Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
PROPOSAL PENELITIAN
PIROLISIS PLASTIK POLIPROPILEN MENJADI BAHAN BAKAR CAIR
MENGGUNAKAN REAKTOR SEMI BATCH DENGAN EMPAT
KONDENSOR
Disusun Oleh :
Adi Gilang Ramadhan (1500020015)
Faizin Miftah Pambudi (1500020017)
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadhirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Adapun hasil dari laporan
penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Teknik Kimia
Universitas Ahmad Dahlan untuk menyelesaikan mata kuliah Penelitian. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sunardi, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
2. Ibu Erna Astuti, S.T, M.T. selaku Kaprodi Teknik Kimia
3. Bapak Dr. Zahrul Mufrodi, S.T., M.T.selaku pembimbing penelitian
4. Bapak Imam Santosa, S.T., M.T. selaku koordinator penelitian
5. Bapak Muhammad Tamrin selaku laboran di Laboratorium Satuan Operasi
tempat berlangsungnya penelitian
6. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang membantu dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini.
Penulis
Contents
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................1
III.6.1 Persiapan Bahan Baku............................................................................17
III.6.2Proses Pirolisis........................................................................................18
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
Perlu adanya alternatif proses daur ulang yang lebih menjanjikan dan
berprospek ke depan. Salah satunya mengkonversi sampah plastik menjadi
minyak. Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari
minyak bumi, sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula. Selain itu
plastik juga mempunyai nilai kalor cukup tinggi, setara dengan bahan bakar
fosil seperti bensin dan solar.
Hidrokarbon cair merupakan senyawa kimia yang banyak diperlukan
oleh berbagai industri kimia dan industri perminyakan. Hidrokarbon cair ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar cair menggantikan sumber
bahan bakar cair fosil yang mulai terasa menipis keberadaannya di dunia
karena peningkatan populasi manusia. Oleh karena itu, hidrokarbon cair yang
dihasilkan dari limbah plastik ini diharapkan dapat menjadi suatu inovasi baru
untuk menanggulangi permasalahan sumber bahan bakar cair yang tidak
dapat diperbaharui.
Dengan penguraian diatas, maka peneliti akan memanfaatkan limbah
plastik dan mendaur ulang menjadi hidrokarbon cair dengan teknik proses
pirolisis untuk menjadi suatu sumber bahan bakar cair sehingga kedepannya
bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Selain itu penelitian ini
akan menguji kandungan yang terdapat dari masing-masing percobaan.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah sampah plastik dapat terdekomposisi menjadi bahan bakar cair
2. Bagaimana cara mendapatkan kualitas produk yang baik
3. Semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam hasil pirolisis dengan cara
melihat dari analisis GCMS.
2. Mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan pirolisis tiga kondensor.
3. Mengetahui suhu optimal untuk menghasilkan minyak pirolisis dari jumlah yang
minyak yang diperoleh.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi baru tentang pemanfaatan plastik bekas menjadi bahan
bakar cair.
2. Menemukan alternatif pengolahan plastik dengan proses pirolisis sehingga dapat
menjadi bahan bakar yang dapat menggantikan bahan bakar minyak bumi.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan lingkungan
sehingga menjadi solusi untuk mensukseskan program pengembangan energi
terbarukan dari pemerintah.
I.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Sampah plastik jenis PP (polipropilen) apabila dipanaskan hingga suhu 400°C
akan berubah menjadi bahan bakar cair.
2. Produk pirolisis sampah plastik polipropilen berguna untuk mengubah plastik
bekas gelas air mineral menjadi barang yang lebih berguna yaitu bahan bakar cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Plastik
II.1.1 Definisi Plastik
Plastik adalah suatu material organik sintetik atau material organik
semi sintetik yang berasal dari minyak bumi dan gas alam. Dari produk
plastik, dihasilkan polyethylene terephthalate (PET), high density
polyethylene (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), low density polyethylene
(LDPE), polypropylene (PP), polistirena (PS), polyurethane dan polifenol,
menghasilkan limbah plastik yang kira-kira terdiri dari 50-60% jenis PE, 20-
30% dari PP, 10-20% PS, dan 10% PVC. (Sarker, 2013)
Plastik merupakan salah satu jenis makromolekul yang dibentuk
dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan
beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi
molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa
polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen.
Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak
bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi
prosesnya. (Kumar dkk., 2011)
Plastik mempunyai kandungan energi yang tinggi seperti bahan bakar
pada umumnya seperti bensin, solar dan minyak tanah. Tabel 1 menunjukkan
nilai kalor bahan plastik dibandingkan dengan bahan bakar pada umumnya.
Berbagai jenis plastik seperti polietilen (PE), polipropilen (PP) dan polistiren
(PS) mempunyai nilai kalor yang setara dengan bahan bakar yang berasal
dari minyak bumi seperti minyak tanah, solar dan minyak berat. Oleh karena
itu, mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar dengan metode
pirolisis merupakan pilihan yang menjanjikan untuk daur ulang plastik yang
tidak dapat didaur ulang secara mekanis karena pertimbangan keekonomian.
Tabel 1.Nilai kalor beberapa jenis plastik dan bahan bakar
Hasil TGA untuk bahan Polipropilena, suhu yang diperoleh dari hasil
analisis yaitu 300-480 OC dimana suhu tersebut menunjukkan bahan mulai
terdekomposisi sampai habis terdekomposisi hingga tidak terjadi reaksi lagi
saat bahan dipanaskan melebihi suhu tersebut.
II.2 Pirolisis
Pirolisis adalah proses degradasi termal bahan-bahan polimer seperti plastik
maupun material organik seperti biomassa dengan pemanasan tanpa melibatkan
oksigen di dalamnya. Proses ini umumnya berlangsung pada temperatur 500-
800oC. Produk dari pirolisis ini terdiri dari fraksi gas, cair dan residu padatan. Pada
suhu tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek.
Selanjutnya proses pendinginan dilakukan pada gas tersebut sehingga akan
mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan inilah yang nantinya
menjadi bahan bakar, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel. (Aguado
dkk., 2007)
Pengetahuan sifat termal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah
titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur
dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas
temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi termal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada
suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. (Budiyantoro, 2010)
Jenis plastik yang digunakan sebagai umpan pada proses pirolisis
mempunyai korelasi langsung terhadap kualitas bahan bakar yang dihasilkan
seperti distribusi atom karbon, flash point, bilangan oktan, bilangan setana, dan
pour point. Tiap jenis plastik mempunyai struktur kimia dan mekanisme reaksi
yang berbeda seperti ditunjukkan pada gambar
Kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan dari proses pirolisis sampah
plastik juga dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain tipe reaktor,
temperatur, dan waktu tinggal di dalam reaktor. (Rodiansono dkk, 2007)
Ada beberapa tipe reaktor yang telah dikembangkan dan digunakan untuk
pirolisis seperti batch/semi batch, reaktor unggun tetap (fixed bed), reaktor unggun
terfluidisasi (fluidized bed), spouted bed dan screw kiln. Reaktor tipe batch/semi
batch telah digunakan oleh banyak peneliti karena desainnya yang lebih sederhana
dan kemudahan dalam operasionalnya.
II.3 Kondensasi
Kondensasi adalah proses pelepasan kalor dari suatu sistem yang
menyebabkan uap (vapor) berubah menjadi cair (liquid). Dalam proses merubah
gas menjadi cair dapat dilakukan dengan cara menaikan tekanannya atau dengan
menurunkan temperaturnya. Jenis fenomena kondensasi dibagi menjadi dua yaitu :
kondensasi film (film wise condensation) dan kondensasi secara tetes (dropwise
condensation).
Kondensor merupakan salah satu alat yang digunakan untuk penukar panas
antara fluida dimana fluida panas dan fluida dingin terpisah atau tidak saling
bercampur. Kondensor (Heat Exchanger) berdasarkan arah aliran fluida kerja
dibagi menjadi tiga tipe yaitu aliran paralel atau aliran searah (cocurrent), aliran
melawan arus atau aliran berlawanan (countercurrent) dan aliran silang (crossflow).
