You are on page 1of 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA


Ainul Asri Almuthoharoh*, Sri Wardani, Nanik Wijayati
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229
Email : ainulasri11@gmail.com
No. HP : +6285742128566

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
penerapanan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa pada materi Kesetimbangan Kimia. Teknik sampling menggunakan cluster
random sampling. Desain penelitian menggunakan pretest-posttest control group design.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi dan tes. Analisis data menggunakan uji N-gain dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil uji perbedaan rerata menunjukkan thitung hasil belajar
kognitif siswa 7,11 lebih besar dari tkritis yaitu 1,67. N-gain hasil belajar kognitif siswa pada
kelas eksperimen adalah 0,71 pada kategori tinggi dan kelas kontrol adalah 0,52 pada
kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI
MIPA di SMA Negeri 1 Pemalang.
Kata kunci: Penerapan, Inkuiri Terbimbing dan Hasil Belajar Kognitif.

Abstract
This research is an experimental study that aims to determine the implementation of guided
inquiry learning model can improve cognitive learning result at Chemical Equilibrium. The
sampling technique using cluster random sampling. The study design uses pretest-posttest
control group design. The independent variables is a guided inquiry learning model while
the dependent variable is the cognitive learning result. Data collection techniques using
methods of documentation and testing. Analysis of data using N-gain test and t test. The test
results show the mean difference thitung cognitive learning result was 7.11 greater than
1.67 indicates that tkritis on science process skills class students experiment better than the
control class. N-gaincognitive learning result of the experimental class was 0.71 in the high
category and control class is 0.52 in the medium category. Based on the results of this study
concluded that the implementation of guided inquiry learning model can improve cognitive
learning result at class XI science student of 1 of State Senior High School Pemalang.
Keywords: Implementation, Guided Inquiry and Cognitive Learning Result.

Pendahuluan
Mata pelajaran kimia merupakan salah satu bidang kajian ilmu yang mempelajari
tentang materi dan perubahan yang terjadi di dalamnya (Retnowati, 2012). Mata pelajaran
kimia merupakan salah satu pelajaran yang sulit dipahami siswa karena terdapat banyak

