You are on page 1of 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia kesehatan tidak bisa terlepas dari keselamatan pasien, yang merupakan suatu upaya
dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. Pada
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencetuskan global patient safety challenge
dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk
tenaga kesehatan dengan metode my five moments for hand hygiene. Tenaga kesehatan akan
melakukan kontak langsung dari satu pasien ke pasien lain. Selain itu tenaga kesehatan juga akan
melakukan kontak pada perlengkapan atau permukaan benda yang telah terkontaminasi. Perawat
menjadi salah satu tenaga kesehatan yang sering kontak dengan pasien serta media
transmisimikroorganisme yang telah mengontaminasi tangan perawat.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang selama 24 jam bersama dengan pasien yang
dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses penyembuhan pasien sehingga
perawat dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik selama merawat
pasien. Kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap tindakan keperawatan, termasuk
didalamnya prosedur mencuci tangan, menjadi salah satu penentu keberhasilan pencegahan
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial atau lebih dikenal dengan Health-care
AssociatedInfection (HAIs) menjadi penyebab paling penting mortalitas dan morbiditas pasiendi
rumah sakit. Perawat menjadi pembawa mikroorganisme paling umum dari satu pasien ke pasien
lain dan lingkungan yang tercemar kepada pasien melalui tangan.
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi
infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat berkurang. Pencegahan dan pengendalian infeksi
mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan
pasien. Salah satu komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial
adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan mengimplementasikan secara
efektif. Menurut survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, secara nasional
berperilaku benar dalam cuci tangan adalah 47,0%. Rata-rata kepatuhan petugas kesehatan untuk
mencuci tangan di Indonesia hanya 20% - 40%.
Hand hygiene adalah proses pembersihan kotoran dan mikroorganisme padatangan yang
di dapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan (flora
transien) dengan menggunakan sabun atau antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan
hand rub berbasis alkohol. Salah satu tindakan yang dapat atau memungkinkan masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh melalui tindakan invasif di rumah sakit. Tindakan invasif
merupakan suatu tindakan memasukkan alat kesehatan kedalam tubuh pasien, antara lain dengan
membuat tusukan, incisi pada kulit atau memasukkan insersi instrument (benda asing)
kedalamtubuh. Rumah sakit bedah salah satu rumah sakit yang melakukan tindakan invasif pada
pasien, sehingga harus diperhatikan pelaksanaan hand hygiene oleh perawat.
Rumah Sakit dengan inisial “T” adalah salah satu rumah sakit swasta di Kota Pekanbaru
yang memberikan pelayanan kepada pasien. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Bedah “T”
didapatkan angka kepatuhan cuci tangan pada bulan Januari 2018 42,76 %, Februari 2018
50,14%, Maret 57,68%, April 70,28%, Mei 75,10%, Juni 70,35. Angka ini belum sesuai target
mutu rumah sakit, sedangkan targetnya adalah 85%. Hand hygiene merupakan ukuran yang
paling penting dalam tindakan pencegahan karena lebih efektif dan biaya rendah, diperkirakan
dengan melaksanakan hand hygiene pengurangan terhadap angka infeksi nosokomial (HAIs).

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini, “Bagaimana pelaksanaakan handhygiene dalam
menegakkan patient safety di Rumah Sakit “T”KotaPekanbaru?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya informasi mendalam mengenai pelaksanaan hand hygiene dalam
menegakkan patient safety di Rumah Sakit Bedah “T” Kota Pekanbaru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya informasi mendalam mengenai komponen input (man, money,method,
material) dalam pelaksanaan hand hygiene pada perawat dalammenegakkan patient safety
di Rumah Sakit Bedah “T” Kota Pekanbaru.
2. Diketahuinya informasi mendalam mengenai komponen process (sosialisasi, pengawasan,
penghargaan dan sanksi) untuk menerapkan hand hygiene dalam menegakkan patient
safety di Rumah Sakit Bedah “T” Kota Pekanbaru.
3. Diketahuinya informasi mendalam mengenai komponen output pelaksanaan hand hygiene
dalam menegakkan patient safety yang sesuai standar.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan dalam pelaksanaan handhygiene pada
perawat di Rumah Sakit Bedah“T”Kota Pekanbaru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori


1. HandHygiene
a. Pengertian
Hand hygiene merupakan istilah umum yang biasa digunakan untuk menyatakan
kegiatan yang terkait membersihkan tangan (WHO, 2009). Salah satu cara untuk
mencegah kontaminasi silang dari mikrorganisme sehingga dapat menurunkan
dan mencegah insiden kejadian infeksi nosokomial yaitu hand hygiene, baik itu
melakukan proses cuci tangan atau disinfeksi tangan merupakan (Akyol, 2007).
Salahsatucaraterpentingdalamrangkapengontrolaninfeksiagardapat mencegah
infeksi nosokomial yaitu dengan cara melaksanakan hand
hygiene,baikmelakukancucitanganataupunhandrubbing(Mani,dkk., 2010).
b. Tujuan HandHygiene
Tujuan hand hygiene dilakukan secara rutin dalam perawatan pasien ialah untuk
menghilangkan kotoran dan bahan organik serta kontaminasi mikroba dari
kontak dengan pasien atau lingkungan (WHO, 2009).

Kebersihan tangan tenaga kesehatan sangat membantu pencegahan penularan


kuman berbahaya dan mencegah infeksi terkait perawatan kesehatan. Hal ini
dikarenakan tangan adalah jalur utama penularan kuman selama perawatan pasien
(Pratami, dkk., 2012).
c. Indikator CuciTangan
Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia (HPPI) tahun 2010 menyatakan
bahwa waktu melakukan cuci tangan, adalah bila tangan kotor, saat tiba dan
sebelum meningggalkan rumah sakit, sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
kontak dengan pasien, lingkungan pasien, sebelum dan sesudah menyiapkan
makanan,serta sesudah kamar mandi.Indikato rmencuci tangan digunakan dan
harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan
(Depkes RI, 2008), yaitu:
1). Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak
langsung dengan klien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun
steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus.
2). Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien, setelah
memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah
menyentuh selaputmukosa
WHO telah mengembangkan moment untuk kebersihan tangan
yaituFiveMomentsforHandHygiene,yangtelahdiidentifikasisebagai waktu kritis
ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum
kontakdenganpasien,sebelumtindakanaseptik,setelahterpaparcairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien
(WHO,2009).
WHO (2009) menetapkan indikasi five moments hand hygiene yang dimaksud
meliputi

1) Sebelum menyentuhpasien
Hand hygiene yang dilakukan sebelum menyentuh pasien bertujuan untuk
melindungi pasien dengan melawan mikroorganisme, dan di beberapa
kasus melawan infeksi dari luar, oleh kuman berbahaya yang berada di
tangan
2). Sebelum melakukan prosedur bersih/aseptik
Hand hygiene yang dilakukan sebelum melakukan prosedur bersih/ aseptik
bertujuan untuk melindungi pasien dengan melawan infeksi kuman
berbahaya, termasuk kuman yang berada di dalam tubuh pasien.

3). Setelah kontak dengan cairan tubuhpasien


Hand hygiene yang dilakukan setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari infeksi oleh kuman
berbahaya dari tubuh pasien dan mencegah penyebaran kuman di
lingkungan perawatan pasien

4). Setelah menyentuhpasien

Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh pasien bertujuan untuk


melindungi petugas kesehatan dari kuman yang

5). Setelah menyentuh lingkungan di sekitarpasien


Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh peralatandi sekitar pasien
bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang berada di
tubuh pasien yang kemungkinan juga berada di permukaan/ benda-benda
di sekitar pasien dan untuk melindungi lingkungan perawatan dari
penyebaran kuman.
Prinsip dari 6 langkah hand hygiene antara lain :
1) Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik
(handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash).
Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar ruangan pelayanan
pasien secaramerata.
2) Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.

Gambar 2.2 Prosedur 6 langkah Hand Hygiene (WHO, 2009)

Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Pelaksanaan HandHygiene.

