You are on page 1of 61

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322291889

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Preprint · January 2017

CITATIONS READS
0 13,301

1 author:

Kasifah Kasifah
Universitas Muhammadiyah Makassar
22 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Effects of application of groundnut biomass compost on uptake of phosphorus by maize grown on an Ultisol of South Sulawesi View project

All content following this page was uploaded by Kasifah Kasifah on 26 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MATERI KULIAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DISUSUN OLEH:

DR. ir KASIFAH, M.P.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 1


BAB I. KONSEPSI TANAH

1. Tanah Sebagai Tempat Berpijak

Sejak permulaan sejarah manusia, sudah disadari bahwa tanah

adalah tempat yang memberikan kebebasan bergerak dan berdiam/hidup di

atasnya seperti untuk tempat tinggal, untuk menghasilkan tanaman, untuk

usaha beternak, dan sebagainya.

2. Tanah Sebagai Hasil Pelapukan Batuan

Ahli Ilmu Tanah dari Amerika serikat yaitu Jooffe dan Marbut

memberikan definisi tanah sebagai tubuh alam (natural body) yang terbentuk

dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces)

terhadap bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi. Ilmu yang

mempelajari hubungan antara faktor-faktor pembentukan tanah dengan

proses pembentukan tanah disebut pedologi.

Tanah sebagai tubuh alam, merupakan hasil dari pelapukan batuan

yang berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun organik,

yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya baik secara

morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik, maupun sifat biologinya.

3. Tanah Sebagai campuran berbagai bahan

Tanah terbentuk dari berbagai bahan , baik berupa bahan-bahan

mineral dan organik, air serta udara, yang tersusun di dalam ruangan yang

membentuk tubuh alam. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 2


itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisik, dan biologi dari tanah

yang berbeda-beda pula.

4. Tanah Sebagai Media Pertumbuhan Tanaman

Tanah menyediakan unsur hara sebagai makanan tanaman untuk

pertumbuhannya. Selanjutnya, hara diserap oleh akar tanaman, dan melalui

daun dirobah menjadi persenyawaan seperti karbohidrat, protein, lemak,

dan lain-lain, yang amat berguna untuk kehidupan manusia dan hewan.

Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan

tanaman, disebut edafologi. Dalam hal ini dipelajari sifat-sifat tanah dan

pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu

dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman,

seperti: pemupukan,pengapuran, dan lain-lain.

5. Tanah Sebagai Suatu Sistem Tiga Fase

Tanah dapat dipandang sebagai suatu sistem 3 fase, yaitu: fase padat,

cair, dan gas. Fase padat terdiri dari campuran bahan-bahan mineral

(anorganik) dan bayhan-bahan organik, Fase cairnya adalah air, dan fase

gasnya adalah udara. Pori-pori tanah berada di antara butiran-butiran dari

fase padat. Pori –pori terisi oleh udara atau air. Di dalam tanah, air berada

sebagai selaput tipis sekeliling butiran fase padat dan sebagian lagi

menempati menempati pori-pori yang berukuran lebih kecil (pori mikro). Pori-

pori yang berukuran lebih besar (pori makro) terisi oleh udara.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 3


6. Tanah Sebagai Tubuh Yang Tersusun Rapi

Tanah mengandung air, udara, bahan-bahan mineral, dan organik,

serta jazad-jazad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan

terhadap permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil

perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berpengaruh

sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.

Tanah sebagai tubuh alam terbangun dari lapisan-lapisan yang

berkembang dan tersusun kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi,

disebut horizon. Pelapukan batuan induk menghasilkan bahan lepas yang

menjadi bahan induk tanah. Bahan induk yang mengalami pelapukan,

melepaskan unsur-unsur yang selanjutnya dapat diambil oleh tumbuhan.

Sisa-sisa tumbuhan perlahan-lahan membangun lapisan bahan organik

tanah. Apabila pada permukaan tanah dapat dipertahankan suatu lapisan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 4


yang kaya akan bahan organik, maka terciptalah horizon O. Di bawah horizon

O, terdapat horizon A yang merupakan horizon mineral di permukaan atau

campuran mineral dan bahan organik. Di bawah horizon A, terdapat horizon

B yang merupakan horizon akumulasi dari pergerakan dan perpindahan

unsur-unsur akibat air perkolasi. Bahan-bahan koloid yang terbawa oleh air

perkolasi tersebut berupa liat, bahan organic, dan oksida-oksida besi serta

aluminium, mengendap dan tertimbun di lapisan ini.

7. Tanah Sebagai Bagian Dari Lingkungan

Tanah dapat pula dipandang sebagai produk dari lingkungan, yang

merupakan bagian dari suatu sistem yang sangat kompleks.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 5


BAB II. FAKTOR PEMBENTUK TANAH

Tanah adalah lapisan yang nisbi tipis pada permukaan kulit bumi, yang

bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Ilmu yang mempelajari

proses-proses pembentukan tanah mulai dari bahan induk disebut genesa

tanah.

Ada 5 faktor pembentuk tanah, yaitu: iklim, bahan induk, organisme,

tofografi, dan waktu. Hubungan antara faktor-faktor itu dengan sifat-sifat

tanah diekspresikan oleh Jenny menurut persamaan berikut:

S = f (i, bi, o, tf, w)

Di mana: S : Sifat-sifat tanah, misalnya kandungan liat

f : fungsi atau ketergantungan kepada …..

i : Iklim

bi: bahan induk

o : organisme (jazad hidup: vegetasi, manusia, hewan, dll)

tf : tofografi

w : walktu

Jadi, setiap sifat itu menrupakan fungsi dari pengaruh kolektif semua faktor-

faktor pembentuk tanah.

Kita perlu mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi

perkembangan tanah, sehingga dapat dimengerti mengapa tanah itu

bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, mengapa tanah itu berbeda-beda

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 6


produktivitasnya, dan bagaimana tanah itu dapat dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya.

1. Iklim

Perkembangan profil tanah sangat dipengaruhi oleh iklim terutama

curah hujan dan temperatur. Kedua faktor ini menentukan reaksi-reaksi kimia

dan sifat fisik di dalam tanah.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 7


Secara tidak langsung, curah hujan mempengaruhi reaksi tanah. Curah

hujan yang tinggi terutama di daerah tropis dapat mencuci kation-kation basa

dari lapisan permukaan tanah (top soil) ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Akibatnya, top soil lebih banyak didominasi oleh ion-ion Al dan H, sehingga

akibatnya pH tanah akan turun pada top soil sampai mencapai nilai 4,5 atau

lebih kecil. Dalam suasana pH demikian masam, dekomposisi mikrobiologis

bahan organik tanah akan terbatas. Sisa-sisa tanaman yang ditambahkan ke

dalam tanah sangat lambat lapuk.

Adanya curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropik,

menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan

pencucian berjalan cepat. Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah

mengalami pelapukan lanjut, rendah kadar unsur hara, dan bereaksi masam.

Di daerah-daerah beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur,

pencucian tidak berjalan intensif sehingga tanahnya lebih tinggi kadar basa-

basanya.

2. Bahan Induk

Perkembangan suatu tanah akan tergantung pada jenis bahan induk

yang menentukan sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang dihasilkan. Batuan

beku yang bersifat masam, quartzose, dan stand stone biasanya melapuk

sangat lambat. Pelapukannya menghasilkan tanah-tanah berpasir kasar

dengan status basa yang rendah, didominasi oleh liat kaolinit, dan tanahnya

tidak subur. Sebaliknya, batuan beku yang berekasi basa dan batuan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 8


sedimen umumnya mudah melapuk dan menghasilkan tekstur lebih halus

dengan status basa tinggi, didominbasi oleh liat montmorillonit, dan tanahnya

umumnya subur.

Bahan induk batuan kapur murni (pure limestone) yang keras,

biasanya menghasilkan tanah yang berpasir dangkal (terra rossa).

Sebaliknya, batuan kapur lembut yang tidak murni (inpure soft limestones)

menghasilkan solum yang agak dalam dan bertekstur lebih halus.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 9


Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 10
3. Organisme

Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil.

Alkumulasi bahan organik, siklus unsure hara, dan pembentukan struktur

tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah.

