You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap reproduksi dan
berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 45 – 65 tahun. Masa ini ditandai
dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif.Keluhan tersebut terutama
disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium.Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah
berhentinya menstruasi pada seorang wanita yang dikenal sebagai menopause.Menopause
merupakan suatu peristiwa fisiologis yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang
mengarah pada penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan
dari ovarium.Kekurangan hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor,
urogenital, dan psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara keseluruhan
(Chuni dkk, 2011).
Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10% lansia dimana jumlah
wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-laki. Sekitar separuh dari semua
wanita berhenti menstruasi antara usia 45-50 tahun seperempat lagi akan terus menstruasi
sampai melewati sebelum usia 45 tahun (kuswita, 2012).
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi dan berakhir
pada awal senium yang biasanya terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Masa ini di
tandai dengan berbagai macam keluhan antara lain keluhan vegetatif. Pada permulaan
klimakterium kesuburan menurun, pada masa pramenopause terjadi kelainan perdarahan,
sedangkan pada masa pasca menopause terdapat gangguan vegetatif, psikis dan organis.
Gangguan vegetatif biasanya berupa rasa panas dan perasaan jantung berdebar-debar.
Dalam pasca menopause dan seterusnya dalam masa senium fungsi ovarium menurun
karena ovarium menjadi tua sehingga siklus ovarium yang terjadi dari pertumbuhan
folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus lutium tidak terjadi (Yani. W, 2009) dalam
(kuswita 2012)
Hampir wanita diseluruh dunia mengalami sindrom premenopause, 70-80% wanita
Eropa, 60% Amerika, 57% Malasyia, 18% Cina dan 10% Jepang (Proverawati, 2010).
Asia tersendiri menurut WHO (2010) wanita yang mengalami klimakterium akan
bertambah jumlahnya menjadi 373 juta jiwa pada tahun 2025. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2005) menyatakan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk
akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita hidup dalam umur menopause

1
sekitar 30,3 juta jiwa atau sekitar 11,5% dari total penduduk, dengan umur rata-rata 49
tahun. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2025 diperkirakan akan menjadi
60 juta wanita menopause. Pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri tahun 2012
wanita menopause sudah mencapai 3,9 ribu jiwa (10,73%) dari jumlah penduduk DIY
(Profil DIY, 2013).
Pada fase menopause diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai untuk
menghadapinya.Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat
melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause
tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005). Penelitian yang terkait dengan
kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati (2010) dengan hasil semakin tinggi
tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi
menopause. Selain itu Wulandari dkk., (2009) dengan mengatakan bahwa ada hubungan
antara dukungan sosial suami pada istri dalam menghadapi menopause.

1.2 Rumusan Malasalah


1. Apa definisi dari klimakterium?
2. Apa tahap – tahap klimakterium?
3. Apa etiologi dari klimakterium ?
4. Bagaimana patofisiologi klimakterium?
5. Apa manifestasi klinis klimakterium ?
6. Apa pemeriksaan penunjang klimakterium?
7. Apa penatalaksanaan klimakterium?
8. Apa komplikasi klimakterium ?
9. Bagaimana woc klimakterium ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan klimakterium ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari klimakterium
2. Untuk mengetahui tahap – tahap klimakterium
3. Untuk mengetahui etiologi dari klimakterium
4. Untuk mengetahui patofisiologi klimakterium
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis klimakterium
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang klimakterium
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan klimakterium

2
8. Untuk mengetahui komplikasi klimakterium
9. Untuk mengetahui woc klimakterium
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klimakterium

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-
kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia kesehatan ataupun
pendidikan khususnya dilingkungan sekolah kesehatan.
2. Manfaat praktis
1) Bagi penulis
Menambah wawasan penulis mengenai pentingnya menjaga kesehatan khusunya
pada kaum wanita mengenai gejala klimakterium.
2) Bagi pembaca
Menambah wawasan pembaca mengenai penyebab, gejala, dan pemeriksaan
mengenai klimakteriumsehingga pembaca bisa waspada dini mengenai
klimakterium.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Klimakterium


Klimakterium adalah periode terakhir dalam kehidupan wanita dimana periode ini
merupakan periode peralihan dari masa reproduktif menjadi non-reproduktif. Periode ini
terjadi akibat menurunnya fungsi generatif atau endokrinologik dari ovarium sehingga
wanita akan berada pada suatu titik masa yang menjadi ciri khas dari klimakterium yaitu
berhentinya menstruasi atau yang lebih dikenal dengan menopause. Klimakterium
bukanlah suatu keadaan patologis melainkan periode peralihan yang normal.Periode ini
terjadi pada wanita berusia 45-60 tahun.
Klimakterium suatu masa peralihan antara tahun-tahun reproduktif akhir dan berakhir
pada awal masa senium, sekitar umur 45-65 tahun. (purwoastutik, 2008)
Klimakterium suatu masa peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua
(senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generative ataupun endokrinologik dari
ovarium. (hanifa, 2008)

