You are on page 1of 31

ABSTRAK

Gas alam atau yang sering disebut sebagai gas bumi adalah bahan bakar fosil berbentuk
gas yang terutama terdiri dari metana (CH4 ). Gas alam cair (Liquefied Natural Gas) adalah gas
alam yang telah diproses untuk menghilangkan pengotor dan hidrokarbon berat kemudian gas
alam dikondensasi menjadi cairan pada tekanan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -
160° C dengan tujuan untuk mempermudah pengangkutan karena volume gas sebelum dan
sesudah dicairkan adalah 600:1. LNG ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang
khusus dan ditaruh dalam tangki yang juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/600
dari gas alam pada suhu dan tekanan standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak
jauh di mana jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam dengan jalur pipa tidak
memungkinkan atau tidak ekonomis, dia dapat ditransportasi oleh suatu kapal pengangkut untuk
LNG. Gas alam dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik PLTG dan
PLTU. Dari data ESDM cadangan gas alam tersebut dapat dikatakan bahwa potensi gas alam
Indonesia sangatlah besar, karena pada data tahun 2012 ditjen migas tersebut, cadangan gas alam
yang masih tersimpan dan tersebar di Indonesia masih sangat besar, dengan potensial sebesar
47.35 TSCF (Trillion Square Cubic Feet). Potensi tersebut adalah total dari seluruh potensi yang
tersebar di Indonesia sebesar 150.70 TSCF. Dan juga berdasarkan data Neraca Gas Indonesia
pada tahun 2010 Indonesia mengalami defisit sebesar 18,57 MTPA (Million Ton Per Annum).
Pabrik Cluster LNG direncanakan dibangun pada tahun 2015 dengan target siap beroperasi pada
tahun 2018. Pabrik ini berlokasi di Gresik dengan bahan baku yang diperoleh dari sumur
Lapangan Bukit Tua, Gresik, Jawa Timur dengan cadangan gas alam sebesar 52359,62
MMSCFD. Kapasitas pabrik ini adalah 20 MMSCFD.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gas alam merupakan suatu campuran yang tersusun dari gas-gas hidrokarbon (CnH2n+2)
dimana gas-gas tersebut mudah terbakar dan susunan yang utama dari gas alam itu sendiri
terdiri dari metana (CH4) yang merupakan molekul hidrokarbon dengan rantai terpendek
dan teringan. Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Karakterisik dari gas alam pada keadaan murni antara lain tidak berwarna, tidak berbentuk,
dan tidak berbau. Selain itu, gas alam mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan
juga hampir tidak menghasilkan emisi buangan yang dapat merusak lingkungan. Indonesia
memiliki cadangan gas alam yang sangat besar dan tersebar di berbagai daerah tetapi untuk
saat ini sumber gas alam Indonesia baru terdapat di empat tempat saja. Keempat tempat
tersebut adalah Arun (Nangroe Aceh Darussalam), Pulau Natuna, Bontang (Kalimantan
Timur), dan Tangguh (Irian Jaya Barat). Saat ini sumur-sumur eksplorasi gas alam seperti
di blok Arun (NAD) atau Bontang (Kalimantan Timur) sudah mulai uzur karena sudah
beroperasi lebih dari setengah abad. Sehingga pemerintah pun mulai mengoptimalkan
proyek eksplorasi gas alam lain misalnya di lapangan Tangguh (Papua) atau Natuna
(Kepulauan Riau).

LNG (Liquified Narural Gas) adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan
ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada
tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -160° Celcius. LNG ditransportasi
menggunakan kendaraan yang dirancang khusus dan ditaruh dalam tangki yang juga
dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/600 dari gas alam pada suhu dan tekanan
standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak
ada. LNG merupakan alternatif energi yang mempunyai prospek cukup baik dewasa ini,
karena hasil pembakarannya memiliki tingkat polusi yang rendah, efisiensi pembakarannya
cukup tinggi sehingga mudah dikontrol. Bagi masyarakat Indonesia, LNG merupakan
sumber daya alam yang potensial.Semula sumber daya alam ini berbentuk endapan gas
bumi sangat luas yang terpendam didalam perut bumi. Kemudian gas bumi tersebut
diproses menjadi bahan bakar cair.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah spesifikasi produk dari pabrik cluster LNG?

1.2.2 Bagaimanakah parameter sensitifitas dari pabrik Cluster LNG?

1.2.3 Bagaimanakah Proses Pabrik Cluster LNG, seleksi proses dan proses flow?

1.2.4 Bagaimanakah HAZOP dari proses pembuatan LNG pada plan 1?

1.2.5 Bagaimanakah perbedaan menggunakan bahan bakar LPG, LNG, dan CNG?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 untuk mengetahui spesifikasi produk dari pabrik cluste LNG

1.3.2 untuk mengetahui parameter sensitifitas dari pabrik Cluster LNG

1.3.3 untuk mengetahui proses pabrik cluster LNG, seleksi proses dan proses flow

1.3.4 untuk mengetahui HAZOP dari proses pembuatan LNG

1.3.5 untuk mengetahui perbedaan menggunakan bahan bakar LPG, LNG, dan
CNG
Bab 2

Landasan Teori

2.1 Pengertian Gas Alam

Gas alam merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas. Gas alam merupakan
campuran hidrokarbon yang mempunyai daya kembang besar, daya tekan tinggi, berat
jenis spesifik yang rendah dan dengan secara alamiah terdapat dalam bentuk gas. Pada
dasarnya, gas alam tersebut terkumpul di bawah tanah dengan berbagai macam
komposisi yang terdapat didalam kandungan minyak bumi (associated gas). Semua
kandungan minyak bumi berhubungan dengan gas alam, di mana gas itu larut dalam
minyak mentah serta juga seringkali membentuk “cungkup gas” (gas cap) di atas
kandungan minyak bumi itu. Selain itu, gas alam tersebut juga dapat berkumpul pada
tambang batu bara serta juga ladang gas bumi.

Komposisi utama gas alam ialah metana (80%), sisanya itu ialah etana (7%),
propana (6%), dan butana (4%), isobotana, dan sisanya pentana. Selain dari komposis-
komposisi tersebut, gas alam ini dapat juga mengandung helium, nitrogen, karbon
dioksida, serta juga karbon-karbon lainnya. Gas alam tersenit tidak berbau, namun
untuk mengetahui adanya kebocoran itu ditambahkan zat yang berbau tidak sedap
sehingga kebocoran itu dalam langsung terdeteksi. Untuk memudahkan pengangkutan
(transportasi), gas alam tersebut dicairkan sehingga disebut dengans sebutan gas alam
cair atau juga LNG (Liquified Natural Gas).

2.2. LNG

Gas alam cair (Liquefied natural gas, LNG) adalah gas alam yang telah diproses
untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian
dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -
160° Celcius. LNG ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang khusus dan
ditaruh dalam tangki yang juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari
gas alam pada Suhu dan Tekanan Standar, membuatnya lebih hemat untuk
ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam
dengan jalur pipa tidak memungkinkan atau tidak ekonomis, dia dapat ditransportasi
oleh kendaraan LNG, di mana kebanyakan jenis tangki adalah membran atau “moss”.

LNG menawarkan kepadatan energi yang sebanding dengan bahan


bakar petrol dan diesel dan menghasilkan polusi yang lebih sedikit, tetapi biaya
produksi yang relatif tinggi dan kebutuhan penyimpanannya yang menggunakan tangki
cryogenic yang mahal telah mencegah penggunaannya dalam aplikasi komersial.
Kondisi yang dibutuhkan untuk memadatkan gas alam bergantung dari komposisi dari
gas itu sendiri, pasar yang akan menerima serta proses yang digunakan, namun
umumnya menggunakan suhu sekitar 120 and -170 derajat celsius (methana murni
menjadi cair pada suhu -161.6 C) dengan tekanan antara 101 dan 6000 [kilopascal|kPa]]
(14.7 and 870 lbf/in²).Gas alam bertakanan tinggi yang telah didapat kemudian
diturunkan tekanannya untuk penyimpanan dan pengiriman. Kepadatan LNG kira-kira
0,41-0,5 kg/L, tergantung suhu, tekanan, dan komposisi. Sebagai
perbandingan, air memiliki kepadatan 1,0 kg/L.