Unsur nitrogen, dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme

baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiose dengan

tanaman. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah, dapat merupakan penghalang

untuk terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah yang hilang.

Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga

sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Jenis-jenis cemara, akan

memberikan kation kation logam seperti Ca, Mg, dan K yang rendah. Siklus

unsur hara di bawah tanaman-tanaman tersebut adalah rendah dibanding

dengan tanaman berdaun lebar yang banyak mengandung basa-basa.

Akibatnya, tanah doi bawah pohon pinus biasanya lebih masam dari pada di

bawah pohon jati. Pencucian basa-basa, biasanya lebih intensif pada tanah-

tanah di bawah pohon pinus.

4. Tofografi

Tofografi atau relief, adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah

suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk

lereng. Tofografi, mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara:

(1) Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa tanah;

(2) Mempengaruhi dalamnya air tanah; (3)Mempengaruhi besarnya erosi;

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 11


dan (4) Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di

dalamnya.

Di daerah yang datar atau cekung, air tidak mudah hilang atau

tergenang, tanah biasanya berwarna kelabu atau banyak mengandung

karatan srbagai akibat genangan air tersebut. Di daerah bergelombang,

drainase tanah lebih baik, sehingga pelapukan dan pencucian berjalan lebih

cepat. Di daerah-daerah berlereng curam, erosi kadang-kadang terus

menerus terjadi sehingga tanah-tanah yang terbentuk lebih dangkal.

Seabliknya, pada kaki-kaki lereng sering ditemukan tanah dengan profil

dalam akibat penimbunan bahan-bahan yang dihanyutkan dari lereng atas.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 12


5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, sehingga

akibat pelapukan dan pencucian terus menerus maka tanah-tanah menjadi

semakin tua dan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur

hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar

lapuk seperti kwarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan

miningkatnya umur.

Berdasarkan perkembangan horizonnya, maka dikenal tanah muda,

tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah muda, contohnya: tanah Aluvial dan

regosol, tanah dewasa, contoh: Inceptisol (Latosol Coklat, Andosol), Vertisol,

Mollisol, dan sebagainya, sedang tanah tua, contohnya: Ultisol (Podsolik

Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 13


Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 14
BAB III. SIFAT FISIK TANAH

Sifat-sifat fisik tanah banyak berhubungan dengan kesesuaian tanah

untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah

menyimpan air, drainase, penetrasi akar tanaman, tata udara (aerasi), dan

pengikatan unsur hara, semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik

tanah.

1. Klasifikasi Partikel Tanah

Ahli tanah biasanya membagi-bagi butiran tanah dalam berbagai

kelompok ukuran atau fraksi. Dua system pembagian yang terkenal adalah

system United States Departement of Agriculture (USDA), dan Sistem

International Society of Soil Sciences (ISSS).

Tabel 1. Klasifikasi Butiran Tanah Berdasarkan USDA dan ISSS

Nama Butiran Diameter Butiran (mm) Luas permukaan


USDA ISSS (cm2/g)

Pasir sangat kasar 2,00-1,00 - 11

Pasir kasar 1,00-0,50 2,00-0,20 23

Pasir sedang 0,50-0,25 - 45

Pasir halus 0,25-0,10 0,20-0,02 91

Pasir sangat halus 0,10-0,05 - 227

Debu 0,05-0,002 0,02-0,002 454

Liat ≤ 0,002 ≤ 0,002 8.000.000

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 15


Fragmen mineral tanah yang berukuran lebih besar dari 2 mm,

dimasukkan ke dalam golongan kandungan bahan kasar atau batu. Sifat-sifat

fisik tanah terutama ditentukan oleh luas permukaan butiran tanah, meskipun

sifat-sifat kimia tanah butiran dan kandungan bahan organik turut

mempengaruhi.

Pasir adalah butir-butir terpisah yang berdiri sendiri, berbentuk bulat

atau tidak teratur. Butiran pasir memiliki permukaan yang kecil dibandingkan

dengan butiran debu dan liat pada berat yang sama. Pori-pori antara butiran

pasir berukuran besar, sehingga gerak air dan udara dalam fraksi pasir

lancar. Lintas air melalui tanah (perkolasi) sangat cepat, tetapi kemampuan

menyimpan air sangat rendah. Pasir tidak memiliki sifat plastisitas dan lekat.

Liat memiliki permukaan beribu-ribu kali lebih luas daripada debu dan

beratus ribu kali lebih luas daripada pasir pada berat yang sama. Dengan

permukaan yang luas itu, liat mampu menahan air dalam jumlah yang besar.

Butiran liat umumnya berbentuk lempeng, bersifat plastic dan lekat bila

basah.. Beberapa jenis liat dapat mengembang bila basah dan mengerut bila

kering (contoh: mineral lipe 2:1 montmorillonit). Jumlah ruang pori di antara

butiran liat jauh lebih besar darpada jumlah ruang pori di antara butiran pasir,

tetapi pori-porinya berukuran lebih kecil (pori mikro). Butitan liat umumnya

bermuatan listrik, yang menyebabkan liat mampu mengikat kation atau anion

pada permukaannya dalam bentuk yang dapat tersedia bagi tanaman. Sifat

ini tidak terdapat pada debu dan pasir.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 16


Debu memperlihatkan sifat-sifat antara pasir dan liat. Butir debu

terasa licin dan halus seperti bedak dan mempunyai kecenderungan yang

kecil untuk melekat.

2. Tekstur

Tekstur adalah perbandingan reatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir,

debu, dan liat. Tekstur tanah ini penting diketahui karena komposisi ketiga

frkasi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia,

dan kimia tanah. Contoh: besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam

tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah.

USDA membagi tekstur tanah ke dalam 12 kelas tekstur, seperti pada

Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kelas Tekstur Tanah Menurut USDA

Tekstur umum Tekstur dasar


Tanah berpasir 1. Pasir
2. Pasir berlempung
Tanah berlempung 3. Lempung berpasir
4. Lempung
5. Lempung berdebu
6. Debu
7. Lempung berliat
8. Lempung liat berpasir
9. Lempung liat berdebu
Tanah berliat 10. Liat berpasir
11. Liat berdebu
12, Liat

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 17


Suatu kelas tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi

pasir, debu, dan liat. Misalnya hasil analisis mekanis tanah menunjukkan

bahwa tanah mengandung 15% liat, 20% pasir, dan 65% debu, maka

pertanyaan yang logis adalah”Apakah nama tekstur tanah ini?” Jawabannya

adalah berdasarkan kelas segitiga tekstur tanah maka tanah tersebur

bertekstur lempung berpasir.

Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas,

kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 18


3. Struktur

Struktur tanah adalah susunan dari partikel-partikel primer tanah

(pasir, debu, dan liat) menjadi agregat-agregat (butir majemuk/butir

sekunder). Antara agregat yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh

bidang bedah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alam

(natural aggregate) disebut ped.

Struktur merubah pengaruh tekstur terhadap tata air (draenase) dan

tata udara (aerasi) tanah, ketersediaan hara tanaman, kegiatan jazad mikro,

dan pertumbuhan akar tanaman. Perubahan sifat fisik tanah karena

pengolaha, penamhaban bahan organic, dan pengapuran, diakibatkan oleh

perubahan sturktur, tetapi bukan karena perubahan tekstur.

Terdapat empat bentuk utama struktur tanah, yaitu:

1. Bentuk lempeng (palty): dimensi horizontal lebih berkembang dari

vertikcal, menghasilkan bentuk lempeng tebal yang disebut platy,

sedangkan lempeng tipis disebut laminar.

2. Bentuk prisma: Sumbu vertikal lebih berkembang dari lainnya. Bagian

sampaing agak datar (flat), menghasilkan bangunan bentuk pilar.

Jika bentuk ped adalah bulat, disebut struktur columnar, jika datar

disebut prisma.

3. Bentuk gumpal: Perkembangan ketiga dimensi lebih kurang sama dan

ped-ped terbentuk serupa kubus dengan muka datar atau bulat.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 19


Jika mukanya datar dan pinggirannya bersudut tajam, maka

strukturnya dinamakan gumpal bersudut (angular bloocky).

