You are on page 1of 2

MONKEYPOX

Monkeypox yang merupakan zoonosis virus, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Ini
dapat ditularkan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa hewan yang
terinfeksi. Infeksi pada manusia telah didokumentasikan melalui penanganan kera yang terinfeksi, tikus
raksasa dan tupai Gambia, dengan hewan pengerat yang kemungkinan besar merupakan reservoir virus.
Monkeypox pada manusia endemik di desa-desa Afrika Tengah dan Barat. Terjadinya kasus sering
ditemukan di dekat hutan hujan tropis di mana sering terjadi kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Tidak ada bukti hingga saat ini bahwa penularan dapat terjadi dari orang ke orang. (WHO,2017)

Gejala dan tanda seseorang terjangkit virus monkeypox ialah pertama mengalami masa
inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) Monkeypox biasanya 6 sampai 16 hari,
tetapi dapat berkisar dari 5 sampai 21 hari. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala
hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan
lemas. Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi
cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga
3 minggu sampai ruam tersebut menghilang. Monkeypox biasanya merupakan penyakit
yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 sampai 21 hari.
Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan
virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi
tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-
anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap
penyakit Monkeypox. (kemenkes,2019)Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk
menetapkan seseorang terjangkit virus monkeypox adalah dengan pemeriksaan di
laboratorium khusus dengan sejumlah tes yang berbeda. Spesimen diagnostik yang optimal
berasal dari lesi - usapan lesi eksudat lesi atau kerak yang disimpan dalam tabung kering dan
steril (tidak ada media transportasi virus) dan tetap dingin.(WHO,2017) Sampai saat ini tidak
ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus Monkeypox.
Pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang
muncul.
Monkeypox pernah menjadi KLB di beberapa wilayah. Tahun 1970 terjadi kejadian
luar biasa (KLB) pada manusia pertama kali di Republik Demokratik Kongo. Tahun 2003
dilaporkan kasus di Amerika Serikat, akibat riwayat kontak manusia dengan binatang
peliharaan prairie dog yang terinfeksi oleh tikus Afrika yang masuk ke Amerika. Tahun 2017
terjadi kejadian luar biasa di Nigeria. Pada bulan Mei 2019 dilaporkan seorang warga negara
Nigeria menderita Monkeypox, saat mengikuti lokakarya di Singapura. Saat ini pasien dan 23
orang yang kontak dekat dengannya diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Tetapi monkeypox dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan tikus dan primata
serta membatasi paparan langsung terhadap darah dan daging yang tidak dimasak
dengan baik. Tutup kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang
terkontaminasi harus dihindari. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai
harus dipakai saat menangani hewan yang sakit atau jaringannya yang terinfeksi dan ketika
merawat orang yang sakit. Petugas kesehatan dan mereka yang merawat atau terpapar
pasien dengan monkeypox atau sampel mereka harus mempertimbangkan diimunisasi
terhadap cacar melalui otoritas kesehatan nasional mereka.

Dalam jurnal

https://academic.oup.com/jid/article/190/10/1833/2191730

https://www.who.int/emergencies/diseases/monkeypox/en/

http://www.depkes.go.id/article/view/19051500001/ini-tentang-monkeypox-mpx-.html

You might also like