You are on page 1of 6

Michael Graves

Michael Graves merupakan seorang


arsitek dimana gayanya dalam mendesain
dilandasi dari dua gaya arsitektur, yaitu
ketertarikannya pada modernism dan post-
modernism. Pada awalnya, Graves sangat
peka terhadap gaya arsitektur modern,
dimana ia setuju dengan penolakan akan
adanya ornamen yang ada pada bangunan,
warna, dan setuju dengan bentuk bentuk
sederhana dari gaya modernism. Ia
awalnya setuju dengan pendapat Mies Gambar 1. Michael Graves
Van Der Rohe tentang “Less is more” (Sumber :https://www.thoughtco.com/michael-
yang berarti desain yang baik adalah hasil graves-architect-and-product-designer-177850)
Diakses pada 15 Maret 2019.
dari kesederhanaan dan kejelasan
(Ngestinoh, 2013). Hal ini merujuk kepada gaya modernist dimana pada saat itu menjadi
acuannya dalam mendesain. Seiring dengan perkembangan karirnya, Graves mulai mulai
menyadari beberapa kekurangan dari gaya modern dan juga mulai menjauhi bentuk-bentuk
dari gaya tersebut, lalu ia mengkritik gagasan yang dikemukakan oleh Adolf Loss tentang
dekorasi dan ornamen, yang menurut Loss adalah sebuah “kesalahan”, sebaliknya menurut
Graves ornamen merupakan bentuk dari sejarah yang seharusnya dirangkul dan dapat
memberikan referensi atau contoh untuk karya di masa yang akan datang. Istilah yang tadinya
menjadi acuan Graves dalam mendesain yaitu “Less is more” oleh Mies Van Der Rohe juga
ditentang oleh Graves, menurutnya warna dan ornament dapat memberikan eksplorasi terhadap
desain (Anderson, 2015). Gagasan “Less Is More” yang ditentangnya dapat dikaitkan dengan
adanya gagasan “Less Is Bore” yang dikemukakan oleh Robert Venturi dimana gagasan
tersebut juga menentang “Less Is More” yang dimana memiliki gaya yang “boring”. Dengan
gagasan – gagasan yang ditentangnya, Graves mulai menjauh dari gaya modern, namun gaya
modern tidak ditolaknya dengan mentah – mentah, melainkan tetap menjadi landasannya dalam
mendesain.

Semenjak Graves menjauhkan diri dari gaya gaya modern, ia mulai setuju dengan
pengeksplorasian warna, penambahan ornamen, dan beberapa hal lain yang hilang dalam gaya
modern dan ia kemudian beralih ke gaya post-modernisme dimana ia setuju dan mengutip
gagasan dalam buku yang ditulis oleh Spiro Kostof . Dalam bukunya yaitu A History of
Architecture: Settings and Rituals ,Kostof menyatakan bahwa post-modernist dapat mengubah
ingatan masa lalu mebjadi sebuah ornamen dan dapat memperkaya Bahasa arsitektur. Kostof
juga mengatakan bahwa sebuah bangunan dapat terlihat menarik karena kualitasnya, seperti
penggunaan warna-warna yang cerah dan dapat menarik secara visual, memperlihatkan
struktur yang membuat publik atau masyarakat awam (tidak mengerti bidang arsitektur) tidak
perlu memahami makna asli dari bangunan tersebut karena bangunannya sudah “mudah untuk
dibaca” (Anderson, 2015). Gaya arsitektur modern membawa Graves kepada sebuah pemikiran
dimana gaya modern dapat dimodifikasi dengan menambahkan adanya beberapa aspek yang
hilang pada gaya modern (Warna, ornamen, bentuk) yang kemudian menghasilkan gagasan
baru berupa manifesto yaitu A case for figurative architecture. Dalam manifestonya ini, Graves
menjelaskan bahwa “figuratif” merupakan transformasi dari bentuk 3 dimensi yang diubah
menjadi bentuk 2 dimensi, jika pada eksteriornya, transformasi tersebut bersifat tempelan pada
bangunan atau yang dikenal dengan sebutan fasade. Terdapat dua ekspresi dalam
manifestonya, yaitu :
• Internal Expression
• External Expression

Dalam kedua hal tersebut, Graves memjelaskan bahwa sebuah karya arsitektur sebaiknya
menginterpretasikan Internal & Eksternal Expression. Internal ekspression mencakup segala
sesuatu “di dalam” bangunan seperti fungsi dan utilitas bangunan. Eksternal expression
merupakan segala sesuatu yang memiliki makna tersirat dan dapat dilihat seperti karya
arsitektur dapat menjadikan contoh sejarah, dari contoh sejarah tersebut sebuah karya arsitektur
menghasilkan simbol atau ornamen (BATCH3, 2017).

