Professional Documents
Culture Documents
i
UNIVERSITAS INDONESIA
Karya ilmiah akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak
OLEH
ARIES CHANDRA ANANDITHA
1106042656
ii
HALAMAN PERNYATAAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NPM : 1106042656
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang atas rahmat
dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir yang berjudul “Penerapan Self Care Deficit
Nursing Theory (SCDNT) pada Anak dengan Penyakit Kronik yang
Mengalami Masalah pada Aktivitas dan Istirahat di Ruang Non Infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta” ini tepat pada waktunya. Berbagai
kesulitan timbul dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini, untuk itu
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN selaku Supervisor Utama, terima kasih atas
setiap ilmu, bimbingan, saran, waktu, dan kesabaran yang diberikan kepada
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
2. Ibu Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An., selaku Supervisor, terima kasih atas
setiap ilmu, bimbingan, saran, waktu, dan kesabarannya selama membimbing
penulis.
3. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Seluruh dosen dan staf non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
5. Direktur RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta beserta Kepala Ruang
Perinalotogi dan Ruang Non Infeksi RSCM yang telah memberikan ijin untuk
praktik dan pengambilan kasus
6. Kepala Puskesmas Beji Depok beserta staf yang telah memberikan ijin untuk
praktik dan pengambilan kasus
7. Teman-teman perawat di Ruang Perinatologi dan Non Infeksi atas bantuan
dan bimbingan yang diberikan selama penulis praktik.
8. Kedua orang tua dan adik tersayang, terima kasih atas semua cinta, doa,
motivasi, dan dukungan yang tiada henti-hentinya.
9. Teman-teman seperjuangan di Residensi Keperawatan Anak angkatan 2013,
terimakasih atas segala dukungan, bantuan, dan motivasi yang kalian berikan
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Penulis
vi
Penyakit kronik adalah masalah kesehatan yang terjadi selama lebih dari tiga
bulan, yang mempengaruhi aktivitas anak, dan membutuhkan hospitalisasi yang
lebih sering, dan perawatan kesehatan dirumah, Contoh dari penyakit kronik
adalah penyakit jantung, kanker, penyakit respirasi kronik, gagal ginjal, dan
diabetes. Kondisi keterbatasan aktivitas yang terjadi pada anak dengan penyakit
kronik adalah seperti sesak saat beraktivitas atau kelemahan otot. Jika anak
mengalami gangguan aktivitas maka istirahatnya juga akan terganggu. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menggambarkan aplikasi Self Care Deficit Nursing
Theory (SCDNT) dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit kronik yang mengalami masalah pada aktivitas dan istirahat. Penelitian
ini menggunakan metode studi kasus pada lima anak dengan penyakit kronik yang
mengalami masalah pada aktivitas dan istirahatnya. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa masalah keperawatan aktivitas dan istirahat seperti hambatan
mobilitas fisik, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur, sudah teratasi.
Namun ada beberapa yang belum teratasi tetapi sudah menunjukkan adanya
perbaikan dari tingkat aktivitas dan kemandirian klien.
Kata Kunci :
Aktivitas dan Istirahat, Penyakit Kronik, SCDNT
viii
Chronic illness is a health problem that occurs for more than three months,
affecting the child’s activities, and require more frequent hospitalization, and
home health care. The chronic illness is such as heart disease, cancer, chronic
respiratory disease, renal failure, and diabetes. The conditions of limitation
activity are activity limitations tightness on exertion or muscle weakness. If the
activity of the child has impaired, the rest also be disrupted. The purpose of this
studi is to describe the application of Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT)
to care the children with chronic illness who have problems in activity and rest.
This study is used case study method on five pediatric chronic illness that have
problems in activity and rest. The result of this study show that the nursing
problem of activity and rest, such as physical mobility impaired, activity
intolerance, and sleep pattern disruption, has been resolved. However there are
some unresolved but has shown that an improvement of the activity and
independence level of clients.
Keywords :
Activity and Rest, Chronic Illness, SCDNT
ix
1. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
1.1 Latar belakang …………………………………….………................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ………………………………….………................... 8
1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................. 8
4. PEMBAHASAN ......................................................................................... 51
4.1 Penerapan Teori Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan ................ 51
4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian
Kompetensi............................................................................................ 60
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
2
15 tahun. Sekitar 90% dari 1 juta anak lahir setiap tahunnya dengan
penyakit jantung kongenital (Proimos & Klein, 2012). Sedangkan menurut
Perrin (2002), anak-anak di Amerika yang hidup dengan penyakit kronik
dan disabilitas serta membutuhkan penanganan pelayanan kesehatan
spesialis sebanyak 15-18%. Peningkatan dalam jumlah anak yang
mengalami penyakit kronik ini tentu berdampak pada peningkatan tuntutan
pelayanan kesehatan dan sosial (Hockenberry, 2009).
Penyakit kronik pada anak tentu berdampak luas terhadap kehidupan anak.
Kondisi kronik dari anak membuat keluarga mempunyai tanggung jawab
dan tugas ekstra (Ray dalam Hockenberry, 2009). Orang tua akan terganggu
dalam hal aktivitas serta pekerjaannya. Ini akan menyebabkan berkurangnya
penghasilan dalam keluarga dan berpotensi mengganggu fisik dan emosi
dari orang tua. Selain itu respon dari saudara kandung anak (sibling) tentu
juga akan terpengaruh. Saudara anak dengan penyakit kronik akan merasa
bersalah, marah, atau cemburu dengan perlakuan yang berbeda pada saudara
mereka yang sakit (Hockenberry, 2009). Sedangkan pada anak dapat terjadi
gangguan fisik, emosi, dan sosial. Dampak fisik yang terlihat adalah anak-
anak dengan penyakit kronik adalah keterbatasan dalam aktivitasnya (Suris,
Michaud, & Viner, 2004).
Aktivitas itu dapat digambarkan dengan aksi yang memerlukan energi atau
menjadi bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas
merupakan tanda dimana seseorang dalam rentang yang sehat ditinjau dari
kemampuan melakukan aktivitasnya. Aktivitas merupakan kesatuan kerja
dari sistem muskuloskeletal dan persarafan (Potter, Perry, Ross-Kerr, Wood,
Astle, & Duggleby, 2014).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
4
Pada pasien-pasien anak dengan kondisi nyeri yang kronik juga berisiko
tinggi untuk mengalami gangguan tidur yang tinggi karena hubungan antara
tidur dan rasa sakit adalah kompleks. Bruni dan Lovelli (2010) meneliti
bahwa pada remaja yang mengalami nyeri, terjadi peningkatan durasi
terbangun dari tidur pada malam hari. Pada remaja dengan nyeri akibat
apendiksitis, orang tua mengatakan anaknya mempunyai kesulitan tidur dan
kelelahan (fatigue) pada siang hari. Tidur adalah kebutuhan seorang bayi
dan anak untuk mengistirahatkan sebagian sel dan jaringan tubuh dan
mengaktifkan sebagian yang lainnya untuk membentuk, memperbanyak dan
memperbaiki sel/jaringan yang rusak. Kebutuhan rata-rata tidur pada anak
usia satu tahun adalah sekitar 10-12 jam per harinya (Bruni & Novelli,
2010).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
5
Pada anak dengan penyakit kronik masalah aktivitas dan istirahat harus
menjadi perhatian perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan yang benar dan profesional adalah yang mengacu pada teori
keperawatan. Teori keperawatan Self Care Deficit Nursing Theory
(SCDNT) dari Dorothea E. Orem adalah salah satu teori yang
menggabungkan aktivitas dan istirahat menjadi satu kebutuhan yang penting
untuk dipenuhi terutama pada anak dengan penyakit kronik.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
6
Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) dari Orem banyak digunakan
dalam berbagai praktik keperawatan terutama pada anak dengan penyakit
kronik. Mosher dan Moore (1998) meneliti tentang penggunaan Self Care
Deficit Nursing Theory (SCDNT) pada perawatan anak dengan kanker.
Laferriere (1995) menggunakan Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT)
dari Orem sebagai kerangka kerja dalam asuhan keperawatan pada
perawatan paliatif (hospice care). Teori Orem ini juga digunakan sebagai
panduan dalam perawatan anak usia delapan tahun dengan leukemia (Foote,
Holcombe, Piazza, & Wright, 1993). Haas (1990) mengaplikasikan Self
Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) dari Orem pada populasi anak
dengan penyakit kronik. Moore dan Beckwitt (2006) meneliti tentang
aplikasi Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) dan intervensi
keperawatan pada anak dengan kanker dan orang tuanya dilihat dari faktor
perawatan diri dan tingkat ketergantungannya. Fan (2008) meneliti tentang
aktivitas perawatan diri berbasis Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT)
pada anak usia sekolah dengan penyakit jantung. Self Care Deficit Nursing
Theory (SCDNT) juga terbukti berpengaruh dalam mengontrol gejala pada
anak dengan penyakit asma (Rantz, 2001).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
7
Dengan adanya aplikasi dari Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT)
dari Orem maka diharapkan jika anak sebagai agen perawatan diri
mengalami gangguan atau masalah pada aktivitas dan istirahatnya yang
dapat menyebabkan terjadinya defisit perawatan diri, perawat dapat
membantu dalam pemenuhan kebutuhan perawatan dirinya. Tiga kebutuhan
perawatan diri menurut Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) dari
Orem dapat dijadikan acuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perumusan masalah, perencanaan tindakan,
implementasi, serta evaluasi pada anak dengan penyakit kronik yang
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
9
Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) pada kasus yang terpilih; bab 3
berisi tentang pencapaian kompetensi ners spesialis keperawatan anak
selama praktik residensi; bab 4 berisi tentang pembahasan yang meliputi
pembahasan tentang pembahasan penerapan teori keperawatan dalam asuhan
keperawatan serta pembahasan praktik spesialis keperawatan anak dalam
pencapaian kompetensi; yang terakhir adalah bab 5 yang berisi tentang
kesimpulan dan saran tentang pelaksanaan residensi secara keseluruhan.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
10
BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.1 Kasus 1
Anak I, laki-laki, usia 17 tahun, dirawat di Ruang Non Infeksi sejak tanggal
10 Maret 2014 dengan diagnosa Thalassemia β mayor. Klien menderita
Thalassemia β mayor sejak usia 4 bulan. Pada bulan November 2013, klien
mendadak lumpuh setinggi pubis, tidak dapat menahan Buang Air Besar
(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK). Lalu dilakukan laminektomi pada
bulan Desember 2013, namun tidak ada perbaikan. Saat ini pasien dirawat
karena Hemoglobin (Hb) 2,6 gr/dl. Selama di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) dirawat tiga hari dan sudah diberikan transfusi darah Packed Red
Cell (PRC) 4 kantong. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data
kesadaran compos mentis, terdapat kelumpuhan di ekstremitas bawah,
kekuatan otot 5│5 untuk ekstremitas atas, 0│0 untuk ekstremitas bawah.