4. Bentuk spheroidal: Berbentuk bulat atau spheroidal dengan semua sumbu

lebih kurang sama panjangnya dengan muka tidak beraturan

(irregular). Biasanya ukuran strukturnya kecil. Agregat-agregat

dari grup ini dinamakan granular jika realtif kurang porous, dan

jika susunan granula sangat porous dinamakan remah (crumb).

Keempat bentuk utama tesebut di atas, akhirnya menghasilkan tujuh

tipe struktur tanah seperti pada Tabel 3.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur adalah

keadaan lembab dan kering, kegiatan binatang kecil dan akar dalam tanah,

bahan organic yang melapuk, lender-lendir dari jazad mikro, kation yang

terjerap pada koloid tanah, jenis mineral liat, dan pengolahan tanah.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 20


Tabel 3. Tipe Struktur, Penyifatan, dan Lokasinya pada Profil Tanah

Tipe Penyifatan Agregat Lokasi pada

Struktur Horizon

Granular Kurang porous, ukuran kecil, padat, tidak Horizon A


terikat antara agregat, bulat
Remah Porous, bulat, ukuran kecil, agregat tidak Horizon A
(Crumb) terikat sesamanya
Lempeng Agragat berbentuk lempeng Sering terdapat pada
(Plate) horizon A2, tanah
hutan dan tanah
claypan
Gumpal/ Gumpal berbentuk kubus, agregat berpegang Horizon B
Balok/Ku erat dengan yang lainnya, jika terjadi agregat
bus kecil
Gumpal Berbentuk gumpal, permukaan datar dengan Horizon B

Bersudut pinggirbersudut tajam

Prisma Bentuk mirip prisma, bagian atas datar Horizon B

Columnar Agregat seperti tiang dengan puncak Horizon B

berbentuk agak bulat

4. Berat (Massa) Tanah

Massa tanah, lebih sering dipakai istilah berat tanah dapat dinyatakan

dalam 2 cara, yaitu:

1. Berat (massa) jenis butiran padat (Particle density)

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 21


2. Berat isi (Bulk density), yaitu berat suatu volume tanah dalam

keadaan struktur alamiah.

Berat Isi (Berat Volume (BV) = Bulk Density)

Berat isi adalah berat (massa) satu satuan volume tanah kering oven

(g/cm3). Volume tanah termasuk volume butiran padat dan ruang pori.

BV = Berat tanah kering oven (g)


Volume tanah (cm3)

Berat isi atau berat volume ditentukan oleh porositas dan padatan

tanah. Tanah yang renggang berpori-pori mempunyai bobot kecil per satuan

volume, dan tanah yang padat berbobot tinggi per satuan volume tanah.

Berat volume, merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat

suatu tanah, makin tinggi BV-nya berarti makin sulit meneruskan air atau

ditembua oleh akar tanaman. BV tanah berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cm3. BV

penting diketahui untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap

hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per hektar.

Tabel 4. Berat Volume Tanah dari Berbagai Tekstur

Kelas Tekstur Berat Volume (g/cm3) Porositas (%)


Pasir 1,55 42
Lempung berpasir 1,40 48
Lempung 1,20 55
Lempung berdebu 1,15 56
Lempung berliat 1,10 59
Liat 1,05 60
Liat (beragregat) 1,00 62

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 22


Berat volume berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan.

Contoh Soal: Berapa berat tanah 1 hektar, bila berat volume tanah 1 g/cm 3

dan kedalam lapisan olah 20 cm?

Jawab:

Diketahui: BV tanah = 1 g/cm3, Lapisan olah = 20 cm

BV = Berat tanah kering oven (g)


Volume tanah (cm3)

Atau, Berat tanah = BV x Volume tanah

Penyelesaian: 1 ha = 100 m x 100 m = 10,000 m 2 = 100.000.000 cm2

Volume tanah sedalam 20 cm = 10.000.000 cm 2 x 20 cm

= 2.000.000.000 cm3

Maka, berat tanah 1 ha = 1,0 g/cm 3 x 2.000.000.000 cm3

= 2.000.000.000 g

= 2.000.000 kg = 2 x 106 kg

Berat Jenis Butiran (Particle Density = PD)

Berat jenis butiran adalah berat tanah kering per satuan volume

partikel-partikel padat tanah (gram/cm3), tidak termasuk volume pori-pori

tanah. Berat jenis butiran tanah beragam, antara 2,6 sampai 2,7 g/cm 3. Berat

jenis rata-rata butiran tanah mineral dianggap 2,65 g/cm 3. Untuk jenis tanah

organik, berat jberkisar 0,5 – 0,8 g/cm3. Berat jenis butiran tidak bertambah

dengan ukuran butir atau dengan perubahan pori-pori

PD = Berat tanah kering oven (g)


Volume tanah mampat (cm3)

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 23


5. Porositas

Pori tanah, adalah ruang di antara butiran padat tanah. Pori ditempati

oleh udara dan air. Pada umumnya, pori-poribesar (makro) berisi udara

kecuali bila tanah seluruhnya tergenang air dan pori-pori kecil (mikro) berisi

air kecuali bila tanah sangat kering. Porositas tanah, adalah persentase

volume tanah yang tidak ditempati butiran padat.

Liat memiliki porositas tinggi daripada pasir. Ukuran pori-pori pada liat

kecil dan dapat menahan air, tetapi permeabilitasnya lambat. Sebaliknya,

pasir memiliki sedikit pori-pori, tetapi pori-pori berukuran besar yang kurang

mampu menahan air dan drainasenya cepat.

% Pori = Porositas = 100% - Berat volume (BV) x 100%


Berat jenis butiran (PD)

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 24


BAB IV. SIFAT KIMIA TANAH

1. Koloid Tanah

Koloid tanah, adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang

sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi per

satuan berat (massa) tanah. Liat yang bersifat koloid berukuran lebih kecil

dari 0,001 mm ( = 1 mikron). Koloid tanah terdiri atas koloid liat atau mineral,

dan koloid organik (humus).

Koloid liat mempunyai sifat dan cirri-ciri sebagai berikut:

1. Mudah berbentuk kristal;

2. Mudah mengalami substitusi isomorfik;

3. Umumnya bermuatan negatif;

4. Sebagian kecil bermuatan positif;

5. Menjerap air;

6. Menjerap dan mempertukarkan kation;

7. Mempunyai permukaan yang luas; dan

8. Merupakan suatu garam yang bersifat masam.

Koloid organik (humus), tersusun dari C, H, dan O, bersifat amorf,

mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang lebih tinggi dari mineral liat,

dan lebih mudah dihancurkan dibanding dengan liat.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 25


2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah, adalah kemampuan koloid

tanah menjerap dan mempertukarkan kation, atau banyaknya kation (dalam

miliequivalen) yang dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per

100 gram tanah). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia, yaitu

miliequivalen per 100 gram (me/100 g)

Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat

ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat ditukar

dengan barium (Ba) atau ammonium (NH4+) yang tersuling, akan sama

banyak dengan jumlah unsur hara yang ditukar pada koloid tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi KTK, adalah:

1. Reaksi tanah, atau pH;

2. Tekstur tanah atau jumlah liat;

3. Jenis mineral liat;

4. Bahan organik; dan

5. Pengapuran dan pemupukan.

Pertukaran kation merupakan reaksi yang umum terjadi dan

merupakan salah satu reaksi yang terpenting dalam tanah. Secara

sederhana, proses pertukaran kation digambarkan sebagai berikut:

Ca Misel + 2 H+ H Misel + Ca2+

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 26


Pertukaran ion Ca dengan H berlangsung secara equivalen. Apabila

terjadi penurunan ion H atau terjadi penambahan ion Ca (misalnya

pengapuran), maka reaksi akan beralih ke kiri. Sebaliknya, jika H bertambah

atau ion Ca berkurang maka reaksi beralih ke kanan.

Besarnya KTK dinyatakan dengan satuan miliequivalen (me). Satu me

= satu milligram hidrogen, atau sejumlah ion lain yang dapat berkombinasi

atau menggantikan ion hidrogen. Bila suatu tanah mempunyai KTK 1

miliequivalen tiap 100 gram (1 me/100 g), berarti tanah tersebut dapat

menjerap H 1 mg/100 g, jumlah ini sama dengan 10 ppm. Berasumsi bahwa

bobot tanah 1 hektar adalah 2 x 10 6 kg, maka tanah ini akan menjerap ion H

sebanyak 20 kg/ha.

