Professional Documents
Culture Documents
(Skripsi)
Oleh :
By
Muhammad Agung Hardiyanto
Way Kuripan is one of the largest river that flows all the way from
kilometres and drains an area estimated at 31,1 square kilometres. In the upstream
part, there is a hilly area with the water from this river is used as a water supply to
river is used as a transportation site for traditional fishing boats. The condition of
river flow and cross sections are very concerned due to accumulation sediment
particularly the pile of waste so that affect for capacity of rivers flows and
This study aimed to determine flood height and also the area of flood in Way
Kuripan River. The first step of this study is used hydrological analysis to obtain
the maximum flow rate of Way Kuripan River a return periods of 2 years, 5 years,
10 years, 25 years, 50 years, and 100 years. Furthermore, to know capacities and
water level of Way Kuripan River is required the hydraulic simulation process
that is made easier by using Hydrologic Engineering Center-River Analysis
program can help be model the river flows in existing conditions with using
steady flow options and input datas in the form of maximum discharge data. The
output of the modeling using the HEC-RAS program can be seen in figure and
tables form that present the characteristics of the Way Kuripan river cross section.
The analysis of results of the HEC RAS with simulation till discharge plan when a
return period of 100 years have been flood at 3 point cross section that is Sta. 4.6
and 7. In the cross section Sta. 6 has been flood as high as 1.94 meters on the right
side. The flood areas include : Pesawahan, Kota Karang, Kuripan, Gedong
Pakuon, Talang, Sukarame II, Negeri Olok Gading, Sumur Putri and Perwata.
Oleh
Sungai Way Kuripan merupakan salah satu sungai besar yang melintas di kota
dan luas (cathment area) 31,1 km 2 . Dibagian hulu merupakan daerah perbukitan,
air sungainya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku perusahaan air
minum Kota Bandar Lampung. Sedangkan, Bagian hilir sungai dekat muara
dimanfaatkan sebagai alur keluar masuk kapal nelayan tradisonal. Kondisi alur
dan penampang Sungai banyak terdapat sedimen dan sampah yang menyebabkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian banjir dan luas wilayah
banjir sungai Way Kuripan. Langkah awal penelitian ini menggunakan analisis
ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun. Selanjutnya untuk mengetahui kapasitas
dan TMA (tinggi muka air) sungai Way Kuripan dibutuhkan proses simulasi
hidrolika sungai yang dipermudah dengan menggunakan Program Hydrologic
penampang sungai pada kondisi existing yang menggunakan opsi aliran steady
flow dan input data berupa data debit maksimum. Output dari pemodelan
menggunakan program HEC-RAS ini dapat dilihat berupa gambar dan tabel yang
Hasil Analisa HEC RAS dengan simulasi hingga debit rencana kala periode ulang
100 th sudah mengalami banjir pada 3 titik cross section yaitu Sta. 4,6 dan 7. Pada
cross section Sta. 6 mengalami banjir setinggi 1,94 meter ditanggul sebalah kanan.
Talang, Sukarame II, Negeri Olok Gading Sumur Putri dan Perwata.
Oleh
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
pendidikan di SMP Negeri 01 Tumijajar pada tahun 2007 sampai dengan tahun
2010, dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 01 Tumijajar pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTPN VII Distrik Bunga Mayang,
Lampung Utara, Lampung pada bulan Juli Agustus 2017 dan melaksanakan
Pesisir, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepualauan Riau pada bulan Juli– Agustus
x
Persembahan
Puji Syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberi nikmat serta
karunianya.
Orangtuaku
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehngga skripsi ini dapat diselesaikan.
Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali cobaan, namun berkat doa,
bimbingan, dukungan, motivasi, serta kritik dan saran dari semua pihak sehingga
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertanian.
4. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku pembimbing akademik dan
pembimbing kedua.
5. Bapak Dr. Ir. Ridwan, M.S., selaku penguji utama pada ujian skripsi.
ii
6. Ayahku (Sutiman), Ibuku (Suyatmi) yang telah memberikan kasih sayang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
iv
3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................46
LAMPIRAN ....................................................................................................80
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
24. Luapan Banjir Debit Rencana kala Ulang 100 tahun Setinggi 1. 58
meter Sta 4 di tanggul seblah kiri. .......................................................71
25. Luapan Banjir Debit Rencana 100 tahun Setinggi 1.94 meter Sta 6
ditanggul sebelah kanan. ....................................................................72
26. Luapan Banjir debit rencana kala Ulang 100 tahun setinggi 1.12
meter Sta 7 ditanggul sebelah kanan ...................................................72
27. General Profile Plot Sungai Way Kuripan .........................................81
28. Peta Sebaran Banjir Sungai Way Kuripan .........................................81
29. Kondisi Sungai Way Kuripan Sta 5 yang terdampak Banjir terparah ..89
30. Tanggul yang Telah Dibuat belum Memenuhi Standar Dalam
Pengendalian Banjir ...........................................................................90
31. Pemukiman dibantaran sungai Way Kuripan ......................................90
32. Kegiatan Wawancara dan Pengambilan data Sungai Way Kuripan ....90
33. Kondisi Ekosistem Sungai Way Kuripan ............................................91
34. Sampah Salah Satu Faktor Penyebab Banjir .......................................91
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pemilihan Sebaran Distribusi ................................................................82
2. Distribusi Frekuensi Log Pearson Type III ............................................83
3. Curah Hujan Rancangan dengan Berbagai Kala Ulang .........................84
4. Data Elevasi Potongan Melintang Sungai Way Kuripan ......................85
5. Hasil Permodelan Existing Sungai Way Kuripan .................................87
6. Tampilan Penampang Melintang (cross section) Program HEC RAS...89
7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ..........................................................90
ix
1
I. PENDAHULUAN
Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung, dengan luas wilayah
daratan 19.722 ha terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan. Kota ini dilalui
oleh dua sungai besar yaitu Way Kuala dan Way Kuripan serta 23 sungai kecil.