LNG berasal dari gas alam yang merupakan campuran dari beberapa gas yang
bereda sehingg tidak memililiki nilai panas yang spesifik.Nilaipanasnya bergantung
pada sumber gas yang digunakan dan proses yang digunakan untuk mencairkan bentuk
gasnya. Nilai panas tertinggi LNG berkisar sekitar 24MJ/L pada suhu -164 derajat
Celsius dan nilai terendahnya 21ML/L.

2.2.1 Sifat-Sifat LNG

Berikut adalah beberapa sifat – sifat dari LNG:

 LNG adalah bahan bakar cair yang bening yang akan mendidih pada suhu -160oC,
maka dari itu penyimpanannya harus lebih rendah dari pada suhu didihnya tersebut.
 LNG lebih ringan daripada air, jika LNG bercampur dengan air maka LNG dengan
cepat mengapung dan berada diatas permukaan air.
 Uap dari LNG lebih berat dari udara, ketika LNG mendidih dan menguap maka uapnya
tidak akan terbang keatas melainkan melayang diatas permukaan tanah.
 Uap dari LNG berwarna putih dan bisa terlihat, berbeda dengan bentuk cairnya yang
bening.
 ketika LNG dicampur dengan air akan terjadi ledakan – ledakan kecil yang tidak
menimbulkan api
 LNG tidak dapat terbakar, hanya dalam bentuk uap LNG dapat terbakar.
 Ketika material biasa terkena LNG maka material tersebut menjadi rapuh dan pecah.
Maka dari itu untuk penyimpanannya membutuhkan material khusus yang tahan dengan
suhu ekstrim dingin dari LNG.
 Uap LNG yang berada di udara hanya bisa terbakar jika konsentrasi uap LNG di udara
sebanyak 5% sampai 15%. Jadi jika uap LNG di udara terlalu sedikit atau terlalu banyak
maka tidak akan terbakar.
2.2.2 Teknologi Pencairan LNG

Proses pencairan gas menjadi LNG berupa pencairan gas alam menggunakan media
pendingin (refrigerant). Kilang pencairan bisa terdiri dari beberapa unit paralel (train). Gas
alam dicairkan mencapai suhu sekitar -256oF atau -160oC dengan tekanan 1 atm. LNG
adalah cairan kriogenik. Istilah kriogenik berarti temperatur rendah, umumnya di bawah -
100oF.

Teknologi pencairan merupakan elemen utama pada kilang LNG. Terdapat beberapa
proses lisensi pencairan dengan berbagai tingkat penerapan dan pengalaman. Prinsip
dasar untuk pendinginan dan pencairan gas menggunakan pendingin adalah termasuk
menyesuaikan sedekat mungkin kurva pendinginan/pemanasan gas proses dan pendingin.
Hasilnya berupa proses termodinamika yang lebih efisien yang membutuhkan daya yang
lebih efisien per unit LNG yang diproduksi. Hal ini berlaku pada semua proses pencairan.

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 7. Kurva Pendinginan Gas Alam - Pendingin Tipikal

Peralatan utama proses ini meliputi kompresor yang digunakan untuk mensirkulasikan
pendingin, penggerak kompresor, dan alat penukar panas untuk mencairkan dan menukar
panas antar pendingin. Gas alam, mencair pada kisaran temperatur tertentu. Kurva panas
dapat disesuaikan dengan meminimalkan perbedaan temperatur antara proses
pendinginan gas dan aliran pendingin. Hal ini dapat tercapai dengan menggunakan lebih
dari satu pendingin pada tingkat tekanan yang berbeda untuk kemudian selanjutnya
memecah kisaran temperatur untuk dapat mendekati kurva panas.
1. Proses APCI propane pre-cooled mixed refrigerant

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 8. Proses APCI Propane Pre-Cooled Mixed Refrigerant (Tipikal)

Proses ini paling banyak digunakan pada proses pencairan gas menjadi LNG di dunia.
Dalam proses ini, terdapat dua siklus pendingin utama. Siklus pra pendinginan
menggunakan komponen murni propana. Siklus pencairan dan sub pendinginan
menggunakan pendingin campuran (mixed refrigerant/MR) yang terdiri dari nitrogen,
metana, etana, dan propana.
Siklus proses pra-pendinginan menggunakan propana pada tiga atau empat tingkat
tekanan dan dalam mendinginkan gas proses ke temperatur -40oC. Propana juga
digunakan untuk mendinginkan dan mencairkan secara parsial pendingin campuran
(mixed refrigerant/MR). Pendinginan dicapai dengan alat penukar panas tipe kettle.
Pada siklus pendingin campuran (mixed refrigerant/MR), pendingin yang dicairkan
secara parsial dipisahkan menjadi aliran uap dan cairan yang digunakan untuk
mencairkan dan dan mebsub-dinginkan aliran proses dari sekitar -35oC menjadi suhu
sekitar -150oC - -160oC. Proses ini dilakukan di alat penukar panas yang disebut main
cryogenic heat exchanger (MCHE).
LNG kemudian keluar dari atas MCHE pada tekanan yang tinggi. Kemudian aliran
LNG tersebut didepresurisasi dengan cara seperti staged end-flashes, liquid expander,
dan sebagainya. Dengan menggunakan proses ini, kapasitas pengolahan per train bisa
mencapai 4,7 mmtpa.
2. Proses bertingkat teroptimalisasi (optimised cascade process) ConocoPhillips

Sumber: http://www.ConocoPhillips.com

Gambar 9. Proses Bertingkat Teroptimalisasi ConocoPhillips

Pendinginan dan pencairan pada gas proses pada proses bertingkat ini dicapai dengan
menggunakan 3 pendingin murni yaitu propana, ethylene, dan metana. Pada siklus
pendinginan propana, gas didinginkan hingga -40oC. Sistem pendinginan propana juga
mendinginkan pendingin ethylene dan mendinginkan pendingin metana. Gas kemudian
memasuki sistem pendinginan ethylene di mana gas tersebut didinginkan hingga
mencapai suhu -90oC. Pendingin ethylene juga mengembunkan pendingin metana. Gas
yang masuk tersebut akhirnya didinginkan dengan pendingin metana untuk
menghasilkan LNG.
Sistem pendinginan metana adalah siklus terbuka yaitu aliran pendingin metana diambil
dari gas yang dicairkan. Hal ini memungkinkan memungkinkan gas boil off untuk
dimasukkan kembali ke proses pencairan tanpa diperlukan kompresor gas boil off yang
berukuran besar.

Kapasitas train dengan proses bertingkat ini telah mencapai 3,3 mmtpa, dengan
kapasitas train sebesar 5,4 mmtpa sedang dalam pembangunan
3. Proses Black & Veatch PRICO (R)

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 10. Proses Black & Veatch PRICO

Proses ini adalah proses pendingin campuran tunggal (single mixed refrigerant
process). Pendingin campuran tersebut terdiri dari nitrogen, metana, etana, propana,
dan isopentana. Pendinginan dan pencairan dilakukan dengan berbagai tingkat tekanan
pada plate fin heat exchanger pada kotak dingin. Pendingin dikompres dan disirkulasi
menggunakan train kompresi tunggal. Kapasitas train-nya mencapai 1,3 mmtpa.

4. Proses bertingkat fluida campuran (mixed fluid cascade process / MFCP) Statoil/Linde

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 11. Proses Bertingkat Fluida Campuran Statoil/Linde


Pada proses ini tiga pendingin campuran digunakan untuk melakukan pendinginan dan
pencairan. Pra-pendinginan dilakukan pada plate fin heat exchanger (PFHE) dengan
pendingin campuran pertama, dan pencairan dan sub-pendinginan dilakukan di spiral
wound heat exhanger (SWHE) dengan dua pendingin lainnya. SWHE ini dibuat oleh
Linde, dan bisa juga digunakan untuk tahap pra-pendinginan. Penukar panas tersebut bisa
juga digunakan untuk tahap pra-pendinginan. Pendingin yang digunakan terdiri dari
metana, etana, propana, dan nitrogen. SWHE sendiri biasanya dipasang dengan proses
pencairan lainnya, pada proyek baru atau ekspansi atau sebagai pengganti dari penukar
panas kriogenik yang lama. Kapasitas train proses ini bisa mencapai 4 mmtpa.