2.2 Tahap-tahap Klimakterium


1. Premenopause
Fase ini terjadi 4-5 tahun sebelum menopause.Pada fase ini wanita sudah mulai
merasakan gejala klimakterium.Pada kondisi ini terjadi penurunan tajam estrogen dan
peningkatan hormone gonadotropin.Gangguan keseimbangan hormone menyebabkan
menstruasi tidak teratur serta menimbulkan gejala psikologis dan perubahan fisik.
2. Menopause
Umumnya terjadi pada wanita usia 45-55 tahun. Hormone estrogen sudah tidak
dibentuk lagi sehingga pada fase ini wanita sudah tidak mengalami menstruasi
lagi.Menopause adalah haid terakhir atau saat menstruasi terakhir dan tenggang waktu
sekitar 1-2 tahun.
3. Pasca menopause
Fase ini adalah fase yang dialami wanita pada 3-5 tahun setelah menopause. Pada fase
ini masih terjadi goncangan hormonal sehingga gejala klinis masih berkelanjutan
4. Senium
Keadaan keseimbangan hormonal tercapai sehingga wanita tidak mengalami
kegoncangan psikologis.Gangguan organic dapat terjadi seperti kulit terasa kering,

4
epitel vagina tipis yang menimbulkan dyspareunia, mudah infeksi. Selain itu
osteoporosis dapat terjadi sehingga tulang mudah patah

2.3 Etiologi Klimakterium


1. Penurunan kadar hormon estrogen, progesterone dan hormone ovarium. Peningkatan
produksi hormon gonadrotopin karena menurunnya fungsi generatif atau
endokrinologik dari ovarium.
2. Faktor predisposisi
a. Factor psikis
Mereka para wanita yang belum menikah dan bekerja sangat mempengaruhi
menopause itu lebih cepat terjadi dibanding dengan mereka yang tidak menikah
dan tidak bekerja. Hal ini sangat mempengaruhi keadaan psikis wanita.
b. Jumlah anak
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa wanita yang melahirkan banyak anak,
cenderung lebih mudah dan lebih cepat mengalami penuaan dini dan mereka
makin dekat dengan masa menopause.
c. Usia melahirkan
Ketika seorang wanita melahirkan atau memilii seorang anak dalam usia yang
cukup tua misalnya memiliki anak di usia 35 tahun, maka semakin lama wanita
tersebut memasuki usia menopause. Hal ini disebabkan oleh ketika seorang dalam
masa kehamilan dan persalinan di usia yang cukup tua akan berpengaruh pada
lambannya proses sistem kerja dari organ reproduksi dan memperlambat proses
penuaan dini.
d. Pemakaian kontrasepsi
Pemilihan dalam pemakaian alat kontrasepsi juga dapat mempengaruhi seorang
wanita mengalami keterlambatan dalam menopause.
e. Merokok
Rokok memang menjadi salah satu penyebab dari banyak penyakit.Wanita yang
suka merokok cenderung lebih cepat mengalami masa menopause.
f. Social ekonomi
Secara pasti faktor sosial ekonomi belum bisa dipastikan sebagai penyebab
menopause.Namun menurut sebuah buku karya DR. Faisal mengungkapkan
bahwa menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi termasuk pendidikan
dan pekerjaan.

5
2.4 Patofisiologi Klimakterium
Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika seorang wanita memasuki usia
45 tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak kurang
lebih 750.000 buah dan jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga
akhirnya tinggal beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin
bertambah usia, khususnya ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan
mengalami peningkatan resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam
siklus ovarium berhenti secara perlahan lahan. Pada wanita diatas 45 tahun, 25%
diantaranya mengalami siklus haid yang anovulatoar.
Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi
estrogen dan peningkatan kadar hormon gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini
disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros
hipotalamus dan hipofisis. Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal,
namun tidak ada kriteria khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal
atau akhir dari masa transisi menopause.
Wanita pada umumnya menyebut fase klimakterium ini sebagai menopause.
Pengetahuan bahwa klimakterium adalah suatu proses dan bukan suatu peristiwa adalah
penting agar secara efektif dapat menangani permasalahan yang dihadapi wanita dalam
masa-masa ini.
Pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi
semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause.Keadaan ini
berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia
seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini
disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20
hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang
lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur
yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu
proses awal pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak
berkembang. Oosit pada usia menjelang 45 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang, yang
kemudian menjadi anovulasi dan haid yang tidak teratur. Proses ini terus menurun selama
kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat
berkurang dan akhirnya berhenti bekerja.

6
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya
interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus
luteum.Kemudian turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi
umpan balik negative terhadap hipotalamus.Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).Sel-sel stroma ovarium
berespon terhadap stimulasi LH yang meningkat dengan memproduksi lebih banyak
androstenedion tetapi hanya sejumlah.kecil estrogen. Dari kedua gonadotropin itu yang
paling tinggi peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-
40 mIu/ml. Rata-rata kecepatan produksi estradiol turun menjadi 12 μg/24 jam (44
nmol/24 jam). Laju produksi estrogen adalah 55μg/24 jam (202 nmol/24 jam). Dan kadar
progesteron kira-kira merupakan 30% konsentrasi yang terlihat pada wanita muda selama
fase folikuler. (Brooker, 2008)

2.5 Manifestasi Klinis Klimakterium


1. Masa klimakterium
a. Mentruasi tidak teratur
Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita
dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan
mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase
folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus
25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore
meningkat.
b. Spotting adalah bercak-bercak darah dikeluarkan dari tubuh ketika dinding rahim
sedikit-sedikit meluruh di antara menstruasi.
c. Berat badan meningkat karena ada perubahan hormone saat menopause terkait
dengan peningkatan lemak tubuh total dan lemak abdomen.
d. Hot flushes adalah perasaan panas yang bisa datang tiba-tiba pada wanita yang
sedang menopause. Biasanya perasaan panas ini terjadi pada wajah, leher, dan
dada. Pada saat hot flashes mungkin akan merasa kulit menjadi hangat,
berkeringat (terutama pada bagian atas tubuh), wajah memerah, jantung berdetak
lebih cepat, dan kesemutan di jari-jari.

