You are on page 1of 30

LAPORAN PENELITIAN

PIROLISIS PLASTIK POLIPROPILEN MENJADI BAHAN BAKAR CAIR


MENGGUNAKAN REAKTOR SEMI BATCH DENGAN EMPAT
KONDENSOR

Disusun Oleh :

Adi Gilang Ramadhan (1500020015)

Faizin Miftah Pamudi (1500020017)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN
PIROLISIS PLASTIK POLIPROPILEN MENJADI BAHAN BAKAR CAIR
MENGGUNAKAN REAKTOR SEMI BATCH DENGAN EMPAT
KONDENSOR

Disusun Oleh :
Adi Gilang Ramadhan (1500020015)
Faizin Miftah Pambudi (1500020017)

Tempat, Tanda Pengesahan


Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing

(Dr. Zahrul Mufrodi, S.T.,M.T)


NIY. 600103005
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadhirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Adapun hasil dari laporan
penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Teknik Kimia
Universitas Ahmad Dahlan untuk menyelesaikan mata kuliah Penelitian. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sunardi, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
2. Ibu Erna Astuti, S.T, M.T. selaku Kaprodi Teknik Kimia
3. Bapak Dr. Zahrul Mufrodi, S.T., M.T.selaku pembimbing penelitian
4. Bapak Imam Santosa, S.T., M.T. selaku koordinator penelitian
5. Bapak Muhammad Tamrin selaku laboran di Laboratorium Satuan Operasi
tempat berlangsungnya penelitian
6. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang membantu dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini.

Penulis berharap bahwa laporan ini dapat bermanfaat untuk yang


membacanya khususnya bagi penulis sendiri serta mahasiswa Teknik Kimia
Universitas Ahmad Dahlan pada umumnya. Kami sebagai penulis sangat
menyadari banyaknya akan kekurangan serta kesalahan yang mungkin tidak kami
sadari dalam penyusunan laporan ini, oleh karena itu kami berharap pelaksanaan
maupun penyusunan laporan penelitian kedepannya untuk lebih berkompeten dan
lebih baik.

Demikian kami sebagai penulis dalam laporan penelitian ini mengucapkan


terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas segala ketidaksempurnaan
dan kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Yogyakarta, 25 Agustus 2018

Penulis
Contents
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................1
III.6.1 Persiapan Bahan Baku............................................................................17
III.6.2Proses Pirolisis........................................................................................18
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI

Bahan bakar menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari, selama


ini dalam pemenuhannya masih memakai bahan bakar fosil yang tidak dapat
diperbaharui. Bahan bakar alternatif dapat diperoleh dari bahan baku seperti
limbah plastik.

Pengolahan sampah plastik dapat dilakukan menggunakan metode pirolisis


dengan empat kondensor. Variabel suhu yang digunakan dari hasil analisis
Thermo Gravimetric Analyzer (TGA) adalah 400, 410, 425, 430, 440 dan 450 oC.
Proses pirolisis diawali dengan memasukkan bahan sampah plastik sebanyak 1000
gram ke dalam reaktor semi batch. Kemudian plastik akan mengalami pemecahan
struktur kimia menjadi fase gas, gas yang dihasilkan dari proses pemanasan
diumpan kedalam tiga kondensor yang pada setiap kondensornya memliki ukuran
yang berbeda. Gas dengan suhu dan tekanan lebih rendah dari kondensor pertama
akan terkondensasi pada kondensor pertama. Gas dengan suhu dan tekanan diatas
kondensor pertama akan terumpan ke kondensor kedua sampai kondensor ketiga
dan terkondensasi sehingga menghasilkan minyak pirolisis.

Dari hasil pirolisis ini menunjukkan bahwa sampah plastik dapat


menghasilkan bahan bakar dengan fraksi Gasolin. Dari hasil analisis yang
dilakukan suhu optimum untuk proses pirolisis adalah 450˚C, karena pada suhu
ini hasil minyak paling banyak dibanding pirolisis dari suhu lainnya.

Kata kunci: Bahan Bakar Alternatif, Pirolisis, Sampah Plastik, Empat


Kondensor, Reaktor Semi Batch
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Plastik adalah jenis bahan non-biodegradable yang sulit diuraikan oleh
alam. Hal ini menimbulkan masalah baru dalam pengolahan limbahnya.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diadakan program daur ulang sampah
plastik. Namun hal tersebut dirasakan semakin tidak efektif , hanya sekitar
4% yang dapat didaur ulang, sisanya menggunung di tempat penampungan
sampah. Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik
yang mencapai 187,2 juta ton setelah cina yang mencapai 269,2 juta ton.

