You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan berbagai
persoalan atau permasalahan, baik yang bersifat awam maupun masalah yang menuntut
pemecahan secara sistematik. Masalah-masalah tersebut pemecahannya sering dengan
cara sederhana saja dan bersifat segera dan tidak membutuhkan data-data pendukung.
Disamping masalah-masalah awam, ada masalah-masalah yang bersifat
kompleks atau rumit yang pemecahannya menuntut dan memerlukan pengumpulan
sejumlah data pendukung yang dipergunakan untuk membuat keputusan dan menarik
kesimpulan. Masalah yang seperti inilah yang menjadi perhatian kita, khususnya dalam
dunia pendidikan. Masalah seperti ini menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya,
yaitu melalui langkah-langkah tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang
dijumpai.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan
lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang
dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang
akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk
memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan banyak fenomena-fenomena dari suatu masalah yang
kompleks dan kait-mengkait yang mengganjal yang perlu dipecahkan dalam suatu
penelitian. Namun tidak semua masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah. Olehnya itu
makalah ini akan membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang dapat
diselesaikan dengan suatu penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses suatu penelitian?
2. Apa yang dimaksud dengan permasalahan, masalah, dan perumusan
masalah dalam penelitian?
3. Bagaiman perumusan tujuan penelitian?
4. Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian?
5. Apa yang dimaksud dengan paradigma penelitian?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses suatu penelitian
2. Untuk mengetahui penegertian dari permasalahan, masalah dan perumusan
masalah
3. Untuk mengetahui bagaimana perumusan tujuan penelitian
4. Untuk mengetahui pengertian dari variabel penelitian
5. Untuk mengetahui pengertian dari paradigma penelitian

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sistematika Penulisan Proposal

Proposal penelitian merupakan sebuah usulan yang dibuat dalam rangka


mengadakan penelitian yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan proses
penelitian. Tujuan Proposal adalah untuk memberikan gambaran secara singkat terhadap
rencana kegiatan penelitian yang akan dilakukan, melalui proposal peneliti akan
memahami segala kebutuhan yang direncanakan.

1. Latar Belakang Masalah

Teknik penulisan Latar Belakang Permasalahan dalam penelitian dimulai dari


pengungkapan secara sistematis deskripsi masalah secara makro pada tingkat global
menuju permasalahan yang bersifat mikro yang terjadi di lokasi penelitian. Penulisan
masalah ini dilakukan dengan memaparkan variabel terikat (dependent) sebagai pokok
pikiran utama dan variabel bebas (independent) sebagai pokok pikiran penjelas. Unsur
pokok yang harus ada dalam penulisan Latar Belakang Permasalahan adalah perlunya
menonjolkan bahwa masalah itu sangat penting untuk diatasi dan menarik untuk diteliti.

Pada dasarnya tehnik menulis latar belakang harus memenuhi syarat-


syarat di bawah ini :

a. Hal-hal yang ideal/normative/harapan

b. Actual-fenomena yang teramati

c. Adakah kesenjangan

d. Masalah utama

e. Konsekuensi apa yang muncul bila masalah tersebut dibiarkan

f. Dimana hal itu terjadi

g. Intervensi apa yang relevan

2. Batasan Masalah

Batasan-batasan dalam suatu penelitian diperlukan agar ruang lingkup masalah


tidak meluas. Batasan-batasan ini terkait dengan keterbatasan dana, waktu, tenaga,

3
pengumpulan data dan analisisnya, serta relevansi kualifikasi peneliti dengan
permasalahan yang akan dibahasnya. Pada intinya seorang peneliti berwenang
memberikan batasan-batasan demi terlaksananya dan terselesaikannya sebuah proses
penelitian. Batasan-batasan ini tentunya juga berpengaruh pada proses generalisasi dari
hasil penelitiannya.

Cara membatasi masalah antara lain:

a. Membatasi (memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau
dua dari yang sudah diidentifikasi)

b. Menegaskan pengertiannya

c. Memaparkan data-data yang memberikan gambaran lebih rinci

3. Perumusan Masalah

Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti. Uraikan pendekatan


atau konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji, atau
dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi,
asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Uraian perumusan masalah tidak
perlu dalam bentuk pertanyaan.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan pada dasarnya merupakan pernyataan tentang apa yang menjadi harapan,
atau sesuatu yang ingin diketahui. Pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang ingin
dilakukan peneliti dalam penelitiannya. Perumusan Tujuan penelitian, dibuat dengan
mengacu pada masalah/pertanyaan penelitian. Dengan demikian, antara tujuan dan
masalah penelitian saling terkait. Teknik penulisannya, Tujuan penelitian dirumuskan
dengan kalimat pasif, karena tujuan merupakan pernyataan kondisi yang akan dicapai.
Dalam penulisan proposal penelitian, Tujuan penelitian biasanya dibedakan menjadi
Tujuan umum dan khusus. Tujuan umum, berisi tentang hal yg akan dicapai pada akhir
penelitian, yaitu menjawab masalah penelitian. Sedangkan Tujuan khusus, berisi
penjabaran tentang hal yang akan dicapai untuk memenuhi/mencapai tujuan umum,
yaitu merupakan tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian.

5. Manfaat Penelitian

Uraikan manfaat hasil penelitian secara singkat dan jelas untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi kebidanan, seni pemecahan masalah, pengembangan
institusi, profesi kebidanan dan kesehatan klien.

4
6. Kajian Pustaka / Landasan Teori

Usahakan pustaka terbaru, relevan dan asli, misalnya jurnal ilmiah. Uraikan
dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang
dilakukan. Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan dan bahan epenelitian lain yang
diperoleh dari acuan pustaka, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang
diusulkan. Uraian dalam tinjaun pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep
yang akan digunakan dalam penelitian. Tinjauan pustaka mengacu pada Daftar Pustaka.

7. Metodologi Penelitian

Uraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci. Uraian dapat
meliputi variabel dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data, cara penafsiran hasil penelitian. Untuk mpenelitian
yang menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan,
proses pengumpulan dan analisis informasi, proses penafsiran dan penyimpulan hasil
penelitian.

8. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan ( “attributes”) dari sesuatu benda, orang,
atau keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan
dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas (benda, orang, dan lembaga), bisa
berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau
simpati-antipati, keadaan batin, dsb. (orang), bisa pula berupa proses dan hasil proses
(lembaga).

9. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam


beberapa cara, diantaranya:

a. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan percakapan yang


bertujuan untuk mendapatkan konstruksi langsung dari sumber data

b. Diskusi kelompok,

c. Observasi, yakni melihat kondisi langsung lapangan yang dapat menjadi data
tambahan peneliti kualitatif dalam mengembangkan penelitiannya. Umumnya
teknik ini dipergunakan dalam penelitian etnografi

d. Review dokumen, dilakukan dalam sumber selain manusia, seperti rekaman


dan dokumen tertulis

5
Sementara dalam penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan data dapat
diklasifikasikan diantaranya:

a. Survey

b. eksperimen

c. interview

10. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah analisa data. Dalam


penelitian kualitatif terdapat beberapa jenis analisa data, diantaranya:

a. Descriptive summary

b. Descriptive statistic

c. Graphical representation

Sementara analisa data kuantitatif dapat dikategorikan dalam tiga bentuk yakni:

a. Univariate, contohnya adalah distribusi frekuensi dan pengukuran variasi

b. Bivariate, contohnya terlihat dalam penggunaan tabulasi silang, scatter gram


atau penggunaan asosiasi (lamba, gamma, beta dst)

c. Multivariate,contohnya terlihat melalui penggunaan tabel-tabel presentase

11. Hasil Penelitian yang diharapkan

Uraikan kontribusi penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi


dan seni, pemecahan masalah pembangunan, atau pengembangan kelembagaan.

12. Daftar Pustaka

Dalam penyusunan Daftar Pustaka dianjurkan, untuk menggunakan Buku


Petunjuk tentang itu. Demikian pula untuk penulisan pustaka di dalam teks. Dengan
menggunakan buku pedoman tidak hanya konsistensi penulisandapat dijaga tetapi
sekaligus juga mencerminkan kualifikasi dari penulisnya.

6
2. Ethical Clearance Dan Informent Consent

a. Ethical Clearance
Etika Penelitian Ilmiah
Prinsip-prinsip Etika Penelitian Ilmiah Etika berasal dari bahasan Yunani ethos.
Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan
perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004),
etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat
sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika membantu manusia untuk
melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita
untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang
dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat.
Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian.
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh
sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian.
Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat
merugikan atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti perlu
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan (Jacob, 2004).
Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip
utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi
yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan
menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati
harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan
subyek (informed consent) yang terdiri dari:
a. penjelasan manfaat penelitian
b. penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan
c. penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja

7
f. jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Namun kadangkala, formulir
persetujuan subyek tidak cukup memberikan proteksi bagi subyek itu sendiri
terutama untuk penelitian-penelitian klinik karena terdapat perbedaan pengetahuan
dan otoritas antara peneliti dengan subyek (Sumathipala & Siribaddana, 2004).
Kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prosedur penelitian (Syse,
2000).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and confidentiality. Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan,
tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga
peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun
alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas
dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
identification number) sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness). Prinsip
keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.
Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu
kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun
yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan
di antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau
menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai
contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan
gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum,
selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits) (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004).
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian
dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence). Apabila
intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka
subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera,
kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian.

8
Penelitian yang membutuhkan Ethical Clearance Pada dasarnya seluruh
penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus
mendapatkan Ethical Clearance , baik penelitian yang melakukan pengambilan
spesimen, ataupun yang tidak melakukan pengambilan spesimen. Penelitian/riset
yang dimaksud adalah penelitian biomedik yang mencakup riset pada farmasetik,
alat kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur bedah, rekam medis, sampel
biologik, serta penelitian epidemiologik, sosial dan psikososial.
Susunan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes Salah satu tugas
pokok Badan Litbangkes adalah menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
kesehatan untuk menunjang program Departemen Kesehatan.
Untuk itu dalam rangka perlindungan manusia sebagai subyek penelitian dan
pengembangan kesehatan, sejak tahun 1991 dibentuk “Panitia Etik Penelitian
Kesehatan Badan Litbangkes” berdasarkan SK Kepala Badan Litbangkes No.
04/BPPK/AK/1/1991. Panitia tersebut bertugas melakukan review usulan penelitian
kesehatan yang memerlukan surat izin etik (ethical clearance), selanjutnya sejak
tahun 2001 disebut sebagai Komisi Etik Badan Litbangkes.
Susunan anggota bersifat multidisiplin yaitu adanya anggota dari berbagai
bidang ilmu kelompok medis/ klinis maupun dari kelompok non-medis antara lain
dari bidang hukum, sosialbudaya yang terkait, dari kelompok yang peduli terhadap
kepentingan masyarakat dan dari kelompok awam (layperson).
Komposisi keanggotaan mempertimbangkan juga keseimbangan usia dan
gender; adanya perbedaan latar belakang, sosial-budaya dan agama yang dapat
mempengaruhi sudut pandang.
Susunan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes terdiri atas
1. Penasehat,
2. Ketua
3. Sekretaris
4. Anggota
5. Sekretariat
Untuk kegiatan kesekretariatan dibantu oleh beberapa staf dari Sekretariat Badan
Litbangkes. Komisi Etik ini disahkan dengan surat keputusan Kepala Badan Litbangkes
yang ditinjau/diperbaharui setiap tahunnya.
4. Tanggung Jawab dan Tugas Komisi Etik Penelitian Kesehatan Komisi Etik
membahas usulan-usulan penelitin biomedis yang menggunakan manusia sebagai
subyek penelitian, baik untuk kegiatan penelitian yang dilakukan oleh unit-unit
penelitian di lingkungan Badan Litbangkes, ataupun kegiatan penelitian yang dimonitor
oleh Badan Litbangkes. Komisi Etik akan bertemu secara rutin minimum sekali setiap
bulannya untuk membahas usulan penelitian yang memerlukan ethical clearance , baik

9
yang telah dikeluarkan (pada bulan tersebut : ethical review dilakukan oleh 2 – 3 orang
anggota Komisi Etik) maupun yang memerlukan pengambilan keputusan oleh sebagain
besar anggota Komisi Etik (bagi kasuskasus tertentu yang memerlukan pertimbangan /
review oleh lebih dari 3 orang anggota : ‘kasus berat’). Persetujuan ethical clearance
diambil berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir dalam rapat tersebut.
Rapat dianggap sah jika dihadiri minimal setengah jumlah anggota ditambah 1 orang.
Semua penelitian yang sedang berjalan di tiap Puslitbang, yang telah
mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Badan Litbangkes, akan dipantau oleh
anggota Komisi Etik yang ada di Puslitbang bersangkutan dan akan direview paling
sedikit satu kali setiap tahun dan mungkin frekuensi review bertambah bila dianggap
perlu oleh Komisi karena keadaan darurat. Ketua Komisi Etik bertanggung jawab atas
jalannya rapat pertemuan Komisi. Jalannya rapat serta hasil rapat pertemuan akan
dicatat oleh sekretaris pertemuan yang merupakan seorang staf atau petugas dari
Sekretariat Badan Litbangkes. Sekretaris tersebut juga menerima laporan penelitian
selama penelitian sedang berjalan sampai penelitian selesai.
Rapat pertemuan Komisi Etik dihadiri oleh seluruh anggota Komisi Etik, para
peneliti yang penelitiannya akan dibahas (jika perlu), dan dapat pula dihadiri oleh ahli-
ahli tertentu yang diundang untuk memberi pandangan sebagai nara sumber, tetapi yang
mempunyai hak suara untuk memberikan keputusan hanya anggota Komisi Etik.
Anggota Komisi Etik tidak terlibat dalam salah satu usulan penelitian yang akan
dibicarakan. Jika salah satu anggota secara langsung atau tidak langsung terlibat dengan
suatu usulan penelitian, maka anggota tersebut tidak berhak memberikan suara (abstain)
dalam pemungutan suara mengenai usulan penelitian yang bersangkutan.
Komisi Etik mempunyai tugas :
1. Melakukan review dari protokol penelitian yang akan dibahas dengan benar
sesuai ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Membahas hasil review
3. Meneliti isi informed consent (persetujuan bagi subyek penelitian) beserta naskah
penjelasan untuk mendapatkan persetujuan dari subyek penelitian.
4. Memberikan ethical clearance untuk semua penelitian yang memerlukannya.
5. Mengevaluasi pelaksanaan penelitian yang terkait dengan etik
6. Menghadiri rapat rutin Komisi Etik setiap bulannya dan pada waktu-waktu
tertentu yang dianggap perlu.
Tugas sekretariat Komisi Etik : Untuk melaksanakan kegiatan kesekretariatan,
Komisi Etik Badan Litbangkes dibantu oleh Sekretariat Komisi Etik yang bertugas :
1. Menerima berkas usulan/pengajuan Ethical Clearance dan memeriksa
kelengkapan berkas usulan tersebut, lalu mencatat hasilnya pada form check list.