7
e. Mudah marah hal ini dikarenakan kurang tidur dan kondisi kepanasan yang
kerap dialami oleh wanita menopause yang membuat naik turunya suasana hati
atau mood para wanita
f. Susah tidur karena mengalami hotflashes atau keadaan berkeringat di malam hari
serta cenderung mengalami kegelisaan yang terus menerus.
g. Gelisah, takut, kurang percaya diri karena adanya perubahan fisik yang dialami
seseorang yang mengalami menopause.
h. Penurunan gairah seks dapat disertai nyeri saat berhubungan dengan suami nyeri
tersebut karena vagina seseorang menopause itu mengalami kekeringan .hal ini
membuat wanita tidak nyaman saat berhubungan seksual dan dapat
menyebabkan gairah seksual wanita menurun.
i. Kulit mengendor dan lembek
Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh dapat menyebabkan berkurangnya kadar
kolagen, dimana kolagen merupakan jaringan yang membentuk kulit. Sehingga
wanita yang sudah menopause biasanya akan meemiliki kulit lebih tipis, lebih
kering, dan kulit keriput.
2. Pasca klimakterium
a. Kulit mudah rusak akibat terbakar sinar matahari sehingga timbul pigmentasi
dan bintik hitam, berkeriput, kasar kering
b. Parubahan pada rambut antara lain uban dan kebotakan
c. Kuku rapuh akibat dari menurunnya kandungan air dalam lapisan kuku
d. Vulva mongering menimbulkan dispareuni (sakit saat berhubungan seksual)
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang
vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis.
e. Tulang mengalami pengapuran, zat kalsium menurun, sehingga tulang keropos
f. Tulang mudah patah terutama pada persendian paha dan osteoporosis
g. Payudara mengendur karena ormon estrogen menurun

2.6 Pemeriksaan Penunjang Klimakterium


1. Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks
pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel pada
batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat. Dibuat

8
slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase dari
sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks maturasi
berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen, diagnosis tidak dapat
membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus haid.
2. Ph vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana
tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol
serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral
vagina.Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi
vagina yang menyertai atropi.
3. Ketebalan kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan
kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah.
Selama klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis menjadi
tipis dan atropi.
4. Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi
wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan
telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium.Ketika ovarium menjadi kurang
responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitary (produksi estrogen sedikit),
kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium
menghasilkan estrogen lebih banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti
meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada wanita perimenopause dimana
kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan yang tergantung pada adanya
ovulasi.
5. Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause
terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari
kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya
FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama perimenopause.
6. Inhibin

9
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert
umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH.
Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium
senescence. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak
mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti.
Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma.Ovarium menghasilkan inhibin B lebih
sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel
berkurang karena umur. Rekomendasi program skrining untuk wanita usia 45 sampai
65 tahun setiap 1 sampai 3 tahun.
7. Mamogram
Massa payudara yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh SADARI atau oleh
petugas kesehatan bisa dideteksi dengan mamografi, suatu pemeriksaan sinar-X
dengan dosis rendah. Mamografi dilakukan dengan mengambil dua kali sinar-X pada
setiap payudara, satu penyinaran dengan payudara ditekan dari atas ke bawah dan
penyinaran yang lain adalah payudara ditekan dari satu sisi ke sisi lain untuk
memperoleh gambaran jaringan payudara yang jelas. Prosesur berlangsung sekitar 15
menit dan menyebabkan sedikit gangguan rasa nyaman. Perawat harus membahas
manfaat mamografi dengan wanita tersebut (ketenangan pikiran dan deteksi dini),
menjelaskan prosedur kepadanya, dan menjelaskan persiapan pemeriksaan: pada hari
pemeriksaan ia harus mengenakan pakain yang bagian atasnya dapat dibuka dengan
mudah, ia harus mandi, tetapi tidak menggunakan deodoran atau krim, salep atau
bedak badan pada area payudara atau dibawah lengan, dan ia harus menghindari
pengobatan lain atau minuman, seperti kopi, asupan kafein selama seminggu
menjelang pemeriksaan karena kafein memperbesar pembuluh darah dan dapat
mengacaukan hasil.

2.7 Penatalaksanaan Klimakterium


1. Farmakologi
a. Terapi hormon TSH
TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk
mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam
masa premenopause dan postmenopause.Selain itu, TSH juga berguna untuk
menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan
vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung

10
kemih.Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari
kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner.Jadi, tujuan
pemberian TSH adalah sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang ada
pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang bertambah
tua.
Lama Penggunaan:
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai berikut:
- Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormone
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
- Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
- Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun. Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian
terapi sulih hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan
berdasarkan aspek keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka
panjang.
b. Pengobatan alternative
- Vitamin B6 dalam dosis kurang dari 200 mg dapat meredakan beberapa gejala
yang menegangkan.
- Vitamin E efektif mengurangi rasa panas.
- Androgen digunakan bersama estrogen pada beberapa wanita untuk
meningkatkan libido, mengurangi nyeri payudara, dan mengurangi migrain.
2. Non farmakologi
a. Olahraga
Olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang, biasanya ini
juga membawa dampak positif, seperti :
- Menguatkan tulang
- Meningkatkan kebugaran
- Menstabilkan berat badan
- Mengurangi keluhan menopause
- Mengurangi stres akibat menopause

