Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada tiga kategori utama anestesi yaitu anestesi umum, anestesi regional dan anestesi
lokal. Masing-masing memiliki bentuk dan kegunaan. Seorang ahli anestesi akan
menentukan jenis anestesi yang menurutnya terbaik dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dari masing-masing tindakannya tersebut. Operasi obstetri
dan ginekologi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010, sekitar 22%
pasien dilakukan dengan anestesi umum dan 78% dilakukan dengan anestesi regional.
Regional anestesi terbagi atas spinal anestesi, epidural anestesi dan blok perifer. Spinal
& anestesi epidural ini telah secara luas digunakan di ortopedi, obstetri dan anggota
tubuh bagian bawah termasuk fraktur colum femur.
Komplikasi dari spinal anestesi yang mungkin terjadi adalah nyeri saat penyuntikan,
nyeri punggung, sakit kepala, retensio urin, meningitis, cedera pumbuluh darah dan
saraf, serta anestesi spinal total sehingga perlu dipahami teknik yang benar tentang
spinal anestesi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien perioperatif fraktur collum femur dextra
dengan spinal anestesi.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien perioperatif fraktur collum
femur dextra dengan spinal anestesi
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien perioperatif fraktur collum
femur dextra dengan spinal anestesi.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien perioperatif fraktur
collum femur dextra dengan spinal anestesi .
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien perioperatif fraktur collum
femur dextra dengan spinal anestesi.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek perioperatif fraktur
collum femur dextra dengan spinal anestesi.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/ alternatif pemecahan masalah pada kasus spinal anestesi
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi dengan
menyuntikkan sejumlah kecil obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebro-spinal
(CSF). Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam
ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3, L3-L4 atau L4-L5.
Spinal anestesi mudah untuk dilakukan dan memiliki potensi untuk memberikan
kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di bawah umbilikus. Spinal anestesi
dianjurkan untuk operasi di bawah umbilikus misalnya hernia, ginekologi dan operasi
urologis dan setiap operasi pada perineum atau alat kelamin. Semua operasi pada kaki,
tapi amputasi meskipun tidak sakit, mungkin merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan untuk pasien yang dalam kondisi terjaga. Dalam situasi ini dapat
menggabungkan spinal anestesi dengan anestesi umum.
Teknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi umum
dan anestesi regional. Anestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus-
pituitari adrenal, sementara anestesi regional yang dipengaruhi terlebih dahulu ialah
saraf simpatis menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke
adrenal.
Anestesi spinal sangat cocok untuk pasien yang berusia tua dan orang-orang dengan
penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati, ginjal dan gangguan
endokrin seperti diabetes. Banyak pasien dengan penyakit jantung ringan mendapat
manfaat dari vasodilatasi yang menyertai anestesi spinal kecuali orang-orang dengan
penyakit katub pulmonalis atau hipertensi tidak terkontrol. Sangat cocok untuk
menangani pasien dengan trauma yang telah mendapatkan resusitasi yang adekuat dan
tidak mengalami hipovolemik.
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anesthesia umum ringan.
Kontra indikasi :
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
5. Tekanan intrakranial meningkat
6. Fasilitas resusitasi minim
7. Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi
8. Kelainan neurologis
9. Nyeri punggung kronik
10. Penyakit jantung.
Komplikasi postoperative:
1). Komplikasi gastrointestinal
Bila terjadi mual muntah karena hipotensi, disamping itu juga adanya aktifitas
parasimpatik yang menyebabkan peningkatan peristaltik usus, juga karena tarikan
nervus dan pleksus khususnya N. Vagus, adanya empedu dalam lambung oleh karena
relaksasi pilorus dan sphincter duktus biliverus, faktor psikologis dan hipoksia.
Penanganan
• Untuk mengatasi hipotensi loading cairan 10-20 ml/kgBB kristaloid, atau
• Pemberian bolus efedrin 5-10 mg iv.
• Oksigenasi yang adekuat untuk mengatasi hipoksia.
