You are on page 1of 11

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG

TERAPI MUSIK DALAM MENGURANGI TINGKAT


KECEMASAN PERSALINAN
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE IN PREGNANT WOMEN
ABOUT MUSIC THERAPY TO REDUCE THE LEVEL OF
ANXIETY IN LABOR
Feni Eka Maria Simamora Purba
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jl. Arteri Jorr Jatiwarna, Pondok Melati, Bekasi
e- mail : fenipurba01@gmail.com
Abstrak : Umumnya ibu hamil merasakan rasa takut, khawatir, dan cemas dalam menghadapi
proses persalinan. Rasa cemas, khawatir dan takut akan menyebabkan timbulnya komplikasi dalam
proses persalinan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian. Berdasarkan berbagai
penelitian terapi musik dapat mengurangi tingkat kecemasan. Namun berdasarkan penelitian siregar
dan maemunah (2016) mendapat hasil pengetahuan ibu hamil tentang terapi musik masih termasuk
cukup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan persalinan. Penelitian di lakukan di Puskesmas
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Desain penelitian menggunakan survei deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Sampel di ambil dari sebagian ibu hamil trimester III sebanyak 55 responden.
Hasil uji statistik univariat didapat tingkat pengetahuan ibu hamil cukup (42%). Berdasarkan umur,
ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik pada umur <20 tahun (40%), dan tingkat
pengetahuan kurang umur 20-35 tahun (29,5%). Berdasarkan pendidikan, yang memiliki tingkat
pengetahuan baik berpendidikan perguruan tinggi yaitu (67%), dan memiliki tingkat pengetahuan
kurang berpendidikan SD (75%). Berdasarkan pekerjaan, ibu yang bekerja memiliki tingkat
pengetahuan baik (50%), dan ibu yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan kurang (43%).
Sedangkan berdasarkan keterpaparan informasi yang memiliki tingkat pengetahuan baik ibu yang
pernah mendengar (35%), dan tingkat pengetahuan kurang ibu yang belum pernah (33%). Simpulan
penelitian yaitu sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil cukup tentang terapi musik dalam
mengurangi tingkat kecemaasan persalinan.

Kata Kunci : Kehamilan, Terapi Musik, Pengetahuan, karakteristik

Abstract : In general, expectant mothers feel depressed and worry about facing labor process. Being
worry and depressed can cause complication in a labour process which is one of the causes of death.
According to researchers of Siregar and Maemunah (2016) get the result that expectant mothers
about music therapy are still quite good. This study aims to knor the description of maternal
knowledge level about therapy music in reducing anxiety level of labor. Scope of this research
was conducted at community health clinic of Tambora district, West Jakarta. The research design
used descriptive survey with quantitative mothod approach. The samples were taken from some
expectant mothers frome 55 respondents. Result of univariate statistical test result was obtained
level of knowledge was obtained level of knowledge of expectant mothers were quite good (42%).
Based on age, pregnant women who have a good level of knowledge at <20 years (40%), and bad
knowledge age 20-35 years (29,5%). Based on education, which has a good level of knowleadg of
college education (67%), and has a level of knowledge less educated elementary (75%). Based on
work have less knowledge (43%). While based on information exposure that has knowledge level
of both mother never (35%), and level knowledge level of unmarried mother never (33%).
Conclusion, most of pregnant womans knowledge level about therapy music including still
enough, and based on characteristic show different levels of knowledge.

