You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333971108

Kajian bioekonomi sumberdaya kepiting rajungan (Portunus pelagicus L) di


perairan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Article · December 2006

CITATIONS READS

3 23

1 author:

Susanto Susanto
Ministry of Agriculture
7 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Susanto Susanto on 24 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

KAJIAN BIOEKONOMI SUMBERDAYA KEPITING RAJUNGAN


(Portunus pelagicus L) DI PERAIRAN KABUPATEN MAROS,
SULAWESI SELATAN
Study of bio-economic of rajungan (Portunus pelagicus L) crab resource
at territorial of Maros regency, South Sulawesi.

Susanto
Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK
Penelitian Kajian Bioekonomi Sumberdaya Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus L) di
perairan Kabupaten Maros Sulawesi Selatan bertujuan untuk menduga jumlah produksi
penangkapan dan jumlah upaya penangkapan kepiting rajungan yang dapat memberikan
keuntungan optimal baik secara ekonomi maupun secara biologi. Kegunaan dari penelitian
ini diharapkan dapat sebagai acuan pengelolaan sumberdaya kepiting rajungan dan
alternatif pertimbangan yang dapat diambil bagi pemerintah daerah kabupaten Maros.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan kabupaten Maros sampai dengan
tahun 2006 sudah tidak efisien secara ekonomi. Jumlah upaya penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan telah melewati jumlah upaya penangkapan lestari (MSY) sehingga
produksi penangkapan nelayan berkurang. Secara ekonomi, tingkat keuntungan nelayan
telah berkurang dari keuntungan optimal yang diperoleh, karena sudah terjadi kelebihan
upaya penangkapan. Tingkat optimasi pemanfaatan sumberdaya kepiting rajungan di
perairan kabupaten Maros adalah sebesar 43,10 %, sedangkan tingkat penangkapan
optimal yang telah dilakukan telah melampaui batas sekitar 113,68 %. Keuntungan secara
biologi dan ekonomi dapat diperoleh nelayan jika upaya penagkapan sebayak 121.981
trp/tahun yang setara dengan produksi hasil penagkapan sebanyak 3.703.810 kg/tahun.
Kata kunci: Kepiting rajungan, upaya penangkapan lestari, biekonomi,

ABSTRACT
Research of Bio-economical study of rajungan crab (Portunus Pelagicus L) resource in
territorial of Maros regency South Sulawesi aim to anticipate amount produce arrest and
sum up effort of arrest of rajungan crab which can give optimal advantage either through
economics and also in the biology. Usefulness from this research expected to earn as
reference of management of natural resources of rajungan crab and consideration
alternative which can be taken for local government of Maros regency. The result indicate
that condition of territorial water of Maros regency up to year 2006 have inefficient
economical. Sum up arrest effort conducted by fisherman over sum up effort of maximum
sustainable yield catching by fisherman decrease. Economical, mount fisherman advantage
have decreased from optimal advantage obtained, since have been happened by the excess
strive of catching. Optimation degree of exploiting of natural resources of rajungan crab in
territorial of Maros regency is equal to 43,10 %, while optimal level of catching which
have been conducted have boundary about 113,68 %. Advantage biologically and the
obtainable economics of fisherman if effort of catching 121.981 equivalent trp/year with
production of result of cathcing as much 3.703.810 kg/year.
Keywords: Rajungan, maximum sustainable yield , bio-economic