10
2. Bertanggung jawab dalam kegiatan surat menyurat yang berhubungan dengan
kegiatan Etika Penelitian Kesehatan di Badan Litbangkes
3. Bertanggung jawab dalam pengarsipan usulan penelitian yang mengajukan ethical
clearance mulai dari masuknya ke Badan Litbangkes, selama proses di Komisi Etik,
review ulangan jika penelitian itu berjalan lebih dari setahun
4. Mengurus penyelenggaraan rapat dan pertemuan Komisi Etik.
5. Sebagai fasilitator antara peneliti dan anggota Komisi Etik.
6. Membuat laporan tentang kegiatan Komisi Etik, termasuk laporan tertulis dari
setiap rapat/pertemuan Komisi Etik (Notulen), laporan triwulan kegiatan komisi etik
(berikut rekapitulasi ethical clearance yang telah dikeluarkan) .

5. Pengajuan Ethical clearance Usulan ethical clearance diserahkan kepada


sekretariat Komisi Etik Penelitian Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari :
1. Surat usulan dari institusi
2. Protokol penelitian
3. Daftar tim peneliti
4. CV peneliti utama
5. Surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari scientific board (PPI)
6. Informed Consent (formulir persetujuan keikutsertaan dalam penel
7. Ethical Clearance dari institusi lain (bila ada)
8. Kuesioner / pedoman wawancara (bila ada) Catatan : Seluruh berkas dibuat
rangkap

Selain penelitian dari Puslitbang di lingkungan Badan Litbangkes, Komisi Etik


Penelitian Kesehatan Bdan Litbangkes juga menerima permohonan E.C dari instansi
lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian etik penelitian kesehatan:
a. Surat usulan dari institusi tempat peneliti bekerja, bila usulan berasal
dari luar institusi Badan Litbangkes yang memiliki Komisi Etik Institusi,
maka usulan harus berasal dari Komisi etik institusi tersebut (bukan dari
peneliti utama/pimpinan insitusi)
b. Surat rekomendasi dari Panitia Pembina Ilmiah.
c. Protokol penelitian meliputi tujuan dan manfaat, metodologi yang
menjelaskan secara terperinci mengenai : tata cara pengambilan sample

11
(darah/urine/spesimen lainnya), tujuan pemeriksaan, intervensi yang
diberikan, serta manfaat bagi responden (bila ada uji klinik/ pengambilan
sample), jumlah biaya yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
d. Daftar tim peneliti, beserta keahliannya
e. Curriculum vitae peneliti utama atau Ketua Pelaksana, untuk melihat
apakah kemampuan peneliti utama atau ketua pelaksana sudah sesuai dengan
apa yang akan dikerjakan.
f. Keterangan pembiayaan, untuk melihat apakah sudah etis bila suatu
penelitian dilihat dari jumlah biaya dan hasil yang akan didapat.
g. Ethical clearance dari institusi lain (bila ada).
h. Penjelasan dan Informed Consent dalam 1 lembar / tidak terpisah Izin
atau persetujaun dari subyek penelitian untuk turut berpartisipasi dalam
penelitian, dalam bentuk tulisan yang ditandatangani atau tidak
ditandatangani oleh subyek dan saksinya, disebut informed consent.
Aspek-aspek yang perlu dicantumkan dalam suatu informed consent adalah
sebagai berikut :
1. Kesediaan subyek untuk secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam
penelitian itu, termasuk penelitian eksperimen.
2. Penjelasan tentang penelitian.
3. Pernyataan tentang berapa lama subyek penelitian perlu berpartisipasi dalam
penelitian
4. Gambaran tentang apa yang akan dilakukan terhadap subyek penelitian,
sebagai peserta sukarela penelitian. Setiap prosedur eksperimental perlu dijelaskan.
5. Gambaran mengenai resiko dan rasa tidak enak yang mungkin dialami
subyek, jika subyek berpartisipasi dalam penelitian.
6. Gambaran tentang keuntungan atau ganti rugi bagi subyek, jika subyek
berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Informasi mengenai pengobatan dan alternatif lain yang akan diberikan
kepada subyek, jika subyek mengalami resiko dalam penelitian.
8. Gambaran tentang terjaminnya rahasia biodata dan hasil pemeriksaan medis
sunyek.
9. Penjelasan mengenai pengobatan medis dan ganti rugi yang akan diberikan
kepada subyek, jika subyek mengalami masalah yang berhubungan dengan penelitian.
10. Nama jelas dan alamat berserta nomor telepon yang lengkap, kepada siapa
calon subyek dapat menanyakan tentang masalah kesehatan yang mungkin muncul
berkaitan dengan penelitian tersebut.

12
11. Pengertian partisipasi dalam penelitian haruslah sukarela, bahwa subyek
dapat memutuskan untuk meninggalkan penelitian tanpa dirugikan, bahwa apabila ia
bersedia 8 berpartisipasi kemudian sesudah jangka waktu tertentu ia meninggalkan
penelitian, ia bebas pergi tanpa ada sanksinya.
12. Jumlah subyek penelitian yang akan turut serta dalam penelitian dan lokasi
penelitian akan dilaksanakan.
13. Subyek akan diberitahukan jika terjadi problem yang membahayakan subyek
dalam penelitian tersebut.