Keywords : Pregnancy, Therapy Music, Knowleadge, Characteristics

1
PENDAHULUAN
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan jika dibandingkan
dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Target
global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka
Kematian lbu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk
menurunkan AKI adalah offtrack, artinya diperlukan kerja keras dan kesungguhan
untuk mencapainya (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI menunjukan penurunan 305/
100.000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, 2016). Jumlah
kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta yaitu 97 jiwa. Jumlah kejadian kematian ibu
tertinggi yaitu di Jakarta Timur dengan 34 kematian ibu, Jakarta Utara dengan 23
kematian ibu, dan Jakarta Barat 16 kematian ibu, sedangkan dikepulauan Seribu
tidak ada kejadian kematian ibu. Penyebab utama terjadinya kematian di Provinsi
DKI Jakarta tahun 2012 yaitu hipertensi dalam/ eklamsia ( 39% ), Pendarahan
(31%) disebabkan oleh faktor anemia ibu hamil, Infeksi (6%, Abortus (2%), partus
lama (1%) dan penyebab lainnya. Angka kematian ibu di pengaruhi status kesehatan
secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Dinkes DKI Jakarta, 2012).
Umumnya ibu hamil merasakan rasa takut, khawatir, dan cemas dalam
menghadapi proses persalinan. Rasa cemas, khawatir dan takut akan menyebabkan
timbulnya komplikasi dalam proses persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya kematian. Penelitian Hidayat dan Sumarni (2013) tentang
tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan mendapat hasil dari 23
responden ibu hamil 69,6% ibu dalam kategori kecemasan sedang, dan 8,7% dalam
kategori kecemasan ringan dan tidak cemas. Berdasarkan hasil penelitian
Marhamah (2013) secara komprehensif di dapat dari empat responden mengalami
kecemasan ketika menjelang persalinan yaitu berupa perasaan takut menghadapi
persalinan, tegang, bahkan berdebar-berdebar, dan sensitif ketika memikirkan
proses persalinan.
Persiapan persalinan pada masa kehamilan trimester III sangat penting di
lakukan, baik persiapan secara meterial, fisik, dan maupun psikologis. Terapi musik
dapat di terapkan salah sebagai persiapan psikologis dalam persalinan, yang
bertujuan memberikan rasa tenang dan nyaman sehingga merasa lebih relaks dan
percaya diri. Hasil penelitian Sunarsih, Maternity dan Astut (2016), didapat bahwa
terapi musik bisa mengurangi nyeri persalinan. Berdasarkan penelitian tersebut dari
20 responden rata-rata score frekuensi skala nyeri sebelum diberikan intervensi
adalah 7,55 sedangkan rata-rata score frekuensi skala nyeri sesudah diberikan
intervensi adalah 5,55.
Terapi musik di Indonesia masih jarang diterapkan dalam asuhan persalinan.
Salah satu faktornya adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat terapi
musik. Menurut penelitian Siregar dan Maemunah (2016) di RW 04 kelurahan
Tanjung Priok Jakarta Utara tentang tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap terapi
musik di dapatkan hasil rata-rata penelitian dari 50 responden, 16 (32%) responden
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 28 (56%) responden mempunyai

2
tingkat pengetahuan yang cukup, dan 6 (12%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan yang kurang. Berdasarkan penelitian tersebut tingkat pengetahuan
dapat di pengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, dan juga suku. Tingkat
pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur sebagian besar ibu hamil berumur 19-30
tahun (58%) memiliki tingkat pengetahuan cukup (45%), dilihat dari pendidikan
sebagian besar berpendidikan SMA (34%) dan memiliki tingkat pengetahuan baik
(59%). Berdasarkan pekerjaan sebagian besar ibu sebagai IRT (62%) dan memiliki
tingkat pengetahuan cukup (77%), sedangkan berdasarkan suku mayoritas ibu
hamil suku sunda (44%) dan tingkat pengetahuan cukup (46%). Menurut
Notoatmodjo (2010) pengetahuan di pengaruhi pendidikan, pekerjaan,
pengalaman,keyakinanm dan sosial budaya, sedangkan menurut Rahayu (2010)
dalam Arifin (2016) pengetahuan di pengaruhi 8 hal yaitu pendidikan,
pekerjaan,pengalaman, usia, kebudayaan, minat, keterpaparan informasi, dan
media. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan persalinan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu
pengetahuan ibu hamil tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan
persalinan, dan faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan,
pekerjaan, keterpaparan inforasi. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kec.
Tambora, Jakarta Barat pada bulan Februari-April 2018. Sampel di ambil dari
sebagian jumlah populasi ibu hamil trimester III yang melakukan pemeriksaan
ANC di puskesmas Kec Tambora, Jakarta barat. Teknik pengambilan sampel
secara random sampling, dan penghitungan menggunakan rumus estimasi
proporsi yaitu sebanyak 55 responden. Data yang di gunakan yaitu data primer
dengan pengisian kuesioner yang berisi lembar persetujuan dan pertanyaan.
Setelah data terkumpul di lakukan pengelolaan dengan proses editing, coding
sheet, entry data, dan tabulating. Data di analisa menggunakan analisis univariat.
𝑓
𝑝 = 𝑛 x 100%
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi hasil pencapaian
n = Total seluruh observasi