Contoh lain, yaitu unsur Ca mempunyai bobot atom 40, sedang H = 1.

Tiap ion Ca2+ mempunyai 2 muatan dan equivalen dengan 2 ion H +. Dengan

demikian, untuk menggantikan 1 mg H diperlukan 40/2 = 20 mg Ca. Bila

suatu tanah sanggup menjerap 400 mg Ca/100 g, maka KTK tanah tersebut

adalah 400/20 atau 20 me/100 g.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 27


Tabel 5. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Koloid Tanah

Koloid KTK me/100 g


Bahan organik 100 – 300
Vermikulit 100 – 300
Montmorillonit 60 – 100
Chlorit 20 – 40
Illit 20 – 40
Kaolinit 2 – 16
Sesquioksida 0

Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah

kandungan liat, kandungan bahan organik serta pH tanah.

3. Kejenuhan Basa (KB)

Kation-kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah,

dapat dibedakan menjadi kation-kation basa dan kation-kation masam.

Kation-kation basa, di antaranya adalah: Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+, sedang

kation-kation amsam adalah H+ dan Al3+.

Persen kejenuhan basa (KB) suatu tanah, adalah perbandingan antara

jumlah me kation basa dengan me kapasitas tukar kation (KTK)

% KB= Jumlah kation-kation basa x 100%


Jumlah kation basa + kation masam

Atau % KB= Jumlah kation-kation basa x 100%


Kapasitas tukar kation (KTK)

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 28


Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka persen KB suatu tanah

dapat dihitung. Bila suatu tanah mempunyai persen KB = 40, berarti 40/100

atau 2/5 bagian dari seluruh KTK ditempati oleh KB (Ca, Mg, K, dan Na).

Kation Al3+ dan H+ merupakan kation lain yang dominan terjerap, sedang

kation lain kurang berarti. Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa pada tanah

yang ber-KB 40% tadi, 60% adalah Al3+ dan H+, sehingga pH rendah.

Kation-kation basa, umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan

tanaman. Basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan

kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak

mengalami pencucian dan merupakan tanah subur.

Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah. Pada pH tanah

rendah umumnya mempunyai KB rendah, sedang tanah-tanah dengan pH

tinggi mempunyai KB yang tinggi pula. Tanah- tanah dengan KB rendah,

berarti kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation masam, yaitu

Al3+ dan H+. Apabila jumlah kation masam terlalu banyak, terutama Al 3+,

dapat merupakan racun bagi tanaman. Keadaan seperti ini terdapat pula

pada tanah-tanah masam.

KB suatu tanah juga sangat dipengaruhi oleh iklim (curah hujan). Pada

tanah yang beriklim kering, KB lebih besar daripada tanah beriklim basah.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 29


BAB V. SIFAT BIOLOGI TANAH

1. Jazad Hidup Tanah

Dipandang dari sudut tanaman, ada dua kelompok besar jazad hidup

(organisme) tanah, yaitu yang menguntungkan dan merugikan. Kelompok

yang menguntungkan meliputi seluruh organisme yang melakukan pelapukan

organik, perubahan ke anorganik, dan penambatan nitrogen. Sedangkan

kelompok yang merugikan, adalah yang melakukan persaingan hara dengan

tanaman pokok dan/atau menyebabkan tanaman kena hama dan penyakit.

Peranan utama organisme tanah adalah untuk mengubah bahan

organik, baik segar maupun setengah segar atau sedang melapuk, sehingga

menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah.

Sebagian besar proses perombakan bahan organik dilakukan oleh mikroflora.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 30


Secara umum, aktifitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain:

a. Iklim (curah hujan, suhu, dan lain-lain)

b. Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara, dan lain-lain)

c. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dan lain-lain).

2. Bahan Organik Tanah

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan

kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun biologi tanah. Bahan

organik, adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar

setengah dari KTK berasal dari bahan organik. Ia merupakan hara tanaman,

juga sebagai sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.

Sumber primer bahan organik, adalah jaringan tanaman berupa akar,

batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan

mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta

diinkorporasikan dengan tanah. Sumber sekunder bahan organik tanah

adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan

bahan oirganik tanaman. Setelah itu barulah binatang menyumbangkan

bahan organiknya.

Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut, akan berbeda pula

pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat

dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Komposisi atau

susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 31


Pada umumnya, jaringan binatang lebih cepat hancur daripada jaringan

tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang

beragam dari 60 – 90%, dan rata-rata 75%, Bagian padatan sekitar 25%.

Air dan CO2 merupakan senyawa sederhana yang mudah dihasilkan

melalui dekomposisi bahan organik. Senyawa yang terbentuk bila tidak

digunakan oleh tumbuhan atau jazad tanah, maka ia akan hilang. Hasil

dekomposisi oleh jazad mikro, adalah:

a. Karbon : CO2, CO3-, HCO3-, CH4, C

b. Nitrogen : NH4+, NO2-, NO3-

c. Belereang : S, H2S, SO3-, SO42-, CS2

d. Fosfor : H2PO4-, HPO42-, PO43-

e. Lainnya : K+, Ca2+, Mg2+, H2O, O2, H2, H+, OH-, dan lain-lain.

Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap

tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan

sifat dan ciri tanah. Pengaruh langsung bahan organik sebetulnya dapat

diabaikan sekiranya kemudian tidak ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh

dan vitamin dapat diserap langsung dan dapat merangsang pertumbuhan

tanaman.

Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah, antara lain:

a. Kemampuan menahan air meningkat;

b. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam;

c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya; dan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 32


d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.

Pengaruh bahan organik pada kimia tanah, di antaranya adalah:

1. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation;

2. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat;

3. Unsur N, P, dan S, diikat dalam bentuk organik atau dalam

tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian,

kemudian tersedia kembali; dan

4. Pelarutan jumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus

Pengaruh bahan organik pada biologi tanah, adalah:

a. Jumlah dan aktifitas metabolik organisme tanah meningkat; dan

b. Kegiatan jazad mikro dalam membantu dekomposisi bahan

organik juga meningkat.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan perombakan bahan organik,

antara lain: aerasi, kelembaban, suhu, ketersediaan unsur hara untuk

pertumbuhan jazad mikro, susunan residu, dan nisbah C/N.

3. Humus

Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan,

berwarna coklat, amorfus, bersifat koloidal, dan berasal dari jaringan

tumbuhan atau binatang yang telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh

berbagai jazad mikro.

Komposisi humus, adalah sebagai berikut:

a. Lignin berikatan dengan N;

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 33


b. Minyak, lemak, dan resin;

c. Uronida dan karbon uronida;

d. Polisakarida berikatan (amino-polisakarida); dan

e. Protein dan liat.

Sifat humus sebetulnya juga cukup kompleks sesuai dengan bahan

penyusunnya. Namun, secara umum sifat dan cirri humus, antara lain:

a. Bersifat koloidal seperti liat, tetapi amorfus;

b. Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat;

c. Kapasitas tukar kation (KTK) 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100

me/100 g;

d. Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%;


e. Daya kohesi dan plastisitasnya rendah, sehingga mengurangi sifat
lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah;
f. Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang
didampingi oleh C, H, O, N, S, P, dan unsur lainnya;
g. Muatan negatif berasal dari gugus –COOH dan OH yang tersembul
di pinggiran di mana ion H dapat digantikan oleh kation lain;
h. Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia,
seperti: Ca, Mg, dan K;
i. Merupakan sumber energi jazad mikro; dan
j. Memberikan warna gelap pada tanah.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 34


BAB VI. KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

1. Unsur Hara Essensial

Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara

dalam jumlah yang cukup, dalam bentuk tersedia serta seimbang untuk

menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Namun demikian, tidak

dapat dianggap bahwa tanah yang subur adalah juga produktif karena status

kesuburan tanah tidak memberikan indikasi tentang kecukupan faktor

pertumbuhan lainnya. Kesuburan tanah juga tidak dapat digunakan sebagai

dasar dalam menilai pengaruh buruk yang dapat terjadi akibat genangan,

hama, penyakit, dan lingkungan lainnya yang bersifat negatif terhadap

pertumbuhan tanaman. Komponen penting kesuburan tanah adalah unsur

hara essensial yang dapat diserap tanaman.