• Dapat juga diberikan anti emetik
2). Nyeri kepala
Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri kepala. Disebabkan
adanya kebocoran cairan cerebrospinalis (LCS) akibat tindakan penusukan jaringan
spinal yang menyebabkan penurunan tekanan LCS, akibatnya terjadi
ketidakseimbangan pada volume LCS dimana penurunan volume LCS melebihi
kecepatan produksi. Nyeri kepala ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan
pada dural pada anestesi epidural. Insiden terjadi komplikasi ini tergantung beberapa
faktor seperti ukuran jarum yang digunakan dan tusukan yang berulang-ulang.
Semakin besar ukuran jarum semakin besar resiko untuk terjadi nyeri kepala, Nyeri
kepala post suntikan biasanya muncul dalam 6 – 48 jam selepas suntikan anestesi
spinal. Nyeri kepala yang berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke
retro orbital, dan sering disertai dengan tanda meningismus, diplopia, mual, dan
muntah.
Tanda yang paling signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila
pasien dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran/supinasi ke posisi duduk, dan
akan berkurang atau hilang total bila pasien tiduran. Terapi konservatif dalam waktu
24 – 48 jam harus di coba terlebih dahulu seperti tirah baring, rehidrasi (secara cairan
oral atau intravena), analgesic. Tekanan pada vena cava akan menyebabkan terjadi
perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural, seterusnya menghentikan
kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extradural. Jika
terapi konservatif tidak efektif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 49 th
Agama : kristen
Jenis Kelamin : Perempuan.
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Batak
Alamat : Jl. Lewa no. 30 Pekayon Pasar Rebo – Jakarta Timur
Tanggal Masuk : 11 – 06 - 2014
Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2014
No. Register : 27 93 02
Diagnosa Medis : Fraktur Colum Femur.
2) BAK
DS : pasien mengatakan Sebelum sakit biasanya BAK 4-6x/hari.
DO : terpasang kateter dengan produksi urine 300 cc
d. Pola aktivitas dan latihan
DS : Pasien mengatakan saat sakit untuk kemampuan merawat diri sebagian dibantu
orang lain
DO : pasien dibantu untuk pindah ke branchart
Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi :
Foto Pelvis : Tampak fraktur columfemur kiri.
Foto thorax : Cardiomegali ringan, pulmo tak tampak kelainan radiologis.
ECG sinus rhytm
Pemeriksaan Fisik :
- Pernafasan : dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan,
suara parunormal, wheezing (-), sonor diseluruh lapang paru
- Cardiovasculer : cor: reguler, gallop dan murmur tidak ada. TD. 190/90, N. 107 x/mnt
- Muscoloskeletal :
- Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan mampu digerakkan
- Anggota gerak bawah : kaki kanan tidak dapat digerakkan
Kekuatan otot 5 5
5 5
e. Pola kognitif dan Persepsi
DS : Pasien mengatakan bila nyeri pasien melakukan tehnik relaksasi menarik napas
DO :
saat pindah ke branchart pasien tampak meringis menahan sakit dan melakukan tekni
k relaksasimandiri.
Kesadaran Compos Mentis, GCS 15
f. Pola Persepsi-Konsep diri
DS : pasien mengatakan takut untuk menjalani tindakan operasi
DO : keadaan umum cemas
TD : 160/90, N : 107 x/menit
g. Pola Tidur dan Istirahat
DS : pasien mengatakan biasanya tidur 6-8 jam per hari tampa minum obat tidur tanpa
mendengkur
DO : (-)
h. Pola Peran-Hubungan
Tidak dikaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
Tidak dikaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping
DS : Pasien mengatakan takut menjalani tindakan operasi.
DO : keadaan umum cemas
pasien selalu bertanya tentang tindakan operasi yang akan dilakukan
Nadi 107 x/menit
k. Pola Nilai-Kepercayaan
DS : pasien mengatakan sering ke gereja
DO : (-)
INTRA OPERATIF
B1 : Nafas spontan, O2 3 lt/mnt dengan nasal canule, RR. 18x/mnt, SPO2 94%
B2 : Pasien mengatakan merasa kedinginan saat operasi berlangsung 90 menit, pasien
terlihat menggigil, TD. 135/80 mmHg, N.96 x/mnt, S. 35.4 ºC, suhu ruangan 18 ºC, Obat
spinal buvanest 0.5% 17.5 mg + catapress 50 mg, perdarahan saat operasi ± 100 cc
B3 : Kesadaran Compos Mentis, GCS 15
B4 : Produksi urine selama 3 jam 300cc
B5 : BAB (-)
B6 : Extrimitas bawah tidak bisa digerakkan, dilakukan tindakan ORIF Fraktur Collum
Femur Dextra
POST OPERATIF
B1 : Nafas spontan, O2 3 lt/mnt, RR. 20 x/mnt, SPO2 98%
B2 : Pasien mengatakan sudah merasa hangat, TD. 132/87 mmHg, N. 84 x/mnt, RR.