55
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

PENDAHULUAN pengelolaan kepiting rajungan yang


optimal dan bertanggung jawab.
Kabupaten Maros merupakan salah satu
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
kabupaten di Sulawesi Selatan yang
perlu dilakukan penelitian Kajian
memiliki potensi perikanan yang cukup
Bioekonomi Sumberdaya Kepiting
tinggi, hal ini didukung oleh kondisi
Rajungan (Portunus pelagicus L) di
wilayah perairan yang berbatasan
Perairan Kabupaten Maros, Sulawesi
langsung dengan Selat Makassar. Pada
Selatan.
tahun 2003 produksi perikanan laut
Kabupaten Maros sebesar 24.960,1 ton
sedangkan perairan darat yang terbagi atas Tujuan penelitian
perairan umum sebesar 974,0 ton dan Penelitian bertujuan untuk menduga
perairan budidaya yaitu budidaya tambak jumlah produksi penangkapan dan jumlah
sebesar 9.219,2 ton, budidaya kolam upaya penangkapan yang dapat memberi
sebesar 8,6 ton dan budidaya sawah keuntungan optimal baik secara ekonomi
sebesar 15,5 ton (Anonim, 2003). maupun secara biologi.
Dewasa ini kepiting rajungan (Portunus
pelagicus, L) merupakan salah satu hasil METODE PENELITIAN
perikanan yang mempunyai prospek Penelitian dilaksanakan mulai bulan
cukup baik seperti halnya udang dan jenis Januari sampai Februari 2007 di sekitar
perikanan lainnya. Hewan ini merupakan Perairan Kabupaten Maros dengan
salah satu jenis komoditas hasil laut yang Fishing Base Desa Ampikale, Desa
cukup penting dari usaha penangkapan di Tuppabiring, Desa Nisombalia, Desa
laut, beberapa daerah perairan yang sudah Bonto Bahari, Desa Pajukukang
mengusahakan rajungan sebagai Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
komoditas ekspor antara lain; utara Jawa Secara umum metode yang digunakan
(Panimbang, Labuhan, Serang, Cirebon, dalam penelitian ini adalah metode survey
Rembang), barat Sulawesi (Barru, Maros), dengan pengambil sampel dari satu
Nusa Tenggara Barat (Teluk Bima) populasi dan menggunakan kuisoner
(Widodo, 1998). sebagai alat pengumpul data umum. Data
Berdasarkan data BPS tahun 2000-2004 yang dikumpulkan adalah:
(Anonim, 2000-2004), produksi rajungan a. Data primer merupakan data biaya
Kabupaten Maros berturut-turut sebesar tetap dan biaya operasional, data
1.183,0 ton, 1.212,6 ton, 1.232,3 ton, teknologi, musim dan daerah
1.251,2 ton dan 1.596,4 ton (Data Statistik penangkapan yang diperoleh dari
Dinas Perikanan Kabupaten Maros, 2000- hasil wawancara dengan nelayan dan
2004), dimana empat tahun terakhir observasi langsung di lapangan.
produksi rajungan mengalami b. Data sekunder yang dikumpulkan
peningkatan. Karena hal tersebut di atas adalah data berkala (time series) hasil
ada kecenderungan masyarakat tangkapan dan upaya penangkapan
melakukan penangkap rajungan secara selamam 10 tahun terakhir (1995-
besar-besaran. Dari hal inilah yang akan 2004), data ini diperoleh dari kantor
membawa pada suatu situasi yang dikenal Dinas Perikanan dan Kelautan
dengan istilah penangkapan berlebih (over Kabupaten Maros atau Kantor Dinas
fishing) di perairan tersebut. Perikanan dan Kelautan Propinsi
Untuk menjaga kesinambungan sumber- Sulawesi Selatan.
daya tersebut maka diperlukan usaha

56
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Analisis Data standarisasi. Standarisasi upaya


Analisis bioekonomi ditujukan untuk penangkapan yang digunakan mengikuti
menentukan tingkat pengusahaan persamaan (Gulland, 1983) :
optimum bagi pelaku eksploitasi
CPUE1
sumberdaya perikanan. Perkembangan Estd = × E1
usaha penangkapan ikan tidak dapat lepas CPUEstd
dari faktor ekonomi yang mem- dimana :
pengaruhinya, antara lain biaya Estd : Upaya penangkapan total
penangkapan dan harga ikan. Selain itu, yang telah distandarisasi
analisis bioekonomi dengan pendekatan (Trip)
secara biologi dan ekonomi merupakan CPUEn : CPUE alat tangkap yang akan
salah satu alternatif pengelolaan yang distandarisasi (Ton/Trip)
dapat diterapkan demi upaya optimalisasi CPUEstd : CPUE alat tangkap standar
pengusahaan sumberdaya perikanan (Ton/Trip)
secara berkelanjutan. En : Upaya Penangkapan alat
tangkap yang distandarisasi
Hasil Tangkapan Per Upaya Penang- (trip)
kapan.
Data berkala (time series) dari produksi Pendugaan Parameter Model Bio-
dan upaya penangkapan untuk menduga ekonomi
parameter biologis dan parameter Parameter-parameter bioekonomi yang
teknologi model bioekonomi. Data diduga terdiri dari parameter biologi,
produksi pertahun dibagi dengan upaya parameter teknologi dan parameter
penangkapan pertahun untuk meng- ekonomi. Parameter biologi meliputi
hasilkan CPUE. Rumus CPUE, yaitu : konstanta daya dukung perairan (k),
konstanta pertumbuhan alami (r), dan
= Y t
parameter teknologi adalah koefisien
CPUE t
E t
penangkapan (q), sedangkan parameter
ekonomi meliputi biaya perupaya
Dimana : penangkapan (c), harga persatuan hasi
CPUEt : CPUE pada waktu t tangkapan (p) dan tingkat potongan atau
Yt : Hasil Tangkapan pada discount rate (δ) (Purwanto, 1989).
Waktu t
Et : Upaya Penangkapan Usaha menduga parameter biologi dan
pada Waktu t parameter teknologi digunakan teknik
regresi linear berganda dengan dua
Untuk menyeragamkan upaya-upaya variable kendali dengan beberapa model
penangkapan yang berbeda menjadi upaya sebagai berikut :
penangkapan standart dilakukan

Model 1 (Shirakihara, 1994 dalam Purwanto, 1989).