Sungai Way Kuripan merupakan salah satu sungai besar yang melintas di kota
baku perusahaan air minum Kota Bandar Lampung. Sedangkan, Bagian hilir
sungai dekat muara dimanfaatkan sebagai alur keluar masuk kapal nelayan
tradisonal . Kondisi alur dan penampang Sungai banyak terdapat sedimen dan
penduduk yang pesat tidak akan pernah berhenti sebagai sumber masalah yang
taman dan lahan terbuka menjadi kawasan terbangun, akan berpengaruh terhadap
bencana banjir bandang yang merusak hampir 1/3 kawasan kota dengan kerugian
material hingga ratusan milyar rupiah. Namun, ternyata pelajaran berharga itu
tidak membuat Pemkot Bandar Lampung peduli dan sensitif terhadap banjir.
Hingga kini, proses tanggap darurat pasca banjir bandang tidak dijalankan,
mengalami banjir adalah Telukbetung (sebelah barat, utara, dan selatan) sebanyak
25 lokasi dengan luas banjir 28,12 ha; Panjang sebanyak 6 lokasi dengan total luas
lokasi dengan luas banjir 15, 23 ha dan 41 ha (Tusi dan Amin, 2012).
Penyebab banjir di Bandar Lampung cukup kompleks, yaitu curah hujan yang
cukup tinggi, buruknya sistem drainase kota, berkurangnya luas bantaran sungai,
daerah terbuka hijau. Banjir juga merusak infrastruktur macam tanggul, siring,
dan jalan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir di Kota
Bandar Lampung. Selain karena faktor alam seperti curah hujan yang cukup tinggi
serta kondisi fisik dari wilayah itu sendiri, juga disebabkan karena kelalaian
3
manusia sendiri seperti seringnya membuang sampah di sungai atau aliran air
sehingga saat musim penghujan tiba saluran drainase tidak dapat berfungsi
dengan baik. Serta sudah semakin berkurangnya daerah saluran air atau resapan
lingkungan.
Perubahan fungsi kawasan bagian hulu DAS sebesar sekitar 15% mengakibatkan
kualitas dan kuantitas debit aliran dan sedimentasi pada sungai (Eripin, 2005). Hal
ini dapat diartikan pula bahwa suatu daerah aliran sungai yang masih alami
dengan vegetasi padat dapat dirubah fungsi kawasannya sebesar 15% tanpa harus
merubah keadaan alam dari sungai yang bersangkutan. Bila perubahan melebihi
15% maka harus dicarikan solusi dalam mengantisipasi bencana banjir setiap
masalah banjir di wilayah kota Bandar Lampung sangat penting untuk dilakukan.
sungai atau saluran untuk menampung banjir, lama banjir akan terjadi dan kondisi
Periode Ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun untuk titik pengamatan (cross
3. Data yang digunakan adalah hujan harian maksimum dan debit rencana
2. Untuk mengetahui ketinggian Banjir dan Luas wilayah Banjir Sungai Way
Kuripan.
terdampak banjir.
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyar km3 air : 97,5% adalah air
laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air
danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di udara. Air di
bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi, presipitasi dan pengaliran keluar
(outflow). Air melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau
salju ke permukaan udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua
dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan
tanah. Perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk
6
awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume air di permukaan bumi sifatnya tetap.
Meskipun tetap dengan perubahan iklim dan cuaca, letak mengakibatkan volume
Siklus air secara alami berlangsung cukup panjang dan cukup lama. Sulit
untuk menghitung secara tepat berapa lama air menjalani siklusnya, karena
sejumlah faktor lain. Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang
tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui
kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi dapat berubah menjadi cair kembali
atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan batu (hail)). Partikel-
partikel air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan. Awan-awan tersebut
bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara. Sebagai contoh,
menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi jenuh air yang kemudian air
tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu (hail), tergantung pada suhu
udara sekitarnya. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-
molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut
dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir.
