You are on page 1of 10

Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 31

PROFIL KEBUGARAN JASMANI DAN STATUS KESEHATAN INSTRUKTUR


SENAM AEROBIK DI YOGYAKARTA

Endang Rini Sukamti, Muhammad Ikhwan Zein, Ratna Budiarti


Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY
email : endangrinisukamti@yahoo.com

ABSTRACT
This research was motivated by the absence of fitness and health status check of aerobics
instructor in Yogyakarta. This study is the first investigation conducted to assess the physical fitness
and health status of aerobics instructor in Yogyakarta. This research is descriptive study. Twenty
aerobics instructor participate in this study subjects (n = 20; consisted of 15 women and 5 men).
Data was collected using physical fitness tests and health checks. The medical examination
consisted of measurements of (1) body mass index (BMI), (2) percent of body fat (3) waist
circumference (4) vital sign and (5) blood checks use strip test (blood sugar and uric acid). Physical
fitness measured by bleep test.
BMI measurement results indicate that 5 (25%) instructors are categorized as normal, 7 are
instructors (35%) categorized as overweight, and 8 instructors are (40%) categorized as obese.
Waist circumference measurement show an average values of 69.8 cm for man and 70.37 cm for
women, respectively. Percentage body fat measurements show a mean value of 14.92% in man and
31.31% in women. The measurement of cardiovascular fitness resulted in a mean VO2 max subject
of 29 kg / m2. The medical examination results show that all subjects have normal blood pressure
(<140/90) and a normal resting pulse (<100 beats / min). For all subjects, the mean values of fasting
blood sugar is 104 mg / dl and the mean uric acid value is 5.35 mg / dl.
These mentioned results indicate that the majority of cardiovascular fitness and body
composition of instructors in Yogyakarta are still considered less than ideal.

Keywords : Aerobic gymnastic instructor, physical fitness, health status.

ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum adanya pemeriksaan kebugaran dan status
kesehatan pada instruktur senam aerobik yang berada di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian pertama yang dilakukan untuk menilai status kebugaran dan kesehatan instruktur senam
aerobik di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi deskriptif. Sebanyak 20 orang instruktur
senam aerobik berpartisipasi dalam penelitian ini (n = 20; perempuan 15, laki-laki 5). Pengambilan
data menggunakan pemeriksaan kebugaran jasmani dan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan meliputi (1) Pengukuran indeks massa tubuh (IMT), (2) persen lemak tubuh (3)
pengukuran lingkar perut (4) vital sign dan (5) pemeriksaan darah menggunakan menggunakan strip
test (gula darah dan asam urat). Pemeriksaan kebugaran fisik diukur menggunakan bleep test.
Hasil pengukuran IMT menunjukkan bahwa sebanyak 5 orang (25%) subjek berkategori
normal, 7 orang (35%) berkategori overweight, dan sebanyak 8 orang (40%) berkategori obesitas.
Rerata lingkar perut pada laki-laki adalah 69,8 cm, sedangkan nilai rerata pada perempuan adalah
70,37 cm. Hasil pengukuran persen lemak tubuh menunjukkan nilai rerata persen lemak tubuh
sebesar 14,92% pada subjek laki-laki dan 31,31% pada perempuan. Seluruh subyek memiliki
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 32

tekanan darah yang normal (< 140/90) dan nadi istirahat yang normal (<100 kali/menit). Nilai rerata
gula darah puasa pada subjek yaitu 104 mg/dl dan rerata asam urat pada subjek yaitu dengan nilai
5,35 mg/dl. Pengukuran kebugaran kardiovaskular menunjukkan bahwa rerata VO2 max subjek
adalah 29 kg/m2.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas kebugaran kardiovaskular dan
komposisi tubuh instruktur masih dinilai kurang ideal.

Kata kunci: Instruktur senam aerobik, kebugaran jasmani, status kesehatan.