Berat Badan (BB): 45 kg, Tinggi Badan (TB): 155 cm. Tekanan Darah
(TD):108/77 mmHg, Nadi (N): 120x/menit, Suhu (S): 38,5C, Respiratory
Rate (RR): 28x/menit. Akral teraba hangat, Capillary Refill Time (CRT) >
2 detik, SaO2: 87%, telapak tangan terlihat pucat, terdapat luka di mata
kaki. Dari hasil anamnesa didapatkan data bahwa klien sudah seminggu
belum mandi dan cuci rambut. Klien tampak kotor, kuku tangan dan kaki
panjang, mulut dan gigi tampak kotor. Klien terpasang Dower Catheter
(DC), produksi sampai dengan jam 12: 210 cc, terpasang Intra Venous
Fluid Drug (IVFD) KaEN 1B 85 cc/jam. Klien mendapat terapi
Cefotaxime (antibiotik golongan sefalosporin) 3x1 gr/hari.
10 Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
11
2.1.2 Kasus 2
Anak S, 9 tahun, dirawat di ruang Non Infeksi sejak tanggal 19 Maret 2014
dengan diagnosa medis Neuroblastoma post kemoterapi+malfungsi
nefrostomi. Klien menjalani operasi nefrostomi sinistra sejak setahun yang
lalu. Dua minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS), klien dirawat
untuk kemoterapi ke II. Sekarang klien mengalami gangguan BAK
(produksi DC negatif) dan dari selang nefrostomi pada kasa penutup luka
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
12
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
13
Setelah dilakukan intervensi, klien masih batuk, suara nafas ronki masih
ada di paru-paru kanan, RR: 28x/menit, skala nyeri 1, anak sudah bisa tidur
dengan nyenyak di malam hari, anak tidak mual muntah post pemberian
kemoterapi, BB meningkat 300 gram dalam 5 hari perawatan, produksi
nefrostomi (+), tidak ada rembesan, klien sudah dapat duduk dan tiduran
dengan nyaman. Pada hari ke 7 perawatan klien dipulangkan karena kondisi
sudah membaik dan tidak ada efek samping dari pemberian kemoterapi dan
luka nefrostomi sudah membaik, produksi (+) dan tidak merembes lagi.
2.1.3 Kasus 3
Anak Y, laki-laki, usia 18 tahun, dirawat di Ruang Non Infeksi sejak
tanggal 19 Januari 2014 dengan diagnosa medis ALL relaps+Diabetes
Melitus+Otitis Media Kronik. Klien menderita ALL sejak dua tahun yang
lalu dengan pengobatan kemorapi hingga selesei. Namun 1 minggu SMRS,
anak mengalami batuk dan nyeri dada, demam dan keringat dingin di
malam hari, dan nafsu makan berkurang. Klien lalu dibawa ke RSCM. Dari
hasil pemeriksaan fisik tanggal 20 Februari 2014, didapatkan data
kesadaran compos mentis, terdapat petekie diseluruh tubuh, terdapat nyeri
di perut, nyeri hilang timbul dan semakin meningkat jika ditekan. Skala
nyeri Visual Analog Scale (VAS) 6. Klien sering terbangun di malam hari
karena nyeri. Pada kaki dan sacrum terdapat luka dekubitus, terdapat
kelemahan di ekstremitas bawah, kekuatan otot ekstremitas atas: 4│4,
ekstremitas bawah: 3│3.
Sejak masuk RS, gula darah tinggi, BB turun drastis 9,5 kg, Hasil
pemeriksaan gula darah tanggal 20 Februari 2014, Gula Darah Puasa
(GDP): 121 mg/dl, Gula Darah 2 Jam Post Puasa (GD2JPP): 100 mg/dl
(dengan terapi insulin 4 iu sebelum makan). BB: 30,5 kg, TB: 148 cm,
status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah underweight.
TD: 128/82 mmHg, N: 124x/menit, Suhu: 36,3C, RR: 26x/menit. Intake
cairan per oral sampai jam 12 adalah 240 cc (1 hari=720 cc). Jumlah urine
sampai dengan pukul 12 adalah 280 cc. Dari hasil pemeriksaan Darah Panel
Lengkap (DPL) tanggal 19 Januari 2014 didapatkan nilai trombosit
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
15
2.1.4 Kasus 4
Anak N, 17 tahun, dirawat di ruang Non Infeksi sejak tanggal 8 April 2014
dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V. Klien
didiagnosa CKD Stage V sejak dua tahun yang lalu dan menjalani HD
setiap 3x/minggu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data nafas cepat
dan dangkal, tidak ada retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu
nafas, SaO2 89,5%, hasil Blood Gas Analyze (BGA) tanggal 8 April 2014
didapatkan data pH 7,327; pCO2 70,30; pO2 65,10; HCO3 37,2. BB: 35 kg,
TB: 115 cm, status gizi anak berdasarkan IMT adalah normal. TD: 128/80
mmHg, N: 102x/menit, RR: 42x/menit, S: 36,3C. Klien mengatakan pada
malam hari tidak dapat tidur karena sesak nafas, klien tampak mengantuk
di siang hari.
Masalah keperawatan yang muncul pada An. S adalah: 1) Pola nafas tidak
efektif, 2) Kerusakan pertukaran gas, 3) Intoleransi aktivitas, 4) Gangguan
pola tidur
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
16
2.1.5 Kasus 5
Anak T, 7 tahun, dirawat di ruang Non Infeksi sejak tanggal 26 Maret 2014
dengan diagnosa medis ALL pro konsolidasi+Hiperleukositosis. Klien
didiagnosa ALL sejak enam bulan yang lalu dan menjalani kemoterapi fase
konsolidasi. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data nyeri hilang
timbul pada kaki, skala nyeri VAS 5, terdapat hematom di lengan kanan,
kadar trombosit tanggal 23 Maret 2014 adalah 7.103/L. Terdapat
mukositis di bibir atas, klien post koreksi Natrium Bicarbonat 25 mEq
dalam KaEN 1B 500cc 90cc/jam, kadar leukosit tanggal 23 Maret 2014
adalah 20,06.103/L. Balans cairan per 24 jam adalah (+) 45 cc. Klien
tampak pucat, Hb tanggal 23 maret 2014 adalah 5,9 gr/dL, CRT < 2 detik,
SaO2 95%. BB: 19,5 kg, TB: 120 cm, status gizi anak berdasarkan IMT
adalah underweight. TD: 121/87 mmHg, N: 102x/menit, RR: 28x/menit, S:
36,3C. Klien mengatakan pada malam hari tidak dapat tidur karena nyeri
di kakinya, klien tampak mengantuk dan tertidur di siang hari. Klien
mendapatkan terapi cairan KaEN 1B 22 cc/jam dan Amoxiclav (antibiotik
kombinasi amoksisilin dan klavulanat) 1x75 mg/hari, Dexamethasone
(golongan kortikosteroid, anti inflamasi dan anti alergi) 3x4 mg/hari,
Omeprazol (antisekresi, turunan benzimidazole, pompa proton inhibitor)
1x20 mg/hari, allopurinol (xantin oxidase inhibitor) 3x100 mg/hari.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
18
Penyakit kronis akan membatasi aktivitas anak baik sedikit atau banyak dan
keterbatasan itu bersifat hilang timbul. Compas, Jaser, Dunn, dan Rodriguez
(2012) mengatakan bahwa penyakit kronis adalah masalah kesehatan yang
terjadi selama lebih dari tiga bulan, yang mempengaruhi aktivitas normal
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
19
Istirahat adalah salah satu bentuk dari konservasi dan penyimpanan energi
baik secara fisik, mental, maupun emosional. Jadi istirahat adalah proses
penurunan aktivitas fisik yang bertujuan untuk menurunkan stres dan
kelelahan (relaksasi). Istirahat adalah aktivitas dimana terjadi pergerakan
yang minimal, yang tidak akan menghabiskan cadangan energi namun dapat
bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan. Tidur adalah salah satu bentuk
dari istirahat yang reguler dimana dilakukan dalam 6-8 jam per hari. Ini
adalah waktu untuk memperbaiki dan mengistirahatkan sistem tubuh.