B. Informed Consent
“ Informed Consent “ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan
dari persetujuan tindakan medik. Informed Consentterdiri dari dua kata
yaitu Informed dan. Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau
telah di informasikan danConsent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh
seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dariinformed
Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat
sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi.
Pengertian Informed Consent oleh Komalawati ( 1989 :86) disebutkan sebagai
berikut :
“Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan
pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah
pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat
dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang
mungkin terjadi.”
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan oleh dokter
pada pasien , lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek
Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut :
(1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan
penjelasan lengkap
(3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
a. Diagnosis dan tatacara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis dilakukan

13
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang
bagi pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang
penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan informasi
medis yang benar, akurat dan berimbang tentang rencana sebuah tindakan medik yang
akan dilakukan, pengobatan mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien.
Karena pasien yang paling berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap
dirinya dengan segala resikonya, maka Informed Consent merupakan syarat subjektif
terjadinya transaksi terapeutik dan merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum
dirinya menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya .
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas maka Informed Consent bukan hanya
sekedar mendapatkan formulir persetujuan tindakan yang ditanda tangani oleh pasien
atau keluarganya tetapi persetujuan tindakan medik adalah sebuah proses komunikasi
intensif untuk mencapai sebuah kesamaan persepsi tetang dapat tidaknya dilakukan
suatu tindakan, pengobatan, perawatan medis. Jika porses komunikasi intesif ini telah
dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter sebagai pemberi pelayanan dan
pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal tersebut dikukuhkan dalam
bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah pihak,demikian halnya
jika bahwa ternyata setelah proses komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien menolak
maka dokter wajib untuk menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien untuk
menandatangani surat pernyataan menolak tindakan medik . jadi informed
Consent adalah sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan lembar
persetujuan tindakan.
Hal pokok yang harus di perhatikan dalam proses mencapai kesamaan persepsi
antara dokter dan pasien agar terbangun suatu persetujuan tindakan medik adalah
bahasa komunikasi yang digunakan. Jika terdapat kesenjangan penggunaan bahasa atau
istilahistilah yang sulit dimengerti oleh pasien maka besar kemungkinan terjadinya
mispersepsi yang akan membuat gagalnya persetujuan tindakan medis yang akan
dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut , Komalawati ( 2002: 111) mengungkapkan
bahwa informed conset dapat dilakukan ,antara lain :
a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Dengan bahasa yang sempurna secara lisan
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan

14
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan ternyata
pasien gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan , tidaklah berari
bahwa upaya memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal total tetapi dokter harus
tetap memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali setiap
keuntungan dan kerugian jika tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak dilakukan.
Selain itu dokter tetap berusaha melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif
dan efisien yang memungkinkan untuk memperoleh persetujuan atas tindakan yang
akan dilakukan jika memang tindakan tersebut adalah tindakan yang utama dan satu-
satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong menyembuhkan atau meringankan
sakit pasien.

Perkembangan teknologi informasi yang pesat memungkinkan share informasi


dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Setiap saat informasi
membanjiri media kita dan mempengaruhi cara pikir dan perilaku kita.

Akses informasi yang demikian mudah melalui jaringan internet diadopsi dengan
mudah oleh generasi yang lahir antara rentang waktu 1993, dimana era mobile
technologyberkembang pesat. Mereka sebagai generasi yang lahir bersamaan dengan
pesatnya perkembangan teknologi jaringan tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi
dengan perkembangan teknologi, bahkan hingga 10 tahun yang akan datang. Sebagian
generasi tersebut kini tengah bergelut di dunia pendidikan tinggi (Wahyudiati, 2011).

Sebagai bagian dari dunia akademis, generasi ini dituntut oleh kewajiban mereka
sebagai pembelajar. Mereka seringkali berhadapan dengan tugas perkuliahan yang
membutuhkan analisis yang dapat berbentuk makalah, penelitian, maupun karya tulis.
Sebenarnya bukan hanya mereka yang dituntut untuk melakukan tugas tersebut. Tetapi
sebagai tenaga pendidik dan kependidikan juga dituntut untuk melakukan hal yang
serupa.

Pesatnya informasi yang terpampang melalui jendela internet memungkinkan


para akademisi tersebut dengan mudah mendapat sumber rujukan yang akan
digunakannya untuk menyelesaikan sebuah karya tulis. Beragam topik akan dapat
dengan mudah ditemukan melalui mesin – mesin pencari seperti google maupun yahoo.
Akan tetapi keterbukaan informasi tersebut ternyata mempunyai jebakan yang harus
diwaspadai.

Para akademisi, dengan berbagai alasan sering terjebak pada isu plagiarisme.
Didorong oleh berbagai faktor, mereka dapat dengan mudah melakukan copy paste pada
karya yang digarapnya. Inilah yang perlu diwaspadai. Plagiarisme sering disebut
sebagai petaka intelektual karena perbuatan ini dianggap mencemarkan nama baik dunia
akademik. Dari segi hukum, plagiarisme dapat digolongkan sebagai tindak pidana
karena perbuatan ini merupakan aksi pencurian akan hasil karya orang lain. Pelaku

15
plagiat yang disebut plagiator dapat mendapat sanksi hukum yang berat selain sanksi
administratif akademik.

3. Plagiarisme dan Hak Paten

a. Plagiarisme

Dalam wikipedia disebutkan bahwa plagiarisme atau plagiat adalah penjiplakan


atau pengambilan karangan, pendapat dan sebagainya dari orang lain dan
menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Lebih jauh, dalam wikipedia juga
disebutkan beberapa perbuatan yang dapat digolongkan sebagai tindakan plagiarisme
menurut Felicia Utorodewo dkk dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar
Penulisan Ilmiah. Tindakan tersebut yaitu:

 Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri

 Mengakui gagasan orang lain sebagai gagasan sendiri

 Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri

 Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri

 Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan berbeda tanpa menyebutkan


asal usulnya.

 Meringkas, memparafrasekan tanpa menyebut sumbernya

 Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya tetapi dengan


rangkaian dan pilihan kata yang masih terlalui sama dengan sumbernya.

Adapun yang digolongkan sebagai plagiarisme adalah: 1) Menggunakan tulisan


orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas bahwa teks tersebut diambil
persis dari tulisan lain; 2) Mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi
yang cukup tentang sumbernya. Hal-hal yang tidak tergolong sebagai plagiarisme yaitu:

 Menggunakan informasi yang berupa fakta umum

 Menuliskan kembali opini orang lain dengan memberi sumber jelas

 Mengutip secukupnya tulisan orang lain memberikan tanda batas jelas bagian
kutipan dan menuliskan sumbernnya.

16
Terdapat beberapa jenis plagiarisme. Sastroasmoro (2007 dalam Mulyadin,
2012) membagi plagiarisme menjadi beberapa kategori berdasar aspek, proporsi, pola
dan unsur kesengajaan. Berdasarkan aspeknya, plagiarisme dibagi menjadi plagiarisme
isi, ide, tulisan, dan plagiarisme total. Plagiarisme total dianggap plagiarisme yang
paling berat.

Berdasarkan proposinya, plagiarisme terbagi menjadi plagiarisme ringan,


sedang, dan berat. Plagiarisme ringan adalah dimana 30% tulisannya menjiplak karya
orang lain. Termasuk dalam kategori sedang bila 30 – 70% tulisan menjiplak karya
orang lain, dan tergolong berat bila lebih dari 70% tulisan merupakan hasil jiplakan.