20x/mnt Suhu. 36.4ºC
B3 : Kesadaran Kompos Mentis, GCS 4-5-6
B4 : produksi urine selama d RR 50 cc
B5 : BAB (-)
B6 : Pasien bertanya kenapa kedua kaki belum bisa digerakkan karena, terdapat luka post
op ORIF collum femur dengan drain, kedua kaki belum bisa digerakkan.
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Etiologi MASALAH
PRE OPERATIF
S : Pasien mengatakan takutmenjalani tindakan operasi Rencana tindakan operasi Cemas
O : TD. 160/90
N. 107 x/menit
RR. 20 x/menit
INTRA OPERATIF
S : Pasien mengatakan kedinginan
O : pasien tampak menggigil Lingkungan operasi, cairan dan efekobatanestesi Gangguan termoregulasihipoterm,i
T. 35.4 °C
TD. 135/80 mmHg
N. 96 x/menit
SPO2 94%
Suhu Ruang operasi 18 ºc
Durasi operasi 3 jam
Obat spinal buvanest 0.5% 17.5 mg + catapres 50mg
S:-
O : keringat dingin (-)
perdarahan 100 cc
TD. 135/80 mmHg, N.96 x/mnt Vasodilatasi vaskuler dan perdarahan perioperatif Resiko kekurangan volume cairan tubuh
Prod. Urine 300cc/ 3jam
Obat spinal buvanest 0.5% 17.5 mg + catapres 50mg
S:-
O : TD. 135/80 mmHg, N.96 x/mnt
Obat spinal buvanest 0.5% 17.5 mg + catapres 50mg
Efek obat spinal anestesi Resiko gangguan penurunan curah jantung
POST OPERATIF
S : Pasien mengatakan kedua kaki masih belum bisa digerakkan
O : Pasien posisi terbaring
Pasien belum bisamenggerakkan kedua kaki
Obat spinal buvanest 0.5% 17.5 mg + catapres 50mg
Intoleransi aktivitas
Tirah baring dan imobilitas
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
V 13-06-2014 13-06-2014
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Perawatan
DIAGNOS Tujuan dan
Intervensi Rasional
A Kriteria Hasil
Cemas b/d Tujuan : - Kaji tingkat- Mengetahui tingkat kecemasan pasien
rencana menghilangkan kecemasan - Perawat bisa memahami masalah yang membuat pasien cemas.
tindakan cemas pre- pasien
operasi operatif dan - Dorong
peningkatan klien untuk- Semakin bertambahnya tingkat pengetahuan yang di dapat akan mengurangi kecemasan.
pengetahuan mengekspre- Pasien lebih mudah untuk mengungkapkan masalah
tentang sikan
persiapan pre- ketakutan - Support terutama dari keluarga atau orang dekat bisa mengurangi cemas.
operatif dan atau
harapan pasca- kekhawatira- Teknik relaksasi seperti nafas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan.
Operatif. n yang
Kriteria Hasil : dialami - Obat-obatan pre anestesi seperti sedatif mengurangi kecemasan pasien.
- Terbina - Berikan
- Mengetahui tanda vital dan status psikologis pasien untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
hubungan saling informasi
percaya antara yang - Untuk pengambilan keputusan dalam pemberian cairan.
pasien dan membantu
perawat menyingkir- Pemenuhan kebutuhan cairan untuk mengisi kekurangan cairan vaskuler
- Pasien dapat kan
mengekspresika kekhawatira- Obat vasokonstriksi seperti ephedrin dapat meningkatkan vasokontriksi vaskuler untuk meningkatkan tekanan darah.
n ketakutan atau n klien
kekhawatiran - Pertahankan
- .Agar pasien memahami bahwa imobilisasi extrimitas bawah adalah efek obat spinal.
tentang komunikasi- Aktifitas yang berlebihan dapat meningkatkan resiko jatuh.
pembedahan terbuka - Menjaga keselamatan pasien, menghindari resiko jatuh.
yang akan dengan - Menghindari kebocoran dari cairan cerebrospinal.
dihadapinya klien
- Pasien - Libatkan
dapat Mengguna peran dari
kan teknik keluarga
relaksasi untuk atau sahabat
Resiko menurunkan klien,
Gangguan cemas sepanjang
penurunan - Pasien memungkin
curah mengungkapkan kan
jantung b/d bahwa tingkat - Ajarkan
efek obat kecemasannya teknik
spinal sudah hilang relaksasi
anestesi atau berkurang.