Perlu adanya alternatif proses daur ulang yang lebih menjanjikan dan
berprospek ke depan. Salah satunya mengkonversi sampah plastik menjadi
minyak. Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari
minyak bumi, sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula. Selain itu
plastik juga mempunyai nilai kalor cukup tinggi, setara dengan bahan bakar
fosil seperti bensin dan solar.
Hidrokarbon cair merupakan senyawa kimia yang banyak diperlukan
oleh berbagai industri kimia dan industri perminyakan. Hidrokarbon cair ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar cair menggantikan sumber
bahan bakar cair fosil yang mulai terasa menipis keberadaannya di dunia
karena peningkatan populasi manusia. Oleh karena itu, hidrokarbon cair yang
dihasilkan dari limbah plastik ini diharapkan dapat menjadi suatu inovasi baru
untuk menanggulangi permasalahan sumber bahan bakar cair yang tidak
dapat diperbaharui.
Dengan penguraian diatas, maka peneliti akan memanfaatkan limbah
plastik dan mendaur ulang menjadi hidrokarbon cair dengan teknik proses
pirolisis untuk menjadi suatu sumber bahan bakar cair sehingga kedepannya
bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Selain itu penelitian ini
akan menguji kandungan yang terdapat dari masing-masing percobaan.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah sampah plastik dapat terdekomposisi menjadi bahan bakar cair
2. Bagaimana cara mendapatkan kualitas produk yang baik
3. Semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam hasil pirolisis dengan cara
melihat dari analisis GCMS.
2. Mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan pirolisis tiga kondensor.
3. Mengetahui suhu optimal untuk menghasilkan minyak pirolisis dari jumlah yang
minyak yang diperoleh.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi baru tentang pemanfaatan plastik bekas menjadi bahan
bakar cair.
2. Menemukan alternatif pengolahan plastik dengan proses pirolisis sehingga dapat
menjadi bahan bakar yang dapat menggantikan bahan bakar minyak bumi.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan lingkungan
sehingga menjadi solusi untuk mensukseskan program pengembangan energi
terbarukan dari pemerintah.
I.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Sampah plastik jenis PP (polipropilen) apabila dipanaskan hingga suhu 400°C
akan berubah menjadi bahan bakar cair.
2. Produk pirolisis sampah plastik polipropilen berguna untuk mengubah plastik
bekas gelas air mineral menjadi barang yang lebih berguna yaitu bahan bakar cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Plastik
II.1.1 Definisi Plastik
Plastik adalah suatu material organik sintetik atau material organik
semi sintetik yang berasal dari minyak bumi dan gas alam. Dari produk
plastik, dihasilkan polyethylene terephthalate (PET), high density
polyethylene (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), low density polyethylene
(LDPE), polypropylene (PP), polistirena (PS), polyurethane dan polifenol,
menghasilkan limbah plastik yang kira-kira terdiri dari 50-60% jenis PE, 20-
30% dari PP, 10-20% PS, dan 10% PVC. (Sarker, 2013)
Plastik merupakan salah satu jenis makromolekul yang dibentuk
dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan
beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi
molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa
polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen.
Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak
bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi
prosesnya. (Kumar dkk., 2011)
Plastik mempunyai kandungan energi yang tinggi seperti bahan bakar
pada umumnya seperti bensin, solar dan minyak tanah. Tabel 1 menunjukkan
nilai kalor bahan plastik dibandingkan dengan bahan bakar pada umumnya.
Berbagai jenis plastik seperti polietilen (PE), polipropilen (PP) dan polistiren
(PS) mempunyai nilai kalor yang setara dengan bahan bakar yang berasal
dari minyak bumi seperti minyak tanah, solar dan minyak berat. Oleh karena
itu, mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar dengan metode
pirolisis merupakan pilihan yang menjanjikan untuk daur ulang plastik yang
tidak dapat didaur ulang secara mekanis karena pertimbangan keekonomian.
Tabel 1.Nilai kalor beberapa jenis plastik dan bahan bakar

II.1.2 Plastik PP (Polypropylene)