Kriteria unsur hara essensial, adalah:

1. Kekurangan suatu unsur menyebabkan tumbuhan tidak mungkin

menyempurnakan fase hidup vegetatif dan reproduktifnya.

2. Gejala kekurangan dari unsur hanya dapat diperbaiki dengan memberikan

unsur bersangkutan.

3. Unsur berfungsi langsung dalam nutrisi (hara) tanaman., terlepas dari

kemungkinan berpengaruh memperbaiki lingkungan mikrobiologik atau

kimia tanah atau medium tumbuhan.

Dalam penggolongan umum, unsur hara digolongkan menjadi dua,

yaitu: unsur hara makro dan unsur hara mikro. Penggolongan tersebut

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 35


didasarkan atas jumlah relatif unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk

pertumbuhan yang normal. Unsur hara makro diperlukan tanaman dalam

jumlah besar, karena unsur hara makro merupakan penyusun struktur dan

protoplasma jaringan tanaman. Sebaliknya, unsur hara mikro diperlukan

tanaman dalam jumlah sedikit. Unsur hara mikro berperanan penting dalam

reaksi enzimatik, oksidasi-reduksi, dan reaksi-reaksi yang serupa dalam

tanaman.

Kebanyakan unsur hara essensial bagi tanaman berasal dari fraksi

mineral dan bahan organik. Unsur C, H, dan O diambil tanaman dari udara

dan air. Nitrogen, diambil tanaman dalam bentuk N 2 dari udara oleh tanaman

leguminosae melalui mikroorganisme penambat N2, sedang tanaman lain

memperoleh N dari tanah.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 36


Tabel 6. Unsur Hara Essensial dan Bentuk Ion dari Unsur Hara
yang Diserap Tanaman

Unsur hara Bentuk ion yang diserap tanaman


Kation Anion
Unsur hara makro
Nitrogen (N) NH4+ NO3-
Kalsium (Ca) Ca2+
Magnesium (Mg) Mg2+
Kalium (K) K+
Fosfor (P) HPO42-, H2PO4-
Belerang (S) SO42-
Karbon (C)
Hidrogen (H) H+
Oksigen (O)
Unsur hara mikro
Tembaga (Cu) Cu2+
Besi (Fe) Fe3+
Mangan (Mn) Mn2+, Mn4+
Seng (Zn) Zn2+
Boron (Bo) BO33-
Molibdenum (Mo) MoO42-
Klor (Cl) Cl-

2. Kebutuhan Hara Tanaman

Apakah suatu tanah digolongkan subur atau tidak tergantung pada

kapasitas tanah untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Kebutuhan hara

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 37


tanaman didefinisikan sebagai jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh

suatu tanaman untuk mendukung produksi optimum.

Kadang-kadang jumlah hara yang ada dalam tanaman pada tingkat

produksi yang tinggi digunakan untuk menggambarkan kebutuhan hara.

Pendekatan ini dapat memberikan angka yang lebih tinggi dari yang

sesungguhnya, karena pada tanaman yang tumbuh pada tingkat produksi

yang tinggi seringkali hara diberikan berlebihan daripada yang sesungguhnya

diperlukan, sehingga penyerapan hara dapat berlebihan. Penyerapan unsur

hara dalam jumlah yang lebih besar dari yang sesungguhnya diperlukan

disebut konsumsi mewah. Keadaan ini menyebabkan pemborosan pupuk

karena tambahan unsur hara tidak lagi meningkatkan produksi tetapi terbawa

percuma dalam produksi yang dipanen. Selain itu, pemborosan hara terjadi

karena unsur hara masih tinggal dalam tanah sesudah panen atau dapat

hilang karena pencucian. Pengaruh yang lebih buruk lagi dari hara yang

berlebihan, adalah menurunnya hasil tanaman akibat pengaruh meracun dari

hara.

Kebutuhan tanaman akan setiap unsur hara tergantung pada

ketersediaan dari semua unsur hara lainnya dalam tanah. Kenyataan

membuktikan, bahwa hasil maksimum dapat dicapai bila semua kondisi

pertumbuhan termasuk penyediaan hara berada dalam kondisi optimal.

Kondisi hara dikatakan optimal, bila semua unsur hara tersedia dalam jumlah

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 38


yang tepat, karena kekurangan atau kelebihan salah satu unsur hara akan

dapat mengurangi efisiensi dari hara lainnya.

Interaksi unsur hara berpengaruh terhadap penyerapan dan

penggunaan satu atau lebih unsur hara oleh tanaman. Apabila penyediaan

Ca melimpah, penyerapan K dan Mg dapat tertekan sehingga kurang

tersedia bagi tanaman. Interaksi antara suatu unsur hara dapat mengurangi

efisiensi penggunaan unsur hara lainnya, disebut antagonisme.

3. Pupuk dan Pemupukan

Pupuk, adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki

kesuburan tanah, sedang pemupukan adalah penambahan bahan tersebut

ke tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh karena itu, pemupukan pada

umumnya diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah.

Dalam arti luas, pemupukan sebenarnya juga penambahan bahan-bahan lain

yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, misalnya pemberian pasir pada

tanah liat, penambahan mineral pada tanah organik, pengapuran, dan

sebagainya.

Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk

alam adalah pupuk yang langsung didapat dari alam, misalnya fosfat alam,

pupuk organik (pupuk kandang, kompos, guano, pupuk hijau, dan lain-lain).

Pupuk buatan adalah pupuk yang dibaut dipabrik dengan jenis dan kadar

unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah

tertentu.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 39


Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk

majemuk. Pupuk tunggal, adalah pupuk yang hanya mengandung satu

macam unsur hara, misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K, dan sebagainya.

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,

misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K, dan sebagainya.

Dalam melakukan pemupukan, beberapa hal yang perlu diperhatikan,

antara lain: 1. Tanaman yang akan dipupuk

2. Jenis tanah yang akan dipupuk

3. Jenis pupuk yang digunakan

4. Dosis (jumlah) pupuk yang diberikan

5. Waktu pemupukan

6. Cara pemupukan.

Jenis-Jenis Pupuk

A. Pupuk Organik

1. Pupuk kandang

Secara umum kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak

terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu

dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti: permeabilitas tanah,

porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation

tanah, dan sebagainya.

Tiap-tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk

kandang dengan sifat yang berbeda, antara lain:

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 40


- Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk

kandang yang lain.

- Kotoran kambing mengandung N dan K masing-masing dua kali lebih

besar daripada kotoran sapi.

- Kotoran babi mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran

sapi

- Pupuk kandang dari kuda atau kambing mengalami fermentasi dan

menjadi panas lebih cepat daripada pupuk kandang sapi dan babi.

Karena itu, petani biasanya menyebut pupuk kandang sapi dan babi

sebagai pupuk dingin (cold manures).

- Kandungan unsur hara dalam kotoran ayam adalah yang paling tinggi,

karena bagian cair (urine) tercampur dengan nbagoian padat.

- Kandungan K dalam urine adalah lima kali lebih banyak daripada

kotoran padat, sedang kandungan N adalah dua sampai tiga kali lebih

banyak.

- Dalam semua pupuk kandang, P selalu terdapat dalam kotoran padat,

sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran cair (urine)

- Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan pula oleh

jenis makanan yang diberikan.

2. Pupuk Hijau

Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian yang masih muda

yang dibenamkan ke dalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 41


organik dan unsur hara terutama nitrogen ke dalam tanah. Pupuk hijau

umumnya berupa tanaman leguminosae dan sering ditanam sebagai

tanaman sela atau sebagai tanaman rotasi. Contoh: Orok-orok (Crotalaria

sp), lamtoro, Calopogonium, Sentrosoma, Mimosa, dan lain-lain.

3. Kompos

Kompos, adalah bahan organik yang telah terdekomposisi

sehingga dapat dipakai sebagai pupuk. Dalam proses pembuatannya,

kompos merupakan suatu proses dekomposisi sisa-sisa tanaman, sisa-

sisa hasil pertanian, tanaman, kotoran ternak, urine ternak, sisa makanan

ternak, batang dan ranting, daun-daun yang jatuh, sampah, dan lain

sebagainya.