⎛ CPUEt +1 − CPUEt ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = β 0 + β1CPUEt + β 2 E1 + e.
⎝ CPUEt ⎠

57
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Model 2 (Schnute, 1997 dalam Purwanto, 1989).

⎛ CPUEt +1 ⎞ ⎛ CPUEt +1 + CPUE t ⎞ ⎛ E + Et ⎞


Ln⎜⎜ ⎟⎟ = β 0 + β 1 ⎜ ⎟ + β 2 ⎜ t +1 ⎟+e
⎝ CPUEt ⎠ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠

Model 3 (Uhler, 1980 dalam Clark, 1989)

⎛ CPUEt +1 − CPUEt ⎞ ⎛ CPUEt +1 + CPUEt ⎞ ⎛ E + Et ⎞


⎜⎜ ⎟⎟ = β 0 + β 1 ⎜ ⎟ + β 2 ⎜ t +1 ⎟+e
⎝ CPUEt ⎠ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠

Model 3 (Uhler, 1980 dalam Clark, 1989).

Ln(CPUEt +1 − CPUE t ) = β 0 + β 1CPUE t + β 2 E1 + e

dimana :

CPUEt+1 = CPUE pada waktu t+1


CPUEt = CPUE pada waktu t
Et+1 = upaya penangkapan pada waktu t + 1
Et = upaya penangkapan pada waktu t
βo = intersep (titik potong)
β1 = koefisien regresi CPUE
β2 = Koefisien regresi upaya penangkapan
e = kesalahan pendugaan

Koefisien regresi (βo,β1,β2) digunakan Dimana :


untuk menduga parameter biologi dan
teknologi model bioekonomi k, r, dan q c = biaya penangkapan rata-rata (Rp)
dengan persamaan-persamaan berikut pertahun
(Uhler, 1980 dalam Clark, 1989) : c1 = biaya penangkapan per upaya
penangkapan responden ke i
r = β 0, n2 = harga hasil tangkapan per bulan
r berdasarkan indeks harga rata-rata
K=
(qβ1 ) per bulan berdasarkan indeks
harga rata-rata per bulan selama
q = β2
periode penelitian
p = harga pada bulan ke-i
Untuk menghitung parameter ekonomi
model bioekonomi, digunakan rumus tata- p1 = jumlah responden
tata aritmatik, yaitu : n2 = jumlah bulan
c
c=∑ 1 Biaya perawatan terdiri dari: (1) biaya
n1
tetap yang meliputi biaya perawatan (alat
p1 tangkap, kapal, mesin dan alat bantu),
p=∑
n2 biaya penyusutan (alat tangkap, kapal,
mesin dan alat Bantu); (2) biaya variable

58
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

yang meliputi biaya perbekalan, bahan dengan uji F (Steel and Torrie, 1982
bakar dan perlengkapan, upah ABK. dalam Najamuddin, 2004)
Parameter tingkat potongan SD (δ)
merupakan ciri kedinamikaan model. JKreg / k
Tingkat potongan merupakan logaritma
F =
JKsisa /( n − k − 1)
natural suku bunga real yang berlaku pada
tahun tertentu yang ditulis dengan
persamaan (Clark, 1989) : Dimana :
JKreg : jumlah kuadrat regresi
δ = ln (1+i) JKsisa : jumlah kuadrat sisa
k : banyaknya variable bebas
n : banyaknya data
Dimana :
I = tingkat bunga investasi nominal
dikurang tingkat inflasi pada tahun Keluaran Model Bioekonomi
tertentu Keluaran model bioekonomi meliputi
pendugaan stok optimal (X*), hasil
Pengujian model dilakukan untuk tangkapan optimal (Y*) dan upaya
mengetahui ketepatan model yang penangkapan optimal (E*) yang diduga
digunakan. Model yang signifikan
dengan persamaan (Clark, 1989):
digunakan dalam perhitungan bioekonomi
selanjutnya. Untuk menguji signifikansi
model dilakukan analisis keragaman

⎡ 1

k ⎢⎛ c ⎧
δ ⎞ ⎪⎛ c δ⎞
2

8δc ⎪ ⎥
2

X = ⎢⎜⎜
*
+ 1 − ⎟⎟ + ⎨⎜⎜ + 1 − ⎟⎟ + ⎬
4 ⎢⎝ kpq r ⎠ ⎪⎝ kpq r⎠ kpqr ⎪ ⎥⎥
⎩ ⎭
⎣ ⎦
⎛1− X * ⎞
Y * = r X * ⎜⎜ ⎟⎟.
⎝ K ⎠
Y*
E* =
qX *

Dimana :

k = daya dukung lingkungan


c = biaya operasi penangkapan ikan
p = harga rajungan per kilogram
q = koefisien daya tangkap dari alat penangkapan ikan
r = laju pertumbuhan populasi rajungan
δ = tingkat potongan sumberdaya