Secara umum petugas kesehatan peduli terhadap pentingnya hand hygiene untuk
pencegahan infeksi, namun pemenuhan hand hygiene sesuai prosedur masih
rendah. Akyol (2007) dalam jurnalnya yang berjudul “Hand hygiene among
Nurses in Turkey : Opinions and Practices”, menuliskan bahwa kepatuhan
petugas kesehatanmasih rendah, biasanya di bawah 50% untuk melaksanakan
hand hygiene sesuai aturan. Pernyataan yang sama juga terdapat dalam jurnal
Mani, dkk. (2010), yaitu pemenuhan hand hygiene masih di bawah 50% dari
yang seharusnya yaitu pelaksanaan yang sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene perawat menurut


Lankford, et Al. (2009) meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,
masa kerja, ketersediaan fasilitas untuk mencuci tangan, kondisi pasien dan
kebijakan rumah sakit
1). Usia

Usia berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dan polafikir berpengaruh


terhadap perilaku seseorang. Umur seseorang secara garis besar menjadi
indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya, dengan semakin bertambah usia, maka dalam menerima
sebuah instruksi dan dalam melaksanaan suatu prosedur akan semakin
bertanggungjawab dan berpengalaman. Semakin cukup usia seseorang akan
semakin matang dalam berpikir dan bertindak (Saragih dkk,2010).

2). TingkatPendidikan
Pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir individu. Sedangkan pola fikir
berpengaruh terhadap perilaku seseorang dengan kata lain pola pikir
seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir
seseorang yang berpendidikan tinggi (Asmadi, 2010). Pendidikan
keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku perawat dalam
melakukan hand hygiene (Asmadi, 2010). Dengan demikian pendidikan
yang tinggi dari seorang perawat akan mempengaruhi perawat dalam
memberikan teknik pelayanan pelaksanaan hand hygiene yangoptimal.

3) Masa Kerja
Masa kerja (lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu yang akan
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.Semakin lama
seseorang bekerja maka tingkat prestasi akan Semakin tinggi,prestasi yang
tinggi didapat dari perilaku yang baik. Hidayat (2009), menyatakan bahwa
seseorang yang telah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas dan
mempunyai pengalaman lebih banyak dalam peranannya pembentukan
petugas perilakukesehatan
Masa kerja yang berorientasi pada permasalahan dasar dan berorientasi pada
tugas dapat meningkatkan ketaatan dalam melakukan hand hygiene. Dengan
demikian masa kerja mempengaruhi tingkat seorang perawat dalam
pelaksanaan prosedur hand hygiene, dalam hal ini adalah sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien (Siagian,2008)
4). Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Notoadmodjo (2010)
menyatakan bahwa pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisa, sintesis dan evaluasi

5). Ketersediaan Fasilitas Untuk MencuciTangan


Kurangnya ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
hand hygiene perawat meliputi tidak tersedianya fasilitas wastafel serta jarak
yang jauh untuk menuju tempat cuci tangan.Damanik,
dkk.(2010)menyatakan bahwa salahsatu kendala dalam ketidakpatuhan
terhadap pelaksanaan hand hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci
tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakukan hand
hygiene. Kemudahandalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan
hand hygiene,bak cuci tangan, sabun atau alkohol jell adalah sangat penting
untuk membuat kepatuhan menjadi optimal sesuaistandar.
6). Kebijakan Rumah Sakit
Salah satu langkah dari pihak rumah sakit untuk meningkatkan
pengetahuan perawat adalah dengan mengadakan pelatihan atau sosialisasi
secara periodik terhadap pelaksanaan hand hygiene. Karena pelatihan dan
sosialisasi dapat memberikan dampak yang positif terhadap sikap perawat
dalam melakukan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa pelatihan merupakan melakukan perubahan perilaku
efektif yang meliputi perubahan sikap seseorang terhadap sesuatu yang
meliputi perubahan.

