You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/288479917

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium

Article · October 2015


DOI: 10.17969/agripet.v15i2.2417

CITATION READS

1 859

2 authors, including:

Rini Widyastuti
Universitas Padjadjaran
24 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sperm Vitrification View project

All content following this page was uploaded by Rini Widyastuti on 07 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium
(Nuclear maturity of bovine oocyte after 24 hours ovary preservation)

Rini Widyastuti1 dan Siti Darodjah Rasad1


1
Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran

ABSTRACT The objective of the research was to oocytes stained for nuclear maturity’s evaluation.
investigate their meiotic competence or nuclear The proportion of oocytes at metaphase II (MII)
maturity of bovine oocytes maturity in vitro after 24 was significantly difference (P< 0.05) on oocytes
hour preservation on 5°C. Oocytes were collected that 24 hours preservated ( 44.21 ± 3.04%) vs
by slicing the ovaries in modified phosphate buffer oocytes from fresh ovary (73.97 ± 9.32%) (P<0.05).
saline (m-PBS). Selected cumulus-oocyte These results indicated that 24 hour’s preservation
complexes (COCs) homogenous ooplasm were bovine’s ovary on 50C cause decreases of nuclear
cultured in maturity medium at 38°C in humidified oocyte maturity.
atmosphere of 5% CO2 incubator. After 24 hours,

Keywords : Ovary, cumulus-oocyte complexes, preservation, maturity

2015 Agripet : Vol (15) No.2 : 72-78

PENDAHULUAN1 (Totey et al.,1993), domba (Syaiful et al.,


2011), kambing (Pawshe et al., 1994) kucing,
Peningkatan permintaan konsumsi
anjing dan cheetah (Beveridge dan Jabtour,
daging sapi mendorong pesatnya
1998). Produksi embrio melalui IVF dapat
perkembangan industri peternakan sapi potong.
menggunakan oosit yang berasal dari Rumah
Salah satu upaya untuk mengatasi penurunan
Potong Hewan (RPH) maupun dari hewan
populasi sapi potong adalah dengan
hidup yang diperoleh melalui teknik Ovum
menerapkan program percepatan difusi dan
Pick-Up (OPU) dengan bantuan ultrasonografi
pemanfaatan inovasi teknologi reproduksi,
(Ptak et al., 1999 dan Kochhar et al., 2002).
yaitu dengan memperpendek selang beranak
Dalam pemanfaatan oosit yang berasal dari
melalui manipulasi berahi, superovulasi, dan
RPH, belum semua potensi termanfaatkan
peningkatan jumlah anak jantan yang
karena tempat pemotongan yang berjauhan
dilahirkan menggunakan semen hasil sex
dengan lokasi laboratorium dan teknologi yang
separasi. Hasil sex separasi tersebut telah
mendukung belum memadai. Kondisi tersebut
mengakibatkan pergeseran anak yang
menyebabkan sumber material genetik tidak
dilahirkan kembar, serta terjadi peningkatan
dapat diselamatkan. Salah satu upaya yang
efisiensi reproduksi induk sapi (Sumaryadi et
dapat dilakukan untuk menyelamatkan material
al., 2010). Selain teknologi reproduksi di atas,
genetik tersebut adalah dengan melakukan
alternatif teknologi yang dapat diaplikasikan
preservasi. Preservasi diperlukan pada saat
untuk meningkatkan populasi sapi potong
transportasi, sehingga kerusakan oosit yang
adalah dengan In Vitro Fertilization (IVF).
disebabkan oleh kendala jarak dan waktu dapat
Teknologi IVF terdiri atas serangkaian
diminimalkan. Pengaturan suhu, waktu dan
kegiatan yang meliputi pematangan oosit,
media preservasi menjadi faktor untuk
fertilisasi oosit dengan spermatozoa dan kultur
mendukung upaya tersebut.
embrio. Produksi embrio secara in vitro telah
Teknik preservasi jangka pendek telah
banyak dilakukan pada berbagai spesies ternak
dilakukan pada kambing (Silva et al., 2003),
seperti sapi (Boediono et al., 2003), kerbau
domba (Yulnawati et al., 2006), anjing (Lopes,
2008) dan sapi (Ackay et al., 2008). Teknik ini
Corresponding author : widyastuti25@gmail.com
DOI: http://dx.doi.org/10.17969/agripet.v15i2.2417 mudah dilakukan karena hanya membutuhkan