59
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Sebagai pembanding dilakukan per- Kepiting” karena hasil tangkapannya


hitungan potensi MSY, MEY dan open merupakan kepiting rajungan (Portunus
access. Perhitungan model maksimum pelagicus L). Sedangkan alat tangkap
sustainable yield (MSY) dengan jaring insang tetap dikenal dengan nama
menggunakan persamaan : Lanra atau Rengge Laut) dan hasil
tangkapannya adalah ikan dan rajungan
K merupakan hasil tangkapan sampingan.
X msy = Tertangkap rajungan ini, karena adanya
2
kr ikan yang menjadi makanannya yang telah
Ymsy = tertangkap. Penggunaan kedua alat
4 tangkap ini tersebar dibeberapa desa di
r kabupaten Maros yaitu di desa Ampikale,
E msy =
2q desa Tuppabiring, desa Nisombalia, desa
Bonto Bahari, dan desa Pajukukang.
Perhitungan pada kondisi common Jaring yang digunakan terbuat dari bahan
property meliputi pendugaan stok (X∞), monofilament (tasi) dan nylon dengan
hasil tangkapan (Y∞) dan upaya ukuran mata jaring (mesh size) yang
penangkapan (E∞) dengan menggunakan berbeda-beda yaitu 2,5 inchi, 3 inchi, 3,5
persamaan : inchi dan 4 inchi. Pada alat tangkap jaring
insang dasar, panjang jaring berkisar
c antara 600 meter – 2.500 meter,
X∞ =
pq sedangkan pada alat tangkap jaring insang
⎛ X ⎞ tetap panjang jaring berkisar antara 500
Y∞ = rX ∞ ⎜1 − ∞ ⎟ meter – 800 meter.
⎝ k ⎠
Y Operasi penangkapan dimulai dari proses
E∞ = ∞ penurunan alat tangkap (setting) yang
qX ∞ diawali dengan penurunan pelampung
tanda pertama disusul dengan pemberat
Asumsi yang digunakan dalam penelitian kemudian badan jaring diturunkan secara
ini antara lain (Clark, 1989) adalah perlahan-lahan dengan cara mengulur
sebagai berikut : sambil kapal/perahu didayung mengarah
1. setiap spesies tidak ada bergantung kedepan dan kadang juga kapal bergerak
secara ekologis dengan kecepatan yang rendah, setelah
2. semua unit penangkapan aktif semua badan jaring diturunkan diteruskan
beroperasi dengan penurunan pemberat kedua dan
3. harga ikan persatuan hasil tangkapan pelampung tanda yang kedua dan
konstan seterusnya sampai semua jaring telah
4. biaya penangkapan per upaya diturunkan.
penangkapan konstan
Operasi penangkapan pada alat tangkap
jaring insang dasar umunya dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN pada subuh hari dan membiarkan jaring
Berdasarkan hasil penelitian, jaring insang tersebut di dalam air sehari dan pada esok
dasar dan jaring insang tetap pada harinya baru dilakukan pengambilan hasil
dasarnya sama yang membedakan adalah tangkapan (hauling) dengan kata lain
kedudukan jaring dalam air. Di daerah hanya sekali trip. Sedangkan pada alat
kabupaten Maros, alat tangkap jaring tangkap jaring insang tetap, operasi
insang dasar dikenal dengan nama “Pukat penangkapan rata-rata dilakukan pada

60
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

malam hari dimana dalam sehari rata – bulan November sampai bulan Januari
rata nelayan melakukan operasi sebayak dengan hasil tangkapan berkisar antara 0,7
dua trip. kg – 4 kg.
Upaya penangkapan dan hasil tangkapan
nelayan jaring insang dasar umumnya Hasil Tangkapan Per Satuan Upaya
hanya rajungan saja. Tetapi pada jaring penangkapan
insang tetap, rajungan merupakan hasil Pengelolaan perikanan merupakan salah
tangkapan sampingan yang jumlahnya satu aspek penting dalam membina dan
sedikit dan kadang pula tidak ada sama melestarikan usaha perikanan. Perubahan
sekali rajungan setiap mereka melakukan tangkapan lestari maksimum dapat terjadi
penangkapan. setiap tahun. Untuk itu diperlukan suatu
Daerah penangkapan kedua alat ini kompensasi yang tepat terhadap
berbeda, umumnya nelayan jaring insang sumberdaya perikanan (Chusing, 1968).
tetap beroperasi di daerah pantai dengan Maksimum Sustainable Yield (MSY) dan
kedalam 5 – 7 meter, sedangkan pada Maksimum Ekonomi Yield (MEY)
nelayan jaring insang tetap beroperasi di merupakan parameter pengelolaan yang
daerah karang atau perairan dengan dihasilkan dalam pengkajian sumberdaya
kedalam diatas 10 meter. perikanan. Untuk menduga parameter-
parameter tersebut dibutuhkan data tingkat
Operasi penangkapan kepiting rajungan
(Portunus pelagicus L) yang dilakukan produksi tahunan (Time Series). Total
oleh nelayan kabupaten Maros hasil tangkapan diperoleh dari hasil
dipengaruhi oleh musim, umumnya tangkapan jaring insang tetap dan jaring
nelayan setempat mengenal tiga musim insang dasar yang dinyatakan dalam
yaitu musim Barat (Puncak) terjadi pada satuan ton. Data produksi penangkapan
bulan Februari sampai bulan Juni dengan kepiting rajungan (Portunus pelagicus L)
hasil tangkapan berkisar antara 7 kg – 15 pada penelitian ini adalah data dalam 10
kg, musim Peralihan (sedang) terjadi pada tahun terakhir (1995 – 2004) yang
bulan Juli sampai bulan Oktober dengan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1
hasil tangkapan berkisar antara 4 kg – 7 berikut:
kg, dan musim Timur (paceklik) terjadi