Disisi lain pelatihan dapat memberikan informasi kepada perawat untuk


membentuk sikap positif dan meningkatkan keterampilan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak
rumah sakit dalam menerapkan prosedur hand hygiene untuk mencegah
terjadinya HAIs dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dan menurunkan resiko kejadian HAIs serta pelaksanaan hand hygiene
diharapkan dapat memperpendek hari perawatan dan biaya perawatan di
rumah sakit (Lankford, et. Al. 2009).
2. Kepatuhan
a. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat


adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti
rencana dengan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta
melaksanakannya (Kemenkes RI, 2011). Menurut Smet (2004) dalam
Emaliyawati (2010), kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu
cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan
kepadanya .

b. Pengukuran kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner yaitu dengan

cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikator-indikator

yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran tidak

langsung mengenai standar dan penyimpangan yang diukur melalui sejumlah

tolok ukur atau ambang batas yang digunakan oleh organisasi merupakan

penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut. Suatu indikator

merupakan suatu variabel (karakteristik) terukur yang dapat digunakan untuk

menentukan derajat kepatuhan terhadap standar atau pencapaian tujuan mutu,

di samping itu indikator juga memiliki karakteristik yang sama dengan

standar, misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid, jelas, mudah

diterapkan, sesuai dengan kenyataan, dan juga dapat diukur (Al-Assaf, 2010).

c. Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan


1) Faktor internal
a) Krakteristik perawat
Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki
seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat
maupun sakit. Karakteristik perawat meliputi variable
demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat
pendidikan) (Suryoputri, 2011).
b) Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan yang meliputi
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik
2). Faktor ekternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas :

a) Pola komunikasi

b) Keyakinan / nilai-nilai yang diterima perawat

d. Kriteria kepatuhan

Menurut Depkes RI (2006) kriteria kepatuhan dibagi menjadi tiga


yaitu:
1) Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah
ataupun aturan dan semua aturan maupun perintah tersebut
dilakukan dan semuanya benar.
2) Kurang patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan perintah
dan aturan hanya sebagian dari yang ditetapkan, dan dengan
sepenuhnya namun tidak sempurna.
3) Tidak patuh adalah suatu tindakan mengabaikan atau tidak
melaksanakan perintah atau aturan sama sekali.
Untuk mendapatkan nilai kepatuhan yang lebih akurat atau terukur

maka perlu ditentukan angka atau nilai dari tingkat kepatuhan

tersebut, sehingga bisa dibuatkan rangking tingkat kepatuhan sesorang.

Menurut yayasan Spritia (2006) tingkat kepatuhan dapat di bedakan

menjadi tiga tingkatan yaitu:


1) Patuh : 75% - 100%

2) Kurang patuh : 50% - < 75%

3) Tidak patuh : < 50%

4)

Kerangka Teori

Faktor yang menpengaruhi


Kepatuhan :
Instalasi Gawat 1. Faktor Internal
Darurat a. Karakteristik Perawat
b. Kemampuan
c. Motivasi
Kepatuhan Perawat 2. Faktor Eksternal
Melakukan a. Pola Komunikasi
Prosedur 6 Langkah b. Keyakinan/Nilai-nilai yang
Hand Hygiene diterima perawat
c. Dukungan Sosial

Rendahnya Faktor yang menpengaruhi rendahnya


Pelaksanaan pelaksanaan hand hygiene :
Hand Hygiene 1. Iritasi kulit
2. Keyakinan bahwa menggunakan
sarung tangan sudah tidak
membutuhkan hand hygiene
3. Kurang pengetahuan perawat
Infeksi Nosokomial pentingnya hand hygiene dalam
penurunan infeksi
4. Kurang pengetahuan tentang teknik
hand hygiene
5. Beban kerja yang tinggi dan
kekurangan tenaga perawat
6. Rendah dan kurangnya akses ke
fasilitas atau jauh ke bak cuci
7. Rendahnya motivasi untuk
melaksanakan hand hygiene

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Hamzah (2008), Karabay, dkk. (2008), Damanik, dkk. (2010),


Notoatmodjo (2010), Kepmenkes RI (2009), Suryoputri (2011)

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan

metode eksperimen yaitu quasy-eksperimental pre-post test design dimana

didalam penelitian ini terdapat pre-test sebelum diberikan perlakuan dan post-

test setelah diberikan perlakuan

Tabel 3. Desain Penelitian


Kelompok Pre Test Treatment Post Test

Eksperimen X1 Y X2

X1 merupakan hasil dari pre-test pelaksanaan Five Moments Hand

Hygiene tenaga kesehatan sebelum diberikan perlakuan (treatment). Y adalah

perlakuan yang diberikan dengan menggunakan media slide. sedangkan X2

adalah post-test setelah tenaga kesehatan diberikan perlakuan (treatment).