Ditilik dari polanya, plagiarisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu plagiarisme kata
demi kata (word to word) dan plagiarisme mozaik, yaitu menggabungkan ide orisinil
dengan ide orang lain. Terakhir, ditinjau dari unsur kesengajaan, plagiarisme dibedakan
menjadi plagiarisme yang disengaja dan yang tidak disengaja. Keteledoran penulis
dalam mencantumkan sumber bacaan sering menyebabkan seseorang dianggap plagiat
(Mulyadin, 2012).

b. Hak Paten

Paten adalah bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam kerangka ini
termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian (Industrial Property Right). Hak
Kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak
berwujud (benda immateril). Pengertian benda secara yuridis adalah segala sesuatu yang
dapat menjadi objek hak. Sedangkan yang dapat menjadi objek hak itu tidah hanya
benda berwujud tetapi juga benda tidak berwujud.
Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan Undang-Undang diberikan
kepada si pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang berhak
memperolehnya,12 atas permintaannya yang diajukannya kepada pihak penguasa, bagi
temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja
baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama jangka
waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang industri.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi ide dalam bidang
teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang dapat
diterapkan dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa intelektual,
sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah melibatkan tenaga, waktu,
dan biaya (berapapun besarnya misalnya dalam 12 UU Paten Indonesia menyebutnya
dengan istilah Inventor dan istilah temuan disebut sebagai Invensikegiatan penelitian),
maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai ekonomi, yang dapat menjadi
objek harta kekayaan (property).

17
Dalam ilmu hukum, yang secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, hak atas
daya pikir intelektual dalam bidang teknologi tersebut diakui sebagai hak kekayaan
yang sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah yang dikenal sebagai “Paten”.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, terdapat 2 jenis paten yaitu
paten biasa dan paten sederhana. Paten biasa adalah paten yang melalui penelitian atau
pengembangan yang mendalam dengan lebih dari satu klaim. Paten sederhana adalah
paten yang tidak membutuhkan penelitian atau pengembangan yang mendalam dan
hanya memuat satu klaim. Namun, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 secara
tersirat mengenalkan jenis-jenis paten yang lain, yaitu paten proses dan paten produk.
Paten proses adalah paten yang diberikan terhadap proses, sedangkan paten produk
adalah paten yang diberikan terhadap produk.
Menurut literature, masih ada jenis-jenis paten yang lain saat ini, antara lain :
Paten yang berdiri sendiri tidak bergantung pada paten lain.
Keterkaitan antar paten dapat terjadi jika ada hubungan antara lisensi biasa
maupun lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan kedua paten itu dalam bidang yang
berkaitan. Bila kedua paten itu dalam bidang yang sama, penyelesaiannya diusahakan
dengan saling memberikan lisensi atau lisensi timbal balik (cross license)
a. Paten yang Berdiri Sendiri (Independent Patent)
b. Paten yang Terkait dengan Paten Lainnya (Dependent Patent)
Keterkaitan antar paten dapat terjadi jika ada hubungan antara lisensi biasa
maupun lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan kedua paten itu dalam
bidang yang berkaitan. Bila kedua paten itu dalam bidang yang sama,
penyelesaiannya diusahakan dengan saling memberikan lisensi atau lisensi
timbal balik (cross license).
c. Paten Tambahan (Patent of Addition) atau Paten Perbaikan (Patent of
Improvement) Paten ini merupakan perbaikan, penambahan atau tambahan
dari temuan yang asli. Bila dilihat dari segi paten pokoknya, kedua jenis paten
ini hanya merupakan pelengkap sehingga disebut pula paten pelengkap
(patent of accessory). Di Indonesia tidak dikenal paten pelengkap.
Paten ini bersifat khusus karena telah dikenal diluar negeri dan negara yang
memberikan paten lagi hanya mengonfirmasi, memperkuatnya, atau
mengesahkannya lagi supaya berlaku di wilayah negara yang memberikan
paten lagi (revalidasi)
d. Paten Impor (Patent of Importation), Paten Konfirmasi atau Paten Revalidasi
(Patent of Revalidation)

4. Critical Thinking
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

18
Berpikir merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri manusia. Setiap hari
manusia selalu melakukan aktivitas berpikir, kemampuan berpikir seseorang berasal
dari dalam diri sendiri, namun kemampuan tersebut dapat dilatih dan dikembangkan
sehingga menjadi sebuah kemampuan yang berbeda antar seseorang. Sardiman (2006:
46), berpikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian,
mensintesis, dan menarik kesimpulan.

Rugiro (1998) dalam (Johnson, 2007: 187) mengartikan berfikir sebagai “segala
aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat
keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikiradalah sebuah
pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna. Pemikiran kritis (critical thinking) telah
didefinisikan secara beragam oleh para ahli, rumusan Santrock (1998) dalam (Desmita,
2005: 160-161) tentang pemikiran kritis adalah sebagai berikut:

“Critical thinking involves grasping the deeper meaning of problems, keeping on open
mind about different approaches and prespectives, not accepting on faith what other
people and books tell you, and thinking reflectively rather than accepting the first idea
that comes to mind”. (Berpikir kritis melibatkan pemahaman yang mendalam akan
masalah, pemikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan-pandangan yang
berbeda, tidak menerima begitu saja hal-hal yang disampaikan orang maupun buku, dan
berpikir secara reflektif sebelum menerima ide yang muncul di pikiran).

Dari rumusan di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pemikiran
kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam,
mensintesis, dan menarik kesimpulan untuk dapat memecahkan suatu permasalahan
secara terarah, reflektif, dan efaluatif. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti, memecahkan masalah,
dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan berpendapat
dengan cara terorganisir. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi
secara sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain. Berpikir kritis menghasilkan
daftar ketrampilan-ketrampilan berpikir yang dipandang sebagai landasan untuk berpikir
kritis.

Selengkapnya Fisher (2002: 8) menyebutkan ketrampilan berpikir kritis yang sangat


penting khususnya bagaimana:
1. Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya
alasan-alasan dan kesimpulan
2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi
3. Mengklarifikasikan dan mengintepretasikan pernyataan-pernyataan dan
gagasan-gagasan
4. Menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas klaim-klaim

19
5. Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya
6. Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasanpenjelasan
7. Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan
8. Menarik infrensi-infrensi
9. Menghasilkan argumen-argumen.
Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir
kritis adalah kemampuan berpendapat secara terorganisir, sehingga menghasilkan
berbagai ketrampilan-ketrampilan yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan.

b. Ciri-Ciri Berpikir Kritis


Menurut Cece Wijaya (1995: 72-73), ciri-ciri berpikir kritis sebagai berikut:
1. Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keputusan
2. Pandai mendeteksi permasalahan
3. Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan
4. Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat
5. Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis
6. Dapat membedakan antara kritik yang membangun dan merusak
7. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti
dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.
8. Mampu mendaftarkan segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif
terhadap pemecahan masalah, ide dan situasi.
9. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah
yang lainnya.
10. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan
data yang diperoleh dari lapangan.
11. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia
12. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang
diterima.
13. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.