PENDAHULUAN dan status kesehatan instruktur senam aerobik


Kebugaran dan kesehatan merupakan di Yogyakarta.
aspek yang penting untuk diperhatikan oleh Kebugaran Jasmani
seorang instruktur senam aerobik. Profesi Kebugaran jasmani adalah

instruktur senam mengharuskan dirinya untuk serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki

bisa memberikan latihan 2-3 kali di tempat atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan

yang berbeda dan lebih dari 4 kali latihan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik

dalam seminggu. Padatnya jadwal latihan (Haskell & Kiernan, 200). Adapun seseorang

membuat instruktur harus menyadari status yang bugar dalam kaitannya olahraga dan

kesehatan dan kebugaran yang dimiliki yang aktivitas fisik diartikan sebagai orang yang

nantinya informasi tersebut sangat bermanfaat mampu menjalankan kehidupan sehari-hari

untuk dirinya dan klien/anak latihnya. tanpa melampaui batas daya tahan stress pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta

tingkat kebugaran jasmani dan status tidak beresiko mengalami penyakit yang

kesehatan instruktur senam aerobik di disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau

Yogyakarta. Hal ini perlu dilakukan karena kurangnya aktivitas fisik (Mood, et al, 2003).

sampai saat ini belum pernah dilakukan Kebugaran diklasifikasikan menjadi

pemeriksaan kebugaran dan status kesehatan dua kategori yaitu: kebugaran yang

pada instruktur senam aerobik yang berada di berhubungan dengan kesehatan atau health-

Yogyakarta. related fitness dan kebugaran yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) berhubungan dengan keterampilan atau skill-

mengetahui status kebugaran jasmani related fitness (Hoeger, 1996). Berikut adalah

instruktur senam aerobik di Yogyakarta, (2) pembahasan dari masing-masing kategori.

Mengatahui status kesehatan instruktur senam 1. Kebugaran yang berhubungan dengan


kesehatan
aerobik di Yogyakarta melalui beberapa
Kebugaran jasmani yang
parameter pemeriksaan, (3) Mengetahui
berhubungan dengan kesehatan didefinisikan
hubungan anatara status kebugaran jasmani
sebagai suatu kemampuan untuk melakukan
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 33

aktivitas harian yang membutuhkan energi memperpanjang aktivitas fisik (Hoeger &
serta kualitas dan kapasitas yang Hoeger, 1996). Komponen ini adalah yang
diasosiasikan dengan rendahnya resiko paling disetujui sebagai komponen
munculnya penyakit yang berhubungan kebugaran dan kriteria yang paling umum
dengan kurangnya aktivitas fisik. Kebugaran digunakan untuk pengukuran kebugaran
yang berhubungan dengan kesehatan, baik pada orang dewasa maupun anak-
kualitas dan kemampuan fisik seseorang anak karena merupakan dasar dari
dalam menjalani kegiatan sehari-hari dan kebugaran menyeluruh (total fitness)
upaya peningkatannya merupakan salah satu dengan menggambarkan kualitas fisik
usaha preventif dalam menghadapi ancaman seseorang dari sisi yang tergolong.
beberapa penyakit yang di antaranya adalah Ketahanan kardiorespirasi dapat
gangguan kardiovaskuler. dijadikan pedoman langsung dalam
Kebugaran jasmani yang berhubungan menilai tingkat kebugaran seseorang.
dengan kesehatan (health related physical Kemampuan ambilan oksigen saat
fitness), yang meliputi: melakukan aktivitas fisik mencerminkan
a. Komposisi lemak tubuh kemampuan metabolisme yang dimiliki
Merupakan gambaran perbandingan orang tersebut. Dalam menilai ketahanan
masa jaringan tubuh aktif dengan tidak jantung-paru, terdapat istilah VO2
terlibat aktif terlibat dalam metabolisme maksimal, yang dijadikan perhitungan
energi. kuantitatif terhadap penilaian tingkat
b. Fleksibilitas kebugaran. Ketahanan kardiorespirasi
Fleksibilatas atau kelenturan merupakan dapat dijadikan pedoman langsung dalam
ketersedian ruang gerak sendi dalam menilai tingkat kebugaran seseorang.
memberikan toleransi terhadap upaya Kemampuan ambilan oksigen saat
penggunaan maksimal sendi. melakukan aktivitas fisik mencerminkan
c. Kekuatan dan ketahanan otot kemampuan metabolisme yang dimiliki
Kekuatan otot berbanding lurus dengan orang tersebut. Dalam menilai ketahanan
tingkat kebugaran seseorang. Orang jantung-paru, terdapat istilah VO2
dengan otot yang kuat dan dapat bertahan maksimal, yang dijadikan perhitungan
lama memiliki kebugaran yang baik. kuantitatif terhadap penilaian tingkat
d. Daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi) kebugaran.
Adalah kemampuan jantung, paru-paru, 2. Kebugaran Jasmani yang berhubungan
dengan keterampilan
dan pembuluh darah untuk menyuplai
Kebugaran yang berhubungan
oksigen ke dalam sel-sel sehingga
dengan keterampilan atau skill-related
memenuhi kebutuhan untuk
fitness adalah kebugaran jasmani yang
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 34