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini meliputi pengetahuan ibu hamil tentang terapi musik
dalam mengurangi tingkat kecemasan persalinan, karakteristik ibu hamil, dan
pengetahuan ibu hamil tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan
persalinan berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan keterpaparan informasi.

3
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Hamil
Tentang Pengetahuan Terapi Musik Dalam Mengurangi Tingkat
Kecemasan Persalinan Di Puskesmas Kecamatan Tambora
Tahun 2018 ( n=55 responden)

Pengetahuan n %
Baik 17 31
Cukup 23 42
Kurang 15 27
Karakteristik ibu hamil
Umur
20-35 tahun 44 80
< 20 tahun 5 9
> 35 tahun 6 11
Pendidikan
Perguruan Tinggi 3 5
SMA 31 56
SMP 13 24
SD 8 15
Pekerjaan
Bekerja 12 22
Tidak Bekerja 43 78
Keterpaparan Informasi
Pernah 37 67
Tidak pernah 18 33
Media Informasi
Televisi 17 46
Internet 20 54

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari 55 responden ibu hamil trimester III
sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang terapi musik dalam
mengurangi tingkat kecemasan persalinan yaitu sebesar (42%). Karakteristik ibu
hamil berdasarkan umur sebagian besar berumur 20-35 tahun (44%). Berdasarkan
pendidikan sebagian besar pendidikan SMA sebanyak (56%). Sebagian besar ibu
hamil tidak bekerja sebanyak (78%). Berdasarkan keterpaparan informasi sebagian
besar sudah pernah mendengar (67%), dan sumber informasi yang di peroleh
sebagian besar dari media internet (54%).

4
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Terapi
Musik Dalam Mengurangi Tingkat Kecemasan Persalinan Berdasarkan Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Dan Keterpaparan Informasi
Di Puskesmas Kecamatan Tambora
Tahun 2018 ( N=55 Responden)

Tingkat Pengetahuan
Variabel Baik Cukup Kurang n %
f % f % f %
Umur
20 – 35 tahun 13 29,5 18 41 13 29,5 44 100
< 20 tahun 2 40 2 40 1 20 5 100
> 35 tahun 2 33 3 60 1 17 6 100
Pendidikan
Perguruan
2 67 1 33 0 0 3 100
Tinggi
SMA 12 39 14 45 5 16 31 100
SMP 3 23 6 46 4 31 13 100
SD 0 0 2 25 6 75 8 100
Pekerjaan
Bekerja 6 50 3 25 3 25 12 100
IRT 11 26 20 46 12 28 43 100
Keterpaparan Informsi
Pernah 13 35 15 41 9 24 37 100
Tidak Pernah 4 22 8 45 6 33 18 100
Media Infromasi
Televisi 2 12 7 41 8 47 17 100
Internet 11 55 8 40 1 5 20 100

Hasil penelitian pada tabel 4.2 di dapat bahwa sebagian besar ibu hamil yang
memiliki tingkat pengetahuan baik pada umur <20 tahun (40%), dan ibu hamil yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang pada umur 20-35 tahun (29,5%). Berdasarkan
pendidikan sebagian besar ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik
berpendidikan perguruan tinggi yaitu (67%), dan memiliki tingkat pengetahuan
kurang berpendidikan SD (75%). Berdasarkan pekerjaan ibu hamil yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi yaitu ibu yang bekerja (50%), dan yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang yaitu ibu yang tidak bekerja (43%). Sedangkan berdasarkan
keterpaparan informasi ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik ibu yang
pernah mendengar (35%), dan tingkat pengetahuan kurang ibu yang belum pernah
(33%). Berdasarkan media informasi ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan
baik melalui media internet (55%), dan memiliki tingkat pengetahuan kurang
melalui media televisi (47%).