Polipropilen (PP), yang merupakan pemasok utama bahan baku


industri ini. Menurut data Kementerian Perindustrian RI, dalam lima tahun
terakhir periode 2005-2009 tingkat produksi industri PP mengalami
pertumbuhan rata-rata sekitar 3,2% per tahun yaitu dari 525.915 ton pada
2005 meningkat menjadi 593.000 ton pada 2009. Kapasitas produksi PP di
Indonesia mencapai 670.000 untuk memasok industri karung plastik, karpet,
dan barang-barang rumah tangga. (Sa’diyah, 2015)

Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm,


Luparen, Escon, Olefane dan Profax. Kebanyakan polipropilena komersial
merupakan isotaktik dan memiliki kristalinitas tingkat menengah di antara
polietilena berdensitas rendah dengan polietilena berdensitas tinggi; modulus
Youngnya juga menengah. Polipropilena memiliki titik leleh 130-171°C,
sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning Calorimetry (DSC)
sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan sifat kelim panas
yang baik. (Sa’diyah. 2015)
Gambar 1. Grafik hasil analisis TGA polipropilen.

Hasil TGA untuk bahan Polipropilena, suhu yang diperoleh dari hasil
analisis yaitu 300-480 OC dimana suhu tersebut menunjukkan bahan mulai
terdekomposisi sampai habis terdekomposisi hingga tidak terjadi reaksi lagi
saat bahan dipanaskan melebihi suhu tersebut.
II.2 Pirolisis
Pirolisis adalah proses degradasi termal bahan-bahan polimer seperti plastik
maupun material organik seperti biomassa dengan pemanasan tanpa melibatkan
oksigen di dalamnya. Proses ini umumnya berlangsung pada temperatur 500-
800oC. Produk dari pirolisis ini terdiri dari fraksi gas, cair dan residu padatan. Pada
suhu tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek.
Selanjutnya proses pendinginan dilakukan pada gas tersebut sehingga akan
mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan inilah yang nantinya
menjadi bahan bakar, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel. (Aguado
dkk., 2007)
Pengetahuan sifat termal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah
titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur
dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas
temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi termal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada
suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. (Budiyantoro, 2010)
Jenis plastik yang digunakan sebagai umpan pada proses pirolisis
mempunyai korelasi langsung terhadap kualitas bahan bakar yang dihasilkan
seperti distribusi atom karbon, flash point, bilangan oktan, bilangan setana, dan
pour point. Tiap jenis plastik mempunyai struktur kimia dan mekanisme reaksi
yang berbeda seperti ditunjukkan pada gambar

Gambar 2.Struktur molekul PE,PP, dan PS

Kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan dari proses pirolisis sampah
plastik juga dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain tipe reaktor,
temperatur, dan waktu tinggal di dalam reaktor. (Rodiansono dkk, 2007)
Ada beberapa tipe reaktor yang telah dikembangkan dan digunakan untuk
pirolisis seperti batch/semi batch, reaktor unggun tetap (fixed bed), reaktor unggun
terfluidisasi (fluidized bed), spouted bed dan screw kiln. Reaktor tipe batch/semi
batch telah digunakan oleh banyak peneliti karena desainnya yang lebih sederhana
dan kemudahan dalam operasionalnya.
II.3 Kondensasi
Kondensasi adalah proses pelepasan kalor dari suatu sistem yang
menyebabkan uap (vapor) berubah menjadi cair (liquid). Dalam proses merubah
gas menjadi cair dapat dilakukan dengan cara menaikan tekanannya atau dengan
menurunkan temperaturnya. Jenis fenomena kondensasi dibagi menjadi dua yaitu :
kondensasi film (film wise condensation) dan kondensasi secara tetes (dropwise
condensation).
Kondensor merupakan salah satu alat yang digunakan untuk penukar panas
antara fluida dimana fluida panas dan fluida dingin terpisah atau tidak saling
bercampur. Kondensor (Heat Exchanger) berdasarkan arah aliran fluida kerja
dibagi menjadi tiga tipe yaitu aliran paralel atau aliran searah (cocurrent), aliran
melawan arus atau aliran berlawanan (countercurrent) dan aliran silang (crossflow).
Perpindahan kalor pada heat exchanger dapat didefinisikan sebagai suatu
proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah kedaerah lain akibat
adanya perbedaan suhu pada daerah tersebut. Macam macam proses perpindahan
kalor yaitu perpindahan panas konduksi dan perpidahan panas konveksi serta
radiasi.
Efektivitas kondensor dipengaruhi oleh beberapa faktor yang teridentifikasi
pada latar belakang masalah di atas. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara
lain adalah: desain kondensor, nilai konduktivitas bahan, kerapatan isolasi
kondensor, suhu lingkungan pengoperasian, jenis fluida pendingin, arah aliran
fluida, debit air pendingin dan fouling factor (faktor pengotoran). (Rebeiro, 1984)
Tipe aliran pada alat penukar panas dapat dibagi menjadi empat macam yaitu
aliran berlawanan arah (counter current flow), aliran searah (parallel flow / co –
current flow), aliran silang (cross flow), dan aliran silang berlawanan (cross
counter flow).
a. Aliran Berlawanan Arah (Counter Current Flow)
Aliran fluida panas dengan fluida pendingin berlawanan arah, pemanas
masuk dari sisi salah satu ujung alat sedangkan fluida pendingin masuk dari
ujung lain yang berlawanan. Aliran tipe berlawanan arah ini memberikan nilai
delta LMTD yang paling besar di antara tipe aliran yang lain, oleh karena itu
efisiensi laju perpindahan panas terhadap luas permukaan tinggi. Hal tersebut
dikarenakan kontak antara fluida panas dan dingin lebih efektif sehingga delta
temperatur yang dihasilkan juga besar.