Gangguan tidur adalah gangguan dimana tubuh tidak dapat mempertahankan
fisik tetap tenang dan terkontrol, bebas dari kekhawatiran, relaks dari stres
emosional. Seseorang dengan imobilisasi atau intoleransi aktivitas bukan
beristirahat secara emosional, namun lebih pada respon metabolik dimana
terjadi keterbatasan pada aktivitas karena gangguan pernafasan, kelemahan,
dan respon dari penyakit kronis. Beberapa indikator yang menunjukkan
bahwa durasi tidur cukup yang dapat dilihat pada seorang bayi/anak adalah
setelah bangun tidur ia tidak rewel, aktivitas seperti biasa,
menunjukkan mood yang baik dan sebagainya (Bruni & Novelli,
2010). Dengan kata lain, aktivitas fisik adalah bentuk dari proses
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
22
Penerapan SCDNT pada anak dengan penyakit kronis sudah sering diteliti
sebelumnya, diantaranya pada anak usia sekolah dengan diabetes. Spezia
(2001) menyatakan bahwa anak dengan penyakit diabetes terbukti dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dalam perawatan diri. Ini terkait dengan
dengan tingkat perkembangan dan kemandirian dari anak yang
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perawatan diri anak.
Penelitian lain juga dilakukan pada pasien anak dengan asma dengan
menggunakan SCDNT pendekatan sistem keperawatan dimana kesatuan
sistem dari perawat, anak, dan keluarga menjadi kekuatan penting dalam
mengontrol gejala kekambuhan asma. Ini efektif dalam menurunkan risiko
kekambuhan gejala pada anak (Cox, 2001). Pada anak usia sekolah
mempunyai tahap pertumbuhan dan perkembangan sendiri sehingga
kapasitas perawatan diri dan perilaku dari anak usia sekolah memiliki
karakteristiknya sendiri. Pada anak dengan penyakit kronis akan mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri dan mampu mengasumsikan perawatan diri
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
25
Perawatan diri pada pasien kanker yang menjalani terapi radiasi di rawat
jalan mencakup pengendalian efek samping dari pengobatan. Perawat
membantu pasien mengontrol efek samping seperti kelelahan dengan
membimbing pasien untuk memilih tindakan perawatan yang relevaan dan
dapat mengendalikan kelelahan. Teori psycho-biologic-entropy dari
Winningham dan teori fatigue neurophysical dari Grandjean menyatakan
bahwa ada hubungan antara fatigue dan kapasitas energi. Penggunakan
energi dari aktivitas yang dilakukan akan menyebabkan hilangnya energi
dan kemudian jatuh pada keadaan fatigue. Ini berarti bahwa fatigue,
aktivitas, energi, status fungsional dan istirahat merupakan satu kesatuan
yang dialami pasien kanker (Magnan, 2001).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
26
rumah untuk anaknya yang dirawat di rumah sakit. Orang tua menggunakan
makanan sebagai bentuk dari dukungan dan dorongan motivasi pada anak
untuk cepat sembuh.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
28
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
30
Intervensi Keperawatan:
1) Sistem perawatan diri dengan bantuan penuh:
a) Hindarkan anak dari tindakan atau prosedur invasif yang terlalu
sering
b) Cek DPL secara berkala
c) Pantau tanda-tanda vital
d) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter) untuk pemberian
transfusi darah TC
e) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter) untuk pemberian
vitamin K
2) Sistem perawatan diri dengan bantuan sebagian:
a) Anjurkan anak untuk banyak minum
b) Libatkan orang tua untuk segera melaporkan jika ada tanda-
tanda perdarahan
3) Sistem dukungan edukasi:
a) Ajarkan orang tua untuk mengenali tanda-tanda perdarahan
Kriteria Hasil:
1) Balans cairan adekuat
2) Kadar elektrolit dalam batas normal
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal (sesuai usia)
Intervensi keperawatan:
1) Sistem perawatan diri dengan bantuan penuh:
a) Pantau intake, output, dan balans cairan
b) Lakukan hidrasi 24-48 jam sebelum dan 48-72 jam sesudah
pemberian kemoterapi
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
36
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
38
Evaluasi Keperawatan:
S: Anak mengatakan nyeri berkurang kalau sudah minum obat, orang tua
mengatakan semalam anak dapat tidur nyenyak setelah minum obat
O: Skala nyeri VAS 2, nyeri hilang timbul, hematom di lengan kanan sudah
mengecil, tidak ada petekie, epitaksis, kadar trombosit darah tanggal 28
Maret 2014 adalah 17.103/L, Hb tanggal 28 Maret 2014 adalah 11,4
gr/dL, SaO2 95%, CRT<2 detik, TD: 110/92 mmHg, N: 112x/menit, RR:
28x/menit, S: 36,8C, kekuatan otot ekstremitas atas: 5│5, ekstremitas
bawah: 4│4, kadar leukosit tanggal 23 Maret 2014 adalah 1,31.103/L,
balans cairan (+) 280 cc/24 jam, lesi mukositis di bibir atas mulai
mengering, anak tidur malam pukul 20-05, serta anak tampak segar
ketika pagi hari
A: 1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologis sekunder terhadap
kanker (masalah teratasi sebagian)
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan adanya trombositopenia
(masalah tidak terjadi)
3. Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan adanya hiperleukositosis (masalah tidak terjadi)
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya
anemia (masalah teratasi)
5. Perubahan mukosa oral berhubungan dengan efek samping
kemoterapi (masalah teratasi sebagian)
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada
ekstremitas (masalah teratasi sebagian)
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri pada
ekstremitas (masalah teratasi)
P: Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan, kecuali untuk diagnosa
keperawatan nomor 3, 4, dan 7 intervensi dihentikan karena masalah
sudah teratasi.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
41
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
42
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
43
BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI
43 Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
44
pengelola asuhan keperawatan anak pada tingkat menengah dan tinggi pada
berbagai institusi pelayanan kesehatan, serta sebagai peneliti dalam keperawatan
anak.
Praktik residensi keperawatan anak dibagi dalam dua tahapan yaitu praktik klinik
keperawatan anak lanjut I (residensi I) dan praktik klinik keperawatan anak lanjut
II (residensi II) yang dibagi berdasarkan keperawatan anak akut, kronik, dan
perinatologi sesuai dengan peminatan. Residensi I dilaksanakan di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Puskesmas Beji Depok. Pada awalnya, praktik
residensi I dilaksanakan di Puskesmas Beji selama enam minggu yaitu mulai
tanggal 16 September-25 Oktober 2013. Kemudian dilanjutkan di Ruang
Perinatologi RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta selama empat minggu
mulai tanggal 28 Oktober-22 November 2014. Pada akhir residensi I, praktik
residensi dilakukan di Ruang Non Infeksi RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo
Jakarta pada tanggal 25 November 2013-3 Januari 2014. Sedangkan untuk
Residensi II dilakukan di ruang yang telah dipilih residen sesuai dengan
peminatannya yaitu di Ruang Non Infeksi RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo
Jakarta selama 11 minggu yaitu mulai tanggal 24 Februari-9 Mei 2014.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
45
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
47
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
48
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
49
Peran Perawat anak sebagai edukator tercapai pada setiap pelaksanaan dari
intervensi yang disusun residen. Pada penentuan intervensi keperawatan
berdasarkan hasil dari pengkajian, mempunyai satu komponen penting
yaitu edukasi pada pasien. Misalnya untuk masalah keperawatan intoleransi
aktivitas. Residen mengajarkan kepada klien dan keluarga tentang
pembatasan aktivitas yang harus dilakukan klien, faktor pemicu
pembatasan aktivitas, serta menganjurkan peningkatan aktivitas secara
bertahap.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
51
pemberian analgesik. Selain itu, ROM anak juga perlu dilatih dengan
berkolaborasi dengan ahli rehabilitasi medik. Residen bertanggung jawab
sebagai koordinator dan kolaborator untuk memberikan asuhan yang
berkualitas pada klien.
3.2.8 Peneliti
Kompetensi dalam peran sebagai seorang peneliti dicapai dengan
menerapkan hasil-hasil penelitian dalam menyelesaikan masalah klien.
Penerapan EBP dalam proyek inovasi pembuatan media edukasi dan
aplikasi EBN sleep hygiene dalam mengatasi masalah gangguan tidur pada
anak merupakan pencapaian kompetensi residen sebagai peneliti.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
52
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada Bab 4 akan dibahas tentang pembahasan tentang penerapan Self-Care Deficit
Nursing Theory (SCDNT) dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit kronik yang mempunyai masalah pada kebutuhan aktivitas dan
istirahat serta pembahasan tentang praktik spesialis keperawatan anak dalam
pencapaian kompetensinya.
Gangguan pada aktivitas yang terjadi pada anak dengan penyakit kronik
seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal, thalasemia, atau diabetes dapat
berupa sesak saat beraktivitas, nyeri saat beraktivitas, atau ketidakmampuan
melakukan aktivitas. Ini akan berakibat pada munculnya masalah
keperawatan seperti intoleransi aktivitas, hambatan mobilitas fisik, pola
nafas inefektif, nyeri akut, atau sampai pada keadaan kelelahan. Sedangkan
pada anak dengan gangguan pada istirahatnya maka akan mengalami rewel,
lelah, tampak mengantuk, dan tidak segar ketika bangun di pagi hari. Anak-
anak tersebut akan mempunyai masalah keperawatan gangguan pola tidur.
52 Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
53
Pada anak-anak dengan ALL, gangguan tidur terjadi pada 87% anak pada
fase maintenance kemoterapi. Banyaknya angka gangguan tidur secara
positif berhubungan dengan angka kejadian fatigue dan berhubungan dengan
efek samping dari pengobatan misalnya dexamethasone (Owens, 2011).