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pengelolaan data dan
analisa data maka didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Tambora tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat
kecemasan persalinan, memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar (42%). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di tempat yang
berbeda oleh Siregar dan Maemunah (2016) yang mendapat hasil dari 50 responden

5
sebagian besar termasuk kategori tingkat pengetahuan cukup sebanyak (56%).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang belum
paham tentang terapi musik. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang terpaparnya
informasi tentang terapi musik. Terapi musik sendiri masih baru di perkenalkan di
Indonesia dan belum sepenuhnya merata diterapkan, bahkan kegiatan yang
dilakukan masih belum ada kejelasan yang meyakinkan kegiatan-kegiatan tersebut
(Djohan, 2006). Hal ini lah menjadi salah satu alasan tingkat pengetahuan ibu hamil
sebagian besar termasuk dalam kategori cukup.
Menurut Notoatmojdo (2010), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, penciman, rasa,
dan raba. Pengetahuan tentang musik sebenarnya sudah mulai dirasakan dari mulai
zaman primitif, dan semangkin berkembang hingga pada abad ke-18, dokter-dokter
di Eropa sudah mulai mendukung pengobatan dengan mengunakan terapi musik,
dan secara bertahap di abad ke-20 terapi musik mulai di publikasikan, banyak dari
dokter, psikiater, musisi mulai mengirim artikel terapi musik untuk mendukung
pernyataan bahwa terapi musik efektif dalam berbagai tatanan (Djohan,2006).
Terapi musik memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil, diantaranya membuat
ibu terasa lebih bahagia, serta membentuk pola pikir yang baik (Dayat, 2012). Bagi
ibu hamil dalam persiapan persalinannya memilki manfaat untuk mengurangi
tingkat kecemasan. Menurut Nilsson (2009) musik memiliki 3 bagian penting yaitu
beat, ritme, dan harmony. Karakteristik musik yang bersifat terapi adalah musik
yang non dramatis, dinaminanya bisa diprediksi, memiliki nada lembut, harmonis,
dan tidak berlirik, dengan tempo 60-80 bpm(beat per minute). Musik yang bersifat
sebaliknya adalah musik yang menimbulkan ketegangan, tempo yang cepat, irama
yang keras, ritme yang irregular, tidak harmonis, atau dibunyikan dengan volume
kertas tidak akan menimbulkan efek terapi. Efek yang timbul adalah meningkatnya
denyut nadi, tekanan darah, laju pernafasan, dan meningkatnya stress. Terapi musik
juga merupakan proses interpersonal yang menggunakan musik untuk terapi aspek-
fisik, emosional, mental, sosial estetika, dan spiritual untuk membantu pasien dalam
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka, begitu juga dengan ibu
hamil untuk membantu menyeimbangkan setiap perubahan yang terjadi selama
kehamilan sehingga ibu lebih siap dan mengurangi tingkat kecemasannya dalam
menghadapi persalinan (Dayat, 2012).
Menurut peneliti dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang terapi
musik ibu hamil akan lebih memberdayakan dirinya dan menerapkan terapi musik
untuk persiapan persalinan, hal ini akan berdapak posif untuk mengurangi tingkat
kecemasan persalinan, dikarenakan ketika seseorang mendengarkan musik yang ia
sukai atau jenis musik ritme akan membuatnya merasa lebih tenang sehingga
hormone endorfin dalam tubuh akan dihasilkan lebih banyak yang membuat
perasaan lebih bahagia dan siap untuk menghadapi persalinan. Begitu pula jika ibu
hamil memiliki pengetahuan baik, ia akan lebih paham waktu dan jenis musik yang
tepat untuk di dengarkan olehnya.
Menurut Rahayu dalam Arifin (2016), pengetahuan seseorang dipengaruhi
umur, pendidikan, pekerjaan, dan keterpaparan infromasi. Berdasarkan hasil
penelitian sebagian besar ibu hamil berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak (80%), ini
menunjukkan angka yang baik, sesuai dengan WHO (2007) yang mengatakan