penting untuk menghadapi kondisi- Instrukur Senam Aerobik


kondisi darurat yang terkadang Senam aerobik adalah merupakan
membutuhkan ketangkasan (Hoeger, latihan yang menggabungkan berbagai
1996). Namun, kategori tersebut lebih macam gerak, berirama, teratur dan terarah,
banyak berperan pada kelompok atlet serta pembawaannya yang riang. Senam
dibanding masyarakat pada umumnya aerobic mempunyai susunan latihan yang
sehingga penggunaannya terbatas pada seimbang antara latihan tubuh bagian atas dan
komunitas dan kegiatan olahraga. tubuh bagian bawah. Instruktur senam aerobik
Faktor yang Memengaruhi Kebugaran adalah seorang yang mampu melatih senam
Jasmani
aerobik, baik sesuai dengan kebutuhan
Kebugaran jasmani dapat dipengaruhi
member pelaku senam dan tidak hanya
oleh: (1) umur, (2) jenis kelamin, (3)
melatih, tetapi juga harus membuat program
keturunan, (4) Makanan, (5) Kebiasaan
yang baik, aman, dan bervariasi. Instruktur
merokok (6) Latihan
senam aerobik adalah seorang individu yang
Status Kesehatan
Status kesehatan adalah suatu keadaan menguasai pengetahuan senam aerobik, serta
seseorang dalam tingkatan sehat atau sakit. memberikan pelatihan di sanggar-sanggar
Status kesehatan juga merupakan salah satu senam maupun pusat kebugaran dengan
determinan atau faktor penentu dari tujuan meningkatkan dan mempertahankan
kebugaran kardiovaskuler (daya tahan kebugaran fisik pesertanya. Instruktur senam
kardiovaskuler) (Malina & Bouchard, 1989 mengharuskan dirinya untuk bisa memberikan
dalam Haskell & Kiernan, 2000). latihan 2-3 kali di tempat yang berbeda dan
Kemampuan untuk menjalani aktivitas fisik lebih dari 4 kali latihan dalam seminggu. Hal
yang leibh berat dari biasanya dapat diketahui tersebut mengharuskan instruktur senam
dengan menggambarkan status kesehatan memiliki status kesehatan dan kebugaran
seseorang hal tersebut juga diperlukan yang baik.
sebelum melakukan tes kebugaran sehingga
status kesehatan responden dapat dikontrol. METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui status kesehatan Desain Penelitian
yaitu cek kesehatan atau medical check up Penelitian ini menggunakan desain
yang meliputi: pemeriksaan tekanan darah desktiptif-analitik
dan denyut nadi, pemeriksaan darah, Subyek Penelitian
pemeriksaan urologi, pemeriksaan hormone, Kriteria Inklusi: (1) pria dan wanita
dan pemeriksaan kepadatan tulang. Dari hasil berusia 17-45 tahun, (2) berprofesi sebagai
pemeriksaan darah dapat diketahui kadar instruktur senam aerobic, (3) berdomisili di
kolesterol, gula dalam darah dan fungsi hati.
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 35