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan data bahwa pada kelima
pasien mengalami gangguan pada aktivitas. Gangguan aktivitas yang
terjadi kebanyakan disebabkan oleh nyeri dan sesak. Namun ada
beberapa gangguan aktivitas karena kelemahan atau paralisis pada
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
57
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melakukan implementasi. Evaluasi
keperawatan dilakukan dengan menilai keberhasilan tindakan
keperawatan, keoptimalan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat
klien, serta mengukur kriteria hasil yang dicapai. Pada kasus 1 setelah
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
59
secara kognitif membuat keputusan perawatan diri yang tepat (Chang &
Klitzner, 2003).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
62
Pada enam minggu terakhir di residensi I dan sebelas minggu di residensi II,
residen telah mencapai kompetensi seperti melakukan asuhan keperawatan
pada anak dengan gangguan hematologi (thalasemia, Idiopatic
Trombositopenia Purpura (ITP)), masalah onkologi (leukemia,
retinoblastoma, neuroblastoma), gangguan kardiovaskuler (hipertensi
pulmonal, PJB), gangguan sistem perkemihan (Chronic Kidney Disease
(CKD)). Target kompetensi seperti manajemen nyeri, manajemen persiapan
kemoterapi, memantau efek kemoterapi, manajemen efek kemoterapi,
edukasi meningkatkan kepatuhan, serta merawat luka kanker juga tercapai di
Ruang Non Infeksi. Selain itu, pada Ruang Non Infeksi didapatkan banyak
kompetensi prosedur umum yang tercapai seperti melakukan pembersihan
jalan nafas, memberikan transfusi darah, menghitung kebutuhan cairan dan
balans cairan, melakukan pemberian cairan parenteral, menghitung
kebutuhan nutrisi dan melakukan evaluasi status nutrisi, memberikan asupan
nutrisi via oral, Naso Gastro Tube (NGT), Total Parenteral Nutrition
(TPN), memasang infus, mengoperasikan infuse pomp, melakukan edukasi
pada klien dan keluarga, serta terapi bermain.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
63
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
64
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Praktik residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak merupakan program
pendidikan profesi yang berlandaskan pada pencapaian kompetensi
pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan terampil dan inovatif
dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Praktik
residensi keperawatan anak dibagi berdasarkan keperawatan anak akut,
kronik, dan perinatologi sesuai dengan peminatan. Residen melakukan
praktik keperawatan anak akut dilakukan di Puskesmas Beji,
keperawatan anak kronik di ruang Non Infeksi RSCM, serta perinatologi
di Ruang Perina RSCM.
64 Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
65
5.2 Saran
Setelah menerapkan SCDNT dari Dorothea E. Orem dalam pemenuhan
asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kronis yang mempunyai
masalah pada kebutuhan aktivitas dan istirahat dalam praktik residensi
keperawatan anak, maka saran yang residen berikan adalah sebagai berikut:
1. Penerapan SCDNT dalam menyelesaikan masalah pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan istirahat masih kurang sempurna karena belum
diaplikasikan pada semua usia anak. Untuk itu perlu adanya penelitian
lebih lanjut terkait penerapan teori keperawatan pada semua usia anak
(termasuk anak yang lebih kecil).
2. Penerapan SCDNT dalam asuhan keperawatan anak dengan penyakit
kronis masih belum mencakup semua aspek dalam proses keperawatan.
Penggunaan format intervensi, implementasi, dan evaluasi masih
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK LANJUT 1
73
74
6. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
2. Membuat jurnal reflektif 1. Membuat jurnal reflektif berdasarkan 1. Praktek 28 Oktober-24 Jurnal reflektif
analisis dari pengalaman menarik lapangan November 2013
yang ditemui selama melakukan 2. Diskusi
praktek di lapangan 3. Tutorial
2. Melakukan diskusi tentang
pengalaman tersebut dengan
supervisor dan kelompok
3. Mengaplikasikan satu teori 1. Melakukan studi literatur 1. Praktek 28 Oktober-24 Format asuhan
keperawatan yang sesuai 2. Membuat rencana pelaksanaan lapangan November 2013 keperawatan
dengan lingkup praktek 3. Menerapkan teori keperawatan sesuai 2. Diskusi berdasarkan teori yang
keperawatan anak dengan perencanaan yang telah 3. Tutorial digunakan
ditentukan
4. Melakukan evaluasi terhadap
keefektifan penerapan teori
keperawatan
4. Melakukan proyek inovasi 1. Mengkaji kebutuhan ruangan 1. Diskusi 28 Oktober-24 Laporan Proyek
2. Melakukan tinjauan literatur 2. Presentasi November 2013 Inovasi
berdasarkan penelitian terkait 3. Praktek
kebutuhan ruangan Lapangan
3. Melakukan proyek inovasi
4. Melalukan evaluasi setelah
implementasi dari proyek inovasi
Depok, September 2013
Supervisor, Praktikan,
6. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
81
82
6. Mendokumentasikan asuhan
86
b. Mampu memberikan asuhan Melaksanakan asuhan keperawatan yang Anamnesa, 17 Februari-9 Laporan asuhan
keperawatan pada klien komprehensif pada anak yang pemeriksaan fisik, Mei 2014 keperawatan
anak sesuai tahapan tumbuh mempunyai masalah pada kebutuhan pemeriksaan menggunakan format
kembangnya terutama yang aktivitas dan istirahat serta masalah laboratorium yang digunakan
mempunyai masalah pada onkologi sesuai dengan tahapan tumbuh ruangan dan teori
kebutuhan aktivitas dan kembangnya, yang meliputi: keperawatan yang
istirahat serta masalah 1. Melakukan pengkajian keperawatan digunakan
onkologi seperti anak secara holistik, meliputi:
retinoblastoma, a. Mengkaji keluhan, riwayat
osteosarkoma, pain cancer, kesehatan (sekarang dan lalu,
leukemia minimal 1 kasus keluarga), riwayat kehamilan, dan
kelahiran melalui anamnesa
b. Melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan perkembangan terkait
keganasan, pengkajian efek
samping pemberian kemoterapi
sebelumnya
c. Mengkolaborasi berbagai bentuk
pemeriksaan penunjang sesuai
dengan penyakit yang diderita anak
meliputi pemeriksaan darah, urine,
feses, foto, LP, BMP
2. Menganalisis data dan merumuskan
diagnosa keperawatan
a. Menginterpretasi data hasil
pengkajian
b. Merumuskan diagnosa
keperawatan yang sesuai
berdasarkan klasifikasi NANDA
c. Menentukan prioritas masalah
berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah diangkat
87
6. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
c. Mampu memberikan asuhan Melaksanakan asuhan keperawatan yang Anamnesa, 17 Februari-9 Laporan asuhan
keperawatan pada klien komprehensif pada anak yang pemeriksaan fisik, Mei 2014 keperawatan
anak sesuai tahapan tumbuh mempunyai masalah pada kebutuhan pemeriksaan menggunakan format
kembangnya terutama yang aktivitas dan istirahat serta gangguan laboratorium yang digunakan
mempunyai masalah pada pada pembekuan/kelainan darah sesuai ruangan dan teori
89
h. Menciptakan dan
mempertahankan lingkungan yang
nyaman
i. Melakukan teknik pain
management
j. Melakukan paliative care
k. Memberikan discharge planning
l. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
6. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
d. Mampu memberikan asuhan Melaksanakan asuhan keperawatan yang Anamnesa, 17 Februari-9 Laporan asuhan
keperawatan pada klien komprehensif pada anak yang pemeriksaan fisik, Mei 2014 keperawatan
anak sesuai tahapan tumbuh mempunyai masalah pada kebutuhan pemeriksaan menggunakan format
kembangnya terutama yang aktivitas dan istirahat serta gangguan laboratorium yang digunakan
mempunyai masalah pada pada kardiovaskuler sesuai dengan ruangan dan teori
kebutuhan aktivitas dan tahapan tumbuh kembangnya, yang keperawatan yang
istirahat serta gangguan meliputi: digunakan
pada kardiovaskuler 1. Melakukan pengkajian keperawatan
(penyakit jantung) seperti anak secara holistik, meliputi:
CHD, CHF, RHD, a. Mengkaji keluhan, riwayat
Kawasaki Disease, PJB kesehatan (sekarang dan lalu,
minimal 1 kasus keluarga), riwayat kehamilan, dan
kelahiran melalui anamnesa
b. Melakukan pemeriksaan fisik dan
92
6. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
e. Mampu memberikan asuhan Melaksanakan asuhan keperawatan yang Anamnesa, 17 Februari-9 Laporan asuhan
keperawatan pada klien komprehensif pada anak yang pemeriksaan fisik, Mei 2014 keperawatan
anak sesuai tahapan tumbuh mempunyai masalah pada kebutuhan pemeriksaan menggunakan format
kembangnya terutama yang aktivitas dan istirahat serta gangguan laboratorium yang digunakan
mempunyai masalah pada pada sistem perkemihan sesuai dengan ruangan dan teori
kebutuhan aktivitas dan tahapan tumbuh kembangnya, yang keperawatan yang
istirahat serta gangguan meliputi: digunakan
pada sistem perkemihan 1. Melakukan pengkajian keperawatan
(penyakit ginjal) seperti anak secara holistik, meliputi:
GGA, GGK, Sindrom a. Mengkaji keluhan, riwayat
Nefrotik minimal 1 kasus kesehatan (sekarang dan lalu,
keluarga), riwayat kehamilan, dan
kelahiran melalui anamnesa
b. Melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan perkembangan terkait
sistem perkemihan
c. Mengkolaborasi berbagai bentuk
pemeriksaan penunjang sesuai
dengan penyakit yang diderita anak
meliputi pemeriksaan darah, urine,
feses, foto)
2. Menganalisis data dan merumuskan
diagnosa keperawatan
a. Menginterpretasi data hasil
95
6. Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
97
99
UNIVERSITAS INDONESIA
EVIDENCE-BASED NURSING
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR REFERENSI
10th World Congress Self-Care and Nursing. (2008). Self-care & dependent-care
nursing. The Official Journal of The International Orem Society, Vol. 16,
No. 2
Allison, S.E. (2007). Self-care requirements for activity and rest: an orem nursing
focus. Nursing Science Journal, Vol. 20, No. 1, pp. 68-76
Compas, B., Jaser, S., Dunn, M., & Rodriguez, E. (2012). Coping with chronic
illness in childhood and adolescence. Annu Rev Clin Psychol, Vol. 8, pp.