6
kurun reproduksi yang sehat yang dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun.
Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur menunjukkan
sebagian besar ibu hamil yang berumur 20-35 tahun dan 35 tahun memiliki tingkat
pengetahuan cukup sebesar (41%) dan (60%), sedangkan yang berumur < 20tahun
memiliki persentase tingkat pengetahuan baik dan cukup yang sama (40%).
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Siregar dan Maemunah, (2016) tingkat
pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur 19-30 tahun dan 31-40 tahun sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar (45% dan 53%).
Menurut Erfandi (2009) Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik, namun semakin tua semakin mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental, dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya beberapa kemampuan yang lain seperti
misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Menurut Mubarak (2012)
mengatakan bahwa semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang di perolehnya semakin
membaik. Saat usia madya, individu akan lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca, kemampuan intelektual,
pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan
pada usia ini.
Berdasarkan teori dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah usia maka
tingkat pengetahuan seseorang akan semakin baik. Hasil penelitian didapat bahwa
ibu hamil umur < 20 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik hal ini sejalan
dengan teori Mubarak (2012) yang mengatakan pada usia madya seseorang akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca demi mempersiapkan diri
menuju usia tua nanti, terlebih pada ibu hamil di usia muda, ia akan berusaha
mencari informasi-informasi tentang persalinan untuk mempersiapkan diri dalam
proses persalinannya nanti. Sedangkan hasil penelitian pada umur 20-35 tahun, dan
>35 tahun memiliki tingkat pengetahuan cukup. Hal ini tidak sejalan dengan teori
baik dari teori Mubarak (2012) maupun teori Erfandi (2009), yang mengatakan
bahwa semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Menurut
peneliti, hal ini mungkin terjadi karena pada usia 20-35 tahun serta >35 tahun sudah
memiliki banyak pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan yang diperoleh
dari pengalaman terdahulu maupun orang tua, sehingga hal-hal dan mitos terdahulu
lebih banyak di pegang dan membuat mereka lebih puas dan cenderung tidak ingin
mencari pengetahuan baru, sedangkan terapi musik sendiri masih baru di
perkenalkan di Indonesia dan penyebarannya pun masih belum merata (Djohan,
2006) dan kebanyakan orang tua terdahulu masih belum mengenal serta
menerapkan terapi musik dalam persalinan. Hal inilah yang menjadi alasan tingkat
pengetahuan cukup pada ibu umur 20-35 tahun serta >35 tahun.
Berdasarkan pendidikan didapat hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian
besar ibu hamil dengan pendidikan SMA sebesar (56%). Pengetahuan ibu hamil
berdasarkan pendidikan mendapat hasil bahwa sebagian besar ibu hamil dengan
pendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar (67%). Hal ini sejalan