1
konsep dan perhitungan yang rumit. Selain itu, di dalam mata pelajaran kimia tidak hanya
belajar teoritis tetapi juga penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran menurut Bloom ada tiga aspek hasil belajar, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut harus dikembangkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia. Hasil belajar merupakan
hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran baik bentuk penilaian dari guru maupun
peningkatan kemampuan pada diri siswa. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 104 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar digunakan untuk memantau
kemajuan belajar, hasil belajar dan mendeteksi kekurangan serta kelebihan dari suatu proses
pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan
pembelajaran. Pada materi Kesetimbangan Kimia, hasil belajar yang akan ditelititi hanya
aspek kognitif saja dimana hasil belajar yang dihasilkan harus mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) karena materi ini berada pada bab terakhir yang biasanya dipersiapkan
untuk menghadapi PAS (Penilaian Akhir Semester).
Kurikulum 2013 menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik (scientific approach) dengan empat model pembelajaran, yaitu Discovery, Inquiry,
Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL) (Sariono, 2013).
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah seorang
ilmuwan dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah yang meliputi lima
pembelajaran pokok yaitu, mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi
dan mengomunikasikan. Pada materi Kesetimbangan Kimia peneliti menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri dalam bahasa inggris berasal dari kata inquiry yang
berarti penyelidikan atau meminta keterangan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri (Anam, 2015: 7).
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Pemalang pada tanggal 25 September
2018 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran kimia adalah
materi yang sulit karena banyak konsep dan perhitungan, seperti halnya pada materi
Kesetimbangan Kimia. Namun, adapula yang menganggap bahwa kimia itu menyenangkan
karena banyak hal yang bisa dipelajari di lingkungan sekitar pada saat praktikum atau
demonstrasi di depan kelas berlangsung. SMA Negeri 1 Pemalang merupakan salah satu
sekolah di Pemalang yang sudah menggunakan kurikulum 2013, dimana pada kurikulum
tersebut siswa dituntut agar lebih aktif dan juga mandiri.
Proses pembelajaran kimia di kelas berlangsung dengan metode ceramah, tanya jawab
dan diskusi serta praktikum. Keaktifan siswa di kelas belum merata karena masih jarang
2
yang bertanya, bahkan lebih sering guru yang memberikan pertanyaan kepada siswa.
Partisipasi siswa dalam hal diskusi dan tanya jawab cukup pasif, sehingga pembelajaran
hanya berpusat pada guru. Selain itu, penyelesaian masalah yang diberikan juga belum
maksimal. Akan tetapi input siswa di SMA Negeri 1 Pemalang itu sudah bagus
dibandingkan dengan sekolah lain di sekitarnya sehingga para siswa akan lebih mudah
untuk diajak belajar lebih dan bereksplorasi.
Untuk meningkatkan kualitas siswa agar lebih baik perlu adanya suatu pembelajaran
yang efektif dan inovatif, seperti penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri
terbimbing merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menyelidiki dan
menggunakan berbagai sumber informasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
materi pembelajaran (Khuhlthau, et al., 2006: 4). Pada model pembelajaran inkuiri terdapat
beberapa fase meliputi the identify phase, the gather phase, the create phase, the share
phase, and the evaluate phase (Khuhlthau, et al., 2006: 53). Melalui fase-fase tersebut siswa
dapat lebih mudah mempelajari materi Kesetimbangan Kimia.
Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat rumusan masalah yaitu apakah
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pemalang pada materi Kesetimbangan
Kimia. Desain penelitian yang dipakai yaitu pretest-posttest control group design. Populasi
pada penelitian ini yaitu kelas XI MIPA 1 sampai dengan XI MIPA 7. Setelah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas menggunakan data penilaian tengah semester I, diperoleh
bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen sehingga pengambilan sampel dapat
menggunakan teknik cluster random sampling. Setelah pengambilan sampel, terplih kelas
XI MIPA 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 4 sebagai kelas kontrol. Kelas
eksperimen maupun kelas kontrol diberikan tes kognitif berupa soal uraian materi
Kesetimbangan Kimia sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Pada kelas
eksperimen model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terbimbing, sedangkan pada
kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan diskusi. Variabel terikat pada penelitian
ini adalah hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dinyatakan
dengan hasil observasi dan nilai tes.

3
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain soal pretest dan post-test
Kesetimbangan Kimia. Data hasil belajar kognitif siswa dianalisis dengan menggunakan uji
t. Selain itu, uji normalized gain terhadap hasil pretest dan post-test kognitif siswa dihitung
untuk mengetahui peningkatan setelah diberi perlakuan yang berbeda.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kedua sampel penelitian diberikan pretest
untuk mengetahui keadaan awal sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan pada kelas kontrol diterapkan metode ceramah
dan diskusi. Setelah kelas eskperimen dan kelas kontrol mendapatkan perlakuan, kedua
kelas tersebut diberikan post-test.
Data hasil pretest dan post-test kognitif siswa untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pretest dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen (XI MIPA 5) Kontrol (XI MIPA 4)
Data Pretest Post-test Pretest Post-test
Rata-rata 39,22 82,44 34,56 68,33
Nilai tertinggi 63 96 60 89
Nilai terendah 20 60 16 47

Pada kondisi awal, kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai keadaan yang
relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil pretest kelas XI MIPA 5 dan XI MIPA 4,
yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest kognitif siswa kelas eksperimen 39,22 dan
kelas kontrol 34,56. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kedua kelas pada keadaan awal
adalah sama. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan
dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, didapat nilai rata-rata post-test
kognitif siswa sebesar 82,44. Kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan menerapkan
metode ceramah dan diskusi, diperoleh nilai rata-rata post-test kognitif siswa sebesar 68,33.
Hasil post-test kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal tersebut
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa. Melalu sintaks inkuiri terbimbing, siswa dapat lebih memahami
materi Kesetimbangan Kimia dengan lebih baik dan juga kreatifitas siswapun semakin
berkembang. Siswa dapat menginvestigasi materi yang mereka pelajari, lalu menyimpulkan
hasilnya sendiri dari apa yang mereka pelajari selama pembelajaran baik saat diskusi
maupun saat mengerjakan tugas.