Yogyakarta, (4) melatih lebih dari 3 kali Persen lemak tubuh menggunakan alat
dalam seminggu. Bioelectrical Impedance (BIA). Subyek
Kriteria Eksklusi: (1) tidak memiliki diminta berdiri tanpa alas kaki di atas alat
sanggar kebugaran atau fitness centre yang BIA. Seluruh logam yang dikenakan
tetapm (2) melatih kurang dari 3 kali dalam dilepas dan posisi subyek tegak lurus
seminggu, (3) tidak menjalani rangkaian sembari menggenggam bagian dari alat
penelitian secara lengkap termasuk BIA dengan sudut 90 derajat. BIA akan
pemeriksaan kebugaran, item tes kesehatan mendeteksi secara otomatis persen lemak
dll. tubuh yang dimiliki subyek.
Sebanyak 20 instruktur senam aerobik c. Lingkar perut
yang terdiri dari 15 perempuan dan 5 laki-laki Semua pengukuran harus diambil dari sisi
berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian kanan tubuh dengan menggunakan pita
ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan yang tidak elastis, Subyek harus berdiri
UNY, Yogyakarta Indonesia. tegak namun rileks. Letakkan pita tegak
Pemeriksaan yang dilakukan dalam lurus pada poros panjang dari bagian
penelitian ini secara garis besar dibagi tubuh dalam semua kasus. Tarik pita
menjadi dua, yaitu: (1) pemeriksaan sampai pada ketegangan yang sesuai
kebugaran jasmani dan (2) pemeriksaan tanpa mencubit kulit. Ukurlah lagi setiap
kesehatan. daerah dan uji ulang jika pengukurannya
Pemeriksaan karakteristik subyek tidak dalam 7 mm atau 0,25
dilakukan di awal sesi penelitian 2. Kebugaran Kardiovaskular menggunakan
bleep test/ multistage aerobic fitness test
menggunakan pencatatan dan pengukuran
tertulis meliputi: nama, alamat, usia, jenis Tes kebugaran jasmani menggunakan
kelamin, no.telepon, tinggi dan berat badan beep test dengan peralatan sebagai
berikut: pita cadance untuk lari bolak
Pemeriksaan Kebugaran Jasmani (Health balik, lintasan lari, mesin pemutar kaset
Related Fitness) (tape recorder), irama beep, tempat
1. Komposisi Tubuh menggunakan: (space) outdoor atau di dalam gedung
a. Pengukuran Indeks Massa Tubuh mempunyai jarak yang bermarka 20
Nilai indeks massa tubuh (IMT) didapat meter pada permukaan. Subyek diminta
dari membagi berat badan dalam lari sesuai lintasan bolak balik sesuai
kilogram dengan tinggi badan dalam irama dari beep yang diputar.
meter (kg/m2)
b. Persen Lemak Tubuh
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 36

Pemeriksaan Kesehatan HASIL PENELITIAN


1. Pemeriksaan tekanan darah Karakteristik Subyek
Pemeriksaan tekanan darah menggunakan Berikut adalah karakteristik subyek
spigmomanometer dan stetoskop. Subyek penelitian:
diminta duduk dengan lengan ditaruh Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik Rerata (n=20)
diatas meja pemeriksaan. Setelah manset Usia (tahun) 32.1 + 9.40
dipasangkan maka pengukuran tekanan Berat Badan (kg) 60 + 5,20
Tinggi Badan (m) 1,56 + (0,16 -1,70)
darah akan dilakukan dengan Indeks Massa Tubuh 24,49 + 2,41
(kg/m2)
mendengarkan bunyi sistol dan diastol
menggunakan stetoskop Kebugaran Jasmani (Health Related
2. Pemeriksaan nadi Fitness)
A. Komposisi Tubuh
3. Pemeriksaan nadi dilakukan melalui 1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
perabaan pada arteri radialis. Denyut nadi Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
yang teraba kemudian dihitung selama 1 sebanyak 5 orang (25%) subjek
menit. berkategori normal, 7 orang (35%)
4. Pemeriksaan darah menggunakan strip berkategori overweight, dan sisanya
test. sebanyak 8 orang (40%) berkategori
a. Gula darah puasa obesitas
Ujung jari subyek dipersiapkan dan Tabel 2. Hasil Pengukuran Indeks Massa
dibersihkan menggunakan alkohol Tubuh (IMT)
Nilai Kategori Jumlah Persentase
sebelum darah diambil. Pengukuran IMT (n=20)
<18,5 Sangat Kurus 0 0%
dilakukan dengan menggunakan
18,5-22,9 Normal 5 25%
reagen strip tes yang spesifik untuk 23-24,9 Overweight 7 35%
gula darah. Setelah darah pasien 25-29,9 Obesitas 8 40%