Agripet Vol 15, No. 2, Oktober 2015


72
larutan fisiologis seperti NaCl fisiologis atau 0,01 mg/ml. Media pematangan disuplementasi
Phosphate Buffer Saline (PBS) (Eriani et al, dengan Fetal Bovine Serum (FBS) 10 %,
2013). Namun demikian, penelitian tentang Sigma, USA.
pengaruh lama preservasi dan tingkat
kematangan pada oosit sapi belum banyak Koleksi ovarium dan koleksi oosit
dilakukan. Pematangan oosit mempunyai Ovarium sapi yang diperoleh dari RPH
fungsi yang sangat penting bagi keberhasilan lokal disimpan dalam termos dengan media
IVF. Pematangan oosit untuk menghasilkan koleksi (NaCl fisiologis) suhu 30-35°C.
oosit sekunder haploid yang memiliki Ovarium yang diperoleh dibagi menjadi dua
komponen sel yang diperlukan dalam proses bagian yang sama. Kelompok ovarium pertama
fertilisasi dan perkembangan embrio. digunakan untuk perlakuan tanpa preservasi,
Pematangan oosit meliputi pematangan inti dan sedangkan kelompok ovarium kedua
pematangan sitoplasma. Selama pematangan digunakan untuk perlakuan preservasi selama
oosit, struktur kromatin dalam oosit yang tidak 24 jam. Pada kelompok pertama, ovarium
matang melewati suatu proses penyusunan dicuci dengan media koleksi, oosit dikoleksi
morfologi yang dimulai pada profase dengan metode slicing dan dicuci 3 kali,
pembelahan meiosis pertama dan berlanjut pencucian terakhir dengan media pematangan
sampai metafase kedua. TCM 199. Untuk perlakuan preservasi, setelah
Berdasarkan hal tersebut, maka pada disimpan selama 24 jam pada suhu 4°C
percobaan ini dilakukan preservasi ovarium di ovarium dicuci dengan media koleksi.
dalam larutan NaCl fisiologis selama 24 jam Selanjutnya oosit dikoleksi dengan cara yang
dalam suhu 5°C untuk melihat kemampuan sama seperti di atas dan hanya oosit dengan
ovarium dalam mempertahankan daya hidup sitoplasma homogen yang digunakan sebagai
oosit yang ditunjukkan dengan tingkat objek penelitian.
kematangan pasca In Vitro Maturation (IVM).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Pematangan oosit
membandingkan tingkat kematangan antara Oosit dicuci sebanyak 3 kali dengan
oosit yang berasal dari ovarium yang telah media dPBS kemudian oosit dipindahkan ke
dipreservasi dengan oosit yang berasal dari dalam 100 µL drop media pematangan yang
ovarium segar. Hasil dari penelitian ini dibuat pada petridish steril lalu ditutup dengan
diharapkan dapat menjadi referensi preservasi mineral oil. Setiap drop media pematangan
jangka pendek untuk ovarium sapi dan dapat berisi sekitar yaitu 10-15 oosit. Selanjutnya
memberikan sumbangan informasi bagi oosit diinkubasi selama 24 jam dalam
pengembangan teknologi reproduksi untuk inkubator pada suhu 38,5°C, 5% CO2 dan
meningkatkan efisiensi biologis sapi yang kelembaban 95%.
sudah di potong di Rumah Potong Hewan
(RPH). Evaluasi hasil kematangan oosit
Evaluasi hasil kematangan oosit
dilakukan dengan metode pewarnaan aceto-
MATERI DAN METODE orcein 2%. Oosit yang telah dimatangkan,
Media koleksi ovarium, oosit dan dilepaskan dari sel-sel kumulus yang
Pematangan in vitro mengelilinginya dengan menggunakan enzyme
Media koleksi adalah NaCl fisiologis hyaluronidase 0,25%. Oosit yang telah bebas
ditambah penisilin 100 IU/ml, streptomisin 100 dari sel kumulus diletakkan pada drop Kalium
µg/ml. Media koleksi oosit adalah Modified Chloride (KCl) 0,90% di atas kaca objek, lalu
Phosphate Buffered Saline (mPBS). Media difiksir dengan kaca penutup yang memiliki
matangasi adalah Tissue Culture Media 199 bantalan paraffin dan vaselin (1:9) pada
(TCM 199) ditambah penisilin 100 IU/ml, keempat sudutnya. Gelas obyek yang berisi
streptomisin 100 µg/ml dan Follicle oosit tersebut dimasukkan ke dalam larutan
Stimulating Hormone (FSH) (Sigma, USA) fiksasi yang mengandung asam asetat dan