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda yaitu evaporasi atau
merupakan suatu sistem tertutup, maka air yang masuk selalu sama dengan air
yang keluar. Hal ini dikenal dengan istilah neraca air (Soemarto, 1987). Apabila
terdapat gangguan siklus hidrologi dapat memicu terjadinya banjir dan kekeringan
disuatu wilayah.
kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada 5020’ sampai dengan 5030’
Lintang Selatan dan 105028’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur. Ibukota Bandar
Lampung berada di Teluk Betung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera,
memiliki luas wilayah daratan 19.722 Ha (197,22 km2) dan luas perairan kurang
Secara hidrologis Kota Bandar Lampung dilalui oleh sungai-sungai yang masuk
dalam Wilayah Sungai (WS) Way Seputih dan Way Sekampung yaitu Sungai
Way Halim, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang dan Way
Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang, Way Kuala, mengalir di
wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian Barat, daerah hilir
sungai berada di wilayah bagian Selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah
miring sampai curam berjumlah 4 %. Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar
Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23
Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar
Sungai-sungai yang melintasi Kota Bandar Lampung adalah sungai kecil dengan
debit air yang kecil, diantaranya adalah Way Simpur, Way Penengahan, Way
mengering,tetapi pada musim hujan debit air akan bertambah semakin cepat,
daerah aliran sungai yang merupakan dampak kegiatan pembangunan yang tidak
Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran pantai
membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung
Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok
sebagai berikut :Dan secara administratif pula, Kota Bandar Lampung terdiri dari
wilayah Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 2, berikut ini.
10
Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan Kota Bandar Lampung
1) Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau
dibagian Selatan
Utara
Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta
mengalami fluktuasi. Jumlah curah hujan tinggi biasanya terjadi pada bulan
November sampai bulan April pada tipa tahunnnya. Pada tahun 2008 jumlah
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yaitu 433,10 mm, sedangkan
yang terendah terjadi pada bulan Juli yaitu hanya 0,30 mm.berdasarkan data
11
tersebut, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi
pada tahun 2009, yaitu mencapai 179,30 mm. Tingginya rata-rata curah hujan
pada tahun 2009 berimplikasi pada meningkatnya volume air sungai sehingga
basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut
rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Bandar Lampung
pada tahun 2009 terjadi pada bulan November - Maret dengan rerata curah hujan
bulanan berada diatas 179,30 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan April –
Agustus dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 179 mm.
Kota Bandar Lampung termasuk beriklim tropis basah yang mendapat pengaruh
dari angin musim (Monsoon Asia). Data Badan Metereologi Klimatologi dan
Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 25 – 280C
Lampung sepanjang relatif stabil dan tidak pernah menunjukan perubahan yang
geografis wilayah yang berbukit serta berada di kaki Gunung Betung merupakan
dan secara umum kelerengan wilayah Kota Bandar Lampung berada pada 0 – 40
Betung Selatan dan Kecamatan Kedaton. Adapun wilayah yang memiliki tingkat
Lampung,2008)
Banjir selalu mengancam beberapa kota yang ada di Indonesia jika musim
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang mengalami banjir di
setiap tahunnya. Walaupun banjir yang terjadi hanya berupa genangan dengan
tinggi maksimal dua meter dan tidak separah yang terjadi di kota besar lainnya
dan prasarana yang tidak dapat digunakan, dapat menimbulkan berbagai penyakit
pasca banjir, menimbulkan kerugian harta benda bahkan dapat menelan korban
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:17) banjir ada dua peristiwa, pertama
peristiwa banjir atau genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak
terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari
sungai karena debit air banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit
banjir yang signifikan. Kerugian dan kerusakan akibat banjir adalah sebesar dua
pertiga dari semua bencana alam yang terjadi. Setiap tahun hampir 300 peristiwa
banjir yang sering terjadi di Kota Bandar Lampung merupakan banjir berupa
genangan dilihat dari waktu tergenangnya banjir yang biasanya hanya beberapa
jam hingga akhirnya air kembali surut saat hujan tidak lagi terjadi serta banjir
genangan banyak dijumpai di wilayah yang topografi atau reliefnya relatif datar.
Berbeda dengan banjir yang terjadi di kota-kota besar lainnya seperti misalnya
yang sering melanda Ibukota Jakarta, banjir yang terjadi dapat berlangsung hingga
Lampung. Selain karena faktor alam seperti curah hujan yang cukup tinggi serta
kondisi fisik dari wilayah itu sendiri, juga disebabkan karena kelalaian manusia
sendiri seperti seringnya membuang sampah di sungai atau aliran air sehingga
saat musim penghujan tiba saluran drainase tidak dapat berfungsi dengan baik.