diambil kemudian darah tersebut


2. Lingkar Perut
dimasukkan ke dalam reagen yang
Hasil penelitian didapatkan ukuran
telah dipersiapkan. Alat akan otomatis
lingkar perut subjek pada laki-laki dengan
membaca gula darah subyek
nilai rerata 69,8 cm, sedangkan nilai rerata
b. Asam urat
lingkar perut pada subjek perempuan adalah
Prinsipnya sama dengan pemeriksaan gula
70,37 cm. Seluruh subyek penelitian memiliki
darah, tetapi reagen yang digunakan
ukuran lingkar perut yang beresiko rendah
spesifik untuk pemeriksaan asam urat.
terhadap terjadinya penyakit kronis-
degeneratif
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 37

Tabel 3. Hasil Pengukuran Lingkar Perut A. Kebugaran Kardiovaskular


Subjek Laki-laki
Hasil pengukuran tingkat kebugaran
Nilai Kategori Jumlah Persentase
(cm) (n=5) kardiovaskuler dilakukan dengan multistage
<90 resiko 5 100%
rendah fitness test/bleep test. Rerata VO2 max subjek
>90 resiko 0 0% 29 kg/m2.
tinggi
Tabel 7. Pengukuran VO2max
Tabel 4. Hasil Pengukuran Lingkar Perut Jumlah
Subjek Perempuan Kategori Persentase
(n=20)
Nilai Kategori Jumlah Persentase 0
Sempurna 0
(cm) (n=15)
<80 resiko 15 100% Sangat Baik 1 5%
rendah
>80 resiko 0 0 Baik 0 0%
tinggi Cukup 8 40%

3. Persen Lemak Tubuh Buruk 9 45%


Sangat 10%
Hasil penelitian menunjukkan nilai 2
Buruk
rerata persen lemak tubuh sebesar 14,92%
pada subjek laki-laki dan 31,31% pada Pemeriksaan Kesehatan
1. Tensi dan Denyut Nadi
perempuan.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
Tabel 5. Hasil Pengukuran Persen Lemak
pada Subjek Laki-laki seluruh subyek memiliki tekananan darah
Jumlah Persentase
Nilai Kategori
(n=5)
yang normal (<140/90) dan nadi istirahat
< 5% Rendah 20% yang normal (<100 kali/menit)
Normal 2. Gula darah
6-15% (batas 3 60%
bawah) Hasil penelitian didapatkan nilai rerata
Normal 40%
16-24 % 2 gula darah puasa pada subjek yaitu 104 mg/dl.
(batas atas)
>25% Tinggi 0 0%
Tabel 8. Hasil Pengukuran Gula Darah
Puasa
Tabel 6. Hasil Pengukuran Persen Lemak Nilai Kategori Frek. Persentase
pada Subjek Perempuan
70-110 Normal 14 70%
Jumlah
Nilai Kategori Persentase >110 Tinggi 6 30%
(n=15)
< 8% Rendah 0 0%
Normal 3. Asam Urat
9%- 23% (batas 0 0%
bawah) Hasil penelitian didapatkan nilai rerata
Normal
24%- 31% 8 53,33% asam urat pada subjek yaitu dengan nilai 5,35
(batas atas)
> 32% Tinggi 7 46,66% mg/dl
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 38