5. Proses Axens LiquefinTM

Sumber: Hydrocarbon Engineering, February 2004, Dr. Tariq Sukri, Foster Wheeler, UK

Gambar 12. Proses Axens LiquefinTM

Proses ini adalah proses yang menggunakan dua pendingin campuran. Semua
pendinginan dan pencairan dilakukan di plate fin heat exchanger (PFHE) yang
tersusun pada kotak dingin. Pendingin campuran yang digunakan terdiri dari
metana, etana, propana, butana, dan nitrogen. Pendingin campuran pertama
digunakan pada tiga tingkat tekanan untuk mempra -pendinginkan gas proses dan
mempra-pendinginkan dan mencairkan pendingin campuran kedua. Pendingin
campuran kedua digunakan untuk mencairkan dan mensubdinginkan gas proses.

Mendinginkan pendingin campuran untuk tahap pra-pendinginan memungkinkan


untuk mencapai suhu yang lebih rendah dibanding komposisi pendingin. Kapasitas
train based load mencapai 6 mmtpa sedang direncanakan untuk dikembangkan.

6. Proses pendingin campuran ganda (double mixed refrigerant) Shell

Konfigurasi proses ini mirip dengan proses pendingin campuran pra-pendinginan


propana, dengan pra-pendinginan dilakukan oleh pendingin campuran (yang
sebagian besar terdiri dari etana dan propana). Perbedaan lainnya adalah bahwa pra-
pendinginan dilakukan pada spiral wound heat exchanger (SWHE), bukan pada tipe
kettle. SWHE yang digunakan untuk pra-pendinginan dan pencairan untuk proses
ini dipasok oleh Linde
Proses-proses di atas adalah proses yang terdapat pada kilang LNG saat ini serta
pada beberapa proyek LNG yang saat ini tengah berjalan. Terdapat juga beberapa
proses lainnya yang saat ini sedang dikembangkan.

Pemilihan teknologi proses dan peralatan adalah berdasarkan pertimbangan


teknis dan ekonomi. Pertimbangan teknis termasuk di antaranya pengalaman
terhadap penggunaan proses dan peralatan tersebut, keandalan, efisiensi proses,
kondisi lapangan, serta dampak lingkungan. Pertimbangan ekonomi termasuk biaya
kapital, biaya operasi serta biaya siklus. Semua aspek ini harus dievaluasi untuk
medapatkan pilihan yang optimal.

Risiko teknis berkaitan dengan proses yang terkait dengan catatan masa lampau
selama proses beroperasi, serta pengembangan yang terkait pada proyek, seperti
misalnya penambahan kapasitas. Efisiensi proses, contohnya, energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi LNG, tidak hanya terkait dengan efisiensi
termodinamik proses pencairan tetapi juga efisiensi peralatan utama seperti
kompresor untuk pendingin utama serta penggeraknya.

Kondisi suatu lapangan mungkin bisa lebih cocok dengan suatu proses
dibanding proses lainnya. Contohnya, dengan suhu lingkungan yang sangat dingin
proses multi pendingin campuran bisa menjadi pilihan optimal. Kebutuhan proses
dan konfigurasi juga mempengaruhi pilihan. Adanya kebutuhan untuk
menghasilkan LPG yang lebih tinggi mungkin cocok dengan proses dengan suhu
pra-pendinginan yang lebih rendah.

Kisaran gas umpan yang lebar juga membutuhkan adaptabilitas proses yang
lebih baik dan mungkin membutuhkan proses pendingin campuran dengan
fleksibilitas tambahan untuk mengubah komposisi pendingin yang berubah.
Pendingin yang terbuat dari komponen yang diproduksi dari proses (pada unit
fraksinasi) akan mengurangi kebutuhan untuk pasokan eksternal untuk memasok
kembali hilangnya pendingin.

Seiring dengan berjalannya waktu, desain kilang LNG semakin menunjukkan


kapasitas yang semakin besar, hingga lebih dari 5 mmtpa, baik dengan cara
meningkatkan kapabilitas proses yang ada serta mengembangkan proses baru yang
menunjang kapasitas LNG yang besar. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merancang ukuran optimal train pada sebuah proyek LNG yaitu:

- besarnya hasil produksi dari lapangan gas,


- permintaan pasar dan profil pengiriman LNG,
- optimalisasi keseluruhan produksi, penyimpanan, dan pengiriman,
- ukuran peralatan yang tersedia,
- potensi penghematan biaya modal, serta
- fleksibilitas, reliabilitas, dan pemeliharaan operasional.

Berkaitan dengan masalah biaya, terdapat variasi yang cukup besar pada biaya
pembangunan kilang LNG pada kapasitas-kapasitas yang ada, karena faktor-faktor:

- sifat pasokan gas, komposisi, dan tekanan pasokan,


- kondisi lapangan dan ketentuan perancangan spesifik, serta
- ketentuan spesifik dan standar pemilik proyek.

2.2.3 Metode Penyimpanan dan Transportasi


Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground
Storage", yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai "salt
dome" yakni kubah-kubah di bawah tanah yang terjadi dari reservoir sumber-sumber
gas alam yang telah depleted. Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim. Pada musim
panas saat pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam
diinjeksikan melalui kompresor-kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah tersebut.
Pada musim dingin, di mana terjadi kebutuhan yang sangat signifikan, gas alam yang
disimpan di dalam kubah bawah tanah dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen
yang membutuhkan. Bagi perusahaan (operator) penyedia gas alam, cara ini sangat
membantu untuk menjaga stabilitas operasional pasokan gas alam melalui jaringan pipa
gas alam.
Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :

 Transportasi melalui pipa salur.


 Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker LNG
untuk pengangkutan jarak jauh.
 Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan
road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan menengah
(antar pulau).
Di Indonesia, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Hilir Migas) telah menyusun Master
Plan "Sistem Jaringan Induk Transmisi Gas Nasional Terpadu". Dalam waktu yang
tidak lama lagi sistem jaringan pipa gas alam akan membentang sambung menyambung
dari Aceh-Sumatera Utara-Sumatera Tengah-Sumatera Selatan-Jawa-Sulawesi dan
Kalimantan. Saat ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PERTAMINA dan
PGN dan masih terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah tertentu, misalnya di
Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan
Kalimantan Timur.
Carrier LNG dapat digunakan untuk mentransportasi gas alam cair (liquefied natural
gas, LNG) menyebrangi samudra, sedangkan truk tangki dapat membawa gasa alam
cair atau gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) dalam jarak dekat.
Mereka dapat mentransportasi gas alam secara langsung ke pengguna-akhir atau ke titik
distribusi, seperti jalur pipa untuk transportasi lebih lanjut. Hal ini masih membutuhkan
biaya yang besar untuk fasilitas tambahan untuk pencairan gas atau kompresi di titik
produksi, dan penggasanatau dekompresi di titik pengguna-akhir atau ke jalur pipa.

b. Klasifikasi Tangki Penyimpanan LNG on-shore Berdasarkan Penahan

Yang dimaksud klasifikasi tangki penyimpanan LNG berdasarkan penahannya yaitu


dilihat dari penahan dari adanya kemungkinan kebocoran LNG. Tangki penyimpanan LNG
merupakan suatu tangki yang memerlukan perhatian khusus, dan harus memperhatikan
kemungkinan terburuk dari suatu operasi karena LNG merupakan fluida yang kriogenik dan
dapat menguap dengan cepat. Maka dari itu, semua tangki penyimpanan LNG memiliki
metode tersendiri dalam hal mencegah kemungkinan kebocoran LNG. Salah satu metode
tersebut adalah dengan menggunakan penahan.
Sejauh ini, terdapat tiga jenis tangki penyimpanan LNG berdasarkan penahannya:

2. Single Containment Tanks (SCT)

SCT merupakan jenis

tangki penyimpanan LNG yang

paling konvensional. SCT disusun

atas material logam yang cocok

untuk aplikasi kriogenik di bagian

dalam dari tangkinya (biasanya

logam campuran yang terdiri atas

9% nikel berdasarkan

pertimbangan ekonomis) yang

didesain untuk dapat menahan

LNG. Sementara di bagian luar

Gambar: Single Containment


terdiri atas logam carbon steel Tank

yang didesain untuk menampung uap gas alam sampai dengan tekanan 2.5 psig. Tekanan
desain dapat ditingkatkan dengan rekayasa tambahan dari bagian atas atap tangki dengan
bagian dinding tangki. Rekayasa ini dapat meningkatkan performa tangki tetapi akan
menambah biaya konstruksi dari tangki.
Insulasi mengelilingi bagian dalam tangki untuk mengontrol kebocoran energy panas
menuju dalam tangki. Sementara luar tangki tidak didesain untuk menampung LNG pada saat
terjadi kebocoran di bagian dalam dari tangki.