455-480
Foote, A., Holcombe, J., Piazza, D., & Wright, P. (1993). Orem’s theory uses as
guide for the nursing care of an eight-year-old with leukemia. Journal of
Pediatric Oncology Nursing, Vol. 10, No. 1, pp. 26-32
Gaffney, K. & Moore, J.B. (1996). Testing orem’s theory of self-care deficit:
dependent care agent performance for children. Nursing Science Journal,
Vol. 9., Issue 4, pp. 160-164
Green, R. (2012). Application of the self-care deficit nursing theory to the care of
children with special health care needs in the school setting. The Official
Journal of The International Orem Society, Vol. 19, No,1, pp. 35-40
67 Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
68
Haas, D.L. (1990). Application of orem’s self-care deficit theory to the pediatric
chronically ill population. Issues Comprehensive Pediatric Nursing, Vol.
13, No. 4, pp. 253-264
Hansen, G.R. & Streltzer, J. (2005). The psychology of pain. Emergency Medicine
Clinics of North America, Vol. 23, pp. 339-348
Indanah. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Self Care Behavior
pada Anak Usia Sekolah dengan Talasemia Mayor di RSUPN Dr.
Ciptomangunkusumo Jakarta. Tesis pada Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan FIK UI
Jaarsma, T., Riegel, B., & Stromberg, A. (2012). A middle-range theory of self-
care of chronic illness. Advances in Nursing Science, Vol. 35, No. 3, pp.
194-204
Kyristsi, H., Matziou, V., Papadatou, D., Evagellou, E., Koutelekos, G., &
Polikandrioti, M. (2010). Self concept of children and adolescents with
cancer. Health Science Journal, Issue 3
Laferriere, R.H. (1995). Orem’s theory in practice. Hospice nursing care. Home
Health Nursing Journal, Vol. 13, No. 5, pp. 50-54
Lee, Y., Lin, D., & Tsai, S. (2008). Disease knowledge and treatment adherence
among patients with thalassemia major and their mothers in Taiwan .
Journal of Clinical, Vol. 18. pp. 529-538
Lenoci, J., Telfair., J., Cecil, H., & Edward, R. (2002). Self-care in adult with
sickle cell disease. West J Nurs Res, Vol. 24., p. 228
Magnan, M.A. (2001). Self-care and health in persons with cancer-related fatigue:
refinement and evaluation of orem’s self-care framework. Proquest of
Theses and Dissertation
Moore, J.B. & Beckwitt, A.E. (2004). Children with cancer and their parents: self
care and dependent-care practice. Issue in Comprehensive Pediatric
Nursing, Vol. 27, No.1, pp. 1-17
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
69
Moore, J.B. & Beckwitt, A.E. (2006). Self-care operations and nursing
interventions for children with cancer and their parents. Nursing Science
Journal, Vol. 19, No. 2, pp. 147-156
Mosher, R.B. & Moore, J.B. (1998). The relationship of self-concept and self care
in children with cancer, Nursing Science Journal, Vol. 11, No. 3, pp. 116-
122
Potter, P., Perry, A., Ross-Kerr, J., Wood, M., Astle, B., & Duggleby. (2014).
Canadian Fundamentals of Nursing, 5th Edition. Canada: Mosby Elsevier
Suris, J.C., Michaud, P.A., & Viner, R. (2004). Adolescent with a chronic
condition, part 1: developmental issues. Arch Dis Child, Vol. 89, pp. 938-
942
Taylor & Renpenning. (2011). Self-Care Science, Nursing Theory and Evidence-
Based Practice. Springer publishing company
Torrance, N., Elliott, A., Lee, A., & Smith, B. (2010). Severe chronic pain is
associated with increased 10 year mortality. A cohort record linkage stude.
European Journal of Pain, Vol. 14., Issue 4., pp. 300-306
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
103
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu gejala dari CRF adalah gangguan tidur. Gangguan tidur pada
anak dapat terjadi karena masalah kesehatan seperti nyeri, stres, depresi,
penggunaan obat-obatan. Beberapa penelitian terbaru meneliti bahwa pada
anak dan remaja dengan kanker yang menjalani kemoterapi memiliki
kualitas tidur yang lebih buruk secara signifikan dibandingkan dengan
teman-temannya yang sehat. CRF karena gangguan tidur dipengaruhi oleh
waktu dan jumlah sesi pada kemoterapi. Pada anak-anak dengan ALL,
gangguan tidur terjadi pada 87% anak pada fase maintenance kemoterapi.
Banyaknya angka gangguan tidur secara positif berhubungan dengan angka
kejadian fatigue dan berhubungan denga efek samping dari pengobatan
misalnya dexamethasone (Owens, 2011).
Pada pasien-pasien anak dengan kondisi nyeri yang kronis juga beresiko
tinggi untuk mengalami gangguan tidur yang tinggi karena hubungan antara
tidur dan rasa sakit adalah kompleks. Dalam sebuah penelitian menyebutkan
bahwa pada remaja yang mengalami nyeri, terjadi peningkatan durasi
terbangun dari tidur pada malam hari. Pada remaja dengan nyeri akibat
apendiksitis, orang tua mengatakan anaknya mempunyai kesulitan tidur dan
kelelahan (fatigue) pada siang hari (Bruni & Lovelli, 2009).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
105
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
106
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan intervensi asuhan keperawatan sleep hygiene terhadap
gangguan tidur pada anak berdasarkan evidence-based nursing di Ruang
Non Infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran gangguan tidur pada anak yang dirawat di Ruang
Non Infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
2. Diketahuinya efektivitas penerapan sleep hygiene terhadap pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang dirawat di Ruang Non
Infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
3. Diketahuinya faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan EBN
sleep hygiene pada anak yang dirawat di Ruang Non Infeksi RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Layanan dan Masyarakat
Sebagai informasi untuk para praktisi keperawatan mengenai inovasi dalam
pemberian pelayanan keperawatan yang berdasarkan evidence based
practice mengenai intervensi sleep hygiene terhadap masalah gangguan
tidur pada anak
1.4.2 Manfaat bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai dasar penelitian-penelitian selanjutnya dalam pengembangan
asuhan keperawatan yang berdasarkan evidence based practice sebagai
intervensi pada keperawatan anak.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
107
BAB 2
107
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
108
d. BioMedCentral
e. ScienceDirect
f. Clinical Evidence
g. Medscape
h. NIH-PA
i. Proquest
2.3.4 Hasil Penelusuran
a. Sleep hygiene intervention for youth aged 10 to 18 years with
problematic sleep: a before-after pilot study
Author: Evan Tan, Dione Healey, Andrew R Gray, and Barbara C Galland
Publish on: BMC Pediatric, Vol. 12, p. 189
Hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukkan bahwa program
edukasi Sleep Hygiene yang berdasar pada F.E.R.R.E.T. (Food,
Emotion, Routine, Restrict, Environment, and Timing) terbukti efektif
dalam meningkatkan tidur pada anak dan remaja. Namun
bagaimanapun ini adalah penelitian sebelum dan sesudah dan sebuah
penelitian dengan beberapa keterbatasan, namun itu dapat dikurangi
dengan adanya randomised controlled trial untuk membuktikannya.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
109
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
110
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Fatigue
Fatigue adalah kelelahan dimana keadaan psikofisiologi yang bekerja pada
subyek yang terlibat dan/ atau untuk melanjutkan kegiatan fisik atau
kognitif yang berat. Dalam berbagai kondisi patologis, fatigue adalah
kehilangan fungsi homeostatis dan menampilkannya sebagai gejala
(Romani, 2008).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
112
e. Distress emosional
Koping seseorang yang terdiagnosis kanker ikut berkontribusi sebagai
penyebab fatigue dan gangguan tidur. Kemampuan untuk berkonsentrasi
dan menyerap informasi-informasi baru, membuat keputusan, serta
koping karena cemas dan depresi membutuhkan tambahan energi.
f. Nyeri
Seseorang dengan kanker darah mempunyai kemungkinan untuk
menderita nyeri yang dapat menyebabkan gangguan tidur, keterbatasan
aktivitas, serta mengakibatkan kelelahan yang intensif.
g. Masalah kesehatan lainnya
Gangguan pada tiroid, penyakit infeksi, disfungsi organ jantung, paru-
paru, hati, atau neurologis dapat menyebabkan atau memperburuk
fatigue.
h. Pengobatan kanker
Kemoterapi, pengobatan kemoterapi yang melintasi sawar darah otak
dapat menyebabkan neurotoksik yang menyebabkan terjadinya fatigue.
Radioterapi, pengobatan dengan radiasi dapat menyebabkan anemia,
diare, penurunan berat badan, anoreksia, dan nyeri kronis (Chang, Yang-
Ming, & Mu, n.d.)
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
113
a. Usia 1-4 minggu. Pola tidur bayi baru lahir adalah sebentar-bentar namun
sering. Kebutuhan tidurnya sekitar 15-18 jam. Pola tidurnya belum teratur,
karena belum mempunyai jam biologis sendiri. Untuk bayi prematur,
umumnya pola tidurnya lebih lama dari bayi normal pada umumnya.