Tabel 9. Hasil Pengukuran Asam Urat Hanya 25% subyek yang memiliki indeks
Nilai Kategori Frek. Persentase massa tubuh normal. Hal tersebut juga
2,5-8,0 Normal 17 85% didukung oleh pemeriksaan persentase lemak
>8,0 (atau
dengan tubuh dimana subyek perempuan yang
keluhan) Tinggi 3 15%
memiliki lemak tubuh tinggi sebanyak 46%.
Pengukuran lingkar pinggang penting
PEMBAHASAN
dilakukan dalam pemeriksaan komposisi
Kebugaran Jasmani dan Resiko Penyakit
Degeneratif tubuh. Bukti terbaru menunjukkan bahwa
Penelitian ini memeriksa komponen pola distribusi lemak tubuh merupakan faktor
komposisi tubuh dan kebugaran yang penting untuk memprediksi resiko
kardiovaskular untuk menilai kebugaran kesehatan pada obesitas. Individu yang
jasmani subyek. Meskipun komponen mempunyai banyak lemak di seluruh tubuh,
kebugaran jasmani yang terkait dengan khususnya lemak intra-abdomen mempunyai
kesehatan (health related fitness) sebenarnya resiko yang besar terhadap tekanan darah
memiliki 4 komponen yang terdiri atas: (1) tinggi, diabetes mellitus tipe II,
komposisi tubuh, (2) kekuatan otot (3) hiperlipidemia, CAD dan mati muda bila
kelenturan otot, dan (4) kebugaran dibandingkan dengan orang yang memiliki
kardiovaskular, namun hasil dari pemeriksaan lemak yang sama namun sebagian besar
ini setidaknya dapat memberikan gambaran lemaknya ada di bagian ekstremitas.
umum kebugaran jasmani seseorang. Mengukur lingkar pinggang adalah suatu
Komposisi tubuh secara sederhana metode sederhana untuk menilai tinggi
dapat dikatakan sebagai persentase lemak dan tidaknya faktor resiko terutama penyakit-
jaringan bebas lemak. Persentase lemak tubuh penyakit metabolik. Hasil pengukuran
menjadi sangat penting untuk diketahui menunjukkan bahwa seluruh subyek memiliki
karena terkait dengan berbagai resiko ukuran lingkar pinggang yang normal
kesehatan. Pemeriksaan indeks massa tubuh (beresiko rendah terhadap penyakit
dan persentase lemak tubuh menggunakan kardiovaskular).
BIA pada penelitian ini dilakukan sebagai Hasil Bleep test menunjukkan bahwa
metode “konfirmasi” dimana bila nilai Indeks hanya 1 subyek (5%) yang memiliki
Massa Tubuhnya tinggi dan persen lemak kebugaran jasmani yang baik. Delapan
tubuhnya tinggi maka diindikasikan seseorang subyek (40%) memiliki kebugaran yang
dikategorikan obesitas. Hasil penelitian cukup dan sisanya (55%) memiliki kebugaran
menunjukkan sebanyak 40% dari total subyek yang buruk. Hasil ini harus menjadi perhatian
mengalami obesitas dan 35% nya sudah
dan evaluasi mengingat aktivitas fisik dan
beresiko untuk obesitas (at risk/over weight).
kebugaran kardiovaskular memiliki kaitan
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 39

erat. Penelitian dan meta-analisis dengan kebugaran kardiovaskular rendah


menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas memiliki resiko 3-6 kali lebih besar untuk
fisik seseorang maka akan memiliki mendapatkan sindroma metabolik (obesitas,
kecenderungan kebugaran kardiovaskular hipertensi, dislipidemia dan gula darah tinggi)
yang baik (ASCM, 2010). Profesi instruktur dibandingkan seseorang dengan kebugaran
senam menuntut aktifitas fisik yang tinggi, kardiovaskular yang baik. Sindroma
bahkan bisa dikatakan “berolahraga secara metabolic sendiri pada akhirnya akan
teratur”, tetapi tes kebugaran tidak menyebabkan masalah kesehatan yang lain.
menunjukkan demikian. Persiapan sebelum 2. Kebugaran kardiovaskular merupakan
tes bleep dan keseriusan menjalankan tes faktor resiko independen terhadap faktor
dapat menjadi penyebab hasil yang buruk. resiko yang lain.
Kemungkinan lain adalah instruktur tidak Kebugaran kardiovaskular merupakan
berolahraga dengan durasi yang sesuai dalam faktor resiko independen untuk penyakit
zona latihan kardiovaskular (lebih dari 75% jantungdan kematian dini. Hal ini
Denyut Nadi Maksimal) Sehingga meskipun menunjukkan bahwa seseorang yang aktif dan
sering memberikan kelas senam aerobik tetapi memiliki kebugaran kardiovaskular yang
sebenarnya zona latihan dalam durasi yang bagus memiliki resiko masalah kesehatan
direkomendasikan belum tercapai. yang lebih rendah meskipun kolesterol, gula
Kebugaran kardiovaskular dapat darah dan persen lemak tubuh mereka sama
dikatakan komponen terpenting dalam dengan seseorang yang tidak aktif/tidak
kaitannya dengan kesehatan dibandingkan bugar. Bukti ini semakin menunjukkan bahwa
komponen lain. Hal tersebut dapat aktifitas fisik merupakan faktor resiko
disimpulkan bila kita melihat beberapa penyakit jantung terbesar dibandingkan faktor
manfaatnya terhadap kesehatan sebagai resiko lain.
berikut (Corbin et al, 2009): 3. Kebugaran kardiovaskular yang baik
1. Kebugaran Kardiovaskular yang baik meningkatkan kemampuan dalam bekerja
menurunkan resiko penyakit jantung, dan aktivitas harian
kematian dini, dan berbagai penyakti Seseorang dengan sistem
kronik degeneratif. kardiovaskular yang baik akan mudah dalam
Penelitian 30-40 tahun terakhir menjalani aktivitas sehari-hari tanpa
menunjukkan bahwa kebugaran jantung yang kelelahan yang berarti, terutama untuk
baik mampu menurunkan resiko penyakit pekerjaan yang membutuhkan kinerja fisik
jantung dan mencegah beberapa penyakit seperti instruktur senam.
kronis degenerative seperti diabetes.
Konsensus menyatakan bahwa seseorang
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli 2016 | 40