Perpindahan kalor pada heat exchanger dapat didefinisikan sebagai suatu
proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah kedaerah lain akibat
adanya perbedaan suhu pada daerah tersebut. Macam macam proses perpindahan
kalor yaitu perpindahan panas konduksi dan perpidahan panas konveksi serta
radiasi.
Efektivitas kondensor dipengaruhi oleh beberapa faktor yang teridentifikasi
pada latar belakang masalah di atas. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara
lain adalah: desain kondensor, nilai konduktivitas bahan, kerapatan isolasi
kondensor, suhu lingkungan pengoperasian, jenis fluida pendingin, arah aliran
fluida, debit air pendingin dan fouling factor (faktor pengotoran). (Rebeiro, 1984)
Tipe aliran pada alat penukar panas dapat dibagi menjadi empat macam yaitu
aliran berlawanan arah (counter current flow), aliran searah (parallel flow / co –
current flow), aliran silang (cross flow), dan aliran silang berlawanan (cross
counter flow).
a. Aliran Berlawanan Arah (Counter Current Flow)
Aliran fluida panas dengan fluida pendingin berlawanan arah, pemanas
masuk dari sisi salah satu ujung alat sedangkan fluida pendingin masuk dari
ujung lain yang berlawanan. Aliran tipe berlawanan arah ini memberikan nilai
delta LMTD yang paling besar di antara tipe aliran yang lain, oleh karena itu
efisiensi laju perpindahan panas terhadap luas permukaan tinggi. Hal tersebut
dikarenakan kontak antara fluida panas dan dingin lebih efektif sehingga delta
temperatur yang dihasilkan juga besar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.5 Alat
Gambar 7.Rancangan rangkaian alat pirolisis
Keterangan :
1. Reaktor
2. Barometer
3. Termometer
4. Cyclone
5. Kondensor I, II, III
6. Penampung
7. Penangkap gas/Galon
III.6 Cara Kerja
III.6.1 Persiapan Bahan Baku
1. Memilih sampah plastik dari pengepul.
2. Memotong atau mencacah sampah plastik hingga ukurannya
kecil.
3. Menimbang sampah plastik sebanyak 1 kg.
4. Memasukkan sampah plastik ke dalam reaktor.
Pirolisis
Gas
Padatan
Kondensasi
Pemurnian
Analisis GC-MS
BAB IV
CYCLONE (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 2,51 36,95 51,82 9,11
410 0,94 34,38 50,47 14,23
425 - 17,71 65,39 16,87
430 - 30,41 54,17 15,46
440 - 40,91 43,45 15
450 - 47,68 36,18 15,71
Dari tabel 3 dapat dismpulkan bahwa pirolisis pada suhu 400˚C pada
cyclone terdapat gas sebanyak 2,51%, dimana merupakan kandungan gas
terbanyak dibandingkan pirolisis suhu lainnya. Untuk kandungan gasoline
kandungan terbanyak adalah pada suhu 450 ˚C dengan kandungan 47,68 %
kemudian kandungan gasoline paing sedikit adalah pada pirolisis suhu
425˚C dengan kandungan 17,71 %. Kandungan kerosin terbanyak adalah
pada suhu 430 ˚C dengan kandungan 65,39%, sedangkan kandungan kerosin
paling sedikit adalah pada suhu 450˚C dengan kandungan 36,18 %.
Kandungan residu terbanyak pada pirolisis suhu 425˚C dengan kandungan
16,87 %, kemudian untuk kandungan residu paling sedikit pada suhu 400˚C
yaitu 9,11%. Dari hasil analisa %komposisi per volume minyak pirolisis
bisa ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar minyak pirolisis yang keluar
dari Cyclone adalah kerosin karena komposisi kerosin lebih banyak
dibanding kandungan gas, gasoline dan residu.