SCT merupakan tangki LNG yang digunakan sebagian besar fasilitas LNG di dunia,
termasuk salah satunya adalah Badak LNG yang menggunakan tangki penyimpanan LNG
jenis SCT

Kelebihan Single Contaiment Tanks (SCT)

1. Secara umum, SCT adalah tipe tangki penyimpanan LNG yang membutuhkan biaya
konstruksi yang paling rendah per meter kubik dari volume tangkinya.
2. Jadwal konstruksinya paling cepat, jadwal untuk perekayasaan dan konstruksi dapat
dipercepat beberapa bulan dibandingkan tipe tangki penyimpanan LNG lain yang
mempunyai jadwal yang standar.

3. Perizinan dan penyetujuan desain dari SCT konsisten dari waktu ke waktu karena
desain yang tetap dan sederhana sehingga kecil kemungkinan adanya penundaan dari
penyetujuan desain.

4. Keluaran LNG dari bagian bawah maupun samping keduanya dapat diaplikasikan
asalkan sesuai dengan persyaratan.

Kekurangan Single Contaiment Tanks (SCT)

d. Pada saat terjadi kebocoran atau tumpahnya LNG dari bagian dalam tangki. Tangki
bagian luar tidak dapat menampung kebocoran dan tumpahnya LNG sehingga uap
akan bebas menuju lingkungan.

e. Membutuhkan tanggul eksternal untuk penahan LNG sekunder. Tanggul yang


dibutuhkan biasanya besar dan didesain untuk dapat menampung dengan kapasitas
110% dari desain penahan primer. Terdapat pula zona radiasi termal dan dispersi uap
yang sangat besar untuk dapat membuat zona aman dari tangki. Berdasarkan
perhitungan area radiasi termal dan area uap yang mudah terbakar, jarak dari SCT
menuju zona aman merupakan yang terjauh.

f. SCT mempunyai tekanan desain yang rendah daripada tipe tangki LNG lainnya.
Tekanan desain yang rendah menyebabkan naiknya ukuran dan biaya untuk
mengendalikan uap gas alam.

g. Memerlukan perawatan tambahan secara periodic berupa perbaikan dan pelapisan


ulang dari cat bagian luar tangki untuk mencegah terjadinya korosi.

h. Tangki membutuhkan sistem tambahan untuk mengakumulasi air hujan yang


tertampung pada cekungan penahan sekunder.

i. Resistansi yang buruk terhadap gangguan dari luar tangki seperti debu – debu.
Konsiderasi dari pelapis tangki sangat diperhatikan.

e. Double Contaiment Tank (DCT)

Jenis tangki double containment tank sebenarnya adalah jenis single containment tank
yang dikelilingi oleh dinding yang melekat pada tangki luar tetapi tidak pada bagian atap
tangki. Dinding ini didesain untuk menahan tumpahan atau bocoran tetapi tidak menahan
uap dari gas alamnya. Seperti SCT, tangki dalam DCT terbuat dari campuran logam yang
tahan terhadap aplikasi kriogenik tangki luar dari carbon steel yang tidak didesain untuk
mengatasi kebocoran.

Tambahan dari desain dari DCT juga termasuk dinding tangki luar yang mempunyai
fungsi yang sama dengan penahan sekunder pada tangki LNG tipe SCT. Dinding pelapis luar
ini didesain seperti bangunan pendukung berbentuk silinder yang mengelilingi tangki luar
dan dapat menampung kapasitas tangki itu sendiri secara penuh ditambah dengan tambahan
untuk alasan keselamatan. Di Amerika Utara, hanya satu tangki LNG jenis DCT yang pernah
dibangun: tangki milik EcoElectrica dari Puerto Rico yang memiliki kapasitas 160,000 m 3.
Tangki LNG DCT ini telah beroprasi dari bulan Juli tahun 2000 silam.

Kelebihan Double Contaiment Tank (DCT)

1. Mempunyai biaya instalasi yang moderat. Lebih mahal dari SCT tetapi lebih murah
dari FCT.

2. Persetujuan dari desain DCT dapat dilakukan di masa mendatang.

3. Mempunyai area aman yang lebih rendah daripada SCT karena fungsi penahan primer
telah tergantikan dengan dinding pelapis. Area aman mirip dengan FCT tetapi untuk
biayanya lebih murah dibanding dengan FCT. Area aman ini menyebabkan tangki
LNG jenis FCT membutuhkan lahan yang relative lebih sedikit dibandingkan dengan
SCT

4. Resistansi terhadap gangguan dari luar tangki tinggi karena adanya dinding pelapis.

Kekurangan Double Contaiment Tank (DCT)

1. Membutuhkan biaya istalasi per meter kubik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
SCT.

2. Saat terjadi kebocoran, tumpahan memang akan tertahan tetapi tidak dengan uap gas
alam karena dinding pelapis tidak memiliki atap sehingga uap gas alam akan bebas
menuju lingkungan.
3. Tekanan desain yang sama dengan SCT. Hal ini harus diimbangi dengan ukuran dan
biaya dari sistem pengontrolan uap yang lebih mahal dibandingkan dengan FCT.

4. Membutuhkan soil bearing dan membutuhkan fondasi yang tahan terhadap beban
tinggi karena berat dari dinding pelapis luar.

5. Walaupun terdapat dinding pelapis, DCT tetap membutuhkan perawatan secara


periodik untuk memperbaiki dan melapisi tangki luar untuk mencegah korosi.

6. Membutuhkan sistem untuk pengumpulan air hujan yang tertampung di antara


dinding pelapis dengan tangki luar.

7. Ruang masuk untuk personel yang terletak menembus dinding pelapis dengan tangki
bagian luar termasuk dalam golongan ruangan tertutup (confined space) yang
membutuhkan suatu prosedur khusus.

B Full Contaiment Tanks (FCT)

Tangki penyimpanan

LNG jenis full containment

FC
tanks atau T mempunyai

spesifikasi tangki dalam dan

tangki Luar yang sama

dengan SCT dan DCT. Hal

yang jadi pembeda FCT

dengan yang lain adalah

tekanan desainnya yang

telah ditingkatkan menjadi

4.3 psig. Dinding pelapis dari

tangki Ini juga telah

menutupi semua bagian dari Gambar: Full Containment Tank

tangki luar. FCT dapat menahan kebocoran LNG dan juga dapat menahan uap gas alam tidak
lepas ke lingkungan. Desain ini telah digunakan oleh terminal impor new North American
LNG yang persetujuannya masih dalam taham peninjauan. Desain FCT ini juga telah
dicanangkan dan direncanakan dan dalam tahap konstruksi di beberapa fasilitas LNG di
Amerika serikat, seperti: Corpus Christi, Sabine, Cameron, Porth Arthur, Waterbury dan juga
terminal LNG milik Mexico di Costa Azul.

Kelebihan Full Containment Tanks (FCT)

1. Integrasi desain yang tinggi. Pada saat terjadi kebocoran LNG, tangki FCT dapat
menahan tumpahan LNG sekaligus menahan uap gas alam agar tidak lepas ke
lingkungan.

2. Tidak ada celah penetrasi. Semua sistem permipaan melewati atap. Jadi pada saat
terjadi kebocoran LNG di pipa, LNG dari tangki tidak ikut tertumpah keluar.

3. Mempunyai jarak aman yang terdekat dari tangki yang menyebabkan lahan yang
dibutuhkan sangatlah sempit. Lahan yang harus dikontrol oleh personel juga sangat
minim.

4. Tekanan desain yang tinggi dan dapat menahan uap gas alam yang menyebabkan
sistem pengendalian uap yang dibutuhkan kecil. Hal ini berimbas pada biaya capital
dan operasional yang lebih kecil.

5. Jenis FCT merupakan tangki LNG yang mempunyai resistansi yang paling tinggi
terhadap gangguan luar.

6. Dinding pelapis yang menutupi keseluruhan bagian luar tangki menyebabkan


perawatan dalam hal pelapisan tangki luar tidak begitu diperlukan.

Kelemahan Full Contaiment Tanks (FCT)

1. Biaya konstruksi per meter kubik yang paling besar dibandinkan dengan dua jenis
sebelumnnya.

2. Secara umum, FCT merupakan tangki penyimpanan LNG yang membutuhkan waktu
desain dan konstruksi yang paling lama. Minimal 36 bulan semenjak persetujuan
kontrak pembangunan.