Sedangkan Bowell & Kemp (2002: 6), menyatakan bahwa berpikir kritis
meliputi 3 aspek, yakni:

20
1. Mengidentifikasi hal penting yang sedang dibahas,
2. Merekonstruksi argumen,
3. Mengevaluasi argumen yang direkonstruksi.

Berpikir kritis ditunjukkan dalam kemampuan berpendapat, mengidentifikasi


kesimpulan dan pendapat, serta menggabungkan kesimpulan. Kemampuan berpikir
kritis merupakan suatu kemampuan yang bisa dikembangkan dalam diri setiap peserta
didik, dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta
didik dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis apabila mampu
mengidentifikasi suatu masalah, menemukan sebab-sebab kejadian peristiwa, menilai
dampak dari kejadian peristiwa, memprediksi dampak lanjut, dan merancang sebuah
solusi berdasarkan masalah.

c. Bentuk-Bentuk Berpikir Kritis


Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli mengutarakan pendapat
mereka. Berikut ini akan dijelaskan macam-macam berpikir, yaitu:
1. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya.
2. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur
dan cermat.
3. Berpikir austik berpikir austik merupakan cara seseorang melarikan diri dari
kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambaran-gambaran fantasi.
4. Berpikir realistik adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia
nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning).

5. Literarute Review atau Reverensi yang di butuhkan dalam


Penelitian Kebidanan

A. Pengertian Literatur Review


Literatur review berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain
yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian
dalam literatur review ini diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas
tentang pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya pada perumusan
masalah.

Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan


subyek penelitian. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan informasi yang relevan bagi penelitian. Penelusuran pustaka berguna

21
untuk menghindarkan duplikasi dari pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran
pustaka maka akan dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan.

Dalam membuat sebuah tulisan ilmiah, diperlukan sejumlah literatur yang


mendukung tulisan ataupun penelitian yang kita lakukan. Untuk mendapatkan literatur
tersebut, maka kita bisa mendapatkannya dengan cara membaca, memahami,
mengkritik, dan mereview literatur dari berbagai macam sumber. Tinjauan literatur
sangat penting peranannya dalam membuat suatu tulisan ataupun karangan ilmiah,
dimana tinjauan literatur memberikan ide dan tujuan tentang topik penelitian yang akan
kita lakukan.

Literatur review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang


beberapa sumber pustaka (dapat berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan
lain-lain) tentang topik yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal. Hasil-
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dapat juga dimasukkan sebagai
pembanding dari hasil penelitian yang akan dicobakan disini. Semua pernyataan
dan/atau hasil penelitian yang bukan berasal dari penulis harus disebutkan sumbernya,
dan tatacara mengacu sumber pustaka mengikuti kaidah yang ditetapkan. Suatu literatur
review yang baik haruslah bersifat relevan, mutakhir (tiga tahun terakhir), dan
memadai.

Landasan teori, tinjauan teori, tinjauan pustaka semuanya merupakan cara untuk
melakukan tinjauan literatur. Literatur review merupakan suatu cara untuk menemukan,
mencari artikel-artikel, buku-buku dan sumber-sumber lain seperti tesis, disertasi,
prosiding, yang relevan pada suatu isu tertentu atau teori atau riset yang menjadi interest
kita. Literatur review yang kita dapatkan masih bersifat umum atau general (general
problem).

Misalnya bila kita tertarik dengan corporate information System, pengembangan


IS/IT investment maka kita harus mencari sumber ilmiah yang membahas atau terkait
dengan kajian ilmu tersebut. Dari berbagai literatur yang kita kumpulkan kita bisa
melihat bagaimana artikel ilmiah-ilmiah terutama pada ringkasan-ringkasannya tersebut
memberikan gambaran atau ringkasan-ringkasan dan mencoba meringkas dari
gambaran-gambaran itu. Kita anotytape bibliographi yang disebut cacatan-catatan kecil
dan berikan kritikan (critical evaluation) pada artikel tersebut.

Literatur review merupakan suatu kerangka, konsep atau orientasi untuk


melakukan analisis dan klasifikasi fakta yang dikumpulkan dalam penelitian yang
dilakukan. Sumber-sumber rujukan (buku, jurnal, majalah) yang diacu hendaknya
relevan dan terbaru (state of art) serta sesuai dengan yang terdapat dalam pustaka acuan.
Tujuan melakukan literatur review adalah untuk mendapatkan landasan teori yang bisa
mendukung pemecahan masalah yang sedang diteliti. Teori yang didapatkan merupakan

22
langkah awal agar peneliti dapat lebih memahami permasalahan yang sedang diteliti
dengan benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.

Dalam melakukan review terhadap literatur yang perlu diingat adalah hindari
kutipan pendapat pakar tanpa adanya pembahasan dan sikap kritisnya mengenai suatu
topik bidang ilmu. Dari literatur review itu yang perlu dilihat adalah perlunya
menganalisis, mensintesis, meringkas, membandingkan hasil-hasil penelitian yang satu
dengan yang lainnya.

Literatur review membantu peneliti dalam pencarian tujuan serta membantu


dalam menguraikan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Dalam menguraikan
penelitian perlu dijelaskan mengenai peubah atau variabel yang digunakan, model yang
digunakan, rancangan penelitian, sampling dan teknik pengumpulannya, analisis data,
dan cara penafsirannya. Tujuannya adalah agar orang lain bisa melakukan pengulangan
terhadap penelitian yang sama.

Dalam literatur review ada dua komponen utama yang harus diperhatikan yaitu
kerangka teori (theorical framework) dan kajian yang terkait dengan topik maupun tema
penelitian. Literatur review merupakan diskusi dari pengetahuan tentang topik yang
sedang dipelajari atau bisa juga berupa hasil pengetahuan yang di dukung dengan
literatur riset, dan merupakan pondasi dari penelitian. Terdapat tiga macam tipe literatur
review yaitu literatur review naratif (narrative literature review), literatur review
kualititaf (qualitative systematic literature review), dan literatur review kuantitatif
(quantitative systematic literature review atau meta-analysis).

Tujuan akhir dari literatur review ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang
berkenaan dengan apa yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Gambaran
itu terkait dengan isu yang ingin diteliti, namun yang perlu diingat adalah, jangan
membahas isu yang sudah kadaluarsa. Ada beberapa isu yang teorinya muncul di tahun
yang lalu (lama). Artinya bila kita mereview literatur, mulailah mengacu pada teori atau
mereview dari tahun terbaru hingga tahun yang sebelumnya.

Ada tiga aspek utama dalam melakukan literatur review yaitu:

1. Survei artikel yang terkait dengan isu yang kita minati

2. Berikan evaluasi, ringkas gambaran-gambaran yang ada

3. Mendapatkan masukan yang terkait dengan isu dari publikasi yang terbaru
hingga publikasi terlama sehingga kita bisa mendapatkan gambarannya secara
jelas.