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium (drh.Rini Widyastuti, M.Si dan Dr.agr.Siti Darodjah Rasad, M.S)
73
ethanol (1:3) selama 3-4 hari. Satu jam 2003). Oosit yang berada pada tahap MII
sebelum diwarnai, gelas obyek yang berisi merupakan oosit yang telah matang dan siap
oosit direndam terlebih dahulu dalam larutan untuk dilakukan fertilisasi. Gambaran
ethanol absolut. Setelah itu oosit diwarnai selengkapnya mengenai tingkat kematangan
dengan pewarnaan aceto-orcein 2% selama inti oosit dapat dilihat pada Gambar 1.
lima menit. Larutan pewarna dibersihkan
dengan asam asetat 25% dan keempat sisi gelas
penutup dilapisi cairan kuteks bening untuk
selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi
inti dengan menggunakan mikroskop fase
kontras. Evaluasi tingkat kematangan inti yang
diamati pada penelitian ini adalah dengan cara
menghitung jumlah oosit pada setiap
pembelahan meiosis mulai dari Germinal
Vesicle (GV), Germinal Vesicle Break Down
(GVBD), Metafase I (M-I) dan Metafase-II
(M-II).

Analisis data
Penelitian menggunakan metode
eksperimental laboratorium. Perlakuan yang
dicobakan adalah preservasi selama 24 jam dan Gambar 1, Status inti oosit setelah matangasi in vitro. Tanda panah
menunjukkan status inti pada tahap: A. GV (Germinal
tanpa preservasi. Parameter yang diamati Vesicle), B. GVBD (Germinal Vesicle Break Down), C.M-I
adalah: tingkat kematangan inti oosit yang (Metafase I), D. M-II (Metafase II). Perbesaran 400x.
(Khatun et al., 2011 dan Masudul Hoque et al., 2012 dengan
terdiri dari tahap GV, GVBD, M-I dan M-II. modifikasi)
Data dianalisis dengan menggunakan Chi-
Square. Hasil observasi tingkat kematangan oosit
yang diperoleh dari ovarium hasil preservasi
HASIL DAN PEMBAHASAN dan oosit yang diperoleh dari ovarium segar
dapat diamati pada Tabel 1. Dalam percobaan
Oosit yang diperoleh dari folikel sapi ini, presentasi oosit yang mencapai tahap MII
yang berasal dari RPH merupakan oosit yang pada ovarium yang dipreservasi selama 24 jam
belum mencapai tingkat kematangan dan lebih rendah apabila dibandingkan dengan
belum siap untuk difertilisasi. Oleh karena itu, oosit yang berasal dari ovarium segar.
oosit tersebut harus dimatangkan secara in Sebagian besar oosit pada ovarium yang
vitro sebelum dilakukan proses IVF. dipreservasi selama 24 jam tertahan pada tahap
Pematangan ini meliputi berbagai perubahan MI sebanyak 40% sedangkan pada oosit dalam
kronologi tahapan meiosis (Gordon, 2003). ovarium segar hanya 24,66%. Untuk tahap
Proses pematangan inti berhubungan dengan GVBD, oosit dari ovarium yang dipreservasi
aktivitas sintesis RNA, ditandai dengan sebanyak 11,58% dan oosit dari ovarium segar
perubahan inti dari fase diploten ke MII. hanya 1,7%. Pada oosit yang berasal dari
Membran inti akan mengadakan penyatuan ovarium segar tidak ditemukan oosit yang
dengan vesicle membentuk GV dan kemudian berada pada tahap GV, sedangkan pada
akan mengalami pelepasan membran inti ovarium yang dipreservasi terdapat 2%. Oosit
membentuk GVBD. Setelah GVBD terjadi, pada tahap GV, GVBD dan MI merupakan
kromosom dibungkus oleh mikrotubulus dan oosit yang belum matang dan belum siap untuk
mikrofilamen yang sangat mempengaruhi difertilisasi. Pada ovarium yang dipreservasi
keberhasilan pembelahan meiosis. Oosit yang selama 24 jam, oosit yang mencapai tahap MII
telah mengalami GVBD selanjutnya akan adalah 44,21% sedangkan pada kelompok
mencapai tahap MI (Chohan and Hunter, ovarium segar mencapai 73,97%.