3. Membutuhkan soil bearing dan fondasi yang tahan terhadap beban yang lebih berat
dari dua jenis tangki sebelumnya karena FCT memiliki pelapis dinding dan pelapis
atap.

4. Profil tangki yang sama dengan SCT dan DCT.

A. Klasifikasi tangki penyimpanan LNG on-shore berdasarkan penempatan


Tangki penyimpanan LNG telah digunakan dengan variasi yang sangat banyak
tergantung kebutuhan dari masing masing pemakainya dan juga lingkungan sekitar. Menurut
lokasinya, tangki penyimpanan LNG dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: in-ground
dan above ground.

1. Tangki Penyimpanan Above Ground

Tangki penyimpanan above ground merupakan tipe yang paling awam yang
digunakan oleh fasilitas LNG yang ada di dunia. Seluruh komponen dari tangki dapat dilihat
karena berada di atas tanah.

2. Tangki Penyimpanan LNG in-ground

Tangki penyimpanan LNG In-ground mempunyai tingkat keamanan yang tinggi dan
ramah lingkungan. Jepang memiliki 76 tangki penyimpanan LNG in-ground dengan kapasitas
total 6.3 juta m3. Taiwan telah membangun enam dengan kapasitas 690,000 m3. Korea telah
memiliki sepuluh tangki dengan kapasitas 1.88 juta m3. Pada tahun 1970 tangki penyimpanan
LNG inground pertama dibangun dengan kapasitas 10 ribu m3 milik Tokyo Gas. Semenjak
itu, Tokyo Gas telah membangun 37 tangki penyimpanan LNG inground dengan kapasitas
total 3.3 juta m3, sejalan dengan peningkatan inovasi. Saat ini, Tokyo Gas telah membangun

Komposisi Tangki LNG in-ground

 Dinding samping dan bagian bawah dari tangki penyimpanan LNG in-ground
mempunyai struktur yang berbeda beda yang terdiri atas tiga lapis: dinding pelapis,
insulasi, dan membran.

 Dinding pelapis merupakan material yang ideal untuk menahan tekanan, karena
tekanan air dan tanah di bagian luar tangki lebih besar daripada di dalam tangki.
Dinding pelapis ini juga didesain untuk dapat tahan terhadap bencana alam seperti
gempa bumi.

 Insulasi berupa busa padat polyuretan (PUF) yang dapat menahan aliran panas dari
luar tangki dan kemungkinan bocornya gas dari dalam tangki.

 Membran terbuat dari lapisan setebal dua mm untuk menahan LNG dan gas yang
berada di dalam tangki. Membrane ini didesain berkontur untuk menyerap efek
thermal shock akibat dari perbedaan temperatur lingkungan dengan temperature
kriogenik LNG.

Keamanan dan Keselamatan


Tangki penyimpanan LNG hanya terlihat sebagian dari luar terminal, hal ini
menyebabkan tangki jenis ini susah dijadikan sebagai target peledakan. Jenis ini juga telah
berinovasi sehingga sekarang terdapat tangki yang tertanam di bawah permukaan tanah yang
membuat atap tangki tidak mudah untuk diledakkan.
Jenis tangki penyimpanan LNG jenis in-ground memiliki ketahanan terhadap
pergerakan tanah dan gempa bumi. Hal ini membuat jenis ini lebih aman ditempatkan di
wilawah gempa bumi daripada dengan tangki jenis above ground.

Dampak Lingkungan

Jenis tangki ini hanya terlihat bagian atapnya saja atau bahkan tidak terlihat sama
sekali, hal ini menyebabkan efek psikologis dari lingkungan sekitar tidak terlalu terlihat
dibandingkan dengan tangki jenis above ground.

Jenis tangki ini juga tidak memerlukan lahan untuk galian sebagai penahan yang
terdapat pada jenis above ground, sehingga lahan yang dibutuhkan relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan above ground.

2.2.4 Sumber dan Karakteristik Proyektil


Proyektil dapat dihasilkan oleh sejumlah peristiwa, termasuk dari berikut ini:

insiden internal site, seperti ledakan uap awan (VCEs), cairan mendidih memperluas
ledakan uap (BLEVEs), semburan pressure vessel (PVBs), semburan pipa dan cambuk,
dan memutar kegagalan peralatan;

insiden eksternal site, seperti dari truk terdekat atau gerbong, pesawat atau pesawat
ruang angkasa, perahu, dan fasilitas industri yang berdekatan ,;

bencana alam, seperti rudal angin ditanggung dari badai dan tornado dan rudal /
puing-puing dari badai gelombang badai dan tsunami air ditanggung; dan

Peristiwa disengaja berdasarkan hasil kredibel dari ancaman keamanan dan


kerentanan analisis, yang mungkin atau mungkin tidak termasuk senjata
konvensional balistik, senjata militer, perangkat ledakan improvisasi, ransel bahan
peledak, dampak kendaraan disengaja dengan atau tanpa bahan peledak, dan
dampak pesawat disengaja.

2.3 LPG
Kata elpiji berasal dari pelafalan singkatan bahasa Inggris yaitu
LPG (Liquified Petroleum Gas), arti secara harfiah yaitu "gas minyak bumi yang
dicairkan"). LPG atau kita sering menyebut gas elpiji berasal dari hasil
pengolahan minyak bumi. Di alam ini, minyak bumi (petroleum) ditemukan
bersama-sama dengan gas alam (natural gas). Kemudian minyak bumi dipisahkan
dari gas alam. Minyak bumi yang telah dipisahkan dari gas alam disebut juga
minyak mentah (crude oil). Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks
dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil alkena, alkuna, siklo-alkana,
aromatik, dan senyawa anorganik. Meskipun kompleks, untungnya terdapat cara
mudah untuk memisahkan komponen-komponennya, yakni berdasarkan
perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini disebut destilasi bertingkat. Untuk
mendapatkan produk akhir sesuai dengan yang diinginkan, maka sebagian hasil
dari destilasi bertingkat perlu diolah lebih lanjut melalui proses konversi,
pemisahan pengotor dalam fraksi, dan pencampuran fraksi.
Dalam proses destilasi bertingkat, minyak mentah tidak dipisahkan
menjadi komponen-komponen murni, melainkan ke dalam fraksi-fraksi, yakni
kelompok-kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu. Hal ini
dikarenakan jenis komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer-isomer
hidrokarbon mempunyai titik didih yang berdekatan. Sehingga bisa dikatakan
bahwa berdasarkan titik didih inilah minyak mentah mengalami pemisahan
menjadi bahan-bahan lainnya. Berdasarkan suhunya, secara berturut-turut dimulai
bagian paling bawah, minyak mentah akan terpisah menjadi residu (>3000C),
minyak berat, yang digunakan sebagai bahan kimia (150-3000C), solar (105-
1500C), kerosin (85-1050C), bensin/gasolin (50-850C), dan gas (0-500C). Bagian
terakhir yang berupa gas inilah asal usulnya LPG (tentunya setelah melalui
pengolahan lanjutan) yang sehari-hari kita gunakan, salah satunya untuk bahan
bakar kompor gas.

2.3.1 Jenis dan Komponen LPG


Menurut Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No.
25K/36/DDJM/1990 spesifikasi LPG dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
LPG campuran (mixed LPG), LPG Propana (Prophene LPG), dan LPG Butana
(Buthene LPG).
LPG yang dipakai untuk bahan bakar kompor gas adalah jenis LPG
campuran. LPG ini merupakan salah satu produk yang dipasarkan oleh Pertamina
Direktorat Pembekalan Dan Pemasaran Dalam Negeri (Dit. PPDN), dengan merk
dagang LPG (Liquid Petroleum Gas). Komponen utama dari LPG adalah Propana
(C3H8) dan Butana (C4H10). Disamping itu, LPG juga mengandung senyawa
hidrokarbon ringan yang lain dalam jumlah kecil, yaitu Etana (C2H6) dan Pentana
(C5H12).