Portland Building
Graves mulai mendesain bangunan yang menunjukkan penolakannya terhadap gaya
arsitektur modern yaitu The Portland Public Service Building. Bangunan ini merupakan kantor
utama yang di desain ulang dan menjadi pusat di Portland dimana semua orang disana dapat
“menonton” keindahan dari bangunan tersebut karena bangunan ini berbeda dari bangunan-
bangunan disekitarnya yang kebanyakan dibangun pada masa arsitektur modern. Bangunan ini
memiliki bentuk geometris yaitu persegi dengan tambahan elemen-elemen geometris lainnya
yaitu segitiga dan persegi panjang. Pada bangunan tersebut terihat modifikasi dari bentuk
modern ke post-modern dimana warna-warna sudah dapat diaplikasikan pada bangunannya
dan juga bangunan ini memperlihatkan beberapa simbol yang dapat dilihat pada fasadenya.

Mengenai desain dalam bangunannya ini, Graves menerapkan Internal Expression dan
External Expression yang merupakan manifestonya. Michael Graves pernah menyatakan
dalam bukunya yang
berjudul Buildings and
Projects, pada tahun 1966-
1981 bahwa "Sementara
dalam bangunan yang akan
dibangun, bahasa arsitektur
akan selalu ada dalam bidang
teknis, penting untuk
menjaga ekspresi teknis yang
sejajar dengan ekspresi ritual Gambar 2. Portland Building
(sumber : http://www.dlrgroup.com/work/the-portland-building/)
dan simbol yang sama dan Diakses pada 15 Maret 2019
saling melengkapi. Dapat dikatakan bahwa Gerakan Modern melakukan ini, bahwa dan juga
bahasa internalnya, itu menyatakan simbol dari mesin, dan karena itu mempraktikkan
simbolisme budaya. Tapi dalam kasus ini, mesin
itu retroaktif, karena mesin itu sendiri adalah
sebuah utilitas. Jadi simbol ini bukan kiasan
eksternal, melainkan kata yang diinternalisasi.
Arsitektur yang signifikan harus memasukkan
ekspresi internal dan eksternal. Bahasa eksternal,
yang melibatkan penemuan budaya pada
umumnya, berakar pada sikap figuratif,
asosiasional, dan antropomorfik". Selain itu,
Graves mengatakan bahwa desain fasad dari
Gambar 3. Portland building statue
bangunan ini menggunakan tatanan klasik
(Sumber :
antropomorfik (ciri –ciri tubuh manusia pada https://www.dezeen.com/2015/09/12/postmoderni
bangunan) yang mewakili kaki, tubuh, dan kepala. sm-architecture-portland-municipal-services-
Hal tersebut juga pernah dinyatakan oleh Graves building-michael-graves/)
2017.
Diakses pada 17 Maret

dalam bukunya yang berjudul Buildings and


Project, pada tahun 1966-1981 yang menyatakan
"Desain bangunan mengacu pada sifat publik baik konteks perkotaan maupun program
internal. Untuk memperkuat kualitas asosiatif (proses interaksi) atau mimesis (perilaku)
bangunan, fasad-fasad tersebut disusun dalam divisi tiga bagian klasik dari dasar, tengah atau
badan, dan loteng atau kepala. " (Anonim, n.d.).