Agripet Vol 15, No. 2, Oktober 2015


74
Berdasarkan Tabel I, dapat diamati bahwa pematangan oosit sapi dengan cara mengubah
sebagian besar oosit yang dikoleksi dari ovarium distribusi kalsium dalam ooplasma dan bahwa
segar telah mencapai tahap MII yaitu 73,97 %. gonadotropin menimbulkan peningkatan
Hasil ini berbeda dengan laporan Margawati et glikolisis, dikombinasikan dengan peningkatan
al., 2000 (64 %) dan Daoed et al., 2013 (55,22%) oksidasi glukosa mitokondrial pada sel
yang juga menggunakan TCM 199 sebagai media kumulus tertutup di oosit sapi. Pemaparan LH
pematangan oosit pada sapi. Setelah dimatangkan juga terbukti menghasilkan peningkatan
selama 22 jam dalam medium TCM 199, oosit metabolisme glutamin pada oosit. Adanya
yang matang sebanyak 64 %. Perbedaan hasil Folicle Stimulating Hormone (FSH) dalam
tersebut diduga karena perbedaan lamanya waktu media pematangan akan merangsang sel-sel
yang digunakan untuk pematangan dan kumulus oosit untuk mensekresikan faktor
suplementasi hormon FSH dan LH yang pemicu terjadinya pembelahan meiosis
digunakan. Zuelke et al. (1991) dalam Gordon (Byskov et al., 1997).
1994 menyatakan bahwa LH mempengaruhi
Tabel 1. Tingkat Pematangan Inti Oosit Sapi setelah 24 jam In Vitro Maturasi
Persentase Tingkat Matangasi (%)
Perlakuan Jumlah oosit
GV GVBD M-I M-II TI
Preservasi 24 jam 95 2(2,11± 0,61a%) 11(11,58 ± 2,17a%) 38(40,00 ± 5,33a%) 42(44,21 ± 3,04a%) 54(73,97 ± 9,32b%)
Ovarium segar 73 2(2,11± 0,61a%) 1(1,7 ± 2,56b%) 18(24,66 ± 2,37b%) 54(73,97 ± 9,32b%) 0(0,00 ± 0,00b%)
Germinal Vesicle (GV), Germinal Vesicle Break Down (GVBD), MI (Metafase I), MII (Metafase II), Tidak teridentifikasi (TI)
Huruf berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Pada kelompok perlakuan preservasi, keseimbangan tersebut terganggu maka dapat