7
dengan hasil penelitian Elisa, (2014) di tempat yang berbeda yang mengatakan
pendidikan mempengaruhi pengetahuan karena tingkat pendidikan seseorang akan
berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Hasil penelitian tersebut
sebagian besar ibu (65.9%) berpendidikan menengah dan dari tingkat
pengetahuan didapatkan sebagian besar tingkat pengetahuan ibu cukup
(53,7%), dan sejalan juga dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Siregar dan Maemunah, (2016) yang mendapat hasil ibu hamil yang berpendidikan
perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan baik.
Menurut Efandi (2009) Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang
tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan nonformal.
Menurut peneliti berdasarkan hasil yang penelitian dapat di simpulkan bahwa
ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang baik, hal ini
di karenakan jika seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki pola pikir yang
lebih kritis, serta informasi yang di terima bisa di dapatkan dari media yang lebih
akurat. Setiap ibu hamil memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dalam
menghadapi persalinan. Menurut peneliti ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan
lebih kritis untuk memberdayakan diri dalam mempersiapkan persalinannya salah
satunya pemberdayaan diri tentang rasa cemas, maka dari itu kemungkinan ia akan
mencari berbagi informasi untuk mengurangi rasa cemas, salah satunya dengan
mencari informasi tentang terapi musik.
Hasil penelitian karakteristik ibu hamil berdasarkan pekerjaan mendapat hasil
sebagian ibu hamil sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja (78%), dan di lihat
dari pengetahuan ibu hamil tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat
kecemasan persalinan sebagian besar ibu hamil termasuk dalam kategori
pengetahuan cukup (46%), sedangkan ibu hamil yang bekerja memiliki tingkat
pengetahuan baik (50%). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang di
lakukan oleh Siregar dan Maemunah,(2016) yang mendapat hasil bahwa ibu yang
bekerja dan tidak bekerja sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup.
Namun hasil penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa, pekerjaan
merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Berdasarkan pekerjaan dapat
dilihat bahwa seseorang yang bekerja lebih sering berinteraksi dengan orang
lain dan lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada
interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta
pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah
dan etik (Ratna wati, 2009).
Menurut peneliti berdasarkan hasil penelitian pekerjaan memberikan
pengaruh terhadap pengetahuan. Jika seseorang bekerja akan lebih memperoleh
banyak informasi dari lingkungan kerjanya, semakin banyak bargaul dengan orang
lain maka semakin banyak informasi yang akan kita dapat di bandingkan yang tidak
bekerja lebih cenderung menyendiri di rumah mengurus pekerjaan rumah, hal ini
membuat ibu hamil kurang mendapat informasi-informasi yang terbaru. Terlebih
informasi terapi musik sendiri masih belum banyak di terapkan.

8
Hasil penelitian berdasrkan keterpaparan informasi sebagian besar ibu hamil
sudah pernah mendengar tentang terapi musik yaitu sebesar (67%), sebagian besar
informasi diperoleh melalui media internet (56%), selain itu ibu hamil juga
mendapat informasi dari media televisi (46%). Hasil penelitian pengetahuan
berdasarkan keterpaparan informasi sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat
pengetahuan cukup (41%).
Menurut Rahayu (2010), mengatakan bahwa RUU teknologi informasi
mengartikan informasi sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
dan menyimpan, manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan maksud dan tujuan tertentu yang bisa didapatkan melalui media
elektronik maupun cetak. Contoh media yang didesain secara khusus untuk
mencapai masyarakat luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan internet.
Media elektronik merupakan media yang sangat mudah di akses terlebih di zaman
sekarang dengan teknologi yang sudah semakin cangih sangat memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan informasi dengan mudah. Terlebih melalui media
internet dan televisi menjadi sorot utama media elektronik yang mudah di akses
oleh semua kalangan di masyarakat. Pemaparan informasi tentang terapi musik
sendiri pun banyak beredar di media internet, namun tidak semua informasi yang
diberikan akurat. Menurut (Djohan, 2006) dari sekian banyak buku, majalah, dan
hasil penelitian yang beredar masih jarang yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
Menurut peneliti berdasarkan hasil penelitian dan proses pembahasan, informasi
yang tersebar di internet masih banyak yang belum di bahas secara akurat dan buku-
buku reverensi yang masih jarang, akan membuat ibu hamil lebih sulit mendapatkan
informasi yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa ibu hamil yang pernah
mendengar terapi musik belum tentu memiliki tingkat pengetahuan yang baik
tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan persalinan. Masih
banyak ibu hamil yang hanya sekedar tahu dan pernah mendengar saja tetapi tidak
mengerti maksud dan manfaat terapi musik. Hal ini dilihat dari hasil yang
menunjukkan sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup. Informasi yang
diberikan melalui media internet dan televisi juga tidak sepenuhnya mencakup
kebutuhan ibu hamil, masih banyak informasi yang kurang.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “gambaran karakteristik dan media
ibu tentang pengetahuan terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan
persalinan, di Puskesmas Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, tahun 2018 dengan
jumlah sampel ibu hamil trimester III 55 responden, dapat di simpulan bahwa hasil
penelitian mengatakan sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan
cukup.
Pengetahuan ibu hamil tentang terapi musik dalam mengurangi tingkat
kecemasan persalinan berdasarkan umur didapat hasil bahwa tingkat pengetahuan
baik tentang pengetahuan terapi musik dalam mengurangi tingkat kecemasan
persalinan pada umur < 20 tahun, dan tingkat pengetahuan kurang pada umur 20-
35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berbeda-beda
berdasarkan umur. Hasil penelitian berdasarkan pendidikan di dapat bahwa
pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik,
dari hasil penelitian di dapat ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu ibu