Serta sudah semakin berkurangnya daerah saluran air atau resapan air dikarenakan
Hal ini dikarenakan letak Provinsi Lampung yang sangat strategis sebagai
gerbang utama menuju Pulau Sumatera dan Kota Bandar Lampung sebagai
terjadi di kota Bandar Lampung cukup tinggi, sehingga jumlah penduduk yang
ada juga terbilang tinggi. Oleh karena itu, pertumbuhan kawasan pemukiman
14
betonisasi di atas permukaan tanah dan jaringan jalan yang diperkeras dengan
aspal. Berikut adalah tabel lokasi kejadian atau rawan bencana di Kota Bandar
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai banjir genangan yang sering
melanda, maka dibutuhkan sebuah informasi yang jelas yang dapat dimengerti
oleh masyarakat luas. Tidak hanya penyajian berupa peta persebaran lokasi banjir,
masyarakat dapat benar-benar mengerti seperti apa keadaan atau kondisi yang
mengintai dan dapat terjadi sewaktu-waktu saat musim penghujan tiba. Bahkan
tidak menutup kemungkinan jika beberapa tahun terakhir banjir yang melanda
berupa genangan apabila tidak secepatnya diatasi banjir yang terjadi akan
menjadi lebih besar seperti yang sering melanda kota Jakarta. Oleh karena itu,
serupa agar tidak terulang kembali ataupun menjadi lebih besar dari banjir yang
2.4. Sungai
Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang
berasal dari hujan disebut alur sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh
aliran air ini disebut aliran air. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air
wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai
mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran Sungai (DAS).
16
DAS merupakan ekosistem yang terdiri dari berbagai macam komponen dan terjadi
komponen yang merupakan keluaran (output), dimana keadaan atau pengaruh yang
berlaku pada salah satu bagian didalamnya akan mempengaruhi wilayah secara
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003), Komponen yang terdapat dalam DAS
terdiri dari komponen fisik, kimia, dan biologi. Komponen fisik mencakup
menitikberatkan kepada kodisi daripada air sungai. Komponen biologi dilihat dari
keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang
DAS memilki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Karena dalam
DAS terdapat suatu sistem yang berjalan dan terdiri dari berbagai komponen.
DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian menurut pengelolaannya, yaitu DAS
bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS di bagian hulu amat penting sebagai
penyimpan air, penyedia air untuk industri, potensi pembangkit listrik, dan yang
tak kalah penting sebagai penyeimbang ekologis di dalam system DAS. DAS
DAS disebut juga sebagai watershed atau catchmen area. DAS ada yang
kecil dan ada juga yang sangat luas. DAS yang sangat luas bias terdiri dari
17
beberapa sub DAS dan sub DAS dapat terdiri dari beberapa sub-sub DAS,
tergantung banyaknya anak sungai dari cabang sungai yang ada, yang merupakan
Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan
yang penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama
waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), Frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh
hujan (A). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa
hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan
(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Tujuan analisis frekuensi
terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik (peluang). Ada dua macam seri
data ini sering disebut seri data maksimum (maximum annual series).
selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut
diambil kemudian dianalisis dengan cara yang lazim. Metode ini lebih
18
statistika yang bertujuan untuk memprediksi suatu besaran hujan atau debit masa
hujan atau dilampai. Sebaliknya, kala ulang (return period) diartikan sebagai
waktu dimana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui sekalai dalam jangka waktu tersebut. Dalam hal ini tidak berarti behwa
selama jangka waktu ulang tersebut (misalnya T tahun) hanya sekali kejadian
ataupun debit tersebut akan disamai atau dilampaui K kali dalam jangka panjang
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kulitas dan
panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang
terjadi. Menurut Soemarto (1987), dalam ilmu statistik dikenal bebrapa macam
distribusi dan empat jenis distribusi yang umum digunakan dalam bidang
hidrologi adalah :
1) Distribusi Normal
4) Distribusi Gumbel 1
Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data
yang meliputi :
19
Parameter Sampel
Rata-rata 1 n
X= Xi
n i 1
1/ 2
Simpangan baku 1 n
s= ( Xi X) 2
n 1i 1
Koefisien variasi s
Cv =
x
n
Koefisien skewness
n ( Xi X ) 3
i 1
Cs =
(n 1)(n 2) s 3
n
Koefisien kurtosis
n2 ( Xi X )3
i 1
Ck =
(n 1)(n 2)(n 3) s 4
Sumber : Singh, 1992
test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada
kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi (Loebis, 1992). Intensitas curah
Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujanyang tinggi pada
umumnya berlansung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak
20
sangat luas. Hujan yang meliputi daerah yang luas, jarang sekali dengan
intensitas yang tingg, tetapi dapat berlansung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi yang panjang jarang
terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
hujan adalah kurva yang menunjukkan persamaan dimana t sebagai abisis dan I
sebagai ordinat. Kurva ini digunakan untuk perhitungan debit puncak dengan
curah hujan dari titik paling atas ke titik yang ditinjau dibagian hilir daerah
Analisis hubungan dua parameter hujan yang penting berupa Intensitas dan
Penyajian secara grafik hubungan ini adalah berupa kurva Intensity Duration
Frequency (IDF) (Loebis, 1992). Sri Harto (1993), Menyebutkan bahwa analisis
diperoleh dari rekaman hujan. Jika tidak tersedia waktu untuk mengamati
besarnya intensitas curah hujan atau disebabkan oleh karena alatnya tidak ada,
Menurut Loebis (1992), intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data
curah Hujan (I) dalam rumus rasional dapat dihitung berdasarkan rumus :
..........................................................................................(1)
21
konsentrasi (tc)
Besarnya Intensitas curah hujan tidak sama disegala tempat, hal ini dipengaruhi
oleh topografi, durasi dan frekuensi ditempat atau lokasi yang bersangkutan.