Tabel 1. Hasil tangkap kepiting rajungan (Portunus pelagicus L) di Kabupaten Maros.


Hasil Tangkapan CPUE
Tahun Effort Standart (Trip)
(Ton) (Ton/Trip)
1995 999,5 92353,58914 0,01082
1996 1507,9 84426,01502 0,01786
1997 919,4 115001,20972 0,00799
1998 834,5 113497,25761 0,00735
1999 878,6 110074,99661 0,00798
2000 1183 100729,33275 0,01174
2001 1212,6 102703,03324 0,01181
2002 1232,3 115629,24885 0,01066
2003 1251,2 94369,02147 0,01326
2004 1596,4 138366,77112 0,01154

61
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa besar, dan pada tahun 1996 – 1998
produksi rajungan dari tahun 1995 – 2004 mengalami penurunan, dan akhirnya terus
di kabupaten Maros berfluktuasi dimana mengalami peningkatan dari tahun 1998 –
pada tahun 1995 – 1996 mengalami 2004.
peningkatan produksi yang sangat besar, Rata-rata besarnya hasil tangkapan per
dan pada tahun 1996 – 1998 produksi satuan unit penangkapan selama periode
rajungan mengalami penurunan, dan !995 sampai 2004 adalah 0.01088
akhirnya terus mengalami peningkatan Ton/Trip. Melihat perkembangan CPUE
produksi dari tahun 1998 – 2004. yang berfluktuasi dan menurun pada tahun
Kondisi ini juga terjadi pada nilai Catch 2004, ini merupakan suatu tanda bahwa
per Unit Effort (CPUE) yang dimana pada sediaan sumberdaya kepiting rajungan
tahun 1995 – 2004 di kabupaten Maros (Portunus pelagicus L) semakin menipis.
berfluktuasi dimana pada tahun 1995 – Fluktuasi CPUE selama periode 10 tahun
1996 mengalami peningkatan yang sangat dapat dilihat pada Gambar 1

Catch per Unit Effort (CPUE) Rajungan

0,02000
0,01800
0,01600
CPUE (Ton/Trip)

0,01400
0,01200
0,01000
0,00800
0,00600
0,00400
0,00200
0,00000
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

Gambar 1. Fluktuasi CPUE selama periode tahun 1995 – 2004.

Gambar 1 menunjukkan bahwa dari tahun jumlah hasil penangkapan (effort).


1995 sampai tahun 1996 nilai CPUE Gulland (1984) mengatakan bahwa pada
mengalami peningkatan ini karena upaya awal penangkapan terjadi peningkatan
penangkapan (trip) mengalami penurunan, nilai CPUE karena bertambahnya effort
kemudian tahun 1997 – 1998 mengalami dan selanjutnya akan terjadi penurunan
penurunan yang disebabkan upaya nilai CPUE. Hal ini disebabkan
penangkapan (trip) mengalami meningkatnya kompetisi antar alat
peningkatan, lalu tahun 1998 – 2001 tangkap yang beroperasi dimana kapasitas
mengalami peningkatan dimana upaya sumberdaya yang terbatas dan cenderung
penangkapan (trip) mengalami penurunan, mengalami penurunan akibat densitas
selanjutnya pada tahun 2002 – 2004 penangkapan yang terus meningkat
CPUE mengalami naik turun
(berfluktuasi), hal ini dikarenakan upaya Pendugaan Parameter Model
penangkapan yang telah distandarisasi Bioekonomi
juga naik turun (Berfluktuasi). Model Bioekonomi terdiri dari tiga
Itu terjadi karena periode tahun tersebut parameter yaiti parameter biologi, yang
terjadi penambahan dan pengurangan terdiri dari laju pertumbuhan alami (r) dan

62
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

konstanta daya dukung perairan (k), Parameter-parameter tersebut akan


parameter teknologi meliputi koefisiensi mempengaruhi kondisi keseimbangan
penangkapan (q) dan parameter ekonomi optimal, kondisi produksi lestari dan
meliputi biaya per upaya penangkapan (c), kondisi perikanan terbuka. Parameter-
harga per satuan hasil tangkapan (p) dan parameter tersebut dapat dilihat dengan
tingkat potongan sumberdaya (δ). jelas pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai parameter bioekonomi penangkapan kepiting rajungan (Portunus


pelagicus L) di Kabupaten Maros.