Untuk mendapatkan kompos yang baik, maka di dalam pembuatan

kompos hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Struktur bahan-bahan yang akan dibuat kompos hendaknya jangan

terlalu kasar. Bahan-bahan seperti jerami, bahan pangkasan pupuk

hijau, sebaiknya dipotong-potong lebih halus.

b. Bahan-bahan yang kurang mengandung nitrogen harus dicampur

dahulu dengan bahan-bahan yang banyak mengandung nitrogen.

c. Bahan-bahan untuk kompos ditumpuk berlapis-lapis di atas tanah.

Tiap-tiap lapisan setebal ± 30 cm, seluruhnya ± 1,5 meter.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 42


d. Untuk mempercepat perombakan bahan organiknya, pada tiap-tiap

lapisan diberi kapur agar terbentuk kompos dengan rasio C/N yang

rendah dan siap untuk digunakan.

4. Guano

Guano merupakan deposit/sedimen yang terdiri dari kotoran

binatang, terutama kotoran burung laut dan kelelawar. Unsur hara yang

terdapat di dalamnya adalah N, P, dan K. Kandungan hara yang paling

tinggi adalah fosfor yang berasosiasi dengan kalsium, yaitu dalam bentuk

Ca-P, sehingga dengan adanya kandungan fosfor yang tinggi guano biasa

disebut fosforit.

B. Pupuk Buatan

1. Pupuk Nitrogen

Pupuk nitrogen dalam bentuk nitrat akan lebih mudah

bergerak/mobil daripada amonium, sehingga lebih mudah tercuci.

Tanaman yang cocok dipupuk dengan N-nitrat adalah tanaman palawija.

Komposisi dan persentase kandungan unsur hara dari berbagai bentuk

pupuk nitrogen dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 43


Tabel 7. Rata-rata Persentase Nitrogen serta Komposisi dari
Pupuk-Pupuk Nitrogen

Persentase (%)
Sumber pupuk nitrogen N CaO Mg S Cl
Amonium sulfat 20,5 - - 23,4 -
Anhydrous amoniak 82,2 - - - -
Amonium nitrat 33,5 - - - -
Amonium klorida 28,0 - - - -
Kalsium nitrat 15,5 27,0 2,5 - 0,2
Natrium nitrat 16,0 - - - 0,6
Urea 46,0 - - - -
Urea-Sulfur (SCU) 40,0 - - 10,0 -
Amonium-Sulfat-Nitrat 26,0 - - - -

Pupuk nitrogen dalam bentuk amonium, biasanya lebih sesuai

digunakan untuk tanaman padi dan untuk tanaman keras lainnya. Jika

dibandingkan dengan nitrat, bentuk amonium kurang mobil dalam tanah

dan lebih cenderung untuk diikat pada kompleks adsorbsi. Tetapi dalam

keadaan tanah berdrainase baik, amonium segera diubah menjadi nitrat,

sehingga menjadi lebih peka terhadap pencucian, dan bila kondisi

berdrainase tanah buruk bentuk amonium ini direduksi sehingga mudah

hilang ke udara.

Pemberian pupuk amonium sulfat yang berlebihan ke dalam tanah,

dapat mengakibatkan tanah menjadi masam. Tetapi, penggunaan pupuk

amonium sulfat pada daerah-daerah yang beririgasi tidak memberikan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 44


pengaruh jelek, karena basa yang dibawa oleh air irigasi dapat

mengimbangi tambahan kemasaman tanah.

2. Pupuk Fosfat

Pupuk fosfat buatan umumnya diklasifikasikan berdasarkan

kelarutannya atas 3 golongan, yaitu:

1. Pupuk fosfat yang larut dalam air, sehingga P 2O5-nya mudah

tersedia bagi tanaman.

2. Pupuk fosfat yang larut dalam asam sitrat. Umumnya terdiri

dari dikalsium fosfat. P2O5-nya mudah tersedia bagi tanaman.

3. Pupuk fosfat yang tidak larut dalam asam sitrat. Fraksi ini

terutama terdiri dari bentuk trikalsium fosfat dan dianggap tidak

tersedia untuk tanaman.

Ppupuk fosfat yang larut dalam asam sitrat baik digunakan untuk

tanaman yang tumbuh lambat, karena hara tanaman/fosfat akan larut

dalam tanah secara berangsur-angsur. Pupuk ini juga baik digunakan

untuk tanaman buah-buahan seperti mangga, jeruk, kelapa, atau pisang.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 45


Tabel 8. Beberapa Pupuk Fosfat yang Larut dalam Air dan
Asam Sitrat

Jenis Pupuk Total Larut Larut


%P2O5 dalam dalam air
asam (% P2O5)
sitrat (%
P2O5)
Super fosfat tunggal (Mono 16,5 16,5 16,0
kalsium fosfat)
Triple super fosfat (TSP) 45,0 40,0 40,0
Basie slag 2,5-7,0 2,0-6,0 -
Dikalsium fosfat 34,0 34,0 -
Fosfat alam 27,0-35,0 - -
Tepung tulang 25,0 8,0 -

Perlu diketahui, bahwa pemberian pupuk amonium sulfat yang

dicampur dengan pupuk fosfat yang larut dalam air, ternyata dapat

menaikkan serapan fosfat oleh tanaman.

3. Pupuk Kalium

Semua garam kalium yang dipakai sebagai pupuk, larut dalam air

dan segera tersedia. Pupuk kalium walaupun diberikan dalam jumlah

yang banyak, tidak mempengaruhi pH tanah.

Umumnya, bahan pupuk kalium yang banyak digunakan adalah

KCl. Hal ini disebabkan, karena KCl mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

(1) KCl relative murah; (2) KCl seluruhnya dapat larut dalam air dan

mudah tersedia, dan (3) Klor yang terdapat pada KCl tidak memberikan

pengaruh negative terhadap tanah dan tanaman.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 46


Tabel 9. Kadar K2O dari Masing-Masing Pupuk Kalium

Jenis pupuk Rumus kimia % K2O


Kalium klorida (Muriate) KCl 50-62
Kalium sulfat K2SO4 48-50
Kalium-magnesium- K2SO4 – 2 MgSO4 22-23 (18% MgO)
sulfat
Kalium metafosfat KPO3 35-37 (55-58%P2O5)
Kalium nitrat KNO3 44 (13% N)
Kainit KCl.MgSO4.3H2O 14-20

Kalium klorida dan kalium sulfat banyak dipakai di Indonesia,

terutama untuk tanaman tembakau dan tanaman perkebunan. Bentuk

pupuk kalium-magnesium-sulfat, banyak dipakai pada daerah yang

mempunyai kadar magnesium rendah

4. Pupuk Majemuk

Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam 3

angka, berturut-turut menunjukkan kadar N, P2O5, dan K2O. Misalnya:

pupuk majemuk 15-25-10, menunjukkan bahwa tiap 100 kg pupuk

mengandung 15 kg N + 25 kg P2O5 + 10 kg K2O. Kadang-kadang pupuk

majemuk hanya dilengkapi dengan 2 unsur hara, misalnya: pupuk 18-46-

0, berarti tiap 100 kg pupuk mengandung 18 kg N + 46 kg P 2O5 + 0 kg

K2O. Pupuk majemuk yang mengandung unsur N, , dan K, disebut pupuk

majemuk lengkap.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 47


Pemberian pupuk majemuk sering memberikan reaksi masam

kepada tanah. Hal ini terutama disebabkan sifat nitrogen (pembawa

nitrogen), terutama bentuk amoniak dalam pupuk majemuk tersebut.

5. Pupuk Mikro

Pada umumnya, tanah-tanah ber-pH tinggi mengalami kekurangan

unsur mikro kecuali unsur molibdenum yang cukup tersedia pada pH

tanah yang tinggi. Penambahan unsur mikro pada pupuk harus dilakukan

lebih teliti. Jumlah yang ditambahkan harus terkendali, karena kelebihan

unsur mikro dapat menyebabkan kerusakan atau keracunan pada

tanaman.