Gambar 3.Diagram temperatur aliran berlawanan arah.

b. Aliran Searah (Parallel Flow / Co – Current Flow)


Aliran antara fluida panas dengan fluida pendingin masuk pada ujung
alat penukar panas yang sama (searah) menuju ujung lain dari alat penukar
panas tersebut. Efisiensi aliran searah lebih kecil jika dibandingkan dengan
aliran berlawanan. Hal tersebut dikarenakan perpindahan panas yang terjadi
kurang efektif, fluida panas langsung bertemu dengan air dingin sehingga
perpindahan panas dari ujung alat sampai ke ujung alat tidak akan terlalu
banyak terjadi karena air langsung menerima panas secara besar pada awal
proses.

Gambar 4. Diagram temperatur aliran searah

c. Aliran silang (Cross flow)


Aliran antara fluida panas dan fluida pendingin membentuk sudut 90 o
atau membentuk sudut tegak lurus. Aliran silang banyak digunakan untuk
perpindahan massa yang melibatkan perubahan fasaseperti pada condenser.

Gambar 5. Aliran silang pada alat penukar panas

d. Aliran Silang Berlawanan (Cross Counter Flow)


Aliran berupa kombinasi dari aliran berlawanan arah dengan aliran
silang. Efiseinsi yang dihasilkan juga tidak lebih besar jika dibandingkan
dengan aliran berlawanan.

Gambar 6. Aliran silang berlawanan pada alat penukar panas

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Satuan Operasi Jurusan
Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Waktu untuk
melakukan penelitian ini dari bulan Maret sampai bulan Juli 2018.
Sementara untuk pengujian Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GC-
MS) dilakukan di laboratorium fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
III.2 Variabel Penelitian
III.2.1 Variabel Bebas
Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan sebagai berikut :
1. Pirolisis dilakukan pada suhu 400, 410, 425, 430, 440,450 ºC.
2. Waktu reaksi selama 75 menit.
III.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam hal ini adalah karakteristik minyak yang
dihasilkan dari pirolisis yaitu komposisi fisika dan kimia yang
diberikan dengan pengujian menggunakan GC-MS.
III.2.3 Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini meliputi waktu pirolisis
selama 75 menit, proses pemanasan, dan laju aliran alir pendingin
dalam proses kondensasi.
III.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data
secara langsung dengan cara observasi. Pengamatan langsung dilakukan
dengan mengamati proses pirolisis sampah plastik dan pencatatan data
pengamatan sehingga data yang diperoleh seperti cairan pirolisis dan
variabel suhu untuk mencapai kondisi optimum.
III.4 Bahan
1. Sampah plastik jenis Polypropylen (PP)
2. Air Pendingin

III.5 Alat
Gambar 7.Rancangan rangkaian alat pirolisis

Keterangan :
1. Reaktor
2. Barometer
3. Termometer
4. Cyclone
5. Kondensor I, II, III
6. Penampung
7. Penangkap gas/Galon
III.6 Cara Kerja
III.6.1 Persiapan Bahan Baku
1. Memilih sampah plastik dari pengepul.
2. Memotong atau mencacah sampah plastik hingga ukurannya
kecil.
3. Menimbang sampah plastik sebanyak 1 kg.
4. Memasukkan sampah plastik ke dalam reaktor.