KONDENSOR 1 (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 5,55 65,19 24,81 3,52
410 2,96 47,95 41,21 7,34
425 7,86 79,28 12,82 -
430 3,05 39,78 48,39 8,76
440 2,48 40,04 45,91 11,58
450 2,51 36,95 51,82 9,11
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pirolisis pada suhu 425˚C pada
Kondensor 1 terdapat gas sebanyak 7,86%, dimana merupakan kandungan
gas terbanyak dibandingkan pirolisis suhu lainnya. Untuk kandungan
gasoline kandungan terbanyak adalah pada suhu 425˚C dengan kandungan
79,28 % kemudian kandungan gasoline paling sedikit adalah pada pirolisis
suhu 450˚C dengan kandungan 36,95 %. Kandungan kerosin terbanyak
adalah pada suhu 450 ˚C dengan kandungan 51,82%, sedangkan kandungan
kerosin paling sedikit adalah pada suhu 425˚C dengan kandungan 12,82 %.
Kandungan residu terbanyak pada pirolisis suhu 440˚C dengan kandungan
11,58 %, kemudian untuk kandungan residu paling sedikit pada suhu
3,52˚C yaitu %, namun pada suhu 425˚C tidak ada kandungan residunya.
Dari hasil analisis yang dilakukan minyak yang dihasikan oleh kondensor 1
paling bnyak mengandung gasoline dan kerosin.
KONDENSOR 2 (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 - - - -
410 3,29 33,19 51,97 11,54
425 - - - -
430 3,13 45 43,03 8,86
440 3,31 38,56 50,1 8,14
450 4,08 40,16 45,75 10,01
Dari tabel 5 hanya terdapat 4 suhu yang menghasilkan mnyak yaitu
suhu 410, 430, 440, 450 ˚C. Hasil analisis dapat dilihat bahwa pirolisis pada
suhu 450˚C pada Kondensor 2 terdapat gas sebanyak 4,08%, dimana
merupakan kandungan gas terbanyak dibandingkan pirolisis suhu lainnya.
Untuk kandungan gasoline kandungan terbanyak adalah pada suhu 430 ˚C
dengan kandungan 45 % kemudian kandungan gasoline paling sedikit
adalah pada pirolisis suhu 410˚C dengan kandungan 33,19 %. Kandungan
kerosin terbanyak adalah pada suhu 410˚C dengan kandungan 51,97%,
sedangkan kandungan kerosin paling sedikit adalah pada suhu 430˚C
dengan kandungan 43,03 %. Kandungan residu terbanyak pada pirolisis
suhu 410˚C dengan kandungan 11,54 %, kemudian untuk kandungan residu
paling sedikit pada suhu 440˚C yaitu 8,11%. Dari hasil analsis yang
dilakukan disimpulkan bahwa kondensor 2 ini banya mengandung gasoline
dan kerosin.
KONDENSOR 3 (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 - - - -
410 - - - -
425 - - - -
430 1,67 55,21 33,81 9,28
440 3,86 45,14 42,12 8,88
450 4,11 46,73 37,21 11,98
Dari tabel 6 hanya ada 3 suhu yang mengeluarkan minyak yaitu
430,440 dan 450˚C pada kondensor 3. Hasil analisis dapat dilihat bahwa
pirolisis pada suhu 450˚C pada Kondensor 2 terdapat gas sebanyak 4,11%,
dimana merupakan kandungan gas terbanyak dibandingkan pirolisis suhu
lainnya. Untuk kandungan gasoline kandungan terbanyak adalah pada suhu
430 ˚C dengan kandungan 55,21 % kemudian kandungan gasoline paling
sedikit adalah pada pirolisis suhu 440˚C dengan kandungan 45,14 %.
Kandungan kerosin terbanyak adalah pada suhu 440˚C dengan kandungan
42,11%, sedangkan kandungan kerosin paling sedikit adalah pada suhu
430˚C dengan kandungan 33,81 %. Kandungan residu terbanyak pada
pirolisis suhu 450˚C dengan kandungan 11,98 %, kemudian untuk
kandungan residu paling sedikit pada suhu 440˚C yaitu 8,88%.
DAFTAR PUSTAKA
Aguado, J., Serrano, D. P., Miguel, G. S., Castro, M. C., Madrid, S. 2007.
Feedstock Recycling Of Polyethylene In A Two-Step Thermo-Catalytic
Reaction System. Journal Of Analytical and Applied Pyrolysis hal. 415-
423.
Rebeiro, F.R., Rodrigues, A.E. Rollman, L.D & Naccache, C. 1984. Zeolite
Science and Technology. Martinus Nijhoff Publisher : Denhaag