Pemeriksaan Kesehatan DAFTAR PUSTAKA


Hasil pengukuran menunjukkan ACSM’s. 2010. Resource Manual for
bahwa tekanan darah dan nadi subyek dalam Guidelines for Exercise Testing and
Prescription 6th ed. US:Lippincott
batas normal. Pemeriksaan darah (strip test) Williams & Wilkins.
menunjukkan bahwa gula darah subyek masih
Blair SN. 2009. Physical inactivity: the
dalam batas normal meskipun kepustakaan biggest public health problem of the 21st
menyebutkan bahwa gula darah diatas 110 century. Br J Sports Med. 43(1): 1-2.

mg/dl dikategorikan tinggi (Sutedja, 2008). Corbin CB, Welk GJ, Corbin WR, Welk KA.
Pemeriksaan konfirmasi tetap diperlukan 2009. Concepts of Fitness and
Wellness: a Comprehensive Lifestyle
untuk menyatakan bahwa 6 subyek (30%) Apporach. New York: McGraw-Hill.
yang memiliki gula darah diatas 110 mg/dl
Haskell WL, Kiernan M. 2000. Methodologic
memang menderita gangguan toleransi gula issues in measuring physical activity
and physical fitness when evaluating
ataupun diabetes mellitus.
the role of dietary supplements for
Pemeriksaan asam urat menunjukkan physically active people. Am J Clin
Nutr. ;72(2 Suppl):541S-50S.
bahwa 3 subyek (15%) memiliki asam urat
yang tinggi. Anjuran diet sehat yang rendah Jonas S, Phillips EM. 2008. ACSM’s
Exercise is Medicine; a Clinician’s
purin perlu diberikan agar gejala akut dari Guide to Exercise Prescription. US:
penyakit gout tidak muncul. Lippincott Williams & Wilkins.

Lutan, Rusli. 2002. Menuju Sehat dan Bugar.


KESIMPULAN Jakarta: Depdiknas.

Penelitian ini merupakan penelitian Mahendra, Agus (2000). Senam. Jakarta:


pertama yang dilakukan untuk menilai status Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Sutedja,AY. 2008. Mengenal Penyakit
kebugaran dan kesehatan instruktur senam Melalui Hasil Pemeriksaan
aerobik di Yogyakarta. Hasil penelitian Laboratorium.Yogyakarta: Amara

menunjukkan bahwa mayoritas kebugaran


kardiovaskular dan komposisi tubuh
instruktur masih dinilai kurang ideal.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
diharapkan menjadi screening awal bagi para
instruktur agar tetap menjaga pola makan dan
gaya hidup agar tidak menderita penyakit
kronik degeneratif seiring bertambahnya usia.

You might also like