III.6.2 Proses Pirolisis


1. Menghidupkan sumber arus pada alat dan air pendingin.
2. Suhu yang digunakan adalah sesuai dengan analisis TGA
tergantung jenis plastic selama ±75 menit.
3. Menampung hasil kondensasi kedalam wadah/penampung.
4. Mengukur volume dari hasil pirolisis dan capaian hasil yang
diperoleh.
5. Hasil cairan dimasukkan kedalam botol.
6. Mematikan sumber arus listrik dan aliran air pendingin ketika
proses pirolisis telah selesai.
7. Mengambil residu dari reaktor.
8. Menimbang berat residu yang diperoleh.
9. Hasil pirolisis dimurnikan dengan kertas saring whatman
kemudian memasukkan ke pompa vakum.
Cara kerja dalam bentuk skema dapat dilihat pada gambar 8
dibawah ini :

Memotong bahan menjadi

Pirolisis

Gas
Padatan

Kondensasi

Pemurnian

Analisis GC-MS

Gambar 8.Diagram proses pirolisis

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pirolisis adalah proses penguraian material (dekomposisi) bahan organik


melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana
material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.
Bahan utama dalam proses pirolisis ini adalah sampah plastik jenis polipropilena
dengan variabel suhu yaitu 400,410,425,430,440, dan 450oC berdasarkan hasil
analisis Thermal Geometric Analyzer. Bahan di potong kecil-kecil dengan cara
manual sehingga diperoleh sampah plastik dalam ukuran yang lebih kecil.
Faktor yang mempengaruhi hasil cairan dari proses pirolisissampah plastik
salah satunya adalah variasi penggunaan bahan dan suhu yang optimal, untuk itu
perlu adanya pengujian terkait dalam hal tersebut sehingga didapatkan persentase
penggunaan bahan dansuhu yang optimal dan hasil pirolisis yang tinggi.

4.1 Analisis Thermal Geometric Analyzer Polipropilen


Analisis Thermal Geometric Analyzer pada bahan Polipropilen yaitu :

Gambar 9. Hasil analisis TGA polipropilen


Berdasarkan grafik 4.1 hasil TGA untuk bahan Polipropilena, suhu
yang diperoleh dari hasil analisis yaitu 300-480 OC dimana suhu tersebut
menunjukkan bahan mulai terdekomposisi sampai habis terdekomposisi
hingga tidak terjadi reaksi lagi saat bahan dipanaskan melebihi suhu
tersebut. Namun dalam percobaan yang sudah dilakukan, suhu hasil analisis
tidak sesuai dengan pengaplikasian di laboratorium. Bahan yang dipakai
pada percobaan sampai suhu 450ºC, sehingga dari hasil TGA tersebut dibuat
variasi suhu dari 400,410,425,430,440, dan 450oC.
4.2 Hasil Pirolisis
Hasil pirolisis sampah plastic dengan variabel suhu dan bahan
diperoleh data hasil pirolisis seperti pada tabel 2 berikut :
Tabel 2.Hasil cairan pirolisis polipropilen

Suhu ºC Volume (ml)


Cyclone K1 K2 K3
400 420 199 - -
410 525 378 69 -
425 756 182 - -
430 400 395 200 10
440 310 370 140 137
450 301 390 290 153

Pirolisis yang dilakukan menghasilkan beberapa data dan hasil


percobaan, berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil cairan yang
diperoleh dari proses pirolisis paling banyak terdapat pada suhu 450ºC
dengan volume untuk Polipropilena yaitu 1134 ml hal ini disebabkan karena
rantai karbon pada saat proses pemanasan terengkah secara sempurna dan
menghasilkan banyak gas yang terkondensasi dan menjadi minyak pirolisis.