Ketiga hali ini dijadikan pertimbangan dalam membuat lengkung IDF (IDF curve
curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang dipilih (Sosrodarsono dan
Takeda, 2003)
Menurut Suripin (2004), waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS
(titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika
durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara
serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Salah satu metode
0 , 385
0,87 xL2
tc= ................................................................................. (2)
1000xS
Durasi hujan yang biasa terjadi 1-6 jam bahkan maksimum 12 jam pun jarang
terjadi. Durasi hujan sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi sehingga sangat
berpengaruh pada besarnya debit yang masuk ke saluran atau sungai. Jika tidak
diperoleh waktu konsentrasi sama dengan intensitas hujan maka perlu digunakan
Koefisien limpasan adalah presentase jumlah air yang dapat melimpas melalui
permukaan tanah dari keseluruhan air hujan yang jatuh pada suatu daerah.
Semakin kedap suatu permukaan tanah maka akan semakin tinggi nilai koefisien
adalah kondisi tanah, laju infiltrasi, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah
Besarnya aliran permukaan dapat menjadi kecil, terlebih bila curah hujan tidak
melebihi kapasitas infiltrasi. Selama hujan yang terjadi adalah kecil atau sedang,
aliran permukaan hanya terjadi didaerah yang impermabel dan jenuh di dalam
suatu DAS atau lansung jatuh diatas permukaan air. Apabila curah hujan yang
jatuh jumlahnya lebih besar dari jumlah air yang dibutuhkan untuk evaporasi,
intersepsi, infiltrasi, simpanan depresi dan cadangan depresi, maka barulah bisa
terjadi aliran permukaan. Apabila hujan yang terjadi kecil, maka hampir semua
curah hujan yang jatuh terintersepsi oleh vegetasi yang lebat (Kodoatie dan
Sugiyanto, 2002).
23
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien
permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0-1. Nilai C=0 menunjukkan bahwa semua air
menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Pada DAS
yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak DAS maka harga C semakin
yang cukup besar sesuai jenis penggunaan lahan dan curah hujan. Tabel diatas
merupakan contoh nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan konsisi Indonesia.
Pemilihan nilai C dari suatu tabel sangat subjektif. Kurang tepat memilih nilai C
maka tidak benar pula debit banjir yang dihitung dengan metode rasional. Setiap
Hutan Produksi 5
Semak Belukar 7
Sawah – sawah 15
Daerah Pertanian, Perkebunan 40
Jalan Aspal 95
Daerah Pemukiman 50 -70
Bangunan Padat 70 – 90
Bangunan Terpencar 30 – 70
Atap Rumah 70 -90
Jalan Tanah 13 – 50
Lapis keras Kerikil batu Pecah 35 – 70
Lapis Keras Beton 70 – 90
Taman, Halaman 5 – 25
Tanah Lapang, tegalan 10 – 30
Kebun, Ladang 0 – 20
Sumber : Majalah Geografi Indonesia No.14-15 (Soewarno, 2000)
Jika DAS terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran
permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat
n
Ai .C i
i 1
C= n
........................................................................................ (3)
Ai
i 1
2.10. Debit
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air
sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya
25
dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3 /dt). Menurut Sosrodarsono
dan Takeda (2006), debit air sungai adalah laju aliran air yang melewati suatu
dalam satuan meter kubik per detik (m 3 /dt). Menurut Harnalin (2010), debit air
Dengan mengetahui debit air suatu perairan kita dapat mengetahu jenis
organisme apa saja yang hidup di suatu perairan tersebut. Jika debit air disuatu
perairan tinggi maka dapat dipastikan bahwa organisme yang hidup di perairan
tersebut adalah organisme perenang kuat. Pengertian Debit adalah besaran yang
dalam satuan waktu tertentu. Debit juga merupakan laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik per detik (m 3/dt). Sungai itu terbentuk dengan adanya aliran air dari satu
atau beberapa sumber air yang berada di ketinggian, misalnya disebuah puncak
bukit atau gunung yang tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah
sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk
pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata- rata tahunan dapat memberikan
gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah
dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit
dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya
perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local. Debit juga dikenal