oosit yang mencapai tahap MII hanya 44,21% memicu terjadinya kelainan pada sitoskeleton
dan sebagian besar tertahan pada tahap MI oosit atau embrio (Tarin, 1995). Salah satu
sebanyak 40,00 %. Rendahnya persentase oosit gangguan pada sitoskeleton adalah
yang mencapai tahap MII pada perlakuan terhambatnya ekstruksi polar body pertama
preservasi diduga akibat menurunnya kualitas sehingga oosit akan terhenti pada tahap MI dan
oosit akibat perlakuan preservasi. Pada tidak dapat mengalami pembelahan lebih
prinsipnya, preservasi bertujuan untuk lanjut. Secara in vivo, oosit akan istirahat pada
menghambat metabolisme ovarium dengan fase profase (meiosis I) dan akan mengalami
harapan kualitas oosit masih dapat proses pematangan kembali setelah dirangsang
dipertahankan. Menurut Engcong dan Karja oleh interaksi antara hormon steroid,
(2013) oosit masih dapat mempertahankan gonadotropin dan berbagai konstituen cairan
kualitasnya ketika disimpan pada suhu 4 oC folikel (Akcay et al., 2008). Setelah oosit
selama 8-10 jam. Pada penelitian ini, keluar dari antral folikel maka secara spontan
preservasi dilakukan selama 24 jam sehingga akan mengalami pematangan, hal ini
kemungkinan terlalu lama dan telah terjadi disebabkan karena hilangnya faktor
penumpukan asam laktat sebagai sisa hasil penghambat pematangan yang terkandung
metabolisme. Penumpukan asam laktat akan dalam cairan folikel atau yang diproduksi oleh
memicu timbulnya senyawa Reactive Oxygen sel-sel kumulus melalui gap junctions. Secara
Species (ROS) yang akan menyebabkan in vitro oosit akan mengalami pertumbuhan
kerusakan pada mitokondria Deoxyribo yang optimal setelah keluar dari folikel dan
Nucleat Acid (DNA), protein, lipid, ketika dikultur dalam media pematangan
berkurangnya level Adhenosin Tri Phospate secara spontan akan mengalami pembelahan
(ATP) intraseluler, menurunnya rasio meiosis dan pematangan ooplasmik.
Glutathione/ Glutathione Disulfide (GSH/ Menurunnya kualitas oosit yang digunakan,
GSSG) dan meningkatnya Ca2+ cytosolic. kemungkinan juga dipengaruhi oleh media
Semua parameter tersebut berperan dalam penyimpanan. Pada penelitian ini, media yang
menentukan dinamika keseimbangan digunakan adalah NaCl fisiologis tanpa
mikrotubula dan mikrofilamen. Apabila penambahan apapun. Pada kondisi tersebut, sel