Adapun prosentase hasil yang diperoleh dari analisis GC-MS pada


cyclone untuk menunjukkan fraksi yang terkandung dalam hasil pirolisis
dari setiap bahan tertera pada tabel 3, 4, 5, 6 di bawah ini :

Tabel 3. Persen komposisi pada cyclone pada masing masing suhu

CYCLONE (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 2,51 36,95 51,82 9,11
410 0,94 34,38 50,47 14,23
425 - 17,71 65,39 16,87
430 - 30,41 54,17 15,46
440 - 40,91 43,45 15
450 - 47,68 36,18 15,71
Dari tabel 3 dapat dismpulkan bahwa pirolisis pada suhu 400˚C pada
cyclone terdapat gas sebanyak 2,51%, dimana merupakan kandungan gas
terbanyak dibandingkan pirolisis suhu lainnya. Untuk kandungan gasoline
kandungan terbanyak adalah pada suhu 450 ˚C dengan kandungan 47,68 %
kemudian kandungan gasoline paing sedikit adalah pada pirolisis suhu
425˚C dengan kandungan 17,71 %. Kandungan kerosin terbanyak adalah
pada suhu 430 ˚C dengan kandungan 65,39%, sedangkan kandungan kerosin
paling sedikit adalah pada suhu 450˚C dengan kandungan 36,18 %.
Kandungan residu terbanyak pada pirolisis suhu 425˚C dengan kandungan
16,87 %, kemudian untuk kandungan residu paling sedikit pada suhu 400˚C
yaitu 9,11%. Dari hasil analisa %komposisi per volume minyak pirolisis
bisa ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar minyak pirolisis yang keluar
dari Cyclone adalah kerosin karena komposisi kerosin lebih banyak
dibanding kandungan gas, gasoline dan residu.

Adapun prosentase hasil yang diperoleh dari analisis GC-MS pada


kondensor 1 untuk menunjukkan fraksi yang terkandung dalam hasil
pirolisis dari setiap bahan tertera pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Komposisi pada kondensor 1 pada masing masing suhu

KONDENSOR 1 (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 5,55 65,19 24,81 3,52
410 2,96 47,95 41,21 7,34
425 7,86 79,28 12,82 -
430 3,05 39,78 48,39 8,76
440 2,48 40,04 45,91 11,58
450 2,51 36,95 51,82 9,11
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pirolisis pada suhu 425˚C pada
Kondensor 1 terdapat gas sebanyak 7,86%, dimana merupakan kandungan
gas terbanyak dibandingkan pirolisis suhu lainnya. Untuk kandungan
gasoline kandungan terbanyak adalah pada suhu 425˚C dengan kandungan
79,28 % kemudian kandungan gasoline paling sedikit adalah pada pirolisis
suhu 450˚C dengan kandungan 36,95 %. Kandungan kerosin terbanyak
adalah pada suhu 450 ˚C dengan kandungan 51,82%, sedangkan kandungan
kerosin paling sedikit adalah pada suhu 425˚C dengan kandungan 12,82 %.
Kandungan residu terbanyak pada pirolisis suhu 440˚C dengan kandungan
11,58 %, kemudian untuk kandungan residu paling sedikit pada suhu
3,52˚C yaitu %, namun pada suhu 425˚C tidak ada kandungan residunya.
Dari hasil analisis yang dilakukan minyak yang dihasikan oleh kondensor 1
paling bnyak mengandung gasoline dan kerosin.

Adapun prosentase hasil yang diperoleh dari analisis GC-MS pada


kondensor 2 untuk menunjukkan fraksi yang terkandung dalam hasil
pirolisis dari setiap bahan tertera pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Komposisi pada kondensor 2 pada masing masing suhu

KONDENSOR 2 (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 - - - -
410 3,29 33,19 51,97 11,54
425 - - - -
430 3,13 45 43,03 8,86
440 3,31 38,56 50,1 8,14
450 4,08 40,16 45,75 10,01
Dari tabel 5 hanya terdapat 4 suhu yang menghasilkan mnyak yaitu
suhu 410, 430, 440, 450 ˚C. Hasil analisis dapat dilihat bahwa pirolisis pada
suhu 450˚C pada Kondensor 2 terdapat gas sebanyak 4,08%, dimana
merupakan kandungan gas terbanyak dibandingkan pirolisis suhu lainnya.
Untuk kandungan gasoline kandungan terbanyak adalah pada suhu 430 ˚C
dengan kandungan 45 % kemudian kandungan gasoline paling sedikit
adalah pada pirolisis suhu 410˚C dengan kandungan 33,19 %. Kandungan
kerosin terbanyak adalah pada suhu 410˚C dengan kandungan 51,97%,
sedangkan kandungan kerosin paling sedikit adalah pada suhu 430˚C
dengan kandungan 43,03 %. Kandungan residu terbanyak pada pirolisis
suhu 410˚C dengan kandungan 11,54 %, kemudian untuk kandungan residu
paling sedikit pada suhu 440˚C yaitu 8,11%. Dari hasil analsis yang
dilakukan disimpulkan bahwa kondensor 2 ini banya mengandung gasoline
dan kerosin.