dengan laju aliran permukaan yang berarti jumlah atau volume air yang mengalir
pada suatu titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m 3 per detik atau
mLaju aliran permukaan dikenal juga dengan istilah debit. Besarnya debit
ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat
Q = A V ................................................................................................ (4)
Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk ke dalam alur sungai berupa aliran
permukaan, aliran air di bawah permukaan, aliran air bawah tanah dan butir-butir
hujan yang langsung jatuh kedalam alur sungai. Debit aliran sungai akan naik
27
setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah hujan
selesai. Gambar tentang naik turunnya debit sungai menurut waktu disebut
hidrograf. Bentuk hidrograf suatu sungai tegantung dari sifat hujan dan sifat-
sifat daerah aliran sungai yang bersangkutan Sebagian besar debit aliran pada
sungai kecil yang masih alamiah adalah debit aliran yang berasal dari air
tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air hujan). Dengan
demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih menggambarkan
Motode rasional adalah metode lama yang masih digunakan hingga sekarang
rasional adalah jika curah hujan dengan intensitas I terjadi secara terus-menerus,
maka laju limpasan lansung akan bertambah sampai mencapai waktu konsentrasi
Tc, waktu konsentrasi Tc tercapai ketika seluruh bagian DAS telah memberikan
konstribusi aliran di outlet. Laju masukan pada sistem adalah hasil curah hujan
dengan intensitas I pada DAS dengan lua A. Nilai perbandingan anatara laju
masukan dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi pada saat Tc dinyatakan
Rumus ini adalah rumus yeng tertua dan yang terkenal diantara rumus-rumus
empiris lainnya. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan
daerah pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan drainase daerah
pengaliran yang relatif sempit. Metode rasional dapat dipandang sebagai satu
cara praktis dan murah. Selain itu, penerapannya di Indonesia masih memberikan
28
peluang untuk dikembangkan. Metode ini cocok dengan kondisi indonesia yang
Artinya jika terjadi curah hujan selama 1 jam dengan intensitas 1 mm/jam dalam
daerah seluas 1 km 3 , maka debit banjir sebesar 0,2778 m 3 /dtk dan melimpas
Saluran terbuka merupakan saluran air dimana air mengalir dengan muka air
yang bebas. Pada semua titik di sepanjang saluran, tekanan air di permukaan air
adalah sama (tekanan atmosfir). Pada saluran terbuka variable aliran sangat
tidak teratur baik terhadap ruang ataupun terhadap waktu. Variabel tersebut
sangat sulit untuk diselesaikan secara analitis. Oleh karena itu analisa aliran pada
saluran terbuka adalah dengan metoda empiris, dimana sampai saat ini metoda ini
merupakan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aliran air dalam
suatu saluran dapat berupa aliran saluran terbuka maupun aliran pipa. Kedua
29
jenis aliran tersebut sama dalam banyak hal, namun berbeda dalam satu hal
yang penting. Aliran saluran terbuka harus memiliki permukaan bebas. Aliran
seragam (uniform) ini dianggap bahwa aliran adalah mantap/permanen dan satu
dimensi. Aliran tidak mantap yang seragam hampir tidak ada di alam. Dengan
anggapan satu dimensi berarti kecepatan aliran di setiap titik pada tampang
lintang adalah sama. Contoh aliran seragam adalah aliran melalui saluran irigasi
yang sangat panjang dan tidak ada perubahan penampang. Aliran di saluran
irigasi yang dekat dengan bangunan irigasi tidak lagi seragam karena adanya
Aliran seragam tidak dapat terjadi pada kecepatan aliran yang besar atau
tertentu (kecepatan kritik), maka muka air menjadi tidak stabil dan akan terjadi
gelombang. Pada kecepatan yang sangat tinggi (lebih dari 6 m/det), udara akan
masuk ke dalam aliran dan aliran menjadi tidak mantap.Dalam aliran melalui
aliran. Distribusi kecepatan tidak merata di setiap titik pada tampang melintang
Namun, komponen arah vertikal dan lateral biasanya kecil dan dapat diabaikan.
dalam Gambar 4.
yang akan berputar karena adanya aliran, yang kemudian akan memberikan
kecepatan saluran rata-rata yaitu dengan rumus di bawah ini salah satunya
Seorang ahli dari Islandia, Robert Manning mengusulkan rumus manning berikut
ini :
2 1
1
V = x R 3 x S 2 ...................................................................................................(6)
n
A
R= = jari-jari hidrolis dalam m
P
S = Kemiringan saluran
32
satu dimensi.