Jumlah tidur yang dibutuhkan : 10,5 - 18 jam / hari.
b. Usia 1-4 bulan. Pola tidur pada usia ini mulai terbentuk. Durasi paling
lama untuk sekali tidur bisa 4-6 jam. Kebutuhan tidur perhari adalah 14-15
jam. Namun bayi masih rancu membedakan siang dan malam, jadi bagi
mereka tidak ada tidur siang atau pun malam.
c. Usia 8-12 bulan. Idealnya pada usia ini tidur dalam 15 jam sehari. Pola
tidurnya sudah seperti orang dewasa. Lebih banyak di malam hari, bisa
mulai tidur pukul 19.00 bangun sekitar pukul 07.00 atau bahkan lebih
siang. Sementara tidur siang biasanya pukul 10 atau 12, selama 1-2 jam
atau bisa lebih.
d. Usia 1-3 tahun. Tidur siang semakin sedikit, hanya tidur siang dalam
sehari dan berlangsung sekitar 1-3 jam, sisanya dihabiskan di malam hari.
Kebutuhan tidurnya 12-14 jam, namun biasanya hanya mendapatkan
waktu sampai 10 jam per harinya.
e. Usia 3-6 tahun. Kebutuhan tidurnya 10-12 jam per hari.Jika kecukupan
tidur terpenuhi di malam hari anak tidak perlu tidur siang.
f. Usia 7-12 tahun. Tidur malamnya semakin larut dan biasanya hanya tidur
9-10 jam per hari, bahkan tak jarang lebih sedikit karena tugas atau
menonton televesi. Siang hari hampir jarang tidur, kalau pun tidur kira-
kira 2-3 jam (Children Sleep Clinic)
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
114
Pada pasien dengan kanker mempunyai resiko yang besar untuk mengalami
insomnia dan gangguan siklus tidur-terjaga. Insomnia sering terjadi pada
pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker. Kecemasan dan depresi
adalah respon psikologis yang mungkin muncul jika pasien mengalami
gangguan tidur. Intervensi untui insomnia antara lain sleep hygiene, terapi
perilaku, latihan fisik, dan intervensi lainnya yang meliputi terapi ekspresif,
menulis ekspresif, healing touch, massage, yoga, akupuntur, aromaterapi,
terapi musik, dan lain-lain. AASM dan NHS merekomendasikan edukasi
tentang sleep hygiene seharusnya menjadi standar untuk manajemen
insomnia karena sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa sleep
hygiene sebagai intervensi tunggal terbukti dapat mengurangi gangguan
tidur. Edukasi tentang sleep hygiene mencakup bangun di waktu yang sama
setiap hari, menjaga waktu tidur yang konsisten, latihan secara teratur
namun tidak dalam waktu 2-4 jam sebelum tidur, melakukan aktivitas yang
menenangkan sebelum tidur, menjaga suasana kamar tetap tenang dan
temperatur yang stabil, jangan melihat jam pada malam hari, mengurangi
konsumsi kafein dan nikotin maksimal 6 jam sebelum tidur, dan jangan
minum banyak sebelum tidur. Sedangkan Cognitive Behavioral Therapy
(CBT) bertujuan untuk meningkatkan waktu tidur melalui pendekatan
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
115
Tan, Healey, Gray, dan Galland (2012), menjelaskan bahwa sleep hygiene
mencakup F.E.R.R.E.T. yaitu food, emotion, routine, restrictm dan
environment. Jan, et al. (2008) menyebutkan bahwa edukasi sleep hygiene
untuk anak meliputi sebagai berikut:
a. Jaga waktu tidur yang konsisten dan waktu bangun setiap hari dalam
seminggu. Pada akhir pekan dapat tidur lebih larut, tidak mengikuti
jadwal hariannya.
b. Hindari menghabiskan banyak waktu selain tidur di tempat tidurnya.
Menghabiskan waktu di tempat tidur sebelum waktu tidur dengan
melakukan aktivitas yang lain dapat membuat otak terjaga kerika
waktu tidur
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
116
c. Kamar tidur anak harus tenang dan nyaman, dengan suhu ruangan
yang sedang. Jauhkan dari jam dinding untuk mencegah anak melihat
jam ketika tidur.
d. Waktu tidur harus mengikuti urutan kegiatan yang sudah diprediksi
misalnya tidur setelah menyikat gigi dan membaca cerita.
e. Hindari memberikan anak minuman yang mengandung kafein (soda,
coklat, teh, kopi) di sore atau malam hari. Walaupun kafein tidak
mencegah anak tertidur namun dapat menyebabkan anak tidur
dangkal atau sering terbangun di malam hari.
f. Jika anak terjaga di termpat tidur, usahakan anak keluar dari tempat
tidur untuk melakukan aktivitas stimulasi yang rendah seperti
membaca, baru kemudian kembali ke tempat tidur. Ini akan
menghindarkan anak dari rasa tidak mengantuk ketika berhubungan
dengan tempat tidur. Jika masih terjaga setelah 20-30 menit, lakukan
aktivitas 20 menit lagi sebelum berbaring lagi
g. Hindarkan ―worry time‖ di jam tidur. Anak dengan masalah
ketakukan menjelang tidur harus dijadwalkan untuk mendiskusikan
dengan orang tuanya tentang ketakutannya sebelum waktu tidur
h. Anak-anak harus ditempatkan di tempat tidut ketika belum
mengantuk atau masih terjaga. Membiarkan mereka tertidur di tempat
lain akan membentuk kebiasaan untuk sulit isitrahat di tempat tidur
i. Benda-benda yang aman di tempat tidur sering membantu anak yang
membutuhkan transisi untuk merasa aman ketika orang tuanya tidak
berada di dekat mereka. Cobalah meletakkan boneka, mainan, atau
selimut ketika anda memeluk atau membuat anak nyaman. Ini dapat
membantu anak merasakan kehadiran ―teman‖.
j. Ketika mengecek anak pada malam hari, pemeriksaan harus ―singkat
dan sering‖. Ini bertujuan untuk meyakinkan anak bahwa orang tua
ada yang meyakinkan mereka baik-baik saja.
k. Jika anak tidak pernah mengantuk di waktu yang dijadwalkan, coba
lakukan penundaan sementara waktu tidur dengan 30 menit secara
bertahap sampai anak mulai mengantuk, sehingga mereka tertidur
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
117
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
118
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
119
2) Beta-Blocker
Beta-Blocker dapat menyebabkan sering terbangun di malam hari
dan mimpi buruk sehingga dapat mengganggu tidur anak. Contoh
golongan Beta-Blocker adalah atenolol (Tenormin), carvedilol
(Coreg), metoprolol (Lopressor, Toprol), propranolol (Inderal),
sotalol (Betapace), timolol (Timoptic) and obat lain yang
berakhiran "-olol."
3) Kortikosteroid
Kortikosteroid mengaktifkan kelenjar adrenal sehingga
menyebabkan badan tetap terbangun dan menstimulasi pikirannya
tetap aktif sehingga anak tetap terjaga. Contoh golongan
kortikosteroid adalah : cortisone, methylprednisolone (Medrol),
prednisone (sold under many brand names, such as Deltasone and
Sterapred) dan triamcinolone.
4) Anti Depresan (SSRI)
Hasil penelitian menyebutkan bahwa anti depresan dapat
menyebabkan agitasi, insomnia, tremor sedang, dan inpulsif.
Contoh golongan SSRI adalah clomipramine, duloxetine,
dan venlafaxine
5) ACE Inhibitor
ACE inhibitor dapat menyebabkan peningkatan kadar bradikinin
(peptida yang memperbesar pembuluh darah). Kadar bradikinin
yang meningkat dapat menyebabkan anak batuk kering. Selain itu
ACE inhibitor juga menyebabkan gangguan keseimbangan
elektrolit dan diare. Ini yang menyebabkan ACE inhibitor dapat
meningkatkan insomnia pada anak. Contoh obat-obatan golongan
ACE inhibitor adalah benazepril (Lotensin), captopril (Capoten),
enalapril (Vasotec), fosinopril (Monopril), lisinopril (Prinivil,
Zestril), moexipril (Univasc), perindopril (Aceon), quinapril
(Accupril), ramipril (Altace) dan trandolapril (Mavik).
6) Angiotensin II-Reseptor Blockers (ARBs)
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
120
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
121
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
122
jam sekali
(kurang dari 6
kali
pemberian per
hari)
Obat-obatan Toleransi waktu - Analgesik
yang pemberiannya adalah - Diuretik
diberikan 25% dari interval - Anti konvulsi
lebih sering dosisnya
dari - Pemberian 1 jam
pemberian sekali: +/- 15 menit
harian, namun dari waktu pemberian
waktu - Pemberian 2 jam
pemberiannya sekali: +/- 30 menit
lebih dari 4 dari waktu pemberian
jam sekali - Pemberian 3 jam
(lebih dari 6 sekali: +/- 45 menit
kali dari waktu pemberian
pemberian per
hari)
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
123
BAB 4
PELAKSANAAN
123
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
124
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
125
memakai pakaian
tidur dan bantal
atau boneka
kesayangan
Timing Coba untuk tidak Aturan dapat Cobalah untuk
tidur lebih atau dijaga 30 menit mentaati aturan
kurang dari jam sebelum tidur
tidur yang atau 3 jam
direkomendasikan
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
126
BAB V
126
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
127
5.3 Kesamaan/Keragaman
Pada ketiga jurnal tersebut menunjukkan hasil yang sama tentang pengaruh
sleep hygiene. Sleep hygiene sebagai salah satu dari terapi perilaku kognitif
terbukti efektif untuk menurunkan gangguan tidur pada anak. Dari jurnal
yang berjudul ―Nighttime Sleep Disruptions, the Hospital Care
Environment, and Symptoms in Elementary School-Age Children With
Cancer‖ didapatkan bahwa faktor cahaya, suhu, dan suara terbukti
mempengaruhi gangguan tidur pada anak. Ketiga faktor tersebut tercakup
dalam faktor lingkungan dalam edukasi sleep hygiene.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
128
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
129
BAB VI
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Pelaksanaan
Proyek inovasi pelaksanaan evidence-based nursing dilakukan di Ruang
Non Infeksi Anak Gedung A lantai 1. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Setelah penyusunan proposal, tahap selanjutnya adalah presentasi
proposal proyek inovasi. Presentasi dilakukan pada hari Jumat, tanggal
14 Maret 2014 di Ruang Panel lantai 5 IKA RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo pada pukul 13.00-16.00. Presentasi dihadiri oleh 24
peserta undangan yang terdiri dari Perwakilan Bidang Keperawatan,
Perwakilan Penanggung Jawab Divisi Keperawatan Anak, perwakilan
perawat dari 7 Departemen Anak, Supervisor Ruangan, Head Nurse,
Perawat Primer (PP), Perawat Associate (PA), dan mahasiswa. Kegiatan
diawali dengan presentasi proposal dan dilanjutkan dengan kegiatan
diskusi. Hasil dari kegiatan presentasi ini adalah:
a. Proposal EBN Penerapan Sleep Hygine ini setelah disetujui dan
diijinkan oleh Supervisor Ruangan, Head Nurse, dan PP untuk
dilaksanakan pada pasien dengan gangguan pola tidur di Ruang Non
Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
b. Rencana pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam waktu 1 bulan.