Adapun prosentase hasil yang diperoleh dari analisis GC-MS pada


kondensor 3 untuk menunjukkan fraksi yang terkandung dalam hasil
pirolisis dari setiap bahan tertera pada tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Komposisi pada kondensor 3 pada masing masing suhu

KONDENSOR 3 (%)
SUHU
(ºC) GAS GASOLIN KEROSIN RESIDU
(C1-C5) E (C6 – C11) (C12 – C20) (C > 20)
400 - - - -
410 - - - -
425 - - - -
430 1,67 55,21 33,81 9,28
440 3,86 45,14 42,12 8,88
450 4,11 46,73 37,21 11,98
Dari tabel 6 hanya ada 3 suhu yang mengeluarkan minyak yaitu
430,440 dan 450˚C pada kondensor 3. Hasil analisis dapat dilihat bahwa
pirolisis pada suhu 450˚C pada Kondensor 2 terdapat gas sebanyak 4,11%,
dimana merupakan kandungan gas terbanyak dibandingkan pirolisis suhu
lainnya. Untuk kandungan gasoline kandungan terbanyak adalah pada suhu
430 ˚C dengan kandungan 55,21 % kemudian kandungan gasoline paling
sedikit adalah pada pirolisis suhu 440˚C dengan kandungan 45,14 %.
Kandungan kerosin terbanyak adalah pada suhu 440˚C dengan kandungan
42,11%, sedangkan kandungan kerosin paling sedikit adalah pada suhu
430˚C dengan kandungan 33,81 %. Kandungan residu terbanyak pada
pirolisis suhu 450˚C dengan kandungan 11,98 %, kemudian untuk
kandungan residu paling sedikit pada suhu 440˚C yaitu 8,88%.

4.3 Gas Cromatography – Mass Spectrometry


Analisis cairan pirolisis menggunakan GC-MS (Gas Cromatography-
Mass Spectrometry) di laboratorium Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
Analisis dilakukan pada semua sampel dan berbagai suhu.
Hasil analisis GC-MS untuk Polipropilen tertera pada gambar 10 dibawah
ini:

Gambar 10. Grafik hasil analisis GC-MS pirolisis polipropilen


Berdasarkan gambar 9. Grafik hasil GC-MS untuk hasil pirolisis
kondensor 3 pada suhu 450 dari bahan polipropilena dapat di lihat bahwa
pirolisis menghasilkan banyak senyawa dengan rantai karbon yang berbeda
yaitu C4- C20, dari rantai karbon yang diperoleh dapat dilihat kandungan
paling banyak atau dominan dari hasil analisis proses pirolisis polipropilena
terdapat pada peak ke-10 dengan persentase luas area 32.66% mempunyai
rumus molekul C8H16 dengan nama senyawa 1-Heptene, 5-methyl- (CAS) 5-
Methyl-1-heptene.