1. Persamaan Kontinuitas
Ditinjau aliran zat cair tidak mampu mapat di dalam suatu pias saluran terbuka
saluran dan alirannya adalah permanen. Apabila debit yang lewat pada
aliran h pada Δt, maka besarnya aliran netto yang lewat pias tersebut selama
................................................(7)
Apabila luas penampang di potongan 1-1 adalah A dengan lebar muka air T,
.........................................................................................................(8)
dengan besarnya aliran netto yang lewat pada pias tersebut, sehingga
berikut ini :
..........................................................................................................................(9)
Pada aliran tetap (steady) luas tampang basah tidak berubah selama Δt,
Q = Konstan atau
Q1 = Q2 A1. V1 = A2.V2........................................................................(10)
2. Persamaan Energi
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah energi air dari setiap aliran yang
melalui suatu penampang saluran dapat dinyatakan sebagai jumlah fungsi air,
P V2
H=z+ +
g 2g
.................................................................................................(11)
35
Dimana :
PA V 2 PB V B 2
zA + + =zB + + ......................................................................(12)
g 2g g 2g
momentum per satuan waktu pada suatu persamaan adalah sama dengan
= r. Q . ∆V..................................................................................................(13)
Pada belokan akan terjadi gaya yang disebabkan oleh tekanan hidrostatis dan
Untuk arah x:
Atau
Atau arah y
Atau
2 2
Rx
R= + dan tgɑ =
Ry
........................................................................(18)
Dimana :
p = tekanan hidrostatis
37
R = gaya reaksi
A = tampang aliran
V = kecepatan aliran
Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for
HEC- RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak
terbaru saat ini, Versi 4.1, beredar sejak Januari 2010. HEC-RAS memiliki empat
menghitung profil muka air aliran permanen berubah beraturan (steady gradually
maupun sungai tunggal. Regime aliran yang dapat dimodelkan adalah aliran
profil muka air yang dilakukan oleh modul aliran permanen HEC-RAS
Ada dua jenis percabangan sungai. Yang pertama adalah dua dengan program
hitungan yang ada pada modul aliran permanen HEC- RAS. Fitur spesial modul
aliran tak permanen mencakup analisis dam- break, limpasan melalui tanggul
dan tanggul jebol, pompa, operasi dam navigasi, serta aliran tekan dalam pipa.
permanen satu dimensi pada sungai yang memiliki alur kompleks. Semula,
modul aliran tak permanen HEC-RAS hanya dapat diaplikasikan pada aliran
39
pula menyimulasikan regime aliran campuran (sub- kritik, super-kritik, loncat air,
merupakan program yang sama dengan program hitungan yang ada pada modul
aliran permanen HEC- RAS. Fitur spesial modul aliran tak permanen mencakup
analisis dam- break, limpasan melalui tanggul dan tanggul jebol, pompa, operasi
sungai) akibat gerusan atau deposisi dalam waktu yang cukup panjang
trend jangka panjang gerusan dan deposisi yang diakibatkan oleh perubahan
frekuensi dan durasi debit atau muka air, ataupun perubahan geometri sungai.
Modul ini dapat pula dipakai untuk memprediksi deposisi di dalam reservoir,
Water Quality Analysis. HEC-RAS versi 4.0 dapat dipakai untuk melakukan
analisis temperatur air serta simulasi transport beberapa konstituen kualitas air,
Organic Nitrogen.
sebagai penghantar aliran maka penampang saluran di bagi atas beberapa bagian.
pembagian penampang. Setiap aliran yang terjadi pada bagian dihitung dengan
3 1
1
Q= x Α x R 2 x S 2 ........................................................................... (19)
n
n = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolik
S = kelandaian energi
41
energi yaitu :
2 2
2 2
a.V a.V
Y2 + Z2 + = Y1+ Z1+ +he (20)
2g 2g
V = kecepatan aliran
ɑ = Koefisien kecepatan
memakai data geometri yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta
beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profil
sungai. Penggunaan program ini dapat melakukan berbagai macam tipe analisa
masing rencana mewakili kumpulan data geometri dan data alian. Setelah data
Barat, Kota Bandar Lampung. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Data curah hujan 5
stasiun hujan selama 11 tahun terakhir (2006-2016) yang diperoleh dari Balai
2. Data primer dan data sekunder, dimanadata primer didapat dari pengukuran
lansung dilapangan serta data sekunder yang dipakai adalah data-data geometri
Mulai
Tujuan
Penelitian
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Curah Hujan Harian
Data Topografi Sungai
Data Karakteristik DAS
Data Penggunaan Lahan
Analisa distribusi
frekuensi curah hujan
Memenuhi
Tidak
Ya
Selesai
berikut:
Dalam analisis hidrologi langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah
data curah hujan yang ada. Data curah hujan yang ada mulai dari tahun 2006
hingga 2016. Setelah itu, menentukan parameter statistik (Sd, Cs, Ck, dan Cv)
untuk pemilihan metode distribusi frekuensi curah hujan yang sesuai. Distribusi
frekuensi curah hujan yang dimaksud dalam hal ini adalah metode normal, log
normal, log person tipe III, dan gumbel tipe I. Selanjutnya penggambaran
lengkung identitas curah hujan harian dengan kala ulang tertentu pada kurva IDF
hasil tersebut digunakan untuk menentukan banjir rencana Sungai Way Kuripan..
Pengolahan Data
1). Dilakukan penentuan parameter statistik dari data curah hujan maksimum.