c. Rencana evaluasi akan dilaksanakan pada minggu ke 2-3 bulan April
2014
2. Tahap Pelaksanaan
Penerapan proyek inovasi sleep hygiene dilaksanakan mulai tanggal 17
Maret sampai dengan 11 April 2014. Adapun tahap pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan sleep hygiene dilaksanakan pada tanggal 17 Maret sampai
dengan 11 April 2014 pada pasien anak di Ruang Non Infeksi Gedung A
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
131
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
132
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
133
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
134
15
An. H
10
An. Ta
5
An. K
0
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII An. N
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
135
4
An. H
2 An. Ta
An. K
0
An. N
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII
2 An. Ti
1.5 An. H
1 An. Ta
0.5 An. K
0 An. N
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII
3
An. R
2.5 An. S
2 An. Ti
1.5 An. H
An. Ta
1
An. K
0.5 An. N
0
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
136
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
137
6.2 Pembahasan
Hasil pengukuran pola tidur menggunakan Children’s Sleep Habits
Questionnaire (CSHQ) sebelum dilakukan intervensi menunjukkan bahwa
pada ketujuh pasien mempunyai masalah yang berhubungan dengan
gangguan tidur yang berbeda-beda. Enam anak terganggu tidurnya karena
terjadi gangguan pada fisiknya, satu anak karena pengaruh tindakan
perawatan. Pada anak dengan kanker, sekitar 45% anak mengalami
gangguan tidur (National Cancer Institute, 2010). Masalah tidur
kemungkinan berhubungan dengan faktor fisiologis maupun psikologis.
Gangguan fisiologis yang terjadi dapat berupa karena efek samping
pengobatan, perkembangan tumor, gangguan termoregulasi, dan perubahan
pada sistem misalnya sistem pencernaan atau perkemihan (Parish, 2009).
Pada ketujuh pasien tersebut, dua anak mengalami gangguan pada
termoregulasi, dua anak mengalami perubahan pada sistem pernafasan, dan
satu anak mengalami gangguan sistem perkemihan. Gangguan fisiologis
sekunder dapat terjadi terkait dengan kanker itu sendiri (contohnya nyeri),
pengobatan (efek samping kemoterapi), faktor lingkungan, gaya hidup, dan
status emosional (Mills & Gracie, 2004).
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
138
Jumlah jam tidur anak berdasarkan usia diatas sudah termasuk dengan tidur
di siang hari. Pada ketujuh pasien, semuanya mengatakan tidur siang setiap
hari. Tidur siang pada anak dapat terjadi jika anak kelelahan atau stres.
Tidur siang dapat bermanfaat menggantikan waktu tidur di malam hari yang
hilang. Namun Freiner (2014) mengatakan bahwa jika anak tidak tidur
siang maka akan meningkatkan kemungkinan anak tidur lebih awal di
malam hari. Waktu tidur siang juga tidak boleh terlalu lama. Pada anak usia
toddler, tidur di siang hari yang berdekatan waktunya dengan malam hari
akan membuat anak tidak dapat tidur nyenyak di malam hari. Berikut adalah
jumlah jam tidur siang yang baik menurut Freiner (2014).
Tabel 6.2 Jumlah dan Pola Tidur Siang pada Anak
Usia Kebutuhan Tidur
9-12 bulan 2 kali tidur siang dengan jadwal yang teratur
15-24 bulan Hindari tidur di pagi hari, tidur siang sekali sehari,
biasanya berkisar 1,5-2 jam
24-36 bulan Tidur siang yang tidak terlalu lama masih
memberikan manfaat
Setelah 5 tahun Hindari tidur siang agar pola tidur di malam hari
lebih baik
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
139
Selama diberikan intervensi, orang tua diminta untuk melihat pola tidur
anak dengan mengisi sleep diary. Pada beberapa orang tua, pengisian sleep
diary tidak memungkinkan karena beberapa alasan diantaranya adalah
orang tua adalah satu-satunya yang merawat anak, orang tua tidak tahu jam
bangun anak dan frekuensi terbangun secara pasti di malam hari, orang tua
mempunyai keterbatasan baca tulis. Untuk itu mahasiswa mengantisipasi
dengan melakukan review setiap hari pada orang tua. Mahasiswa membantu
mendokumentasikannya pada sleep diary. Pada hasil sleep diary, didapatkan
data bahwa anak mengalami peningkatan dari jumlah jam tidurnya per hari
dan anak mulai jarang terbangun di malam hari, kecuali pada An. R dan An.
N. An. R pada hari ke 3 dan ke 4 sudah berkurang frekuensi terbangun di
malam harinya, tiba-tiba meningkat di hari ke 7 karena tindakan
pemasangan IV line dan pemberian BicNat di malam hari. Sedangkan pada
An. N terjadi penurunan jumlah jam tidur pada malam hari pada hari ke 3
karena sesak yang bertambah berat ketika terbangun karena tindakan
pemeriksaan dokter pada pukul 21.00. Tindakan perawatan yang terkait
kondisi pasien adalah salah satu hal yang mengganggu tidur anak yang tidak
dapat dikendalikan oleh perawat. Untuk tidakan perawatan rutin, mahasiswa
mengantisipasi dengan menunda waktu observasi tanda-tanda vital,
menggunakan microdrip ketika memberikan medikasi IV, serta
menjadwalkan ulang pemberian inhalasi ketika keadaan pasiennya tenang
dan stabil. Namun jika terjadi kegawatan, maka hal tersebut diluar kendali
mahasiswa.
Faktor dari lingkungan ruang rawat juga merupakan salah satu faktor
penghambat tidur yang nyenyak pada anak. National Cancer Institute (2010)
menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti suhu dan kebisingan ruangan
dapat mempengaruhi pasien onkologi, terutama pada setting rumah sakit
dimana tindakan perawatan tidak dapat diprediksi. Jika dalam satu ruang
rawat terdapat pasien lain yang membutuhkan perawatan di malam hari
maka mahasiswa akan mengantisipasinya dengan menganjurkan anak
menggunakan ear muff. Faktor kondisi fisiologis anak juga mempengaruhi
pola tidur anak. Pada An. N dengan CKD stage V terjadi sesak yang berat di
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
140
malam hari sehingga tidak memungkinkan anak untuk tidur nyanyak. Berger
(2009) menyatakan bahwa gangguan tidur adalah masalah yang sering
terjadi pada penderita kanker. Namun faktor diagnosis penyakit lain juga
perlu dipertimbangkan misalnya pada hipertiroid, penyakit gastroesofageal
refluks atau gastric ulcer, congestive heart failure, penyakit paru obstruktif
kronis, gangguan afektif bipolar, dan chronic kidney disease. Gangguan
tidur pada penyakit-penyakit tersebut terkait dengan simptom yang
merupakan etiologi primer dari gangguan tidur.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
141
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Hasil dari telaah jurnal ini merupakan evidence based nursing yang
menunjukkan adanya peningkatan pola tidur dengan intervensi sleep
hygiene pada anak.
2. Sleep hygiene dapat digunakan sebagai alternatif intervensi dalam
meningkatkan pola tidur pada anak terutama anak-anak dengan kanker
yang dirawat di rumah sakit.
3. Pelaksanaan proyek inovasi sleep hygiene dilakukan di ruang non infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 17 Maret sampai dengan
11 April 2014 pada tujuh pasien anak. Berdasarkan hasil pengukuran pola
tidur anak menggunakan Children’s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) ,
terdapat tujuh anak yang mengalami gangguan pola tidur. Setelah
dilakukan intervensi sleep hygiene, pola tidur anak diukur dengan sleep
diary. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pada pola tidur anak.
Secara rata-rata, waktu tidur, perilaku tidur, bangun tidur pada malam dan
pagi hari mengalami peningkatan. Dengan pola tidur yang membaik maka
fatigue pada anak dapat dicegah.
4. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan proyek inovasi ini adalah pada
tiga pasien tidak dilakukan pengukuran post intervensi menggunakan
instrumen Children’s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) karena jadwal
pulang yang tidak diketahui mahasiswa. Namun pengukuran pola tidur
masih bisa didapatkan dari sleep diary. Selain itu, faktor lingkungan di
ruangan perawatan yang kadang tidak mendukung seperti AC yang mati
sehingga menyebabkan suhu ruangan meningkat (pasien An. N dirawat di
Ruang 110). Tindakan perawatan yang dilakukan pada malam hari dan
tidak dapat dikendalikan mahasiswa juga menjadi kendala tersendiri dalam
penerapan EBN ini.