11
Olahraga bagi wanita yang mengalami menopause tentu saja berbeda dengan
wanitayang masih dalam usia reproduktif karena biasanya beberapa organ
tubuhnya sudah tidakberfungsi sempurna, selain itu beberapa penyakit sudah
dideritanya.Tujuan olahraga bagi wanita menopause adalah selain menjaga
kebugaran juga untukmengurangi atau mengobati penyakit.Jenis-jenis olahraga
yang bisa dilakukan untuk wanita usia menopause yaitu jalancepat, senam, dan
berenang.Gerakan yang dilarang: melompat, membungkuk dengan punggung ke
depan seperti gerakan mengambil sesuatu di lantai, menggerakkan kaki ke samping
atau ke depan melawan beban
b. Nutrisi (Diet)
Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan proses
perbaikan (remodelling) diri lagi, misalnya masa tulang tidak melakukan
pembentukan kembali. Selain itu, semakin tua aktivitas gerak yang dilakukan juga
tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan juga berkurang sehingga kalori
yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh juga menurun dengan demikian,
asupan makanan yang dibutuhkan juga berkurang. Sehingga setiap orang tetap
membutuhkan makanan bergizi seimbang yang berfungsi untuk memenuhi zat –
zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
c. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan
mendatang. Perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada
wanita, salah satu dgn mengurangi atau kalau mungkin menghentikan merokok
termasuk minum minuman beralkohol. Hal penting yang juga perlu diperhatikan
adalah masalah makanan dan olahraga, pola makanan yang baik, disesuaikan
dengan kebutuhan gizi usia tersebut serta aktivitas.
d. Pemberian konseling
Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor
psikis, wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya diri
dan khawatir bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi.Alasan bahwa
badan lemah dan tidak bergairah hanyalah alasan untuk menutupi ketakutan dan
kekhawatiran tersebut.Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat
perubahan tersebut dan biasanya menghilang perlahan dan tidak mengakibatkan
kematian.Namun tak jarang mengakibatkan rasa tidak nyaman dan terkadang
menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.Konseling yang diberikan

12
pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi penjelasan dan
pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahanperubahan
fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai masa
kehidupan wanita.Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak,
pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium.Masing-masing
masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan
keadaan tubuhnya dalam menghadapi masa tersebut.Perubahan-perubahan
tersebut adalah hal yang wajar dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan
wanita.Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita
bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran suami.Oleh karena itu
maslah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung jawab bersama
antara suami dan istri.

2.8 Komplikasi Klimakterium


a. Atrofi vagina dan mukosa uretra
Menyebabkan penurunan keasaman vagina, yang meningkatkan resiko infeksi,
kekeringan vagina dan dispareunia, serta gejala perkemihan, seperti desakan untuk
berkemih, sering berkemih dan sistitis.
b. Osteoporosis
c. Penyakit kardiovaskular terdapat peningkatan insidens penyakit jantung coroner dan
stroke secara bermakna pada wanita setelah mengalami menopause.
d. Defek kognitif, dimensia, dan cidera system saraf pusat
Mekanisme yang diajukan meliputi disregulasi berbagai neurotransmiter, penurunan
faktor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak, peningkatan kejadian
iskemia serebral secara laten, dan perubahan pola tidur (misal : tidur yang
berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia). (Chris Brooker, 2008)

13
2.9 WOC
Menurunnya Fungsi
Ovarium

Sensitifitas ovarium
thd stimulasi
gonadotropin turun

Disfungsi folikuler

Jumlah folikel
primordial turun

Fungsi hormon estrogen turun

Umpan balik negative


terhadap hipotalamus

Gonadotropin meningkat
(FSH dan LH)

Siklus menstruasi tidak teratur

Siklus menstruasi berhenti

KLIMAKTERIUM

Selaput Mudah marah, Sensasi rasa panas Kenaikan BB


lendir rahim kurang percaya diri, (hot flash),
menurun gelisah, putus asa berkeringat, palpitasi
Kurang
percaya diri
Kekeringan Susah tidur
Proses
vagina
Degeneratif

14
Nyeri saat Kepadatan
besenggama MK: tulang MK:
ANSIETAS menurun GANGGUAN
CITRA
MK: DISFUNGSI MK:
osteoporosis TUBUH
SEKSUAL GANGGUAN
POLA TIDUR