- Pasien
mengatakan siap- Kolaborasi
untuk menjalani dengan tim
operasi. medis untuk
pemberian
medikasi
pre-
anesthesi
- Kaji
tekanan
darah, status
pernapasan,
Intoleransi Tujuan: nadi dan
Aktivitas menunjukkan status
b/d tirah status curah psikologis
baring dan jantung yang pasien
imobilitas memuaskan
Kriteria Hasil : - Pantau
- Peningkatan tanda
atau penurunan kekurangan
TD tidak lebih atau
dari 20% dari kelebihan
modal awal ( ≤ cairan
180/110
atau ≥1200/60)- Memberi
- Perubahan nadi dan
tidak lebih dari memantau
20% dari modal pemberian
awal ( >50 cairan
x/mnt) sesuai
kebutuhan
pasien
operatif
- Kolaborasi
dengan tim
medis
dalam
pemberian
obat
vasokonstri
ktor
- Jelaskan
Tujuan : kepada
Pasien dapat pasien
menyadari tentang efek
keterbatasan kerja obat
fisik yang spinal
dialami anestesi
Kriteria hasil : - Anjurkan
Pasien terhindar kepada
dari resiko ceder pasien
a untuk
Tidak terjadi ke membatasi
bocoran liquor aktifitas
Pasien tidak me- Pasang bed
ngeluh pusing side pada
Pasien memaha branchart
mi alasan kakiny
- Jelaskan
a masih belum b kepada
isa digerakkan pasien agar
Pasien memaha tidak duduk
mi alasan atau
tidak boleh men mengangkat
gangkat kepala s kepala
ertaduduk samp terlalu
ai 24 jam tinggi
sampai 24
jam
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
NoDx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
I - Memberi salam kepada pasien di ruang transit S : Pasien mengatakan cemasnya terhadap tindakan operasi sudah
- Meminta klien untuk mengekspresikan ketakutan atau berkurang
kekhawatiran yang dialami O : pasien tampak lebih tenang
- Memberikan informasi tentang tindakan operasi yang akan TD. 150/90, N. 100 x/mnt
dijalani RR. 18 x/mnt
- Meminta kepada anak pasien untuk menemani dan memberi A : masalah teratasi sebagian
support selama di ruang transit P : Lanjutkan Intervensi,
- Mengajarkan teknik relaksasi Injeksi miloz 3mg post inj. spinal
S : Pasien mengatakan tidak merasa lemas
O : Keringat dingin (-)
II - Mengkaji tekanan darah, pernapasan, nadi dan tanda fisik Suhu : 36.2 ºC, TD. 135/80 mmHg, N.96 x/mnt
13-06-2014
penurunan curah jantung dan kecemasan pasien A : Masalah teratasi sebagian
Memantau tanda kekurangan atau kelebihan cairan P : Lanjutkan Intervensi
- Memberi dan memantau pemberian cairan sesuai kebutuhan
- Memantau tekanan darah, pernapasan, nadi secara bekala
pasien operatif S : Pasien mengatakan sudah paham tentang efek spinal anestesi
- Loading cairan 784cc untuk pengganti puasa pre inj. spinal O : pasien tampak tenang
1. Keb. jam pertama: 882 cc Pasien dapat mengulang penjelasan dari perawat
2. Keb. jam kedua dan ketiga : 686 cc A : Masalah teratasi
- menjelaskan kepada pasien tentang efek kerja obat spinal P : Hentikan Intervensi
III anestesi
- Menganjurkan kepada pasien untuk membatasi aktifitas
- Memasang bed side pada branchart
- Memberi penjelasan kepada pasien agar tidak duduk atau
mengangkat kepala lebih dari satu bantal sampai 24 jam