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja pada

Instalasi IGD.

Sampel Penelitian

a. Besar sampel

11
Sampel pada penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan di Instalasi IGD

yang berjumlah 14 orang yang terdiri dari 5 dokter dan 9 perawat.

dokter melakukan 2 momen dimana total momen menjadi 6 dan masing-

masing perawat yang berjumlah 9 perawat melakukan 5 momen dimana

total momen menjadi 40. Total semua momen

menjadi 46, dan dikarenakan penilaian pretest dan postest dilaksanakan

peneliti selama 2 hari, sehingga total momen yang didapatkan adalah

minimal 46 dikalikan 2, menjadi 96 momen.

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini

adalah total sampling, dengan mtode non-probability sampling yaitu

tidak mengacak sampel dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi: Bersedia menjadi responden penelitian.


2) Kriteria Ekslusi: Pada saat periode penelitian, tenaga kesehatan
tersebut sudah tidak bekerja.

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi IGD.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Maret-Mei2019

12
D. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian edukasi

menggunakan media slide.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan tenaga kesehatan

mengenai hand hygiene.

E. DEFINISI OPERASIONAL Commented [AP1]: DIBUAT TABEL

Untuk mengukur variabel yang ada dalam topik ini, peneliti menggunakan
indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kepatuhan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk


atau patuh pada ajaran atau aturan, sedangkan menurut Jatmiko (2006),
kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati tingkat kepatuhan


tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik Hemodialisis Nitipuran dalam
melaksanakan hand hygiene sebelum dan sesudah diberikan edukasi.

Alat ukur kepatuhan hand hygiene menggunakan checklist


pelaksanaan five moments hand hygiene pada tenaga kesehatan, prosedur
cuci tangan, dan prosedur handrub yang dibuat oleh kelompok peneliti.

Kepatuhan pada penelitian ini akan dibagi menjadi dua yaitu:

13
a) Patuh

Tenaga kesehatan dikatakan patuh apabila melakukan tindakan

hand hygiene, sesuai dengan langkah-langkah yang benar dan tepat

pemilihan handwash atau handrub.

b) Tidak patuh

Apabila tenaga kesehatan tidak melakukan hand hygiene selama

melakukan tindakan kepada pasien.

2. Five moments hand hygiene (WHO, 2009)

Pengisian checklist pada tenaga kesehatan akan dilaksanakan berdaarkan

five moments hand hygiene yaitu :

a. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.

b. Sebelum melakukan prosedur invansif dengan menggunakan

sarung tangan atau tidak.

c. Setelah menyentuh pasien.

d. Setelah kontak dengan cairan tubuh, membran mukosa, atau

balutan luka.

e. Setelah menyentuh lingkungan pasien.

14
Gambar 3. Five Moment Hand Hygiene (World Health Organization, 2009)

F. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

Alat dan bahan penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para

responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Daftar tilik kepatuhan petugas dalam hand hygiene.

Didalam daftar tilik ini terdapat pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene

pada tenaga kesehatan, prosedur cuci tangan, dan prosedur handrub.

15
Tabel 4. Daftar Tilik Kepatuhan Hand Hygiene Commented [AP2]: DI lampiran saja
Tenaga Dokter A Dokter B Dokter C Perawat 1 Dst

Kesehatan yang

Diamati

Kriteria Ya tidak ya tidak ya Tidak ya tidak

observasi

A. SAAT

HAND

HYGIENE

1. Sebelum

menyentuh

pasien

2. Sebelum

melakukan

prosedur

invansif dengan

menggunakan

sarung tangan

atau tidak.