MK: RESIKO
CIDERA

MK: NYERI AKUT


Kekurangan kolagen

Kulit lembek, tipis,


kering dan mengendor

MK: GANGGUAN
INTEGRITAS
KULIT

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Ny. A berumur 47 tahun datang ke RSUD Gambiran pada tanggal 19 Mei 2017 pukul
08.00 WIB. Pada saat datang ke RS pasien mengatakan nyeri ketika duduk, pasien juga
mengatakan bahwa ia sering merasakan sakit pada tulang belakang dan tulang lututnya.
Selain itu seminggu terakhir ini Ny A mengatakan sakit pada punggung. Ny. A
mengatakan sulit tidur , tidak puas tidur, pola tidurnya berubah dan berkeringat saat
malam hari. Ny. A juga mengatakan aktivitas dan fungsi seksualnya berubah. Pasien
mengatakan hasrat seksual menurun dan tidak puas saat berhubungan. Pada pemeriksaan
didapatkan keadaan umum baik, keadaan emosionalnya tidak stabil dan kesadarannya
compos mentis. Tekanan darah 170/80 mmHg, denyut nadi 74 x/menit, pernafasan 21
x/menit dan suhu badan 36,5 0 C. Tinggi badan 150 cm dengan berat badan 60 kg.
Hasil pemeriksaan fisik rambut bersih dan rambut beruban, pada kepala tidak ada
benjolan, telinga bersih tidak kotoran, tidak ada oedema pada muka, konjungtiva pink,
sklera terlihat putih. Pada mulut dan bibir tidak ada sariawan (stomatitis), lidah bersih,
tidak ada pembengkakan dan perdarahan pada gusi, gigi ada caries.Tidak ada pembesaran
pada kelenjar thyroid dileher dan kelenjar getah bening di axilla. Bentuk dadanya simetris
dan tidak ada retraksi pada dadanya, bunyi jantung ada bunyi mur-mur dan paru – paru
tidak ada bunyi wheezing, Pada punggung dan pinggang tidak ada kelainan, posisi tulang
belakang lordosis, tidak ada nyeri ketuk pada pinggang. Kulit kuning bersih, keriput tidak
ada bekas luka dan tidak ada odema

3.2 Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Ny. A Nama suami : Tn J
Jenis kelamin : Perempuan jenis kelamin : laki-laki
Usia : 47 tahun usia : 50 tahun
Suku/Bangsa : Jawa suku : jawa
Agama : Islam agama : islam
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA

16
Pekerjaan : IRT pekerjaan : wiraswata
Status perkawinan : Menikah status perkawinan : menikah
Alamat : Gg.2B Bandar Kidul alamat : Gg.2B Bandar Kidul
B. Riwayat kesehatan saat ini
1. Keluhan utama : Pasien mengatakan 4 bulan tidak haid,bingung terhadap
kondisi yang dialami.
2. Riwayat penyakit sekarang: Pada saat datang ke RS pasien mengatakan bahwa
ia sering merasakan nyeri sendi. Selain itu seminggu terakhir ini Ny A
mengatakan sakit pada punggung, rasa panas dan sulit tidur. Pada pemeriksaan
didapatkan keadaan umum baik, keadaan emosionalnya tidak stabil
dan kesadarannya compos mentis. Tekanan darah 170/80 mmHg, denyut nadi
74 x/menit, pernafasan 21 x/menit dan suhu badan 36,5 0 C. Tinggi badan 150
cm dengan berat badan 60 kg.
3. Riwayat penyakit dahulu: Ny A tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu.
4. Riwayat penyakit keluarga: Ny A mengatakan dari keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun atau menular.
C. Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi
a. Menarche : umur 13 tahun
b. Siklus menstruasi : 28 hari
c. Lama haid : 3-4 hari
d. Karakteristik : warna haid merah encer, konsistensi cair kadang ada
bongkahan-bongkahan kecil
e. Keluhan haid : disminore
f. Jumlah darah : biasanya Ny. A menganti pembalut sebanyak 3x sehari.
2. Riwayat perkawinan
a. Usia perkawinan : 30 tahun
b. Pernikahan : pertama
3. Riwayat Hamil
a. Sekarang
1) Usia kehamilan :-
2) HPHT :-
3) Kapan gerakan janin mulai terasa : -
4) Tanda bahaya/ penyulit :-

17
5) Imunisasi TT :-
6) Obat-obatan yang dikonsumsi :-
b. Lalu
Hamil Komplikasi UK Th Jenis Tempat Penolong
Ke- Kehamilan (Mg Lahi Persalinan Persalinan
) r
1 - 4600 1998 Normal RS Bidan
4. Riwayat kontrasepsi
Ny. A mengatakan pernah ikut KB dengan metoda pil.
D. Pola aktifitas sehari-hari
Nutrisi a. Malnutrisi
( ) ya
() tidak
b. Jenis makanan :
Berminyak dan bersantan
c. Pantangan : -
d. Intake : 2-3 x sehari

Eliminasi a. Pola BAK dan BAB


BAK : 3-4x sehari
BAB : 1x sehari
b. Jumlah :
BAK : normal
BAB : normal
c. Warna : normal
d. Konsistensi : normal
Aktivitas a. Keluhan :
() ada
() tidak
b. Mengganggu
( ) ya
() tidak
Istirahat Tidur siang :

18
( ) ya
() tidak
Tidur malam : 4-5 jam
() ya
( ) tidak
Sexual a. Keluhan :
() ada
() tidak
b. Mengganggu
() ya
() tidak

E. Psikososial
a. Konsep diri
b. Emosi
Emosinya labil
c. Adaptasi
NyA dengan mudah adaptasi dengan teman sebaya
d. Mekanisme koping
Ny A selalu mengisi dengan kegiatan positif dengan mengikuti kegiatan
dilingkungan sekitar seperti arisan RT
e. Dukungan keluarga
Kedua anak dan cucu yang selalu menjenguk ke rumahnya seminggu sekali
f. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga baik
g. Hubungan dengan orang lain
Hubungan Ny A dengan orang lain baik
h. Kegiatan lansia
Mengikuti kegiatan yang positif di lingkungan tempat tinggal
F. Pemeriksaaan fisik
1. Keadaan Umum : Compos mentis (GCS=15)
2. BB : 60 kg
3. TB : 150 cm