Hasil analisis GC-MS dari cairan pirolisis polipropilena menunjukkan


komponen tertinggi adalah senyawa senyawa 1-Heptene-5-methyl. Bila di
kombinasikan dengan literatur yang ada pada beberapa jurnal cendekiawan
untuk komposisi dan kandungan rantai karbon yang terdapat pada cairan
seperti pada menunjukkan keadaan fraksi dengan kandungan rantai karbon,
berdasarkan tabel tersebut dapat di kombinasikan dengan hasil analisis GC-
MS yang diperoleh, dalam analisis GC-MS senyawa yang paling dominan
adalah C8H16 (1-Heptene-5-methyl) sehingga dapat dilihat bahwa hasil
pirolisis yang diperoleh sudah masuk dalam kategori Gasolin (Bensin). Hal
tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya 8 rantai karbon pada hasil
pirolisis yang diperoleh. Dari hasil yang analisis GC-MS juga menghasilkan
senyawa aromatis lainnya yang juga merupakan kandungan dari hasil
pirolisis. Dengan terbentuknya senyawa dengan rantai karbon sampai
dengan 20 sehingga masih banyak rantai karbon yang belum terengkah
untuk menghasilkan bahan bakar dengan fraksi yang lebih baik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pirolisis yang paling baik terdapat pada suhu 450ºC dengan
volume yang diperoleh sebanyak 1.134 ml dikarenakan minyak pirolisis
keluar dari empat kondensor.
2. Fraksi dari hasil pirolisis yang paling tinggi pada cyclone adalah 65,39%
pada suhu 425ºC berupa Kerosin.
3. Fraksi dari hasil yang paling tinggi pada kondensor 1 adalah 79,28%
pada suhu 425ºC berupa Gasolin.
4. Fraksi dari hasil yang paling tinggi pada kondensor 2 adalah 51,97%
pada suhu 410ºC berupa Kerosin.
5. Fraksi dari hasil yang paling tinggi pada kondensor 3 adalah 55,21%
pada suhu 440ºC berupa Gasolin.
6. Kandungan senyawa yang paling dominan pada analisis GC-MS dari
bahan polipropilen adalah 1-Heptene-5-methyl.
5.3 Saran
1. Perlu adanya perbaikan pada alat pirolisis agar hasil dan tidak ada gas
yang bocor dari reaktor dan pipa air pendingin, agar gas hasil pirolisis
dapat terkondensasi lebih baik.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui suhu dan metode
yang tepat pada pirolisis sampah plastik agar dekomposisi dapat terjadi
sempurna sehingga dapat menghasilkan minyak plastik lebih baik dan
dapat dapat memotong rantai tertutup senyawa aromatik menjadi
senyawa dengan rantai ikatan lebih pendek.

DAFTAR PUSTAKA

Aguado, J., Serrano, D. P., Miguel, G. S., Castro, M. C., Madrid, S. 2007.
Feedstock Recycling Of Polyethylene In A Two-Step Thermo-Catalytic
Reaction System. Journal Of Analytical and Applied Pyrolysis hal. 415-
423.

Budiyantoro , C., 2010. Thermoplastik dalam Industri. Teknika Media. Surakarta.


Dalam Surono, U. B., 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik
menjadi Bahan Bakar Minyak. Jurnal Teknik Vol.3, No.1.

Endang K, Muhtar G, Abed Nego, FX Angga Sugiyana. 2016. Pengolahan


Sampah Plastik dengan Methoda Pirolisis Menjadi Bahan Bakar Minyak,
Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia " Kejuangan", ISSN 1693-4393.
Politeknik Negeri Bandung : Bandung

Kumar, A. dan Rakesh K. G.. 2011. Fundamentals of Polymer Engineering. Edisi


kedua. New York : Marcell Dekker. Pp. 33-35.

Rebeiro, F.R., Rodrigues, A.E. Rollman, L.D & Naccache, C. 1984. Zeolite
Science and Technology. Martinus Nijhoff Publisher : Denhaag

Rodiansono, Trisunaryanti,W.,dan Triyono. 2007 . Pembuatan, dan Uji Aktivitas


Katalis NiMo/Z pada Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastic
menjadi Fraksi Bensin, Berkala. MIPA,17,2.
Sa’diyah, Khalimatus. 2012. Pengaruh Waktu, Suhu, dan Jumlah Katalis Pada
Produk Proses Pirolisis Limbah Plastik Polipropilen (PP). Institut
Teknologi Sepuluh November : Surabaya

Sarker, M., Rashid, M. M. (2013). Mixture of LDPE, PP and PS Waste Plastics


into Fuel by Thermolysis Process. International Journal of Engineering and
Technology Research, Vol. 1, No. 1.

Wiratmaja, I. G. 2010. Pengujian KarakteristikFisika Biogasoline Sebagai Bahan


Bakar Pengganti Bensin Murni. Jurnal ilmiah teknik mesin Cakra.M Vol.
4 No. 2 Oktober 2010, 147-148.
LAMPIRAN

Gambar 11.Minyak hasil pirolisis dengan suhu 400˚C

Gambar 12.Minyak hasil pirolisis dengan suhu 410˚C

Gambar 13.Minyak hasil pirolisis dengan suhu 425˚C


Gambar 14.Minyak hasil pirolisis dengan suhu 430˚C

Gambar 15.Minyak hasil pirolisis dengan suhu 440˚C

Gambar 16.Minyak hasil pirolisis dengan suhu 450˚C

You might also like