16
3. Setelah

kontak dengan

cairan tubuh,

membran

mukosa, atau

balutan luka .

4. Setelah

menyentuh

pasien.

5. Setelah

menyentuh

objek disekitar

pasien.

B.

PROSEDUR

CUCI

TANGAN

1. Mencuci

17
tangan dengan

air mengalir

2. 6 langkah

cuci tangan

terlaksana

3. Membilas

dengan air

sampai bersih

4.Mengeringkan

dengan handuk

atau tisu

5. Waktu

keseluruhan

minimal 40-60

detik

C.

PROSEDUR

HANDRUB

18
1. Tangan tidak

kotor

2. 6 Langkah

Handrub

terlaksana

3. Waktu 20-

30 detik

2. Materi Five Moments Hand Hygiene dalam bentuk slide.

Slide power point yang akan berisi penjelasan mengenai fiive moments

hand hygiene yang akan ditampilkan sesudah tenaga kesehatan melakukan

pre-test yang berisi :

a. Slide 1 : patient safety.

b. Slide 2 : five moments hand hygiene.

c. Slide 3 : prosedur handwash.

d. Slide 4 : prosedur handrub

19
G. JALANNYA PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Tahap Pertama

Tahap pertama akan dilaksanakan pre-test berupa observasi kepatuhan

menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas dalam hand hygiene.

2. Tahap Kedua

Dilakukan pemberian intervensi berupa edukasi yang diberikan selama

satu kali dalam satu hari menggunakan media slide yang berisi:

e. Slide 1 : patient safety.

f. Slide 2 : five moments hand hygiene.

g. Slide 3 : prosedur handwash.

h. Slide 4 : prosedur handrub.

3. Tahap Ketiga

Tahap ketiga yakni post-test akan dilaksanakan 15 hari setelah pre-test

dan intervensi berlangsung karena menurut Notoadmojo (2003), jarak

antara test yang pertama dan test yang kedua sebaiknya antara 15

sampai dengan 20 hari.

H. CARA PENGUMPULAN DATA

Data terdiri atas data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini akan
didapatkan data primer yaitu sebelum dan sesudah intervensi. Teknik
pengumpulan data berupa mengamati perilaku tenaga kesehatan saat melakukan
tindakan hemodialisis pada pasien dengan menggunakan daftar tilik seperti pada
instrumen diatas.

20
I. UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan
daftar tilik atau kuisioner. Sebelum kuisioner digunakan, maka harus dilakukan
uji validitas dan reabilitas. Uji validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat
ukur yang digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur,
sedangkan reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan fakta
yang diukur dan diamati secara berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Pada
penelitian ini, uji validitas tidak dilakukan karena daftar tilik dibuat berdasarkan
standar World Health Organization. Uji reabilitas dilakukan dengan cara
melakukan observasi oleh dua orang peneliti dan melihat apakah hasilnya sama
dan konsisten.

J. ANALISIS DATA
Untuk menganalisa data pengolahan, peneliti menggunakan program
komputer SPSS. Total nilai tenaga kesehatan saat melakukan pre-test masuk pada
kelompok pengukuran 1 dan total nilai tenaga kesehatan saat melakukan post-test
masuk pada kelompok pengukuran 2. Analisa yang digunakan adalah bivariat
dengan uji statistik yang dilakukan adalah uji bivarit dengan Paired Sample t Test
karena subyek sama tetapi didapatkan 2 kelompok data dengan asumsi persebaran
data normal.

K. Etik penelitian meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang

penelitian meliputi topik penelitian, tujuan, dan cara pengambilan data.

Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti terkait

penelitian ini, calon responden sebagai sampel penelitian kemudian

menandatangani informed consent tersebut.

2. Tanpa nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar checklist 5 moment hand hygiene. Peneliti

menggunakan kode untuk setiap responden penelitian.

21
3. Kerahasiaan Informasi (Confidentiality)

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya

oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti

22

You might also like