19
4. TTV : TD : 170/80 mmHg S : 36,5C
N : 74 x/m RR : 21x/m
5. Kepala
Rambut bersih dan rambut beruban, pada kepala tidak ada benjolan, telinga
bersih tidak kotoran, tidak ada oedema pada muka.
6. Sistem penglihatan
a. Posisi mata : () simetris ( ) asimetris
b. Kelopak mata : () normal ( ) ptosis
c. Gerakan mata : () normal ( ) abnormal
d. Pergerakan bola mata : () normal ( ) abnormal
e. Konjungtiva : ( ) normal/merah () anemis ( ) sangat merah
f. Kornea : () normal ( ) keruh berkabut ( ) perdarahan
g. Sklera : ( ) ikterik ( ) anikterik
7. Sistem pencernaan
a. Keadaan Mulut : ada sariawan
b. Gigi : ()) carries ( ) tidak
c. Memakai gigi palsu : ( ) ya ( ) tidak
d. Lainnya :-
8. Sistem integumen
a. Turgor kulit : ( ) elastis ( ) sedang ( ) buruk
b. CRT : > 3 detik
c. Warna kulit : ( ) pucat ( ) sianosis ( ) kemerahan
d. Akral : hangat
9. System muskoloskeletal
Pada punggung dan pinggang tidak ada kelainan, posisi tulang belakang
lordosis, tidak ada nyeri ketuk pada pinggang.
10. Abdomen
a. Keadaan perut : normal
b. Bekas luka : tidak ada
c. Bising usus : positif
11. Dada dan axila
a. Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid dileher dan kelenjar getah
bening di axilla.

20
b. Bentuk dadanya simetris
c. Tidak ada retraksi pada dadanya
d. Bunyi jantung ada bunyi mur-mur
e. Paru – paru tidak ada bunyi wheezing
f. Mamae : membesar ( ) ya ( ) tidak
g. Aerola mamae : hitam () ya ( ) tidak
h. Papila mamae : menonjol ( ) ya ( ) tidak
i. Colostrum : keluar ( ) ya ( ) tidak
j. Vena jugularis : distensi () ya ( ) tidak
12. Genetalia : kering
G. Data penunjang
Periksa darah : Kadar estrogen : rendah
FSH : 10-12 x
LH : 5-10 x
HCG : (-)
Pemeriksaan Pap smear : perubahan dalam lapisan vagina (lembek) akibat
perubahan kadar estrogen

3.3 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Nyeri akut
klimakterium
- Pasien mengatakan
nyeri ketika duduk.
- Pasien mengatakan
Kepadatan tulang
bahwa sering menurun
merasakan sakit
pada tulang
belakang dan tulang
osteoporosis
lututnya.
Do :
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak

21
memegang tulang
belakang
- Klien tidak bisa
beristirahat tenang
- TTV :Bb : 60 kg
Tb : 150 cm
S :36,5 OC
TD:170/80mmhg
N:74x/mnt
RR:21x/mnt
- P: Kerusakan yang
ditimbulkan pada
jaringan dekat
sumsum tulang
belakang
- Q: seperti di tusuk-
tusuk
- R: tulangbelakang
dan lutut
- S: skala 7
- T: setiap saat dan
terus menerus

2 Ds : Resiko cidera
KLIMAKTERIUM
- Pasien mengatakan
bahwa ia sering
merasakan sakit
Kepadatan
pada tulang
tulang menurun
belakang dan tulang
lutut.
- Pasien mengatakan
osteoporosis
sakit pada
punggung

22
- Pasien mengatakan
sering kesemutan
Do :
- Pasien terlihat tidak
seimbang saat
berjalan.

3 Ds : Gangguan Pola
KLIMAKTERIUM
- Pasien mengatakan Tidur
sulit tidur
- Pasien mengeluh
tidak puas tidur Sensasi rasa panas
(hot flash),
- Pasien mengatakan berkeringat, palpitasi
pola tidurnya
berubah
- Pasien mengatakan
berkeringat saat Susah tidur

malam hari
Do :
- Mata pasien terlihat
kecemasan
sayup
- Pasien tampak
gelisah
- Konjungtiva anemis
4. Ds: Disfungsi seksual
KLIMAKTERIUM
- Pasien mengatakan
aktivitas dan fungsi
seksual berubah. Selaput lendir rahim
- Pasien mengatakan menurun
hasrat seksual
menurun
Kekeringan vagina
- Pasien mengatakan
tidak puas saat

23im menurun
berhubungan
Do :
- Pasien banyak Nyeri saat
bertanya mengenai besenggama
kondisinya
- Pasien terlihat
kurang percaya diri
- Pasien terlihat
cemas dan khawatir

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera traumatis
2. Resiko cidera berubungan dengan osteoporosis
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan nyeri saat bersengama