9
yang berpendidikan tinggi dan ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
yang berpendidikan SD.Berdasarkan pekerjaan, ibu hamil yang bekerja sebagian
besar memliki tingkat pengetahuan yang baik, dapat disimpulkan ibu hamil yang
bekerja memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik di banding ibu yang tidak
bekerja. Keterpaparan informasi tentang terapi musik melalui media menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu hamil yang sudah terpapar informasi memiliki tingkat
pengetahuan baik di bandingkan ibu hamil yang belum terpapar informasi.
Hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih
up to date dan terbuka dengan ilmu-ilmu baru sehingga bisa lebih baik lagi dalam
memberikan informasi dan pelayanan. Peneliti berharap penelitian ini bisa menjadi
pacuan untuk tenaga kesehatan lebih terbuka dalam memberikan informasi
sehingga pengetahuan ibu hamil bisa meningkat dari cukup menjadi baik, serta
peneliti berharap terapi musik bisa di terapkan di semua tatanan pelayananan
kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas, maupun bidan praktik mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Dinkes DKI Jakarta, 2012 (2012) “Provinsi Dki Jakarta Tahun 2012.” Tersedia
pada: http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/ PROFIL_KES_
PROVINSI_2012/11 Profil_Kes.Prov.DKIJakarta_2012.pdf.

Direktorat Kesehatan Keluarga Kemenkes RI (2016) “Laporan Tahunan Direktorat


Kesehatan Keluarga Tahun 2016,” hal. 67.

Erfandi.(2009). Tingkat Pengetahuan. Bandung : Alfabeta.

Elisa (2014) “Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Trimester Iii Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang,” Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2, No
2, 2(2), hal. 84–89. Tersedia pada: http://ppnijateng.org/wp-
content/uploads/2014/09/umur-pendidikan-pekerjaan-dan-tingkat-pengetahu
an-ibu-primigravida-tentang-tanda-bahaya-kehamilan-trimester-iii-di-wila
yah-puskesmas-ungaran-kecamatan-ungaran-barat-kabupaten-semarang.pdf.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka


Cipta.

Kementerian Kesehatan RI (2014) “Pusat Data Dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI.”

Mubarak, W.I. (2012). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: salemba


Medika.

Siregar, F. T. dan Maemunah (2016) “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil


Tentang Manfaat Musik Klasik Dalam Kehamilan Di Rw 004 Tanjung Priok
Rw 004 Kelurahan Tanjung,” Jurnal Akademik Keperawatan Husada Karya
Jaya, Volume 2, Nomor 2, 2(September), hal. 2–5.

Sunarsih, Maternity, D. dan Astuti, N. P. R. (2016) “Terapi Musik Klasik

10
Mengurangi Nyeri Pada kala I Persalinan,” Jurnal Dunia Kesmas Volume 2.
Nomor 1. Januari 2013 51, 2(1), hal. 51–56.

Swarjana, I Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).


Yogyakarta : Andi.

11

You might also like