Parameter Biologi Parameter Teknologi Parameter Ekonomi

r = 0,49594 q = 0,000096 c = Rp. 13,769,417

k = 900,38329 p = Rp.1700 / kg

δ = 0,09985 (Tahun 2006)

Dalam bioekonomi terdapat empat model Biaya penyusutan diperoleh dari biaya
yang dapat digunakan untuk menduga investasi, dibagi dengan lama pemakaian
nilai parameter biologi dan parameter alat tangkap, kapal, mesin, pelampung,
teknologi yaitu dengan menggunakan pemberat, tali dan keranjang yang
teknik regresi linear berganda dengan dua dinyatakan dalam satuan tahun.
variabel kendali berdasarkan data hasil Biaya BBM diperoleh dari jumlah total
tangkapan per upaya penangkapan. Dari biaya masing-masing BBM (solar, oli) per
keempat model tersebut setelah melalui trip (dalam hal ini dikonversi dari 1 liter
proses perhitungan data dengan pemakaian oli dalam sebulan). Sedangkan
menggunakan program excel, diperoleh biaya perawatan diperoleh dari total biaya
hasil model ke satu (Uhler, 1980 dalam perawatan masing-masing : jaring, mesin,
Clark, 1990) yang memiliki nilai paling dan kapal setiap tahun
signifikan dibanding model Kedua
(Shirakihara, 1994), model Ketiga Rata-rata nelayan melakukan operasi
(Scnnute, 1997), dan model Keempat penangkapan hampir setiap hari dengan
(Uhler, 1980). .rata-rata upaya penangkapannya 30 hari
(trip) perbulan dan hampir sepanjang
Di perairan Kabupaten Maros umumnya tahun nelayan tersebut (nelayan jaring
Jaring insang dasar hanya menangkap insang dasar) melakukan penangkapan.
kepiting rajungan (Portunus pelagicus L) Biasanya nelayan rajungan di Kabupaten
saja. Dari hasil penelitian diperoleh hasil Maros melakukan pengangkatan jaring
tangkapan kepiting rajungan sebesar (pengambilan hasil Tangkapan) pada pagi
100%. Biaya penangkapan yang meliputi hari yang kemudian memasang kembali
: (1) biaya tetap yang terdiri dari biaya jaring tersebut (nelayan tersebut cuma
penyusutan (Jaring, kapal, mesin, mengambil hasil tangkapan) dan 3 – 4 hari
pelampung, pemberat, tali, keranjang), (2) mereka baru mengangkat jaring dan
biaya variabel yang meliputi biaya menggantikan dengan jaring lain untuk
operasional dan biaya perawatan (Jaring, dilakukan perawatan/perbaikan alat
kapal, dan mesin). tangkap (jaring). Dengan demikian dari
hasil perhitungan diketahui bahwa rata-

63
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

rata biaya operasional yang dikeluarkan Pendapatan rata-rata nelayan per trip pada
per upaya penangkapan per tahun (c) umumnya berkisar antara Rp. 18.900,-
sebesar Rp 13.769.417,- dan per tripnya sampai Rp. 29.254,- per trip atau rata-rata
sebesar Rp. 38.323,- . responden sebesar Rp. 24.965,-, dengan
Harga rata-rata hasil tangkapan kepiting pendapatan nelayan pertahun berkisar
rajungan (Portunus pelagicus) selama antara Rp. 6.804.000,- sampai Rp.
periode tahun 2006 (p) setiap bulannya 10.531.500,- . Nilai pendapatan tersebut
sebesar Rp 17.000,- per kg atau Rp. hampir sama dengan standar upah
17.000.000,- per ton. minimum regional Sulawesi Selatan
(2006) sebesar Rp. 24.480,-/hari.
Jumlah dari tiap unit alat tangkap
penangkap rajungan (jaring insang dasar) Tingkat potongan sumberdaya (δ) dan
umumnya berjumlah 1 orang pada jaring waktu merupakan ciri kedinamikaan
inang tetap berjumlah 2 orang. Ini model. Tingkat potongan ini dihitung
dikarenakan usaha tersebut berskala berdasartkan persamaan (Clark, 1990).
keluarga dimana umumnya nelayan di Dari data Badan Pusat Statistik (BPS)
kabupaten Maros memiliki unit usaha diketahui tingkat suku bungan nominal
penangkapan rajungan sendiri yang dalam tahun 2007 sebesar 18 % dengan
mereka kelola sendiri. Berdasarkan hasil laju inflasi sebesar 7.5 %. berdasarkan
wawancara dengan beberapa nelayan data tersebut maka diperoleh nilai tingkat
setempat bahwa hasil tangkapan rajungan potongan sumberdaya (δ) sebesar
saat ini mengalami penurunan (berkurang) 0,09985.
atau sedikit khususnya nelayan yang Biaya penangkapan rajungan dapat dilihat
mengoperasikan alat tangkapnya di sekitar pada Tabel 3. dari tabel tersebut
pantai (kedalaman perairan 5 m). Hal ini menunjukkan bahwa biaya yang terbesar
dikarenakan tingginya tingkat persaingan dikeluarkan adalah pada upah ABK
nelayan yang jumlahnya semakin kemudian disusul biaya operasional.
bertambah (banyak).