3.5 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut
asuhan 1. Kaji secara
Setelah diberikan
berubungan komprehensip terhadap
keperawatan asuhan keperawatan nyeri termasuk lokasi,
dengan cidera
selama 1x 24 jam, nyeri yang karakteristik, durasi,
traumatis frekuensi, kualitas,
dirasakan klien berkurang dengan
intensitas nyeri dan
criteria hasil : faktor presipitasi
- Klien melaporkan nyeri 2. Observasi reaksi
ketidaknyaman secara
berkurang nonverbal
- Klien dapat mengenal lamanya 3. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
(onset) nyeri
untuk mengungkapkan
- Klien dapat menggambarkan pengalaman nyeri dan
faktor penyebab penerimaan klien
terhadap respon nyeri
- Klien dapat menggunakan teknik 4. Tentukan pengaruh
non farmakologis pengalaman nyeri
- Klien menggunakan analgesic terhadap kualitas
hidup( napsu makan,

24
tidur, aktivitas,mood,
sesuai instruksi
hubungan sosial)
- Klien melaporkan nyeri 5. Tentukan faktor yang
berkurang dapat memperburuk
nyerilakukan evaluasi
- Klien tidak tampak mengeluh
dengan klien dan tim
dan menangis kesehatan lain tentang
- Ekspresi wajah klien tidak ukuran pengontrolan
nyeri yang telah
menunjukkan nyeri dilakukan
1. Klien tidak gelisah 6. Berikan informasi
tentang nyeri termasuk
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan hilang,
antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi respon
ketidaknyamanan
klien( suhu ruangan,
cahaya dan suara)
8. Hilangkan faktor
presipitasi yang dapat
meningkatkan
pengalaman nyeri
klien( ketakutan,
kurang pengetahuan)
9. Ajarkan cara
penggunaan terapi non
farmakologi (distraksi,
guide
imagery,relaksasi)
10. Kolaborasi pemberian
analgesic

2 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan selama 1. sediakan lingkungan


berhubungan 1x24 jam diharapkan masalah yang aman untuk
dengan kecemasan klien teratasi dengan pasien
osteoporosis kriteria hasil : 2. identifikasi kebutuhan
- klien terbebas dari cidera keamanan pasien

25
- klien mampu menjelaskan sesuai dengan kondisi
cara/metode untuk mencegah fisik dan fungsi
injury kognitif pasien dan
- klien mampu menjelaskan riwayat penyakit
faktor dan resiko dari terdahulu pasien
lingkungan / perilaku 3. berikan penjelasan
personal pada pasien dan
- mampu memodifikasi gaya keluarga atau
hidup untuk mencegah injury pengunjung adanya
- mampu mengenali perubahan status
perubahan status kesehatan kesehatan dan
penyebab penyakit
4. batasi pengunjung
5. hindari lingkungan
yang berbahaya
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor / catat
pola tidur 1x24 jam diharapkan masalah kebutuhan tidur pasien
berhubungan kecemasan klien teratasi dengan setiap hari dan jam
dengan kriteria hasil : 2. Monitor waktu makan
kecemasan - jumlah jam tidur dalam bats dan minum dengan
normal 6-8 jam waktu tidur
- pola tidur , kualitas dalam 3. Intrusikan untuk
batas normal memonitir tidur pasien
- perasaan segar sesudah tidur 4. Ciptkan lingkungan
atau istirahat yang nyaman
- mampu mengidentifikasikan 5. Diskusikan dengan
hal-hal yang meningkatkan pasien dan keluarga
tidur tentang teknik tidur
6. kolaborasi pemberian
obat tidur
4 Disfungsi Setelah dilakukan tindakan selama 1. Bangun hubungan
seksual 1x24 jam diharapkan masalah teraupetik berdasarkan
berhubungan kecemasan klien teratasi dengan kepercayaan dan rasa

26
dengan nyeri kriteria hasil : hormat
saat - pemulihan dan penganiayaan 2. Tetapkan panajang
bersengama seksual hubungan konselinng
- mengetahui masalah 3. Berikan informasi
reproduksi tentang fungsi seksual
- menunujukkan daoat yang sesuai
beradaptasi dengan 4. Diskusikan efek dari
ketidakmampuan fisik situasi
- menunjukkan keinginan untuk penyakit/kesehatan
mendiskusikan perubahan pada seksualitas
fungsi seksual 5. Diskusikan tingkat
- mampu mengontrol pengetahuan pasien
kecemasan tentang seksualitas
pada umumnya
6. Bantu pasien untuk
mengespresikn
kesedihan dan
kemarahan tentang
perubahan dalam
fungsi tubuh /
penampikan yang
sesuai

3.6 Implementasi
No Diagnosa Tanggal/waktu Implementasi Paraf
1 Nyeri akut 19 Mei 2017 1. Mengkaji secara
berubungan komprehensip terhadap nyeri
termasuk lokasi, karakteristik,
dengan
durasi, frekuensi, kualitas,
cidera intensitas nyeri dan faktor
traumatis presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
ketidaknyaman secara
nonverbal
3. Mengunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk

27
mengungkapkan pengalaman
nyeri dan penerimaan klien
terhadap respon nyeri
4. Menentukan pengaruh
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup( napsu makan,
tidur, aktivitas,mood,
hubungan sosial)
5. Menentukan faktor yang dapat
memperburuk nyerilakukan
evaluasi dengan klien dan tim
kesehatan lain tentang ukuran
pengontrolan nyeri yang telah
dilakukan
6. Membrikan informasi tentang
nyeri termasuk penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan
hilang, antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan klien( suhu
ruangan, cahaya dan suara)
8. Mengilangkan faktor
presipitasi yang dapat
meningkatkan pengalaman
nyeri klien( ketakutan, kurang
pengetahuan)
9. Mengajarkan cara
penggunaan terapi non
farmakologi (distraksi, guide
imagery,relaksasi)
10. Mengkolaborasikan
pemberian analgesic