Prosedur :
- Dihitung nilai X
n
1
X = Xi
n i 1
1
n
1 2
s= ( Xi X )
n 1i 1
s
Cv =
x
n
n ( Xi X )3
i 1
Cs =
(n 1)(n 2) s 3
n
n2 ( Xi X )4
i 1
Ck =
(n 1)(n 2)(n 3) s 4
2). Penentuan pola distribusi yang tepat diantara distribusi Gumbel, distribusi Log
Kolmogorov, dimana :
tertentu (diharapkan)
48
Kriteria Pengujian :
2 2
Ho diterima apabila : χ hitung χ (a;db)
2 2
Ho ditolak apabila : χ hitung χ (a;db)
db = G-1
a. Uji Chi-Square
2 (Oi Ei ) 2
- Pada tiap- group hitung nilai (Oi –Ei) dan
Ei
(Oi Ei ) 2
- Julah seluruh G sub-grup nilai untuk menentukan nilai kritis
Ei
Chi-Square hitung.
Square.
49
b. Uji Smirnov-Kolmogorov
- Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya
D 0 (lihat Lampiran 5). Bila D dan jumlah data yang tersedia pada tabel
4. Penentuan intensitas curah hujan harian dalam kala ulang tertentu dengan
metode mononobe :
konsentrasi (Tc)
antara tebal aliran dan tebal hujan dalam jangka waktu yang cukup panjang,
karakteristik fisik daerah aliran, yang biasa dinyatakan terhadap tataguna tanahnya
(Kundu and Olang, 2011). Sebagai dasar penentuan koefisien aliran untuk daerah
penelitian didapat dari harga koefisien aliran ssuai dengan tata guna tanahnya.
Penentuan harga koefisien aliran suatu daerah didasarkan atas harga rata-rata
tertimbang.
C1, C2, ... Cn = Nilai koefisien aliran pada masing-masing penggunaan lahan.
Pengolahan data
area methode yakni perhitungan secara tidak langsung dengan rumus manning.
puncak hidrograf Qp dan durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, sedangkan
waktu dasar (Tb) sama dengan 2,17 Tc (Kimaro et.al., 2005) dalam Amin
dkk,2018).
Q
p
Volume Banjir
T
Durasi (jam)
c
Gambar 11. Banjir Hidrograf
C
75
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis hidrologi dan analisis kapasitas pengaliran Sungai Way
1. Pola distribusi hujan yang tepat untuk Sungai Way Kuripan adalah Log
Pearson Type III , didapat hujan rencana berbagai periode ulang 2, 5, 10, 25,
50, dan 100 tahun adalah sebesar 39,23 mm, 74,49 mm, 103,15 mm, 149,85
2. Debit Puncak DAS Way Kuripan untuk berbagai periode ulang 2, 5, 10, 25,
50, dan 100 tahun diperoleh sebesar 38,74 m 3 /detik; 73,56 m 3 /detik; 101,85
3. Hasil Analisa HEC RAS dengan simulasi hingga debit rencana kala periode
ulang 100 th sudah mengalami banjir pada 3 titik cross section yaitu Sta. 4,6
dan 7. Pada cross section Sta.6 mengalami banjir setinggi 1,94 meter
Kota Karang, Kuripan, Gedong Pakuon, Talang, Sukarame II, Negeri Olok
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian tentang Kajian Hidrologi dan
berikut :
1. Studi hidrologi yang dilakukan harus lebih detail yang berkaitan dengan
jumlah stasiun hujan, panjang waktu pengamatan, dan data hujan yang
terbaru akan mengahasilkan hasil studi yang lebih baik dan tepat.
dengan beberapa skenario, hal ini untuk memeilih bangunan yang paling
cocok dan sesuai dengan kondisi banjir di bantaran kali sungai Way Kuripan.
pengendali banjir.
77
DAFTAR PUSTAKA
Amin M., Ridwan, A. Tusi, 2018. Climate Change on Maximum Rainfall and
Flood at Bandar Lampung. Proceeding of ISAE International Seminar.
Bandar Lampung.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM-Press,
Yogyakarta
Bappeda Kota Bandar Lampung, 2008. Studi Mitigasi Bencana Kota Bandar
Lampung TA.2008. Kerjasama Bappeda Kota Bandar Lampung dengan PT.
Visitama Daya Solusi.
Eripin, I. 2005. Dampak Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Sungai di
Daerah Pengaliran Sungai Cipinang.
http://www.petra.ac.id/hydrologyEngineering// (28 Januari 2018).
Halim, F. 2014. Pengaruh hubungan tata guna lahan dengan debit banjir pada
daerah aliran sungai malalayang. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4
No.1, (45-54) ISSN: 2087-933445.
Hartono, Maleray, B.S.S. Farda, N.M. dan Kamal, M. 2005. Analisis Data
Pengindraan Jauh dan SIG untuk Studi Sumber Daya Air Permukaan DAS
Rawa Biru Merauke Papua. http://www.ns.ui.ac.id/seminar2005/Data/J2E-
06.pdf [13 Maret 2017]
Harto Sri, B.R. 1993, Analisa Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
78