Tabel 3. Rincian biaya penangkapan kepiting rajungan (Portunus pelagicus L) di


Kabupaten Maros.
Jenis Biaya Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Penyusutan Rata-Rata Per Tahun 1.866.833,33
Biaya Perawatan Rata-Rata Per Tahun 842.333,33
Biaya Operasional Rata-Rata Per Tahun 4.782.000,00
Upah ABK Rata-Rata Per Tahun 8.987.416,67
Total Biaya Rata-Rata Per Tahun 16.478.583,33
Jumlah Trip Pertahun 360
Biaya Total Per Trip 45773,84

Pengelolaan Optimal Dengan Model Tabel 4. Variabel yang diestimasi dari


Bioekonomi ketiga model keseimbanagan adalah stok
kepiting rajungan (X), hasil tangkapan
Estimasi keseimbangan optimal
bioekonomi dilakukan dengan kepiting rajungan (Y) dan upaya
menggunakan nilai parameter-parameter penangkapan (E).
biologi, teknologi dan ekonomi pada Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda dalam penentuan parameter

64
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

bioekonomi menunjukkan model 1 yang tersebut dihitung secara manual dan


nyata (P < 0,05). Model 1 yang akan hasilnya disajikan pada Tabel 4 sebagai
digunakan dalam analisis selanjutnya berikut:
Estimasi dari ketiga model keseimbangan

Tabel 4. Nilai estimasi dari tiga model keseimbangan bioekonomi, msy dan bionomi
serta nilai aktual penangkapan kepiting rajungan (Portunus pelagicus L) di
perairan Kabupaten Maros.
Model X(kg) Y(kg) E(trip)
Bioekonomi 3.157.617,395 3.703.810 121.981
MSY 469.164,00 116.338,9549 25.787,1
Common Property 84.230.300 3.708.060.000 4.578.050
Aktual 11.615.400 1.596.400 138.666,77
Keterangan :
X = jumlah biomassa sumberdaya rajungan (kg)
Y = jumlah Rajungan hasil tangkapan (kg)
f = upaya penangkapan ikan (trip)

Dari ketiga model dan nilai aktual tersebut keuntungan yang diperoleh berkurang atau
diketahui bahwa model Bionomi tidak lagi (economical overfishing), dan
(Common Property) memiliki nilai dapat mengakibatkan terjadinya
variabel estimasi (Stok, Produksi, dan penangkapan yang berlebih secara
Upaya) yang paling tinggi. Ini biologis (biological overfishing). Untuk
menunjukkan kecenderungan nelayan lebih jelasnya nilai variabel estimasi
untuk melakukan penangkapan ikan model tersebut dapat dilihat pada Gambar
sebanyak mungkin yang mengakibatkan 2.

5000000

4500000 Stok (Ton)

4000000
Produksi (Ton)
Upaya (Trip)
3500000

3000000

2500000
Jumlah
Variabel 2000000

1500000

1000000

500000

0
1 2 3 4
-500000

Model

Gambar 2. Nilai estimasi dari model keseimbangan bioekonomi, msy dan bionomi serta
nilai aktual penangkapan kepiting rajungan (Portunus pelagicus L) di perairan
Kabupaten Maros.

65
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan tangkapan dan keuntungan yang