2.3.2 Sifat-Sifat LPG


Berikut ini sifat-sifat LPG yang perlu diketahui agar kita bisa mengunakannya
dengan aman.
1. Wujud
Gas elpiji yang ada di dalam tabung, wujudnya cair dan sebagian berwujud
uap. Namun apabila gas tersebut dikeluarkan dari tabung, wujudnya berubah menjadi
gas. Wujud awal dari LPG adalah gas. Namun di pasaran dijual dalam bentuk
cair. Mengapa bisa seperti itu? demikian penjelasannya. Pada dasarnya untuk bahan
yang berwujud gas berlaku ketentuan seperti ini: “Wujud gas akan berubah menjadi
wujud cair apabila temperatur diperkecil atau tekanannya diperbesar”. Dengan
adanya perubahan wujud akibat temperatur dan tekanan, maka volume gas juga
berubah. Volume gas yang berwujud cair akan menjadi lebih kecil apabila
dibandingkan dengan volume gas ketika masih berwujud gas. Rasio antara volume gas
bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi,
tekanan dan temperatur, tetapi biasanya sekitar 250:1.
Kemampuan gas bisa berubah wujud menjadi cair merupakan kelebihan dari
bahan-bahan gas yaitu volumenya bisa menjadi mengecil. Kelebihan ini diaplikasikan
terutama untuk menyimpan dan mengirim gas dalam tangki, dimana dengan cara
tersebut secara ekonomi sangat menguntungkan.
Berdasarkan cara pencairannya, LPG dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. LPG Refrigerated
LPG Refrigerated adalah LPG yang dicairkan dengan cara didinginkan (titik
cair Propan adalah sekitar -42°C, dan titik cair Butan sekitar -0.5°C). Cara
pencairan LPG jenis ini umum digunakan untuk mengapalkan LPG dalam jumlah
besar. Misalnya, mengirim LPG dari negara Arab ke Indonesia. Dibutuhkan tanki
penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tetap dapat berbentuk cair
serta dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigerated menjadi
LPG Pressurized.
b. LPG Pressurized
LPG Pressurized adalah LPG yang dicairkan dengan cara ditekan dengan tekanan
(pressure) sekitar 4-5 kg/cm2. LPG jenis ini disimpan dalam tabung atau tanki
khusus bertekanan tinggi. LPG jenis inilah yang banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi di rumah tangga dan industri, karena penyimpanan dan penggunaannya
tidak memerlukan penanganan khusus seperti LPG Refrigerated. Tekanan uap
ELPIJI cair dalam tabung yang diproduksi oleh Pertamina sekitar 5.0 – 6.2 Kg/cm2.
Jumlah gas diukur berdasarkan volumenya (V) dengan satuan m3. Tetapi
apabila gas tersebut berwujud cair, maka jumlah gas diukur berdasarkan massanya
(m) dengan satuan kilogram (kg), sebagai contoh seperti kalau kita membeli LPG
ukuran 3 kg.
LPG dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan.
Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang
dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari
kapasitasnya.
2. Massa Jenis (density)
Kepadatan massa atau kepadatan material atau massa jenis adalah massa per satuan
volume. Simbol yang paling sering digunakan untuk kerapatan ρ (disebut rho). Massa
jenis gas yaitu banyaknya massa (kg) dari gas yang mempunyai volume sebesar 1,0
m3 pada kondisi tertentu (diukur pada suhu 00C, dan tekanan 1013 mbar / 1,013
kg/cm2). Massa jenis gas propan adalah 2,004 kg/m3, gas butan adalah 2,703 kg/m3,
dan udara sebesar 1,293 kg/m3. Dari sini kita bisa tahu bahwa dengan volume yang
sama yaitu 1,0 m3, massa propan, butan dan udara berbeda-beda. Massa butan lebih
besar bila dibandingkan dengan massa propan, massa propan lebih besar daripada
massa udara, dan massa kedua gas tersebut (butan dan propan) lebih besar daripada
massa udara. Pengetahuan tentang massa jenis ini penting untuk memahami perilaku
gas bila gas tersebut terlepas di udara bebas, apakah gas tersebut naik ke atas atau
turun ke bawah (dan akan berada di atas permukaan tanah).
3. Specific Gravity
Specific gravity adalah perbandingan antara massa jenis fluida (fluid density) dengan
massa jenis fluida tertentu (specified reference density). Yang digunakan sebagai
fluida pembanding bisa berbeda-beda. Misalnya untuk cairan, maka sebagai fluida
pembandingnya (reference density)adalah air pada suhu 4oC. Sedangkan untuk gas,
sebagai fluida pembandingnya adalah udara (biasanya pada suhu 200C). Specific
gravity merupakan sebuah perbandingan, sehingga specific gravity tidak mempunyai
satuan.
Meskipun pengertiannya tidak sama persis (tetapi pada dasarnya adalah sama), ada
yang menterjemahkan specific gravity dengan massa jenis relatif (relative density).
Selanjutnya dalam tulisan ini untuk menyebut istilah specific gravity kita gunakan
istilah massa jenis relatif.
Massa jenis relatif gas adalah perbandingan antara massa jenis gas dengan massa
jenis udara (udara luar atau udara bebas). Massa jenis relatif udara adalah 1. Angka ini
didapat dari massa jenis udara dibandingkan dengan massa jenis udara itu sendiri,
yaitu 1,293 kg/m3 : 1,293 kg/m3 sama dengan 1. Dengan cara yang sama kita bisa
menghitung massa jenis relatif dari propan yaitu 2,004 kg/m3 : 1,293 kg/m3 sama
dengan 1,55 dan massa jenis relatif dari butan adalah sebesar 2,09. Apabila massa
jenis relatif dari suatu gas lebih kecil daripada 1, maka gas tersebut akan naik ke
udara. Namun apabila massa jenis relatifnya lebih kecil dari 1, maka gas tersebut akan
turun ke tanah (mencari/mengalir ke tempat yang lebih rendah).
Dengan mengetahui bahwa massa jenis relatif gas propan dan butan lebih besar dari
udara, maka apabila kita menyimpan LPG harus memberi ventilasi yang diletakkan
rata dengan tanah/lantai (bila memungkinkan) atau dinaikkan sedikit. Hal ini
dimaksudkan apabila ada kebocoran LPG, gas tersebut bisa cepat keluar dan
bercampur dengan udara bebas. Di samping itu, dengan alasan yang sama seperti dia
atas, kita jangan menyimpan tabung LPG di ruangan bawah tanah.
4. Temperatur Nyala (Ignition Temperature)
Temperatur nyala dari bahan bakar gas pada umumnya antara 4500C sampai dengan
6500C. Dengan temperatur seperti itu, gas yang diletakkan di udara bebas akan
menjadi panas dan akan terjadi pembakaran. Temperatur nyala untuk propan adalah
5100C, sedangkan butan adalah 4600C. Dari data ini kita bisa tahu bahwa apabila ada
LPG yang terlepas atau bocor dari tabung gas ke udara bebas, gas tersebut tidak akan
terbakar dengan sendirinya. Karena temperatur udara bebas biasanya sekitar 270C.
Untuk menimbulkan nyala pada peralatan yang menggunakan bahan bakar gas,
misalnya kompor gas, kita menggunakan alat penyala atau api penyala. Apabila
temperatur udara bebas ini minimal sama dengan temperatur nyala, maka gas tersebut
berada dalam kondisi autoignition temperature yaitu temperatur terendah dimana
bahan akan terbakar dengan sendirinya tanpa diberi sumber nyala.
5. Batas Nyala (Flammable Range)
Batas nyala (Flammable Range) atau disebut jugabatas meledak(Explosive
Range) adalah perbandingan campuran (dalam bentuk prosentase) antara gas dengan
udara, dimana pada batas tersebut dapat terjadi nyala api atau ledakan. Untuk bisa
terjadi nyala api atau ledakan, besarnya perbandingan antara uap gas dan udara tidak
memiliki nilai (angka) yang tunggal, tetapi merupakan nilai-nilai yang mempunyai
batas bawah dan batas atas. Jadi apabila terjadi campuran antara gas dan udara dalam
rentang nilai bawah dan nilai atas, maka akan terjadi nyala api atau ledakan. Nilai
batas nyala bawah disebut juga Lower Explosive Limit (LEL) yaitu batas minimal
konsentrasi uap bahan bakar di udara dimana bila ada sumber api, gas tersebut akan
terbakar. Sedangkan nilai batas atas atau Upper Explosive Limit (UEL) yaitu batas
konsentrasi maksimal uap bahan bakar di udara dimana bila ada sumber api, gas
tersebut akan terbakar. Batas nyala (Flammable Range) untuk propan adalah antara
2,4% sampai dengan 9,6% dan butan antara 1,9% sampai dengan 8,6%. Ini artinya
bahwa misalnya terjadi campuran 2,4% propan dengan 97,6% udara, maka campuran
tersebut akan dapat menyala, tetapi jumlah gas propan ini merupakan jumlah yang
minimal. Apabila jumlah propan kurang dari 2,4%, maka tidak akan terjadi nyala.
Demikian sebaliknya, apabila jumlah propan lebih dari 9,6% juga tidak akan terjadi
nyala. Sebagai contoh terjadi campuran 15% propan dan 85% udara, maka tidak akan
terjadi nyala. Jadi kesimpulannya bahwa meskipun ada sumber api tetapi karena
perbandingan campuran antara propan dengan udara di bawah atau di atas batas
nyala (Flammable Range) , maka tidak akan terjadi pembakaran.
Dengan mengetahui batas nyala (flammable range) dari gas, kita bisa mencegah dan
mengantsipasi bahaya dari LPG (elpiji) tersebut. Dengan mengetahui bahwa gas akan
terbakar apabila mempunyai campuran dengan udara dengan perbandingan tertentu,
maka apabila ada gas yang bocor, salah satu tindakan sederhana yang bisa lakukan
adalah dengan membuka pintu atau jendela atau berusaha mengipas-ngipas gas
tersebut agar keluar ruangan. Hal ini dimaksudkan gas tersebut komposisi
campurannya kurang dari 1,9% (untuk gas propan). Dengan demikian gas tersebut
tidak bisa terbakar, meskipun ada sumber api.