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium (drh.Rini Widyastuti, M.Si dan Dr.agr.Siti Darodjah Rasad, M.S)
75
akan memanfaatkan garam-garam yang seperti yang disampaikan oleh Leidfried
terkandung dalam NaCL sebagai buffer untuk Rutledge et al., 1987 dalam Kusindarta, 2009)
mempertahankan keadaan fisiologis tanpa bahwa folikel dengan diameter 2 mm
mendapatkan nutrisi maupun antioksidan. mengandung oosit yang sudah mengalami
Dengan demikian apabila disimpan terlalu pertumbuhan secara penuh (telah mencapai
lama, maka sel tidak mendapatkan nutrisi stadium akhir profase meiosis pertama),
maupun antioksidan yang dapat melindungi sehingga apabila dimatangkan secara in vitro
dari kerusakan. Penelitian sebelumnya dapat melakukan pembelahan meiosis secara
melaporkan bahwa pada folikel ovarium yang spontan. Oosit sapi yang berasal dari folikel
disimpan dengan suhu 5oC selama 24 jam dengan diameter kurang dari 1,6 mm belum
disertai penambahan serum sebanyak 15% menyelesaikan fase pertumbuhannya, sehingga
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata belum mampu melakukan pembelahan meiosis
terhadap perubahan morfologi kualitas oosit pertama.
yang dihasilkan (Khillare, 2008). Serum yang
ditambahkan mengandung unsur-unsur protein, KESIMPULAN
polipeptida, asam lemak, mineral, berbagai
macam asam amino, hormon dan faktor Preservasi ovarium sapi pada suhu 5°C
pertumbuhan untuk pematangan oosit (Herdis, selama 24 jam mengakibatkan penurunan
2000). tingkat kematangan oosit.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
persentase oosit tahap GVBD dan tahap GV DAFTAR PUSTAKA
yang diperoleh dari ovarium yang dipreservasi
lebih tinggi dibandingkan dengan oosit yang Akcay. E., Oysal, O., Yavas, I dan U. An.,
diperoleh dari ovarium segar. Hal ini berkaitan 2008. The effects of serum, steroid and
dengan kompetensi dari oosit yang gonadorophins on in vitro matangation
bersangkutan. Pada perlakuan preservasi, and fertilization of bovine oocytes. J.
kemungkinan sebagian oosit telah mengalami Anim. And Vet. Advances 7: 178-183.
kerusakan sehingga kompetensinya berkurang Beveridge, D.R. and Jabtour, H.N., 1998.
akibatnya oosit tidak dapat berkembang ke Potential of assisted technique for the
tahap lebih lanjut. Secara in vivo, pematangan conservation of endangerous species in
oosit merupakan kulminasi dari pertumbuhan captive. Veterinary Record. 143: 159-
dan perkembangan folikel dalam waktu yang 168
cukup panjang. Kapasitas oosit untuk mampu
berkembang lebih lanjut disebut sebagai oocyte Boediono, A., Rusiyantono, Y and Godke,
developmental competence. Proses ini sangat R.A., 2003. Development of in
berkaitan erat dengan follikulogenesis dan vitroproduced caprine embryos cultured
perkembangan folikel yang sehat (Sutton et al., in different conditions. The 7nd Int.
2003). Kompetensi oosit sangat dipengaruhi Meeting Biotech. Anim. Reprod.
oleh ketepatan antara kematangan inti dan Kunming, China.
kematangan sitoplasma. Tahapan pematangan Byskov, A.G., Andersen, C.Y., Hossani, A and
inti sel terdiri dari GVBD, penahanan meiosis, Guoliang, X., 1997. Cumulus cells of
ekstruksi polar body pertama dan penahanan oocytescumulus complexes secrete a
pada meiosis ke II. Semua tahapan ini sangat meiosisactivating subtance when
penting agar oosit tersebut dapat terfertilisasi stimulated with FSH. Mol. Reprod. Dev.
(Marcus et al., 2006). Kemungkinan lain yang 46: 296-305.
menyebabkan oosit masih berada pada tahap
GV dan GVBD adalah disebabkan oleh Chohan, K.R., and Hunter A.G., 2003. Meiotic
perbedaan ukuran folikel yang digunakan. competence of bovine fetal oocytes
Kemungkinan, folikel yang digunakan following in vitro matangation. Anim.
mempunyai ukuran dibawah 1,6 mm. Hal ini Reprod. Sci. 76:43-51.

