You are on page 1of 7

PORTOFOLIO

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Oleh :
dr. Trianggi Putri Husni L

Pembimbing :
dr. Amari Aqmar

DOKTER INTERNSIP
PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
DKI JAKARTA
2018
Kasus
Topik : Dermatitis Kontak Alergi
Tanggal Kasus : 8 Agustus 2018 Presenter : dr. Trianggi P
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Amari Aqmar
Tempat Presentasi : Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa


 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi : Seorang wanita berusia 32 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 1 hari
sebelum ke Puskesmas.
 Tujuan : Identifikasi dan manajemen Demam Berdarah Dengue
Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
Data Pasien Nama : Nn. F
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien datang Ke Puskesmas dengan keluhan gatal di kedua tanggan muncul sejak ± 1
minggu yang lalu. Gatal dirasakan hilang timbul dan tidak bertambah jika berkeringat.
Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian kedua tangan yang berkontak dengan
ditergen. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak ulang
dengan ditergen. Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal, merah dan kasar
dan menebal pada kedua tangan yang berkontak dengan ditergen. Tidak terasa nyeri, tidak
pedih, tidak ada rasa terbakar. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
3. Riwayat Pengobatan
Pasien baru berobat ke dokter saat ini.
4. Riwayat Keluarga
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
5. Riwayat Lingkungan
Di lingkungan perumahan pasien, tidak ada tetangga yang mengalami gejala serupa.

6. Riwayat Kebiasaan
Aktivitas Pasien sehari-hari adalah menjaga warung dan mencuci pakaian keluarganya.

Daftar Pustaka:
1. Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4.
Jakarta: FK UI
2. Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi
2. Jakarta : EGC
3. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
4. Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC
5. Sularsito dan Djuanda. 2007. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
ke 5. Jakarta : FKUI
6. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi 6. Jakarta : FKUI
7. Sularsito, Sri Adi, Suria Djuanda. 2011. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta : FKUI.
8. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak. Yogyakarta :
Fakultas Farmasi UGM

Hasil Pembelajaran:
1. Gejala dan tanda DKA
2. Identifikasi dan diagnosis DKA
3. Diagnosis banding DKA
4. Manejemen DKA
5. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat DKA
Rangkuman Pembelajaran Portfolio:

1. Subjective
Pasien datang Ke Puskesmas dengan keluhan gatal di kedua tanggan muncul sejak ± 1
minggu yang lalu. Gatal dirasakan hilang timbul dan tidak bertambah jika berkeringat.
Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian kedua tangan yang berkontak dengan
ditergen. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak ulang
dengan ditergen. Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal, merah dan kasar
dan menebal pada kedua tangan yang berkontak dengan ditergen. Tidak terasa nyeri, tidak
pedih, tidak ada rasa terbakar. P.asien belum pernah berobat sebelumnya

2. Objective
Keadaan Umum
- Kesan Sakit : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Kesan Gizi : Cukup
- Berat Badan : 47 kg
- Tinggi Badan : 157 cm

Status Gizi
- IMT = BB/TB (m2)
47/(1,57)2
= 19,1kg/m2
Menurut WHO (Asia Pasific) Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien ini adalah normal.

Tanda Vital
- Nadi : 94 x / menit, kuat, isi cukup, regular
- Tekanan Darah : 110/70
- Nafas : 20 x / menit
- Suhu : 37,6 OC (diukur dengan termometer digital)
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal
Wajah : Wajah simetris, tidak ada edema, luka ataupun jaringan parut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, tidak hiperemis, tidak ada serumen, membran
timpani intak
Hidung : Bentuk simetris, mukosa tidak hiperemis, sekret tidak ada
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, tidak sianosis
Mulut : Oral hygiene baik, gigi sudah tumbuh lengkap, tidak hiperemis
Lidah : Normoglossia, tidak ada lidah kotor
Tenggorokan: Faring simetris, tidak hiperemis, ukuran tonsil T1-T1
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea.
Jantung : BJ I-II regular, murmur dan gallop tidak ada
Paru : Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Perut datar, supel, tidak ada nyeri tekan, hepar/lien tidak membesar, timpani
pada seluruh kuadran, bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, edema (-)
Kulit : Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,
lembab.
Status Dermatologikus
Lokasi : Kedua Punggung Tangan dan Seluruh Jari Tangan
Distribusi : Terlokalisir dan Simetris
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : lentikular
Efloresensi : Terdapat likenifikasi dan Eritema
Pemeriksaan Khusus
Uji tempel (tidak dilakukan)
3. Assessment
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul
setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi. Penyebab dermatitis kontak alergik
adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000
Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana.
Diagnosis DKA didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis
yang teliti. Penderita umumnya mengeluh gatal.
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit
seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya
Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas, dapat
menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis.
Diagnosis banding yang utama ialah dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI).
Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri terutama
Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Rasa gatal yang
berkepanjangan serta perilaku menggaruk dapat dapat mendorong kelembaban pada lesi kulit
sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi bakteri atau jamur.

4. Plan
Rencana Diagnosis
Uji tempel
Rencana Pengobatan
a. Terapi Umum
- Gunakan Sarung Tangan Ketika Mencuci
b. Terapi Khusus
Sistemik : Loratadine 10 mg, 1 x 1 tab / hari
Topikal : Hidrokortison 1% dioleskan pada lesi
Rencana Edukasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit pasien.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa sembuh dan terkontrol dengan pengobatan
dan pencegahan yang tepat.
- Edukasi mengenai cara timbulnya penyakit tersebut.
- Menjelaskan mengenai komplikasi yang dapat terjadi jika tidak ditangani dengan
tepat.

You might also like