2.3.3. Tabung Baja LPG


1. Badan tabung
Tabung bertekanan yang dibuat dari plat baja karbon canai panas yang
digunakan untuk menyimpan gas LPG (liquid petrolium gas) dengan
pengisian antara 3 kg (7,3 liter) sampai 50 kg (108 liter) dan memiliki
rancang bangun minimum 18,6 kg/cm2.

2. Klasifikasi
Tabung baja LPG diklasifikasikan menjadi :

a. Kontruksi 2 bagian : 3 kg sampai dengan maksimal 15 kg.


b. Kontruksi 3 bagian : 15 kg sampai dengan maksimal 50 kg.

3. Syarat bahan baku :


bahan untuk tabung sesuai dengan SNI-07-3018-2006, baja lembaran
plat dan gulungan canai panas untuk tabung gas (Bj TG)atau JIS 3116
kelas SG 26 (SG 225), SG 30 (295).

4. Bagian atas dan bagian bawah (top & bottom) untuk kontruksi 2 bagian
dan untuk konstruksi 3 (tuga) bagian, bagian terdiri dari bagian atas,
tengah dan bawah.
5. Cincin leher (neck ring).
6. Pegangan tangan (hand guard)
Gambar 2. Skematis Gambar 3. Skematis bagian-bagian
bagian-

untuk bentuk tiga bagian.


bagian untuk bentuk dua
bagian.
2,4. CNG

Gas alam terkompresi (Compressed natural gas, CNG) adalah alternatif bahan
bakar selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan
bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih 'bersih' bila dibandingkan dengan
dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG
dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam.
CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder.

CNG adalah jenis bahan bakar yang berasal dari gas alam yang terkompresi
pada tekanan penyimpanan 200-240 bar dan dapat digunakan sebagai bahan bakar
pengganti LPG, solar dan bensin. Bahan bakar ini dianggap lebih ramah lingkungan
walaupun masih mengeluarkan sedikit CO2 sebagai hasil pembakarannya, tetapi jika
dibandingkan dengan solar dan bensin, bahan bakar ini lebih ramah lingkungan.
Selanjutnya jika ditinjau dari segi harga, bahan bakar ini lebih ekonomis (murah) bila
dibandingan dengan bahan bakar lainnya. Proses pembuatan CNG dilakukan dengan
cara mengkompresi metana (CH4) yang diekstrak dengan gas alam. Dalam
penyimpanan dan pendistribusian CNG, dilakukan dengan menggunakan bejan
silinder yg bertekanan.

2.4.1 Pentimpanan CNG

Dengan tekanan sebesar 200 bar, tentunya penanganan CNG perlu dilakukan
secara hati-hati. Antara lain dengan menggunakan tangki gas yang memenuhi
persyaratan dan dipasang di bengkel yang direkomendasi. Tangki CNG dibuat
dengan menggunakan bahan-bahan khusus yang mampu membawa CNG dengan
aman. Desain terbaru tangki CNG menggunakan lapisan alumunium dengan
diperkuat oleh fiberglass. Karena CNG lebih ringan dari udara, kebocoran tidak
menjadi terlalu beresiko bila sirkulasi udara terjaga dengan baik. Jika gas terbakar,
mesh logam atau keramik akan mencegah tangki agar tidak meledak.
Sama sekali tidak diperkenankan untuk memodifikasi tangki tersebut. Jika
dianggap tangki yang dibeli volumenya terlalu kecil, lebih baik membeli tangki yang
volumenya lebih besar daripada memodifikasinya sendiri. Jika dilakukan, daya tahan
tangki tersebut terhadap tekanan tinggi menjadi tidak terukur.
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Analisis

Pada pembahasan ini menyajikan data yang diperoleh dari hasil literatur literatur
berupa jurnal ilmiah maupun pencarian dari sumber internet. Selanjutnya data data yang
peneliti peroleh akan dianalisis, dan mendapatkan hasil sebagai berikut :

A.1 Karakteristik LNG

LNG Liquified Natural Gas (LNG) adalah gas bumi yang dicairkan dengan proses
pendinginan hingga mencapai suhu -160 o C pada tekanan 1 atm. LNG memiliki densitas
sekitar 45% dari densitas air, dengan reduksi volume mencapai 1/600 dibanding kondisi
gasnya. Tujuan utama dari pencairan gas bumi adalah untuk memudahkan
transportasinya dari daerah produksi ke konsumen. Komposisi LNG pada umumnya
terdiri dari 85-90% mol metanaa ditambah etana dan sebagian kecil propana, butana,
dan nitrogen. LNG memiliki kandungan energi per volume lebih besar dibandingkan
dengan jenis bahan bakar lain yang bersumber dari gas.

A.2 Keuntungan Penggunaan LNG

1. LNG mempunyai volum yang jauh lebih kecil yaitu 1/600 kalinya dibanding
volum gas alam pada keadaan standar. Compressed Natural Gas (CNG) disimpan
pada tekanan sekitar 250 Bar, sehingga volum CNG menjadi 1/250 kali dari gas
alam pada kondisi standar. Hal ini membuat biaya untuk mengangkut LNG lebih
efisien dibandingkan dengan biaya angkut CNG. Selain itu LNG lebih aman
dibandingkan CNG karena selama transportasi LNG dalam Isotank disimpan pada
tekanan yang jauh lebih rendah yaitu 6-10 bar, dibandingkan CNG yang
mencapai 250 bar.
2. LNG sebagian besar terdiri dari metan, tidak mengandung sulfur dan bahan
ikutan lain sehingga merupakan bahan bakar bersih, ramah lingkungan (rendah
emisi) dan tidak menimbulkan kerak dalam ruang bakar
3. Berat jenis gas LNG lebih rendah dari udara sehingga apabila terjadi kebocoran,
gas LNG akan naik ke udara
4. Tidak beracun dan tidak berbau
5. Harga LNG lebih murah dibandingkan harga minyak diesel/solar sehingga akan
mengurangi biaya energi bagi masyarakat dan pelaku industri serta mengurangi
impor minyak solar/diesel sehingga bisa menghemat devisa. Dengan karakter
tersebut diatas LNG pantas bahkan wajib dinikmati oleh bangsa kita.
B. Perusahaan Cluster

Pabrik ini berlokasi di Gresik dengan bahan baku yang diperoleh dari sumur Bukit Tua, Gresik,
Jawa Timur dengan cadangan gas alam sebesar 52359,62 MMSCFD. Kapasitas pabrik ini adalah 20
MMSCFD dimana kandungan utamanya adalah methane 74,83% mol dan ethane sebesar 6,81% mol.
Impuritiesnya adalah CO2 sebesar 0.86% mol, H2S sebesar 7,41% mol, dan H2O sebesar 0,01% mol.
Suhu feed dari pabrik ini sebesar 28oC dan tekanannya 25 bar. Pabrik Cluster LNG ini memenuhi
kebutuhan LNG untuk PLN wilayah Jawa Timur, Bali dan Lombok sebesar 6,79 MTPA dimana
produksi LNG pabrik ini sebesar 0,13 MTPA sehingga dapat disimpulkan bahwa pabrik ini memenuhi
1,14% kebutuhan LNG PLN untuk Jawa Timur, Bali, dan Lombok.

