
melakukan pemeriksaan terkait kanker serviks. tidak melakukan vaksinasi HPV walaupun dia
Muti berkata melakukan tes pap smear pasca meyakini bahwa vaksinasi ini merupakan salah
bersalin. Lidwina berkata segera akan pergi satu upaya prevensi yang bersifat medis yang
ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dapat menghindarkannya dari kanker serviks. Hal
tersebut dan akan melakukan vaksinasi apabila yang sama terjadi pada Iche. Iche meyakini kelima
sudah mempunyai uang. Hanya Wati yang keyakinan inti HBM, sehingga dia mengatakan
mengatakan tidak akan melakukan apapun akan pergi ke dokter untuk berkonsultasi dan
sebagai upaya prevensi kanker serviks.

166
Susi Rio dkk., Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan
yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker

akan melakukan nasehat dokter terkait upaya dirinya sehingga tidak tampak ada upaya serius
prevensi kanker serviks. Berbeda dengan yang dilakukan untuk prevensi.
Lidwina, pada Iche terdapat penguatan yang
membuat dia semakin mantap untuk segera KESIMPULAN DAN SARAN
pergi ke dokter. Seminar tentang kanker serviks
Berdasarkan paparan kelima informan
yang diselenggarakan gerejanya membuatnya
dapat ditarik simpulan tentang persepsi mereka
semakin paham tentang kanker serviks. Dilihat
tentang kanker serviks dan upaya prevensi yang
dari kerengka kerja HBM, seminar kanker serviks
mereka lakukan guna terhindar dari penyakit ini.
menjadi isyarat atau tanda (cues to action) bagi
Iche untuk segera berkonsultasi kepada dokter. Kelima informan mempersepsikan kanker
serviks sebagai penyakit yang ganas. Keganasan
Kebalikan dari Lidwina dan Iche terjadi pada
kanker serviks dapat menyebabkan perempuan
Wati. Dari semula Wati tidak meyakini bahwa
yang terkena kehilangan rahim bahkan
upaya prevensi yang bersifat medis yakni deteksi
mengalami kematian. Tidak dapat mengandung
dini melalui pap smear memberi keuntungan
dan melahirkan karena harus kehilangan rahim
atau manfaat bagi dirinya. Hal ini membuatnya
akibat operasi pengangkatan rahim diyakini
mengatakan tidak akan melakukan pap smear.
informan dapat menimbulkan masalah dalam
Tepat seperti yang dikatakan informan ini, hingga
rumah tangga dan keluarga, terutama jika
setahun kemudian dia memang tidak melakukan
perempuan tersebut belum mempunyai anak
pap smear.
dan suami serta mertua sangat menginginkan
Dari konfirmasi terlihat bahwa seringkali anak kandung. Kehilangan rahim juga diyakini
memiliki keyakinan saja tidaklah cukup untuk informan akan memengaruhi kesehatan fisik dan
membuat orang bertindak. Ini jelas sekali psikologis perempuan karena rahim merupakan
terlihat pada kasus Muti. Ketika wawancara, identitas perempuan.
Muti meyakini ada manfaat dari pap smear
Semua informan meyakini bahwa mereka
sehingga dia mengatakan akan melakukan pap
berisiko terkena kanker serviks. Walaupun
smear pasca bersalin. Akan tetapi ada berbagai
demikian, hanya dua dari lima informan yang
penghalang (barriers) yang muncul. Berbagai
menyadari adanya resiko tersebut karena mereka
permasalahan yang dihadapinya pasca bersalin
memiliki keluarga dengan riwayat kanker.
membuatnya tidak melakukan pap smear.
Semua informan juga meyakini bahwa biaya
Pada kasus Natalia terlihat ada perbedaan.
yang harus dikeluarkan untuk pengobatan kanker
Saat wawancara Natalia mengatakan akan
serviks sangat mahal. Hal ini mereka yakini
segera pergi ke dokter untuk memeriksakan
karena pengalaman keluarga mereka dalam
diri terkait kanker serviks. Akan tetapi, hingga
mendampingi anggota keluarga mereka yang
setahun berlalu, informan ini tidak melakukan
terkena kanker. Selain itu, mereka juga meyakini
hal tersebut dengan alasan sangat sibuk dan
bahwa ada biaya lain berupa masalah psikologis
sering tugas ke luar kota. Bahkan, ketika di
seperti ketakutan; kekhawatiran; depresi; dan
Puskesmas yang berlokasi di dekat rumahnya
berbagai stigma. Stigma sebagai perempuan yang
menyelenggarakan pemeriksaan kanker serviks,
memiliki banyak pasangan seksual; terkena kutuk
dia juga tidak ikut dengan alasan dirinya belum
dan terkena karma diyakini oleh para informan
menjadi anggota BPJS Kesehatan. Dalam kasus
dapat dialami oleh perempuan yang terkena
ini, tampaknya informan belum benar-benar
kanker serviks. Biaya yang tidak dapat dijangkau
merasakan ancaman dari kanker serviks terhadap

