You are on page 1of 3

Policresulen

Policresulen merupakan jenis obat topical yang berguna sebagai antiseptic dan hemostatic local.

Obat ini merupakan produk ondensasi asam metakresulfonat dan methanol yang digunakan

sebagai antiseptic dan hemostatic topical. Policresulen dijual secara bebas terbatas dengan nama

dagang albothyl, polilen, dan faktu. (MIMS, 2019)

Indikasi

1. Menghentikan perdarahan local

2. Infeksi vagina akibat jamur dan bakteri

3. Hemostatis pasca biopsy atau pengambilan polyp serviks

4. Pembersihan dan regenerasi jaringan pada luka biasa, luka bakar, proses peradangan

kronik.

5. Stomatitis aphtosa

6. Menghentikan perdarahan eksternal dan internal pada penyakit hemoroid (ambeien)

7. Fisura ani

Kontra-Indikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap policresulen dan ibu hamil.

Efek Samping

 Ketidaknyamanan ringan

 Efek samping yang lebih serius pada penderita yg hipersensitif adalah alergi, dengan tanda-

tanda berupa gatal, bengkak, edema, kesulitan bernapas, dan reaksi anafilaktik yang dapat

mengancam jiwa.
Interaksi Obat

 Penggunaan obat-obat lokal pada daerah yang sama lebih baik dihindari karena dapat

menyebabkan kerja dari obat tidak maksimal.

Mekanisme Kerja

Policresulen merupakan suatu asam lemah dengan pH 6 yang memiliki mekanisme kerja

selektif, dimana jaringan epitel yang rusak cenderung berikatan dengan asam organic maupun

anorganik, dalam kasus ini adalah policresulen. Policesulen bekerja dengan sedikit luka bakar

kimiawi di daerah yang terluka, yang membunuh bakteri dan membuat daerah tersebut antiseptic.

Sifat asam yang dimiliki policresulen dapat menyebabkan nekrosis koagulasi pada lesi oral

sehingga terbentuk preudomembran putih yang menutupi ulcers.

Sebagai hemostatic agent, policresulen bekerja dengan cara menginduksi kontraksi

pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah akan menurunkan aliran darah pada perdarahan

sehingga membantu menghentikan perdarahan.

Masyarakat Indonesia menggunakan policresulen sebagai terapi pengobatan sariawan dan

lesi oral lain, namun hal ini menjadi kontroversi karena pada beberapa kasus penggunaan

policresulen menyebabkan keadaan semakin memburuk. Pengaplikasian policresulen

menyebabkan pembuluh darah pada tepi lesi menjadi sempit dan tidak ada suplai darah pada area

lesi sehingga terjadi nekrosis atau kematian jaringan di sekitar lesi. Pada keadaan normal, jaringan

nekrotik akan mengelupas dan digantikan dengan jaringan sehat yang baru. Akan tetapi,

penggunaan policresulen dengan konsentrasi tinggi dan dalam jangka waktu lama menyebabkan
kerusakan jaringan yang cukup besar pada jaringan sehingga tubuh tidak dapat memperbaiki dan

memperparah kondisi.

Verstraelen, H. et al. (2012). Antiseptics and disinfectants for the treatment of bacterial vaginosis:

A systematic review. BMC Infectious Disease. 12. pp. 148.

Wu, DW, et al. (2015). Policresulen, a novel NS2B/NS3 protease inhibitor, effectively inhibits the

replication of DENV2 virus in BHK-21 cells. Acta Pharmacologica Sinica. 36(9). pp. 1126–1136.

Junior, et al. (2014). Postoperative Topical Analgesia of Hemorrhoidectomy with Policresulen and

Cinchocaine: A Prospective and Controlled Study. Rev Col Bras Cir, 41 (2), pp. 092-8.

Patetico, et al. (2016). Comparison of the Operative An Post Operative Outcome Between

Episiorrhaphy With and Without Application of Policresulen Solution. PJOG, 40 (2), pp. 12-9.

BPOM RI (2018). Cek Produk BPOM. Komposisi: Policresulen.

MIMS Indonesia (2018). Policresulen.

You might also like