23
Ada beberapa hal yang terkait dengan literatur review:
a) Apa yang menjadi masalah dan kenapa masalah itu penting untuk dipecahkan?
b) Apakah masalah tersebut telah ditemukan?
c) Mulailah menetapkan permsalahan sesimple/sesederhana yang kita bisa.
d) Apakah metodologi penelitian sudah dimulai?
e) Bagaimana mendapatkan dan manipulasi data?
f) Sudahkah data yang dimanipulasi tersebut diinterpretasikan?
g) Apa kontribusinya terhadap penelitian yang dilakukan ?
h) Apa kesimpulan yang bisa diambil terkait dengan permasalahan?
i) Apakah kesimpulan yang dibuat sudah cukup menjawab dari problem yang ada?

B. Manfaat Literatur Review


Mengapa kita perlu melakukan literature review:

1. Menempatkan posisi pekerjaan kita pada posisi relatifnya. Misalnya IT


Investment jadi isu, ada orang yang sudah menulis yang dikaitkan dgn IT
Investment dalam suatu organisasi, IT investment di berbagai sektor. Ketiga
bagian itu membicarakan hal yang sama yaitu IT Investment. Gabungkan ketiga
bagian tersebut dikatakan sebagai posisi relatif pada apa yang akan kita
kerjakan. IT investment di berbagai sektor dan dampaknya pada suatu
organisasi.

2. Menggambarkan keterhubungan antara satu penelitian dengan penelitian lainnya


yang terkait dengan point of interest kita.

3. Identifikasikan cara lain untuk menginterpretasikan dan cari gap


/kesenjangannya, itu yg akan dikumpulkan di peaces analysis.

4. Diantara penelitian-penelitian sebelumnya (kontrast) pertentangkan

5. Menjadi point untuk review literatur ini menjadi dasar kita untuk penelitian
berikutnya

6. Dengan menggambarkan fisic of puzzle orang akan menggambarkan significant


of the problem. Evaluasinya pada originality yang terlihat pada metodologi yang
sesuai dengan pemecahan masalah.

Berikut ini merupakan beberapa elelemen dalam literatur review :

a) Menggambarkan subjek penelitian, issu atau teori secara objektif dari literature
review.
b) Divisi dari literature review dimasukkan dalam katagoris (contoh untuk mendukung
posisi relative, dan alternatif )

24
c) Menjelaskan bagaimana dari setiap literatur review kesamaan dan bagaimana
variasinya dari yang lain.
d) Membuat kesimpulan dari setiap bagian memberikan masukan dari berbagai
argument, untuk memahami dan mengembangkan area penelitian.

C. Langkah-langkah Literatur Review

Ada banyak cara yang bisa kita gunakan untuk mengkaji literatur. Bagi sebagian
orang bisa menggunakan sumber data primer (primary sources) yang berasal dari hasil-
hasil penelitian seperti jurnal, thesis, disertasi dan lain sebagainya yang digunakan
untuk memantapkan ide yang telah kita temukan sebelumnya. Selain itu juga bisa
didukung dari sumber data sekunder (secondary sources) seperti buku, majalah, koran,
penelusuran dengan komputer (online database) dan lain sebagainya karena
sumbersumber tersebut memberikan gambaran dan ide yang lebih luas tentang topik
yang ingin kita kaji.

Langkah-langkah dari Literature Reviews:

1. Formulasi permasalahan
Pilihlah topik yang sesuai dengan isu dan interest. Permasalahan harus
ditulis dengan lengkap (complate) dan tepat.

2. Cari literatur
Temukan literatur yang relevan dengan penelitian. Langkah ini
membantu kita untuk mendapatkan gambaran (overview) dari suatu topik
penelitian. Sumbersumber penelitian tersebut akan sangat membantu bila
didukung dengan pengetahuan tentang topik yang akan dikaji. Karena sumber-
sumber tersebut akan memberikan berbagai macam gambaran tentang
ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu.

3. Evaluasi data
Lihat apa saja kontribusinya terhadap topik yang dibahas. Cari dan
temukan sumber data yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
mendukung penelitian. Data ini bisa berupa data kualitatif, data kuantitatif
maupun data yang berasal dari kombinasi keduanya.

4. Analisis dan interpretasikan


Diskusikan dan temukan serta ringkas literatur.

Untuk merivew sebuah literatur kita bisa melakukannya dengan beberapa cara,
antara lain:
a) Mencari kesamaan (Compare)

25
b) Mencari ketidaksamaan (Contrast)
c) Memberikan pandangan (Criticize)
d) Membandingkan (Synthesize)
e) Meringkas (Summarize)

Hal terpenting dalam membuat literatur review adalah fitur yang utama dalam
membangun teori adalah membandingkan antara konsep, teori dan hipotesis dengan
literatur yang ada. Kunci utama dari proses ini adalah melihat sebanyak-banyaknya
literatur yang ada. Dalam proses ini dicari persamaan, perbedaan yang terjadi antara
literatur yang satu dengan literatur yang lainnya, serta mencari alasan kenapa hal
tersebut bisa terjadi.

Hal tersebut dimaksudkan untuk menginterpretasikan penelitian yang akan kita


lakukan dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang disajikan dalam konteks yang
berbeda. Yang terpenting adalah setiap bahan pustaka yang diambil sebagai literatur
harus dicantumkan sumbernya dalam daftar pustaka (bibliographi). Berikut ini disajikan
contoh rigkasan dari cara mereview literatur:

6. PROPOSAL
Proposal berasal dari bahasa inggris to propose yang artinya mengajukan dan
secara sederhana proposal dapat diartikan sebagai bentuk pengajuan atau permohonan,
penawaran baik itu berupa ide, gagasan, pemikiran maupun rencana kepada pihak lain
untuk mendapatkan dukungan baik itu yang sifatnya izin, persetujuan, dana dan lain -
lain. Proposal juga dapat diartikan sebagai sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis
yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelaskan sebuah rencana dan tujuan suatu
kegiatan kepada pembaca.
A. PENGERTIAN PROPOSAL
Untuk mengetahui arti dari proposal, berikut saya sertakan pengertian
proposal dari beberapa pandangan dari para ahli:
Hasnun Anwar (2004 : 73) proposal adalah : rencana yang disusun utnuk kegiatan
tertentu.
Jay (2006 : 1) proposal adalah alat bantu manajemen standar agar menajemen dapat
berfungsi secara efisien.
Pengertian Proposal Menurut KBBI (2002) adalah rencana yang dituangkan dalam
bentuk rancangan kerja, perencanaan secara sistematis, matang dan teliti yang dibuat
oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian, baik penelitian di lapangan (field
research) maupun penelitian di perpustakaan (library research). Keterampilan menulis