Unsur mikro berupa tembaga, mangan, besi, dan seng, pada

umumnya diberikan sebagai garam sulfat, sedangkan boron sebagai

borax, dan molibdenum dalam bentuk molibdat.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 48


BAB VII. PENGAPURAN

1. Tujuan Pengapuran

Secara umum, pemberian kapur ke dalam tanah dapat mempengaruhi

sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jazad renik tanah. Bila ditinjau dari

sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah

dan meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara bagi

pertumbuhan tanaman.

Tabel 10. Keuntungan Pengapuran, Pengaruh Pengapuran yang


Berlebihan dan Kisaran pH untuk Tanah-Tanah yang
Berstatus Basa Tinggi dan Rendah

Tanah Keuntungan Pengaruh yang Kisaran


Pengapuran merugikan dari pH yang
pengapuran yang diinginka
berlebihan n
Status Peningkatan: Penurunan: 6,0 – 6,8
basa - pH tanah - Ketersediaan seng
tinggi dan - Ketersediaan - Ketersediaan
muatan kalsium mangan
tetap - Fikton nitrogen Peningkatan molibdenum
sampai tingkat meracuni
Status Aluminium dan Penurunan ketersediaan: 5,0 – 6,2
basa mangan yang tidak - seng
rendah aktif - mangantembaga
dan Penambahan kalsium - boron
muatan dan magnesium Peningkatan molibdenum
tergantun sampai tingkat meracuni.
g pH yang
tinggi

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 49


Secara umum, tujuan pengapuran, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pH tanah

2. Menambah unsur-unsur Ca dan Mg;

3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo;

4. Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al;

5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki kehidupan

bintil akar.

Pengapuran yang dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah

dilaksanakan dengan harapan, kompleks adsorbsi tanah akan terisi oleh

kation-kation Ca2+ sehingga pH tanah yang semula masam akan berubah

menjadi lebih tinggi sampai akhirnya mendekati netral, karena kelebihan

kation H+ dalam larutan tanah dinetralisir dengan ion-ion OH- menjadi air

(H2O).

2. Bahan Kapur Pertanian

Pada umumnya, bahan kapur untuk pertanian dalah berupa kalsium

karbonat (CaCO3), beberpa berupa kalsium magnesium karbonat

(CaMg(CO3)2), dan hanya yang sedikit berupa CaO atau Ca(OH) 2.

Beberapa jenis bahan kapur pertanian, hádala sebagai berikut:

1. Kapur kalsit (CaCO3), terdiri dari kapur kalsit yang ditumbuk (digiling)

sampai kehalusan terstentu.

2. Kapur dolomit (CaMg(CO3)2), terdiri dari batu kapur dolomit yang

ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 50


3. Kapur bakar, quick lime (caO), merupakan batu kapur yang dibakar

sehingga terbentuk CaO.

CaCO3 + panas CaO + CO2.

4. Kapur hidrat, slake lime (Ca(OH)2)

CaO + H2O Ca(OH)2 + panas

3. Jaminan Mutu Kapur

Mutu kapur pada umumnya didasarkan atas garansi kimia (Chemical

guarantee) dan garansi fisik (Physical guarantee).

Ada beberapa cara untuk menyatakan mutu kapur secara kimia (garansi

kimia), antara lain:

1. Kalsium karbonat equivalen. Kadang-kadang disebut juga daya

menetralkan (neutralizing power) dari kapur. Kapur yang terdiri dari

kalsium karbonat (CaCO3) murni mempunyai kalsium karbonat

equivalen 100%. Kalau kapur tersebut hanya mengandung 95%

CaCO3, maka kalsium karbonat equivalen = 95%.

Bahan kapur yang bukan CaCO3, dapat juga dinyatakan dalam

kalsium karbonat equivalen. Misalnya: kapur yang terdiri dari CaO

murni, mempunyai kalsium karbonat equivalen sebagai berikut:

% CaCO3 equivalen dari CaO murni = Berat moleku CaCO3 x 100%


Berat molekul CaO

= 100 x 100%
56

= 178,6%

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 51


Ini berarti bahwa dalam jumlah berat yang sama , kemampuan CaO

untuk menertalkan tanah adalah 1,1786 kali lebih besar dari CaCO 3.

Contoh Lain:

% CaCO3 equivalen dari MgCO3 murni = Berat moleku CaCO3 x


100%
Berat molekul MgCO3

= 100 x 100% = 119%


84

Berarti kemampuan MgCO3 dalam menetralkan tanah adalah 1,19 kali

lebih besar dari CaCO3.

2. Kalsium oksida equivalen. Pengertian didasarkan pada anggapan

bahwa kalsium oksida (CaO) murni mempunyai CaO equivalen 100%.

% CaO equivalen dari CaCO3 murni = Berat moleku CaO x 100%


Berat molekul CaCO3

= 56 x 100%
100

= 56%

Ini berarti bahwa dalam berat yang sama, kemampuan CaCO 3 untuk

menertalkan tanah adalah 0,56 kali lebih kecil dari CaO.

% CaO equivalen dari MgCO3 murni = Berat moleku CaO x 100%


Berat molekul MgCO3

= 56 x 100%
84

= 66,76%

Ini berarti bahwa kemampuan MgCO3 untuk menertalkan tanah adalah

0,667 kali lebih kecil dari CaO.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 52


3. Kandungan oksida (Conventional oxide). Menunjukkan banyaknya

kandungan oksida (caO, MgO) dalam kapur. Hal ini dapat bdiperoleh

dengan mengkonversikan kandungan Ca dan Mg yang dipunyai

menjadi CaO dan MgO, kemudian dijumlahkan.

4. Persentase unsur. Yaitu: persentase dari unsur Ca dan Mg. Jika

CaCO3 murni akan dinyatakan dengan kandungan unsur Ca, maka:

% Ca = Berat moleku Ca x 100%


Berat molekul MgCO3

= 40 x 100%
100

= 40%

Garansi fisik dari kapur terutama dinyatakan dari kehalusan (ukuran)

butir-butir kapur. Makin halus kapur, makin cepat berseaksi di dalam tanah.

Oleh karena itu, setiap bahan kapur yang digunakan untuk pengapuran tanah

harus mempunyai syarat-syarat kehalusan tertentu sehingga dapat

digunakan dengan efisien. Syarat-syarat untuk kapur halus adalah semua

bahan kapur harus dapat melalui sringan 10 mesh (1,75 mm) dan paling

sedikit 50% dari kapur tersebut dapat melalui saringan 100 mesh.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 53


Tabel 11. Mutu Kimia dari Bahan Kapur Dagangan

Bahan kapur Persentase Equivalen Daya Persentase


dagangan CaO dan CaO *) netralisasi elemen
MgO
Kalsit murni CaO = 56 56,0 100 Ca = 40
(Kapur giling) MgO = 0 Mg = 0
Kapur oksida CaO = 77 102,0 182,1 Ca = 55,0
MgO = 18 Mg = 10,8
Kapur CaO = 60 76,7 136,9 Ca = 42,8
hidroksida Mg = 12 Mg = 7,2
*) Konversi: MgO CaO = 1,389 MgCO 3 CaO =
0,664
CacO3 CaO = 0,560 MgCO 3 CaCO3 =
1,186
CaO CaCO3 = 1,786 MgCO 3 Mg =
0,288
CaCO3 Ca = 0,400 Ca(OH) 2 CaO =
0,823

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Kapur Yang Diperlukan

Faktor-faktor yang menentukan banyaknya kapur yang diperlukan,

antara lain:

1. pH tanah

2. Tekstur tanah

3. Kadar bahan organik tanah. Tekstur dan kandungan bahan ogranik

menentukan banyaknya kapasitas adsorbsi dan besarnya daya

sangga tanah.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 54


4. Mutu kimia. Garansi kimia maupun kehalusan kapur menetukan

banyaknya kapur yang diperlukan.

5. Jenis tanaman

Reaksi pengapuran:

a. Dengan CaCO3

CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2 Ca bikarbonat. pH tinggi, pH

tanah naik

Ca(HCO3)2 Ca2+ + 2 HCO3- Dapat diserap tanaman

HCO3- + H+ H2CO3 H2O + CO2

b. Dengan CaO atau Ca(OH)2

CaO + H2O Ca(OH)2

Ca(OH)2 + 2 H2CO3 Ca(HCO3)2 + 2H2O pH tinggi

5. Penentuan Kebutuhan Kapur

Untuk menentukan banyaknya kapur yang diperlukan untuk tiap-tiap

hektar tanah, dipergunakan beberapa cara, antara lain:

1. Metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt).

Cara ini dilakukan dengan mengukur jumlah H+ dan Al3+ yang dapat

dipertukarkan dan yang larut dengan menggunakan larutan SMP buffer.