Pada bangunan ini Graves menerapkan


aspek-aspek yang ada dalam manifestonya.
Beberapa aspek yang digunakannya dalam
bangunan ini diantaranya adalah
menampilkan elemen klasik yang memiliki
nilai sejarah sehingga menghasilkan
ornament. Menurut Kristen Minor, dalam
website nya yang berjudul Portland
Building, pada tahun 2018 yang menyatakan
bahwa “Graves, berusaha untuk
"memanusiakan" arsitektur dan membangun
kembali ikatan antara sebuah bangunan dan
situsnya dengan sebuah bangunan dan
konteks historisnya. Konteks historis yang
ada di bangunan ini di komunikasikan
dengan adanya ornamen terapan yang Gambar 4. Tampak Depan Portland Building.
menyiratkan detail arsitektur klasik, termasuk (Sumber :http://www.greatbuildings.com/cgi-
pilaster dan keystone ubin terra cotta, kaca bin/gbc-drawing.cgi/Portland _Building.html
cermin, dan karangan bunga yang diratakan” /Portland_Bldg_Elev_A.jpg) Diakses pada 17
Maret 2019
(Minor, 2018). Berdasarkan kutipan tersebut,
Graves berhasil mengaplikasikan simbol – simbol historis di bangunan ini seperti pada bagian
entrance. Bagian depan bangunan ini sudah memperlihatkan symbol yaitu dengan diletakkan
patung yang menjadi salah satu ciri khas dari bangunan ini. Selanjutnya ia juga menerapkan
simbol - simbol melalui warna, dalam bangunan ini Graves meberi warna hijau dan biru dimana
masing – masing dari warna tersebut memiliki arti masing – masing, yaitu warna hijau yang
melambangkan tanah dan warna biru yang melambangkan langit. Hal - hal tersebut membuat
ketertarikan secara visual dimana public dapat melihat bangunan tersebut tanpa memahami
terlebih dahulu (Lynch, 2018).

Seperti yang sudah dibahas pada awal pembahasan ini, meskipun Michael Graves telah
menjauhkan diri dari gaya arsitek modern, dalam kasus ini ia tetap menggunakan beberapa
aspek dalam gaya tersebut sebagai landasan, contohnya adalah penggunaan salah satu dari poin
yang ada pada manifesto Le Corbusier yaitu Five Points of Architecture dimana salah satu poin
pada manifesto tersebut adalah atap yang fungsional atau adanya taman di atap bangunan.
Secara analisis, dalam bangunan ini Graves
menggunakan poin tersebut karena pada
bangunan ini memang ada taman pada atap
bangunannya.

Dapat disimpulkan bahwa Michael Graves


pada awalnya setuju dengan konsep modern lalu
tidak puas dengan hal-hal yang hilang dalam
gaya modern tersebut sehingga ia mulai
mengkritik beberapa arsitek yang setuju dengan
gaya modern, contohnya penentangannya
terhadap gagasan bahwa kesederhanaan adalah
sesuatu yang baik dan ornamen adalah sebuah
crime. Graves mulai setuju dengan konsep yang Gambar 5. Roof Garden
ada pada post-modernism dimana gaya tersebut (Sumber :
https://www.dezeen.com/2015/09/12/postmode
menjawab “kekurangan” yang ada pada gaya rnism-architecture-portland-municipal-services-
modern. Ia setuju dengan gagasan yang building-michael-graves/). Diakses pada 17
dikemukakan Kostof dimana sejarah akan Maret 2019.
menghasilkan ornamen dimana hal tersebut
membuat Graves berani untuk menhidupkan kembali Bahasa arsitektur dengan warna dan
ornamen pada bangunan Portland.
Daftar Pustaka

Anderson, C. (2015, March 25). Michael Graves sought to create joy through superior
design. Retrieved from http://theconversation.com:
http://theconversation.com/michael-graves-sought-to-create-joy-through-superior-
design-38887
Lynch, P. (2018, Maret 9). Facade of Michael Graves' Postmodernist Portland Building
Dismantled in Preparation for Recladding. Retrieved from
https://www.archdaily.com: https://www.archdaily.com/890490/michael-graves-
postmodernist-portland-building-facade-dismantled-in-preparation-for-recladding
Minor, K. (2018, maret 17). Portland Building. Retrieved from
https://oregonencyclopedia.org:
https://oregonencyclopedia.org/articles/portland_building/#.XJPEhxMzaCQ
Ngestinoh. (2013, April 22). Less is more, kurang adalah lebih. Retrieved from
https://ngestinoh.wordpress.com: https://ngestinoh.wordpress.com/2013/04/22/less-is-
more-kurang-adalah-lebih/
BATCH3, A. P. (2017, October 3). MICHAEL GRAVES. Retrieved from
https://tocapu2017.wordpress.com:
https://tocapu2017.wordpress.com/2017/10/03/michael-graves/
Anonim. (n.d.). Portland Building. Retrieved from http://www.greatbuildings.com:
http://www.greatbuildings.com/buildings/Portland_Building.html
UTS Teori Arsitektur
Michael Graves

Hana Setiastari
2017101014

You might also like