5. Hal yang mendukung proyek inovasi ini adalah dukungan sarana dan
prasarana dari ruangan, dukungan PP dan PA dalam melakukan intervensi
sleep hygiene,serta dukungan orang tua dan anak yang sangat kooperatif
dalam melaksanakan intervensi sleep hygiene.
6. Sleep hygiene direkomendasikan menjadi salah satu intervensi yang dapat
meningkatkan pola tidur pada anak terutama anak dengan kanker yang
memiliki gejala cancer-related fatigue. Namun faktor fisiologis,
lingkungan, dan medikasi juga perlu diperhatikan.
7.2 Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Perawat perlu memperhatikan kebutuhan tidur pasien terutama pada
pasien-pasien dengan kanker yang sudah ditemui gejala fatigue. Intervensi
edukasi sleep hygiene dapat digunakan sebagai alternatif dalam
meningkatkan pola tidur pada anak.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penerapan Evidence-Based Nursing sleep hygine dapat dijadikan dasar
untuk memberikan alternatif pilihan interventi dalam mengatasi masalah
keperawatan perubahan pola tidur dan kelelahan karena telah terbukti
efektif dalam meningkatkan pola tidur.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Penerapan Evidence-Based Nursing sleep hygine dapat dikembangkan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode
penelitian dan sampel yang berbeda, serta alat ukur dan kriteria hasil
lainnya. Penggunaan satu instrumen yang dapat mewakili semua aspek
penilaian pola tidur dapat dipertimbangkan. Selain itu faktor lingkungan
juga perlu diantisipasi sebelumnya.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
143
DAFTAR PUSTAKA
Australian Centre for Education in Sleep. Sleep fact. Retrieved April 28, 2014
from http://www.sleepeducation.net.au/sleep%20facts.php
Berger, A.M. (2009). Update on the state of the science: Sleep-wake disturbances
in adult patients with cancer. Oncology Nursing Forum, 36(4), 165-177
Evans W.J. & Lambert C.P. (2007). Physiological basis of fatigue. Am J Phys
Med Rehabil 86 (1 Suppl): S29-46
Heussler, H., Chan, P., Price, A.M.H., Waters, K., Davey, M.J., & Hiscock, H.
(2012). Pharmacological and non-pharmacological management of sleep
disturbance in children: an australian pediatric research network survey.
Sleep Medicine
Howell, et al. (2013). Sleep disturbance in adults with cancer: a systematic review
of evidence for best practices in assessment and management for clinical
practice. Annals of Oncology, Vol. 00, pp. 1-10
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
144
Jan, J.E., Owens, J.A., Welss, M.D., Johnson, K.P., Wasdell. M.B., Frreeman,
R.D., & Ipsiroglu, O.S. (2007). Sleep hygiene for children with
neurodevelopmental disabilites. Pediatrics, Vol. 122, No, 6, pp. 1343-1350
Linder, L.A. & Christian, B.J. (2012). Nighttime sleep disruptions, the hospital
care environment, and symptoms in elemntary school-age children with
cancer. Oncology Nurse Forum, Vol. 39, No. 6, pp. 553-561
Mindell, J.A., Telofski, L.S., Wiegand, B., & Kurtz, E.S. (2009). A nightly
bedtime routine: impact on sleep in young children and maternal mood.
SLEEP, Vol. 32, No. 5,pp 599-606
Mitchell, S.A., Beck, S.L., Hood, L.E., Moore, K., & Tanner, E.R. (2007). Putting
evidence into practice: evidence-based interventions for fatigue during and
following cancer and its treatment. Clinical Journal of Oncology Nursing,
Vol. 11, No. 1
National Cancer Institute (NCI). Sleep disorders. Retrieved March 24, 2010 from:
www.cancer.gov/cancertopics/pdq/supportivecare/sleepdisorders/healthprof
essional
NCCN. (2009). Cancer-related fatigue facts. The Leukemia & Lymphoma Society
NCCN. (2009). Cancer-related fatigue: interventions for patient at the end of life.
Practice Guidelines in Oncology
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
145
Quach, J., Hiscock, H., Ukoumunne, O.C., & Wake, M. (2011). A brief sleep
intervention improves outcomes in the school entry year: a randomized
controlled trial. Pediatric Journal, Vol. 128, Number 4
Radbruch, L., Strasser, F., Elsner, F., Goncalves, J.F., Kaasa, S., Nauck, F., &
Stone, P. (2008). Fatigue in palliative care patients-an EAPC approach.
Palliative Medicine, Vol. 22, pp. 13-32
Sandra, M. & Berger, A.M. (2006). Cancer-related fatigue: the evidence base for
assessment and management. The Cancer Journal, Vol. 12, No. 5
Tan, E., Healey, D., Gray, A.R., & Galland, B.C. (2012). Sleep hygiene
intervention for youth aged 10 to 18 years with problematic sleep: a before-
after pilot study. BMC Pediatric, Vol. 12, p. 189
The University of Texas. (2012). Fatigue management tips: good sleep hygiene.
The University of Texas MD Anderson Cancer Center
Vincent, N. & Lewcky, S. (2009). Logging on for better sleep: rct of the
effectiveness of online treatment for insomnia. SLEEP, Vol. 32, No, 6, pp.
807-815
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
146
Citation:
Sleep Disturbance in Adults with Cancer: A Systematic Review of Evidence
for Best Practices in Assessment and Management for Clinical Practice
Does it include a methods section that three clinical practice guidelines and an
describes: additional published source for a
Finding and including all the guideline were reviewed. In addition,
relevant trials? 12 RCTs were identified and appraised
Assessing their individual validity? for quality (see CONSORT, Figure 1 in
supplementary material, available at
Annals of Oncology online). Secondary
sources of data included eight practice
guidance or expert consensus
documents on the assessment and/or
management of insomnia in general
populations or co-morbid with fatigue
in cancer. Systematic reviews for
insomnia in the general population and
specific to cancer as well as four papers
focused on the measurement of sleep
disturbance were also identified. An
interdisciplinary panel comprised sleep
experts, researchers and guideline
methodologists, and clinicians reviewed
all the evidence and were asked to
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
147
Were the results consistent from study 8 RCT reporting that cognitive
to study? behavioral therapy intervention was the
recommended intervention for sleep
disturbance. 4 article remains exercise
therapy intervention.
How precise is the treatment effect? a literature review that included other
study designs such as quasi-
xperimental designs and other types of
interventions such as complimentary
therapies and education for sleep
disturbance as a primary or secondary
outcome in cancer populations was
identified. In a metaanalysis of four of
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
148
Can you apply this valid, important evidence from a systematic review in
caring for your patient?
Do these results apply to your patient? This result suggest that the evidence
supports the efficacy of CBT; however,
its superiority to other types of
interventions is not conclusive due to
poor quality of other interventions such
as education or complimentary
therapies.
Is our patients so different from those This research used data on adult cancer
in the systematic review that its results patient with sleep disturbance. On my
can’t help you? EBN applies not only adult but also
child.
What are our patient’s values and The condition of hospital setting can be
expectations for both the outcome we obstacle of this intervention, but it is
are trying to prevent and the treatment not a sugnificant constraint. There is an
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
149
Is the qualitative difference both clinically (beneficial for some but useless or
harmful for others) and statiscally significant?
No
Was this difference hypothesised before the study began (rather than the product
of dredging the data), and has itu been confirmed in other, independent studies?
No
Was this one of just a few subgroup analyses carried out this study?
No
Additional Notes:
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
150
THERAPY WORKSHEET 1
Citation:
Sleep hygiene intervention for youth aged 10 to 18 years with problematic
sleep: a before-after pilot study
Was the assignment of patients to This research used the clinical trial
treatments randomized? design and in their conclusion said that
And was the randomization list would need to be replicated within
concealed? randomised controlled trial to prove
efficacy. There is no more explained.
Were the groups treated equally, apart All participants recruited in the study
from the experimental treatment? received the sleep hygiene education
programme delivered, in a private
one-one session to the participant and
one of their parents by the principal
investigator.
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
151
How great would the potential benefit Sleep hygiene score (ASHS) will
of therapy actually be for your increase significantly and the sleep
individual patient? disturbance score will decrease
What are our patient’s values and The condition of hospital setting can be
expectations for both the outcome we obstacle of this intervention, but it is
are trying to prevent and the treatment not a sugnificant constraint. There is an
we are offering? anticipation that prepared.
Additional Notes:
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
152
THERAPY WORKSHEET 2
Citation:
Was follow-up of patients sufficiently In the current study, the children wore
long and complete? actigraphs continuously on their
nondominant wrists during the three-
day-and-night data collection period
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014
153
Is your patient so different from those No, the sample of this research was 15
in the study that its results cannot elementary school-age children with cancer
receiving inpatient chemotherapy. It include on
apply?
our study sample criteria.
Is the treatment feasible in our setting? Yes, the setting was in Inpatient pediatric
oncology unit at a tertiary pediatric hospital.
How great would the potential benefit Sleep was marked by frequent awakenings,
limiting children’s ability to experience full
of therapy actually be for your
sleep cycles. Multiple factors—in particular,
individual patient?
excessive sound levels—compromise sleep
quantity and quality throughout the night
What are our patient’s values and The condition of hospital setting can be
expectations for both the outcome we obstacle of this intervention, but it is
are trying to prevent and the treatment not a sugnificant constraint. There is an
we are offering? anticipation that prepared.
Additional Notes:
Universitas Indonesia
Penerapan self ..., Aries Chandra Ananditha, FIK UI, 2014