167
Vol. 4 | No. 3 | Desember 2017| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169

mengakibatkan informan tidak melakukan Oncology (4th edition). (hal. 252), Philadelphia:
vaksinasi HPV. Wolters Kluwer
6. National Cancer Institute. 2012. What You Need To
Para informan meyakini ada upaya-upaya Know About Cervical Cancer. USA. U.S. Departement
yang dapat dilakukan oleh perempuan agar Of Health And Human Services
terhindar dari kanker serviks. Mereka juga 7. Winawer, S.J. & Shike, M. 1995. Cancer Free. New
meyakini bahwa upaya prevensi tersebut akan York: Memorial Sloan – Kettering Cancer Center
mendatangkan keuntungan bagi perempuan 8. Rasjidi,I. 2013. Onkologi Klinik. Jakarta : Penerbit
yang melakukannya. Buku Kedokteran EGC
Tiga dari lima informan menyadari adanya 9. Kivistik, A. Lang, K. Baili, P. Anttila, A. & Veerus,
P. 2011. Women’s knowledge about cervical
isyarat bagi mereka untuk segera melakukan
cancer risk factors, screening, and reasons for
upaya prevensi. Sementara dua orang informan nonparticipation in cervical cancer screening
tidak mendapatkan isyarat apapun yang dapat programme in Estonia. BMC Women Health, 11:43
mendorong mereka melakukan upaya prevensi. 10. Birhanu, Z. Abdissa, A. Belachew, T. Deribew, A.
Terkait dengan upaya prevensi, empat dari Segni, H. Tsu,V . Mulholland, K. Russeel, F.M. 2012.
Health Seeking Behavior For Cervical Cancer In
lima informan mengatakan akan melakukan
Ethiopia : A Qualitative Study. International Journal
upaya prevensi terhadap kanker serviks.
For Equality Health, 11, 1 – 8 .
Faktanya, hanya dua informan yang melakukan
11. Chang, I.J. Huang, R. He, W. Zhang, S.K. Wang, S.M.
upaya prevensi seperti yang mereka katakan. Zhao, F.H. Smith, J.S & Qiao, Y.L. 2013. Effect of An
Dua informan tidak melakukan upaya prevensi Educational Intervention on HPV Knowledge and
dengan alasan mereka masing-masing, dan satu Vaccine Attitudes Among Urban Employed Women
informan tetap pada pendiriannya, yakni tidak and Female Undergraduate Students in China : A
akan melakukan upaya prevensi apapun. Cross Sectional Study. BMC Public Health. 13:916
12. Abiodun, O.A. Abiodun, O.O.O. Sotunsa, J.O. &
Oluwole, F.A. 2014. Impact of Healt Education
DAFTAR PUSTAKA Intervention on Knowledge and Perception of
1. World Health Organization. 2018. Cancer (online) Cervical Cancer and Cervical Screening Uptake
available at: http://www.who.int/mediacentre/ Among Adult Women in Rural Communities in
factsheets/fs297/en/ Nigeria. 14 : 18
2. Pusat Data dan Informasi, Situasi Penyakit Kanker, 13. Abudukadeer, A. Azam, S. Mutailipu,A.Z. Qun, L.
2015. Jendela Buletin Pusat Data dan Informasi, Guilin, G. & Mijiti, S. 2015. Knowledge and Attitude
Kemenkes RI. of Uyghur Women in Xinjiang Province of China
3. Aziz, M.F. 2000. Srining Dan Deteksi Dini Kanker Related to The Prevention and Early Detection of
Serviks. Ramli, M. Umbas, R. Panigoro, S.S. Deteksi Cervical Cancer. World Journal of Surgical Oncology
Dini Kanker. (hml 97 – 112), Jakarta : Balai Penerbit (2015), 13:110
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 14. Risasi, C.A. & Malumba, P. 2014. Knowledge,
4. Purwoto, G. & Nurrana, L. 2000. Motode Skrining Attitude and Practice About Cancer of The Uterine
Alternatif Pada Kanker Serviks. Ramli, M. Umbas, R. Cervix Among Women Living in Kinshasa, The
& Panigoro, S.S. (Ed). Deteksi Dini Kanker (hml 142 Democratic Republic of Cango. BMC Women’s
– 149), Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Health. 14:30
Universitas Indonesia 15. Sichanh, C. Quet, F. Chanthavilay, P. Diendere, J.
5. Fritzgerald, S.R. Stany, M.P. & Hamilton, C.A. 2014. Latthaphasavang, L. Longuet, C. & Buisson, Y. 2014.
Cervical Cancer. Abraham, J. Gulley, J.L. & Allegra, Knowledge, Awareness and Attitude About Cervical
C.J. (Ed). The Bethesda Handbook Of Clinical Cancer Among Women Attending or Not An HIV
Treatment Center in Lao PDR. BMC Cancer. 14:161

168
Susi Rio dkk., Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan
yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker

16. Mwaka, A.D. Okello, E.S., Kiguli, J., and cancer screening among Korean women: 1998–
Rutebemberwa, E. 2014. Understanding Cervical 2010. BMC Public Health, 13:553
Cancer: An Exploration of Lay Perceptions, Beliefs 19. Ekechi, C. Olaitan, A. Ellis, R. Koris, J. Amajuoyi,
and Knowledge About Cervical Cancer Among The A. & Marlow, L.A.V. 2014. Knowledge of cervical
Acholi in Northem Uganda. BMC Women’s Health. cancer and attendance at cervical cancer screening:
14:84 a survey of Black women in London. BMC Public
17. Yantho, E. 2012. Pengaruh Tentang Pengetahuan Health 14:1096
Kanker Seviks Terhadap Minat Dan Perilaku 20. Ogden, J. 2007. Health Psychology (4th edition). USA
Mengenai Vaksinasi HPV Pada Mahasiswa Tingkat : Open University Press.
Pertama Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
21. Abraham, C. & Sheeran, P. 2005. The Health Belief
Tahun 2011. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran
Model. Conner, M. & Norman, P.N. Predicting
Unika Atma Jaya
Health Behaviour – Reseach And Practice With
18. Lee, M. Park, E.C. Chang, H.S. Kwon, J.A. Yoo, K.B. & Social Cognition Models (2th Edition). (hml. 28 – 80),
Kim, T.H. 2013 Socioeconomic disparity in cervical USA : Open University Press.

169

You might also like