26
proposal perlu dimiliki setiap insan berpendidikan agar mereka terbiasa berpikir
sistematis-logis sebagaimana di dalam langkah-langkah penulisan proposal.
Pengertian Proposal Dari sudut pandang dunia ilmiah, pengertian proposal ialah
rancangan dari suatu usulan sebuah penelitian yang kemudian akan dilaksanakan oleh
peneliti terhadap bahan penelitiannya. Dalam pengertian proposal ini itu berarti
proposal sama halnya dengan usulan.Ada juga yang menyatakan bahwa pengertian
proposal itu ialah suatu permintaan atau dapat juga dikatakan sebagai saran yang
ditujukan kepada seseorang, instansi, organisasi, suatu badan, atau suatu kelompok
untuk menjalankan atau melaksanakan suatu pekerjaan.
Tujuan Proposal adalah memperoleh bantuan dana,memperoleh dukungan atau sponsor,
dan memperoleh perizinan. Unsur-unsur proposal yaitu, nama/ judul kegiatan,
pendahuluan,tujuan, waktu dan tempat, sasaran kegiatan, susunan panitia, anggaran,
penutup, tanda tangan dan nama terang.
B. FUNGSI PROPOSAL
Fungsi proposal untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan agama,
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Fungsi proposal untuk mendirikan usaha kecil, menengah, atau besar.
Fungsi proposal untuk mengajukan tender dari lembaga-lembaga pemerintah atau
swasta.
Fungsi proposal untuk mengajukan kredit kepada bank.
Fungsi proposal untuk mengadakan acara seminar, diskusi, pelatihan, dan sebagainya.

C. JENIS JENIS PROPOSAL

Secara umum proposal dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Proposal Bisnis - proposal ini berkaitan dengan dunia usaha baik itu perseorangan
maupun kelompok dan contoh dari proposal ini misalnya proposal pendirian usaha,
proposal dalam bentuk kerjasama antar perusahaan.

2. Proposal Proyek - pada umumnya proposal proyek ini mengacu pada dunia kerja
yang berisikan serangkaian rencana bisnis atau komersil misalnya proposal proyek
pembangunan.

3. Proposal Penelitian - Jenis proposal ini lebih sering digunakan di bidang akademisi
misalnya penelitian untuk pembuatan skripsi, tesis dan lainnya.

isi dari proposal ini adalah pengajuan kegiatan penelitan.

27
4. Proposal Kegiatan - yaitu pengajuan rencana sebuah kegiatan bak itu bersifat individu
maupun kelompok misalnya proposal kegiatan pentas seni budaya

Berdasarkan bentuknya proposal terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Proposal bentuk formal - Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu bagian pendahuluan, isi proposal, dan bagian pelengkap penutup.
Bagian pendahuluan terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar
(kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan. Bagian isi
proposal terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan ruang lingkup,
pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia (susunan
panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya. Sedangkan bagian
pelengkap penutup berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya.

2. Proposal bentuk non formal - proposal non formal ini tidak selengkap proposal
formal dan biasanya disampaikan dalam bentuk memorandum atau surat.
proposal non formal harus selalu mengandung hal-hal berikut yaitu, masalah,
saran, pemecahan, dan permohonan.

3. Proposal semi formal - jenis proposal ini hampir sama dengan proposal non
formal karena tidak selengkap jenis proposal formal.

D. UNSUR-UNSUR PROPOSAL

1. Latar belakang masalah, Dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan


kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang
melatarbelakangi masalah yang diteliti. Selain itu, dipaparkan secara ringkas
tentang teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar, dan diskusi ilmiah
maupun pengalaman pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang
diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan
berpijak yang lebih kokoh.

2. Rumusan masalah, Rumusan masalah dinyatakan secara tersurat berupa


pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Dalam hal ini
hendaknya rumusan masalah disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan
dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan
variabel-variabel yang diteliti dan dapat diuji secara empiris.

3. Tujuan penelitian, Tujuan penelitian diungkapkan pada sasaran yang ingin


dicapai dalam penelitian.Tujuan penelitian mengacu pada rumusan penelitian
dan berupa pernyataan.

28
4. Hipotesis, Hipotesis diajukan berupa jawaban sementara terhadap masalah
penelitian agar hubungan antara masalah yang diteliti dengan kemungkinan
jawabannya lebih jelas.Adapun rumusan hipotesis yang baik hendaknya:
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan, dirumuskan secara singkat, padat,
dan jelas, dapat diuji secara empiris, dan menyatakan pertautan antara dua
variabel atau lebih.

5. Asumsi penelitian, Asumsi penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal
yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.
Dalam hal ini tidak perlu dibuktikan kebenarannya, tetapi dapat langsung
memanfaatkan hasil penelitian yang diperolehnya dari orang lain melalui karya
tulisnya.

6. Manfaat penelitian, Manfaat penelitian ditunjukkan untuk mengenai pentingnya


penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan
dalam arti luas. Dengan kata lain, bagian ini berisi alasan kelayakan atas
masalah yang diteliti.

7. Ruang lingkup, dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dan keterbatasan


penelitian dikemukakan karena sering dihadapi keterbatasan ruang lingkup
kajian yang terpaksa harus dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik
penelitian, ataupun karena alasan logistik. keterbatasan penelitian karena
kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika, dan kepercayaan yang tidal
memungkinkan peneliti mencari data yang diinginkan.

8. Kajian pustaka, dan Kajian pustaka memaparkan teori-teori yang disusun


berdasarkan kemutakhiran dan relevansi yang diperlukan dalam penelitian.

9. Definisi operasional. Definisi operasional adalah definisi yang dirumuskan


berdasarkan hal yang yang dapat diamati oleh peneliti. Definisi operasional
bukan definisi berdasarkan kamus atau pendapat para ahli. Hal ini diperlukan
terutama untuk istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok
dalam penelitian juga untuk menghindari perbedaan persepsi.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metodologi penelitian pendidikan hendaknya dilaksanakan secara sitematis, logis,


dan secara berencana. Secara sistematis artinya berdasarkan pola dan teknik tertentu
serta sesuai dengan aturan – aturan ilmiah dalam penelitian pada umumnya. Logis
atrinya dilaksanakan berdasarkan logika berfikir ilmiah dengan menggunakan langkah –
langkah pemecahan masalah dan prinsip- prinsip teori penelitian. Sedangkan secara
berencana, yaitu betul- betul direncanakan secara sengaja tentang apa yang akan
diteliti, bagaimana cara meneliti, kapan diadakan penelitian, siapa yang menelitinya,
mengapa hal itu diteliti, dimana tempat atau lokasinya penelitian. Jenis penelitian
ditinjau dari segi masalahnya itu sendiri.

B. Saran

30
Mengingat beragamnya masalah dalam bidang pendidikan, terutama pasca
ekonomi, untuk menelitinya pun tidak hanya diperlukan satu teori untuk kita sebagai
seorang peneliti, pahamilah betul masalah yang ada kemudian pilihlah jenis penelitian
yang akan anda gunakan untuk menyelesaikan penelitian tersebut.

31

You might also like