bahwa kondisi saat ini sudah tidak efisien didapatkan oleh nelayan menurun. Agar
dari segi ekonomi. Trip penangkapan nelayan dapat mencapai keuntungan
yang telah dilakukan sudah melampau maksimum secara lestari dengan model
kondisi trip optimal maupun trip MSY. dinamik maka perlu segera dilakukan
Tingkat trip optimal yang telah dicapai pengelolaan dengan mengontrol jumlah
sebesar 113,68%, yang berarti sudah armada.
melampaui optimal. Disisi lain, hasil Clark (1990) mengatakan bahwa konsep
tangkapan optimal sebesar 3.703.810 dasar manajemen perikanan laut adalah
kg/tahun dan hasil tangkapan yang telah upaya penangkapan. Hal ini disebabkan
dicapai sebesar 1.596.400 kg, masih karena hanya variabel upaya penangkapan
tersisa potensi pengembangan lebih dari yang menggunakan kapal dan sejumlah
satu kali lipat dari kondisi aktual terakhir masukan lainnya yang dapat dikendalikan
dengan kata lain tingkat eksploitasi secara langsung. Dan untuk
optimal mencapai 43,10%. mengoptimalkan pemanfaatan sumber-
Jika ditinjau dari keseimbangan perikanan daya di suatu perairan, maka konsep yang
bebas tangkap (Common property), maka harus dikembangkan adalah konsep
hasil tangkapan yang telah dicapai sangat pengelolaan atau kepemilikan tunggal,
kecil dari hasil tangkapan keseimbangan dimana stok ikan di wilayah perairan
bionomi. Jumlah upaya penangkapan tertentu dianggap model oleh pemilik
aktualnya juga sangat kecil dibandingkan tunggal (single owner). Pemilik tunggal
upaya penangkapan bionominya. dapat diwakili oleh pemerintah daerah
atau instansi lainnaya. Tujuan yang ingin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dicapai oleh pemilik tunggal adalah
produksi tahun 2004 telah jauh melampaui
memaksimalkan nilai sekarang (present
produksi MSY yaitu sekitar 1480061,045
value) dari keuntungan bersih kegiataan
kg dan sekitar 112879,67 trip dari jumlah
pemanfaatan sumberdaya perikanan
upaya penangkapan MSY yang artinya
sepanjang waktu. Salah satu cara untuk
jumlah upaya penangkapan aktual yang
melakukan kontrol adalah dengan
dilakukan nelayan melebihi jumlah upaya
membatasi jumlah armada penangkapan
penangkapan MSY. Hal ini
yang melakukan penangkapan khususnya
mengindikasikan bahwa pemanfaatan
rajungan, dimana jumlahnya harus sesuai
sumberdaya rajungan telah terjadi
dengan upaya optimal yaitu sekitar
penangkapan berlebih (over fishing).
121.981 trip/tahun.
Keseimbangan ini merupakan
keseimbangan optimal, tetapi dari segi
ekonomi bukanlah pilihan terbaik karena KESIMPULAN
bila penangkapan lebih besar dari MSY 1. Jumlah upaya penangkapan yang
maka populasi akan menuju kepunahan. dilakukan oleh nelayan telah melewati
Keseimbangan bioekonomi menunjukkan jumlah upaya penangkapan lestari
bahwa jumlah upaya penangkapan aktual sehingga produksi penangkapan
telah melebihi dari jumlah upaya nelayan berkurang.
penangkapan optimal, begitupun dengan 2. Secara ekonomi, keuntungan nelayana
produksi. Hal ini terjadi karena upaya telah berkurang dari keuntungan
penangkapan telah melebihi titik optimal optimal yang diperoleh karena
sehingga produksi atau hasil tangkapan berlebihnya upaya penangkapan.
tidak optimal. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa tingkat hasil

66
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

3. Tingkat optimasi pemanfaatan Gulland, J. A., 1983. Fish Stock


sumberdaya kepiting rajungan Assesment A Manual of
(Portunus pelagicus L) di perairan Basic Methods. Willey. New
Kabupaten Maros adalah 43,10%, York.
sedangkan tingkat upaya penangkapan Najamuddin, 2004. Kajian Pemanfaatan
optimal yang dilakukan telah
Sumberdaya Ikan Layang
dilakukan nelayan telah melampaui
(Decapterus pp.) Berkelanjut-
batas sekitar 113,68%. an Di Perairan Makassar.
4. Keuntungan dapat diperoleh baik Disertasi. Program Pasca
secara biologi maupun secara ekonomi Sarjana. Program Studi Ilmu
jika upaya penangkapan sebesar Pertanian. Universitas
121.981 trip/tahun yang setara dengan Hasanuddin. Makassar.
produksi sebesar 3.703.810 kg/tahun. Purwanto. 1989. Bioekonomi Penang-
kapan Ikan. Model Dinamis.
DAFTAR PUSTAKA Majalah Penelitian Ocean.
Anonim, 2000-2004. Data Statistik Volume XV No. 3: 93 – 100 p.
Dinas Perikanan Kabupaten Widodo, J. 1998. Potensi dan
Maros. Maros.
Penyebaran Sumberdaya
Anonim, 2003. Dinas Perikanan Propinsi Ikan Laut Di Perairan
Sulawesi Selatan, Makassar. Indonesia. Komisi Nasional
Clark, C, W., 1989. Mathematical Pengkajian Stok Sumberdaya
Ikan Laut. Lembaga Ilmu
Bioeconomic, The Optimal
Pengetahuan Indonesia,
Management of Reneable
Jakarta.
Resources. John wiley and
Sons., New York.
Cushing, D.H., 1981. Fisheries Biology,
A Study in Population
Dynamics. The University of
Wisconsin Press, London.

67

View publication stats

You might also like