4
Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kanan dengan taraf
signifikansi 5% dan derajat kebebasan 70 diperoleh thitung untuk data post-test kognitif siswa
adalah 7,11, sedangkan ttabel sebesar 1,67. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh harga
thitung lebih besar dari ttabel, hal ini berarti rata-rata nilai post-test kognitif siswa kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil uji normalized gain disajikan pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Tabel 2. Hasil Rerata Pretest, Postest dan Tingkat Pencapaian N-Gain
Kelas Rata-rata Pre-test Rata-rata Post-test Gain <g> Kategori
Eksperimen 39,22 82,44 0,71 Tinggi
Kontrol 34,56 68,31 0,52 Sedang

Pencapaian N-Gain kelas eksperimen sebesar 0,71 termasuk pada kategori tinggi
sedangkan kelas kontrol sebesar 0,52 termasuk pada kategori sedang. Nilai N-Gain pada
kelas eksperimen sebanyak 1 siswa memperoleh kriteria rendah, 13 siswa memperoleh
kriteria sedang dan 22 siswa memperoleh kriteria tinggi. Sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 5 siswa memperoleh kriteria rendah, 25 siswa memperoleh kriteria sedang dan 6
siswa memperoleh kriteria tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Mandealis (2015) yang
menyatakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas eksperimen dengan N-Gain 0,53 lebih baik daripada kelas kontrol dengan N-Gain
0,46. Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Menurut Mulyasa (2002:99) pembelajaran akan mencapai ketuntasan klasikal bila
jumlah siswa yang menguasai kompetensi lebih dari 85% dari jumlah siswa keseluruhan
dalam satu kelas. Hasil persentase ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar
Kelas N Rata-rata Siswa tuntas % Kriteria
Eksperimen (XI MIPA 5) 36 82,44 31 86,11 Tuntas
Kontrol (XI MIPA 4) 36 68,31 11 30,56 Tidak tuntas

Berdasarkan hasil analisis data nilai post-test kognitif siswa, sebanyak 31 dari 36
siswa kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar individu, sedangkan pada kelas
kontrol sebanyak 11 dari 36 siswa mencapai ketuntasan individu. Kelas eksperimen
mencapai ketuntasan belajar karena persentase ketuntasan klasikal sebesar 86,11%, lebih

5
dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Sedangkan persentase ketuntasan
klasikal untuk kelas kontrol yaitu 30,56%, sehingga kelas kontrol belum mencapai
ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengen penelitian Husna (2013) bahwa pembelajaran
model inkuiri terbimbing menunjukkan hasil belajar kognitif siswa tuntas secara klasikal
dengan persentase 86,11%. Berdasarkan hasil persentase ketuntasan belajar klasikal, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang menerapkan model inkuiri terbimbig
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang menerapkan metode
konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang
menerapkan model inkuiri terbimbing lebih baik dari kelas kontrol yang menerapkan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan diskusi.

Simpulan
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji peningkatan N-Gain kognitif siswa pada kelas
eksperimen sebesar 0,71 tergolong pada kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 0,52 tergolong pada kategori sedang. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa
menunjukan kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Pada siswa kelas eksperimen
meningkat dari 39,22 menjadi 82,44 dan kelas kontrol dari 34,56 menjadi 68,31. Hasil
ujiperbedaan rata-rata satu pihak kanan menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel,
yaitu 7,11 dan 1,67 hal tersebut menujukkan ada perbedaan signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

Daftar Pustaka
Anam, K., 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi. 1st ed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Kemdikbud. 2013. Permendikbud 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K. & Caspari, A. K., 2006. Guided Inquiry Learning in The
21st Century. 2nd ed. United States od America: Acid-Free Paper.

Mandaelis, S., Djasmi, S., & Abdurrahman, A. 2015. Penerapan Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Teknologi
Informasi Komunikasi Pendidikan, 2(4).

6
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Retnowati, D., Siadi, Kusoro & Harjito., 2012. Penetapan Metode Pembelajaran Kuantum
Dengan Pendekatan Kimia Hijau pada Materi Redoks. Chem in Edu, 1(1) : 66-75

Sariono. 2013. Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas. E-Jurnal Dinas


Pendidikan.Vol. 3: 1-9.

You might also like