C. A.3 Uraian Proses

Secara umum :

Berdasarkan tujuan produksinya, proses LNG bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu,
(Chandra, 2006)

a. Base load. Merupakan proses pencairan gas alam menjadi LNG dengan tujuan
pemenuhan kebutuhan akan gas bumi dalam jangka panjang. Secara umum proses ini
memiliki kapasitas penyimpanan yang besar dari sumber gas bumi yang besar tetapi
memiliki laju alir yang relatif kecil sehingga didapat suplai yang tetap.

b. Peak shaving. Merupakan proses LNG dengan tujuan pemenuhan kebutuhan


gas bumi dalam jangka pendek akibat melonjaknya kebutuhan, misalnya saat musim
dingin. Proses ini memiliki laju produksi yang tinggi sehingga bisa memenuhi lonjakan
kebutuhan tersebut. Secara umum proses ini memiliki kapasitas yang kecil hingga
medium dan bersifat short term.
Uraian Proses Pada Pabrik Cluster

Secara garis besar proses di pabrik cluster LNG ini terdiri dari 4 unit. Unit yang pertama adalah
unit dehydration yang berfungsi untuk menghilangkan kadar H2O pada feed gas, agar tidak terjadi
pembekuan H2O selama proses pendinginan. Pada unit dehydration ini dipilih proses adsorption dengan
adsorbent molecular sieve 3A. Proses adsorption dipilih pada unit dehydration dikarenakan dengan
proses ini H2O dapat hilang hingga batas max yakni kurang dari 1 ppm, hal ini sesuai dengan spesifikasi
produk yang diinginkan, proses ini tidak mengadsorp hidrokarbon, proses ini mudah diregenerasi dan
proses ini cocok untuk mengikat H2O yang memiliki ukuran partikel 0,28 nm (2,8 Å).

Unit yang kedua adalah unit acid gas removal yang berfungsi untuk menghilangkan CO2 dan H2S
menggunakan Pressure Swing Adsorption. Metode pressure swing adsorption ini cocok untuk pabrik
dengan kapasitas kecil, allowable untuk kadar H2S yang tinggi dan dapat mengikat CO2 dan H2S juga.
Pada proses ini, melibatkan dua molecular sieve sebagai adsorban yaitu zeolit molecular sieve 13X dan
carbon molecular sieve 3K. Kedua molecular sieve tersebut berfungsi untuk menyerap pengotor-
pengotor yang terikut bersama feed gas. Zeolit berfungsi untuk mengadsorp CO2 dan H2S. Carbon
berfungsi untuk mengadsorp N2.
Unit yang ketiga adalah fractionation unit yang berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan
dengan fraksi berat dari gas alam berdasarkan titik didih komponennya yaitu LNG dan LPG. Plant ini
dibagi menjadi 2 unit yaitu LNG Distillation Column dan LPG Distillation Column. Pada pabrik ini kami
menggunakan propane pre-cooled mixed refrigerant sebagai pendinginnya karena LNG adalah cairan
cryogenic yang berarti temperatur rendah, umumnya di bawah -100o F dan juga proses ini biaya
operasinya lebih murah dibandingkan dengan pendingin nitrogen

Unit yang terakhir adalah unit liquefaction yang berfungsi untuk mencairkan LNG sehingga
mencapai temperatur -161oC. Proses yang digunakan adalah expander cycle dengan refrigerant
nitrogen. Proses ini peralatannya lebih sederhana dan sesuai untuk skala yang kecil serta lebih aman.
Berikut ini adalah Gambar 1 dan Gambar 2 yang menjelaskan keseluruhan proses [6]-[7].

D. Spesifikasi Produk di Pabrik Cluster LNG


E. PERAWATAN

Jenis Pemeliharaan

Pada dasarnya pemeliharaan tangki timbun digolongkan menjadi 2 macam


pemeliharaan. (1) Pemeliharaan rutin, pemeliharaan rutin adalah kegiatan pemeliharaan
atau perawatan asset yang dilakukan secara rutin, dalam jangka waktu tertentu (harian,
mingguan, bulanan, tahunan) antara lain: (a) Level indicator gauge, alat pengukur
ketinggian LPG di dalam storage tank (b) Thermometer, Alat pengukur suhu storage
tank. (c) Manometer, manometer ada 2: Manometer suhu (seperti termometer) dan
Manometer pressure. (d) Tank cleaning, (e) Valve, pengaman pada saluran masuk dan
keluar LPG pada storage tank., (f) Flanges, merupakan penutup yang harus benar-benar
erat menutup, (g) Kalibrasi. (2) Pemeliharaan non rutin pemeliharaan yang tidak
terjadwal (memang tidak bisa dijadwalkan), biasanya memerlukan biaya relative kecil
dan pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga-tenaga teknik bagian tangki timbun, antara
lain: (a) Mechanical seal pecah/retak, mechanical seal berupa karet yang dipasang
sebelum flanges, semacam ring yang digunakan sebagai penahan agar tidak bocor (b)
Globe valve bocor, (c) Mechanical seal rembes yang tidak diperkirakan sebelumnya, (d)
Pengecatan tangki, proses pengecatan keseluruhan storage yang sebelumnya cat lama
telah dikelupas semua. Kegiatan ini dilakukan apabila 60% dari cat storage rusak, (e)
Penggantian plat dinding di samping itu ada alat yang di sebut flow meter dan flow ride.

Perawatan Pemeliharaan dan Perbaikan Storage Tank Daily activity

Pemasangan Scaffolding (tangga), Pemasangan scaffolding (tangga) dimaksudkan untuk


mempermudah proses pemeriksaan, perawatan dan perbaikan pada storage tank. Mengingat
storage tank yang sangat besar dan tinggi., (2.) Pengelupasan cat, pengelupasan di sini di
lakukan pada storage yang catnya rusak, terkena lumut dan sebagainya. Pengelupasan
dimaksudkan agar pengecatan ulang nanti dapat mencapai hasil yang maksimal. Rata dan
dinding storage memiliki ketebalan yang sama., (3.) Penetrant test support, Penetrant Test
Support dilakukan untuk memeriksa apakah pada plat atau sambungan hasil las pada storage
tank terdapat cekungan atau jebakan udara. Karena cekungan atau jebakan udara tersebut
apabila dibiarkan lama-kelaman akan menyebabkan kebocoran pada storage tank. Pada
sambungan hasil las tadi diberi warna merah yang kemudian di-x-ray. Hasil cetakannya
disebut Theodolit atau semacam klise pada film kamera. (4.) Thickness Side Plat, Thickness
side plat dilakukan untuk mengukur ketebalan plat atau sambungan hasil las pada storage
tank. Pengetesan pertama dilakukan secara visual dan menggunakan alat-alat sederhana.
Kemudian dilanjutkan dengan pengetesan yang lebih detail dan teliti menggunakan alat-alat
yang lebih canggih. Alat-alat itu dapat pula digunakan untuk memeriksa ketebalan dinding
storage tank itu sendiri. (5.) Magnetic Test Top Of Nozzle, Nozzles untuk pemadaman. Ujung
pipa untuk memadamkan. Nozzles harus dikalibrasi 6 bulan sekali, magnetic test adalah
mendeteksi secara detail (assesment), bila kelebihan tekanan udara nozzle akan meluap dan
mengeluarkan air dan itu berarti harus diset ulang sebelum magnetic test dilakukan, visual
inspection dilakukan terlebih dulu. Visual Inspection adalah melihat/memeriksa secara fisik.
(6.) Ultrasonic Test, merupakan kegiatan pemeliharaan dengan mengukur ketebalan plat. (7.)
Pengecatan, cat-cat pada Storage tank yang rusak, setelah melalui proses pengelupasan
kemudian dicat ulang. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga ketebalan storage tank. (8.)
Pelepasan scaffolding, setelah proses-proses di atas

F. HAZOP
G. Salah Satu Penggunaan LNG pada Industri Terbesar di Indonesia
 PGN Lewat Anak Usahanya PT PGN LNG Indonesia yang bekerjasama PELINDO III Teluk
Lamong
 PT Krakatau STEEL
 PT Bukit Tua Well, Gresik
 Pertamina
 PT Badak NGL

You might also like