2 Resiko 19 Mei 2017 1. Menyediakan lingkungan


cidera yang aman untuk pasien
berhubungan 2. Mengidentifikasi kebutuhan
dengan keamanan pasien sesuai
osteoporosis dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan

28
riwayat penyakit terdahulu
pasien
3. Memberikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit
4. Membatasi pengunjung
5. Menghindari lingkungan yang
berbahaya
3 Gangguan 19 Mei 2017 1. Memonitoring / catat
pola tidur kebutuhan tidur pasien setiap
berhubungan hari dan jam
dengan 2. Memonitoring waktu makan
kecemasan dan minum dengan waktu
tidur
3. Mengintrusikan untuk
memonitir tidur pasien
4. Menciptkan lingkungan yang
nyaman
5. Mendiskusikan dengan pasien
dan keluarga tentang teknik
tidur
6. Mengkolaborasi pemberian
obat tidur
4 Disfungsi 19 Mei 2017 1. Membangun hubungan
seksual teraupetik berdasarkan
berhubungan kepercayaan dan rasa hormat
dengan nyeri 2. Menetapkan panajang
saat hubungan konselinng
bersengama 3. Memberikan informasi
tentang fungsi seksual yang
sesuai

29
4. Mendiskusikan efek dari
situasi penyakit/kesehatan
pada seksualitas
5. Mendiskusikan tingkat
pengetahuan pasien tentang
seksualitas pada umumnya
6. Membantu pasien untuk
mengespresikn kesedihan dan
kemarahan tentang perubahan
dalam fungsi tubuh /
penampikan yang sesuai.

3.7 Evaluasi
N Diagnosa Tanggal/waktu Evaluasi
o
1. Nyeri akut berhubungan 20 Mei 2017 S:
dengan cedera traumatis  Pasien nyeri berkurang
 Pasien mengatakan bahwa
sudah tidak merasakan sakit
pada tulang belakang dan
tulang lututnya.

O:
 Klien sudah bisa beristirahat
dengan tenang
 TTV :Bb : 60 kg
o Tb : 150 cm
o S :36,5 OC
 TD:120/80mmhg
o N:74x/mnt
o RR:21x/mnt
 P: Kerusakan yang

30
ditimbulkan pada jaringan
dekat sumsum tulang
belakang
 Q: seperti di tusuk-tusuk
 R: tulang belakang dan lutut
 S: skala 3
 T: sudah berkurang
A:
 Masalah teratasi sebagian
P:
 Lanjutkan intervensi 1,3dan
6
2 Resiko cidera 20 Mei 2017 S:
berhubungan dengan  Pasien mengatakan bahwa
osteoporosis tulang belakang dan tulang
lutut sudah tidak terasa
sakit
 Pasien mengatakan sudah
tidak kesemuta lagi
O:
 Kondisi pasien saat berjalan
sudah membaik atau
seimbang
A:
 Masalah teratasi sebagian
P:
 Lanjutkan intervensi 1,2,dan
3
3. Gangguan pola tidur 20 Mei 2017 S:
berhubungan dengan  Pasien mengatakan sudah
kecemasan bisa tidur teratur
 Pasien mengatakan Pola
tidur sudah teratur

31
 Pasien mengatakan sudah
tidak berkeringat lagi saat
malam hari
O:
 Mata pasien terlihat segar
 Pasien sudah tidak tampak
gelisah lagi
A:
 Masalah teratasi
P:
 -
4. Disfungsi seksual 20 mei 2017 S:.
berhubungan dengan  Hasrat seksual pasien sudah
nyeri saat bersengama mulai membaik
 Aktifitas dan fungsi seksual
pasien sudah membaik

O:
 Pasien sudah mulai
mengerti tentang kondisi
yang di alami
 Pasien tampak percaya diri
A:
 Masalah teratasi sebagian
P:
 Lanjutkan intervensi 1,4,
dan

32
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita
sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan
sampai masa non-reproduktif yang terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Tahap-
tahap klimakterium meliputi: premenopause, menopause, pasca menopause,senium.
Macam-macam perubahan fisik pada masa klimakterium adalah ketidakteraturan siklus
haid, gejolak rasa panas (hot flash), keluar keringat di malam hari, kekeringan vagina,
perubahan kulit, sulit tidur, perubahan pada mulut, kerapuhan tulang dan badan menjadi
gemuk. Dan klimakterium ini dapat mengakibatkan komplikasi seperti: atrofi vagina dan
mukosa uretra, osteoporosis,penyakit kardiovaskular dll.

4.2 Saran
Menjadi tua dan keriput memang hal yang sering ditakuti oleh para wanita.Namun,
hal ini bukan berarti wanita kehilangan identitas kewanitaannya.Justru seharusnya sadar
bahwa wanita yang mengalami masa menopause memulai fase kehidupan baru sebagai
wanita yang matang dalam berfikir. Berikut beberapa tips supaya tetap sehat saat
memasuki masa menopause nanti, yaitu:
 Tidak merokok
 Tidak minum alcohol
 Sering berolahraga secara teratur
 Makan makanan yang sehat (terutama yang bersumber dari kacang kedelai sebagai
sumber fitoestrogen.
 Cukup terkena cahaya matahari

33

You might also like