Cara penentuannya sebagai berikut:

- Ukur pH tanah. pH tanah diukur dengan terlebih dahulu mengocok

tanah dengan air destilata, kemudian diukur pH-nya dengan kertas

lakmus atau pH meter. Bila tanahnya masam, pengukuran dilanjutkan.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 55


- Ke dalam larutan yang sama, tambahkan larutan SMP buffer, dikocok,

kemudian diukur lagi pH-nya.

Berdasarkan pH dalam larutan SMP buffer ini, maka kebutuhan

kapur dapat diketahui dengan menggunakan tabel kebutuhan kapur

seperti pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Kebutuhan Kapur pada Tanah Mineral dan Tanah


Organik yang Didasarkan pada Penentuan pH Tanah +
SMP Buffer

Tanah + Kebutuhan kapur (pH yang diinginkan)


pH buffer Tanah mineral Tanah
organik
7,0 6,5 6,0 5,2
7,0 0 0 0 0
6,9 0,3 0,3 0,2 0,2
6,8 1,2 1,0 0,8 0,6
6,7 2,1 1,8 1,4 1,1
6,6 2,8 2,4 1,9 1,5
6,5 3,7 3,1 2,6 2,0
6,4 4,6 3,9 3,2 2,4
6,3 5,5 4,6 3,8 2,9
6.2 6,3 5,3 4,3 3,4
6,1 7,1 6,0 4,9 3,6
6,0 8,0 6,7 5,5 4,2
5,9 8,9 7,5 6,1 4,6
5,8 9,7 8,1 6,6 5,2
5,7 10,6 8,9 7,8 5,6
5,6 11,4 9,6 7,8 6,1
5,5 12,3 10,4 8,5 6,6
5,4 13,2 11,1 9,1 7,0
5,3 14,0 11,7 9,6 7,4
5,2 14,9 12,5 10,2 7,8
5,1 15,8 13,2 10,8 8,4
5,0 16,7 14,0 11,4 8,8
4,9 17,6 14,7 12,0 9,2
4,8 18,4 15,5 12,6 9,6

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 56


2. Berdasarkan atas kadar Al-dapat-ditukar (Al-dd) tanah permukaan. Kadar

Al-dapat-ditukar dapat diukur dari contoh tanah di laboratorium dengan

ekstraksi KCl 1N. Kebutuhan kapur (ton/ha) kemudian ditentukan dengan

mengalikan kadar

Al-dd dengan faktor 1, 1,5, 2, dan sebagainya. Perhitungan ini didasarkan

pada banyaknya Ca2+ (miliekuivalen) dalam kapur yang diperlukan untuk

menetralkan Al-dd yang terdapat dalam tanah.

Penentuan kebutuhan kapur berdasarkan Al-dd menjadi sangat

sederhana, karena didasarkan pada asumsi berat tanah lapisan olah = 2 x

106 kg/ha.

Contoh perhitungan kebutuhan kapur berdasarkan Al-dd sebagai

berikut:

Diketahui:

Tanah permukaan (20 cm lapisan olah) mengandung Al-dd 1

me/100 g. Berat tanah 20 cm lapisan olah = 2 x 106 kg/ha

(tanah mempunyai bulk density 1 g/cc atau 1 gr/cm 3).

Pertanyaan:

Bila kebutuhan kapur ditetapkan 1,5 x Al-dd, berapa ton/ha

kapur murni (CaCO3) diperlukan? Bila berat atom Ca = 40, C =

12, O = 16, dan berat molekul CaCO3 = 100

Jawab: Kebutuhan kapur = 1,5 x Al-dd, artinya

Diperlukan Ca = 1,5 x 1 me/100 g

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 57


= 1,5 x 40/2 mg /100 g

= 30 mg/100g

= 300 mg/1.000.000 mg

= 600 kg/2.000.000 kg

Atau Ca = 600 kg/ha

Jadi kapur (CaCO3) yang diperlukan

= 100/40 x 600 kg

= 1.500 kg/ha

= 1,5 ton/ha

Dengan cara ini maka di dapat:

Kebutuhan kapur 2 x Al-dd = 2 x 1 ton/ha = 2 ton/ha

Kebutuhan kapur 2,5 x Al-dd = 2,5 x 1 ton/ha = 2,5 ton/ha

Penentuan banyaknya kapur yang harus diberikan, didasarkan pada 2 hal,

yaitu

1. Tanaman apa yang akan diusahakan

2. Berapa banyaknya Al yang harus ditekan agar tercapai pertumbuhan

yang maksimum.

Dari hasil uji korelasi antara berbagai ciri tanah, kebutuhan kapur,

pertumbuhan tanaman, serta produksi tanaman yang diteliti oleh Slamet

Setijono pada tahun 1982, diperoleh hasil kebutuhan kapur untuk perubahan

nilai pH sampai 5,2, 5,5, dan 6,0. Perkiraan jumlah kapur didasarkan pada

jumlah Al-dd yang terdapat dalam tanah. Jumlah Al-dd yang dikendalikan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 58


kapur ditujukan untuk mencapai pH tertentu yang paling sesuai untuk

pertumbuhan tanaman tertentu pula.

Rumus kebutuhan kapur yang disarankan oleh Slamet Setijono, sebagai

berikut:

1. Untuk menaikkan nilai pH tanah menjadi 6,0, kebutuhan kapur (ton/ha) =

2,1 x Al-dd atau sama dengan 2,1 ton CaCO3/ha tiap me Al-dd/100 g.

2. Untuk menaikkan nilai pH tanah menjadi 5,5, kebutuhan kapur (ton/ha) =

1,5 x Al-dd atau sama dengan 1,5 ton CaCO3/ha tiap me Al-dd/100 g.

3. Untuk menaikkan nilai pH tanah menjadi 5,2, kebutuhan kapur (ton/ha) =

1,2 x Al-dd atau sama dengan 1,2 ton CaCO3/ha tiap me Al-dd/100 g.

Perlu dicatat, bahwa perhitungan ini hanya berlaku untuk kedalaman tanah

20 cm yang akan dikapur.

Bila tanah mempunyai bulk density lebih besar, misalnya 1,5 g/cm3,

maka berat tanah lapisan olah 20 cm menjadi 3 x 106 kg/ha. Dengan

demikian, perhitungan kebutuhan kapur harus didasarkan pada berat tanah 3

x 106 kg/ha tersebut.

6. Cara Pengapuran

Cara pengapuran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

keberhasilan dan kefisienan pengapuran itu. Di antara sekian banyak faktor,

yang penting untuk diperhatikan adalah:

a. Macam dan kualitas bahan kapur;

b. Kehalusan bahan kapur; dan

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 59


c. Waktu dan cara pemberian.

Pemberian kapur ke dalam tanah, hendaknya dilakukan secepatnya.

Bila dalam pola pergiliran tanaman terdapat jenis-jenis tanaman yang sensitif

terhadap keracunan Al dan Mn, seyogyanya pemberian kapur dilakukan jauh

sebelum tanaman itu ditanam dan dalam musim labuan (menjelang musim

hujan).

Pada dasarnya, kapur diberikan pada tanah bila diperkirakan hujan tidak

akan turun pada saat pemberian kapur. Setelah kapur disebar merata di atas

permukaan tanah, maka harus segera dibajak sehingga mempercepat

terjadinya reaksi dengan tanah. Semakin dalam pencampuran bahan kapur

dengan tanah, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, H. D. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

------------. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha,


Go Ban Hong, dan H. H. Bailey. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Kuswandi. 2003. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Setyamidjaja, D. 1996. Pupuk dan Pemupukan. Simplex, Jakarta.

Soepardi, G. 1989. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran dari The Nature and
Properties of Soils, By Brady.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah ---------- Kasifah---------- 2017 60

View publication stats

You might also like