Agripet Vol 15, No. 2, Oktober 2015


76
Daoed, D.M., Nono, N., Diah, T.W., 2013. Kusindarta, D.L., 2009. The effects of
Pengaruh suplementasi fetal matangation time andduration of
calf serum terhadap kemampuan incubation fertilization on fertilization
maturasi in vitro oosit sapi. Buletin rate of ongole grade cattle oocyte in
Peternakan. 37: 136-142. vitro. J. Ked.Hewan. 3:1.
Engcong, D.M., dan Karja, N.W., 2013. Lopez, A.P., Santo, R.R., Holland, J.J., Aline,
Kualitas oosit domba dari ovarium C.M,. Robert, P.M., Claudio, N.C.,
setelah penyimpanan pada suhu dan Campello, C., Roberto, J., Sonia, V.V.,
periode waktu yang berbeda. Acta Jewgenew, N.B.K., Figuerido, J.R.,
Veterinaria Indonesiana. 1:44-49. 2008. Short-term preservation of canine
preantral follicles: Effects of
Eriani, K., Yuhara, S., Arief, B., Ita, D., Sony,
temperature, medium and time. Animal
H.S., 2013. Produksi embrio kucing
Reproduction Science. 114:201-214.
secara in vitro dari spermatozoa hasil
preservasi melalui fertilisasi mikro. Marcus, W., Jurema and Daniela., 2006. In
Jurnal Kedokteran Hewan.7: 37-42. vitro matangation of human oocytes for
assisted reproduction. Fertility and
Gordon, I.R. 2003. Laboratory Production of
Sterility. 86: 5.
Cattle Embryos.CABI Publishing;
Wallingford UK. Margawati, E.M., Kaiin, K., Eriani, Yanthi,
N.D., Indriawati., 2000. Pengaruh media
Herdis., 2000. Pemanfaatan ovarium sebagai
IVM dan IVC pada perkembangan
limbah rumah potong hewan untuk
embrio sapi secara in vitro. JITV.5:4
meningkatkan populasi ternak melalui
teknik fertilisasi in vitro. Deputi Bidang Masudul Hoque, S.A., M.A.M. Yahia
Teknologi Agroindustri dan Khandoker., S.K. Kabiraj., L.Y. Asad.,
Bioteknologi, Badan Pengkajian dan M. Fakruzzaman and K.M.A. Tareq.,
Penerapan Teknologi, Jakarta. 1-3. 2012. Effect goat follicular fluid on in
vitro production of embryos in Black
Khatun, M., Bhuiyan, M.M.U., Ahmed, J.,
Bengal goats. Iranian Journal of Applied
Haque, A., Rahman, B.R., Shamsudin,
Animal Science.2: 287-294.
M., 2011., In vitro maturation and
fertilization of prepubertal and pubertal Pawshe, C.H., Totey, S.M., and Jain, S.K.,
black Bengal goat oocytes. J Vet Sci.12: 1994. A comparison of three methods of
75-82. recovery of goat for in vitro matangation
and fertilization. Theriogenology.
Khillare, K.P., 2008. Recovery and
42:117- 125
preservation of goat follicular oocytes.
Veterinary World. 1:3. Ptak, G., Loi, P., Dattena, M., Tischner, M.,
and Cappai., 1999. Offspring from one-
Kochhar, H.P., Wu, B., Morris, L.H., Buckrell,
month-old lambs: studies on the
B.C., Pollard, J.W., Basrur P.K and
developmental capability of prepubertal
King, W.A., 2002. Matangation status,
oocytes. Biol. Reprod. 61:1568-1574.
protein synthesis and developmental
competence of oocytes derived from Silva, J.R.V., Alline,. Regiane, R.D.S., Sonia
lambs and ewes. Reprod. Domes. Anim. H.F.C., Ana, P.R.R., Marcos, A..L.F.,
37:19-25 Vanessa, P.M., Jose, R.F., 2003.
Degeneration rate of goat primordial
Leidfried-Rudledge, M.L., Crester, E.S.,
follicles maintained in TCM 199 or PBS
Eyestone, W.H., Northey, D.L and First,
at different temperatures and incubation
N.L., 1987. Development potential of
times. Ciência Rural, Santa
bovine oocyte matangated in vivo or in
Maria.33:913-919.
vitro. Biol. Reprod. 36:376-383. Dalam

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium (drh.Rini Widyastuti, M.Si dan Dr.agr.Siti Darodjah Rasad, M.S)
77
Sumaryadi, M.Y., Dadang, M.S., Budi, H., tingkat fertilisasi sapi lokal secara in
Dedi, H., Sudrajat., Chotim, A.Y. 2010. vitro. Jurnal Peternakan Indonesia. 13:1
Kajian aspek reproduksi dan estimasi
Tarin, J.J., 1995. Aetiology of age-associated
ekonomi pada ternak sapi yang di
aneuploidy: a mechanism based on the
inovasi teknologi reproduksi. Agripet.
'free radical theory of ageing”.
10:1-6.
Mol.Hum.Reprod.,I.Hum.Reprod.10:156
Sutton, M.L., Gilchrist, R.B and Thompson, 3-1565.
J.G., 2003. Effects of in-vivo and in-
Totey, S.M., Pawshe, C.H and Singh, G.P.,
vitro environments on the metabolism of
1993. In vitro matangation and
the cumulus-oocyte complex and its
fertilization of buffalo oocytes : effect of
influence on oocyte developmental
media hormon and sera.
capacity. Human Reproduction Update.
Theriogenology. 39: 1153-1171
9:35-48.
Yulnawati., Setiadidan, M.A and Boediono, A.,
Syaiful, F.L., Saladin, Jaswandi., Udin, Z.,
2006. Penggunaan medium CR1aa untuk
2011. Pengaruh waktu fertilisasi dan
produksi embrio domba in vitro.JITV.1:
sistem inkubasi yang berbeda terhadap
2

Agripet Vol 15, No. 2, Oktober 2015


78

View publication stats

You might also like