You are on page 1of 11

PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

LANSIA DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK


KABUPATEN BOYOLALI

Andreany Kusumowardani, Endang Sri Wahyuni


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Okupasi Terapi

Abstract : Exercise, Older People, Cognitive Performance, MMSE. Cognitive


performance in older people declines gradually due to aging process. It raises problems
in functional daily activities, risks of injury, and dependency. Literatures have been
revealed the benefits of exercise for health, not only physically, but also mentally. The
purpose of this study was to determine the effect of exercise on the cognitive
performance of older people in Ngesrep Village, Boyolali District. This study was a
quasi experimental one group pre test- post test with control group. A constitutive
sampling method was applied to get subjects, and found 20 people for each experiment
and control group. The instrument used was Mini Mental State Examination (MMSE).
Based on paired t-test analysis in the experiment group, it was found a significant
difference on the cognitive performance pre and post exercise intervention (α = 0.05, t
= 2.492, p = 0.022, r = 0.657). In the control group, there was no diferrence in pre and
post test (p = 0.053). Based on independent t-test analysis between experiment and
control group, it was found a significant difference before the intervention (p = 0.031),
but after the intervention, there was no difference between the two groups. It was due to
the increasing MMSE’s score on the experiment group, whereas the score of control
group was relatively the same. Physical exercise had a significant influence on the
cognitive performance of older people in this study, so it should be held in Ngesrep
Village’s Posyandu routinely.

Keywords : Exercise, Older People, Cognitive Performance, MMSE

Abstrak : Latihan Fisik (Exercise), Lansia, Kemampuan Kognitif, MMSE.


Kemampuan fungsi kognitif pada lansia umumnya mengalami penurunan sejalan
dengan pertambahan usia. Akibat adanya penurunan fungsi kognitif, kemampuan lansia
dalam melaksanakan aktivitas fungsional juga mengalami gangguan, resiko terjadinya
kecelakaan meningkat, dan akan meningkatkan ketergantungan pada orang lain.
Berbagai literatur telah mengungkapkan manfaat latihan fisik (physical exercise) bagi
kesehatan, termasuk dalam kesehatan mental dan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh latihan fisik terhadap kemampuan kognitif lansia di Desa Ngesrep,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental semu menggunakan desain one group pre test post test dengan kelompok
kontrol. Sampel adalah lansia di Desa Ngesrep sebanyak 20 orang kelompok perlakuan
dan 20 orang kelompok kontrol dengan metode constitutive sampling. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif adalah Mini Mental State Examination
(MMSE). Analisis data yang digunakan adalah Paired t-test pada masing-masing
kelompok dan Independent t-test untuk antar kelompok. Berdasarkan analisis Paired t-

168
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 169

test kelompok perlakuan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada
kemampuan kognitif lansia antara sebelum dan setelah pemberian latihan fisik, di mana
latihan fisik memberikan pengaruh yang kuat dan positif pada kemampuan kognitif
lansia (α = 0.05, t = 2.492, p = 0.022, r = 0.657). Pada kelompok kontrol tidak
ditemukan perbedaan kemampuan kognitif pada pre dan post test (p = 0.053).
Berdasarkan analisis Independent t-test antara kelompok perlakuan dan kontrol,
diperoleh nilai p = 0.031 sebelum perlakuan, yang berarti terdapat perbedaan yang
bermakna pada kemampuan kognitif kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, di
mana kelompok kontrol memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok perlakuan. Setelah intervensi latihan fisik diperoleh p = 0.198, yang berarti
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kemampuan kognitif kelompok perlakuan
dan kontrol karena terdapat peningkatan nilai kognitif pada kelompok perlakuan
sedangkan pada kelompok kontrol relatif tidak banyak perubahan. Latihan fisik
memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan kognitif lansia sehingga perlu
dilakukan secara rutin dan diagendakan dalam kegiatan Posyandu Lansia di Desa
Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali.

Kata Kunci : Latihan Fisik (Exercise), Lansia, Kemampuan Kognitif, MMSE

PENDAHULUAN melaksanakan aktivitas fungsional.


Kelompok lanjut usia (lansia) di Kecelakaan-kecelakaan kecil dapat terjadi
Indonesia menunjukkan kecenderungan akibat penurunan kewaspadaan, dan rasa
peningkatan dalam jumlah dan cemas serta ketakutan dapat meningkat
proporsinya seiring dengan peningkatan akibat gangguan orientasi. Kemampuan
angka harapan hidup. Jika menggunakan berpikir, daya ingat, dan pemecahan
model proyeksi penduduk dari PBB, masalah yang berkurang menyebabkan
jumlah lansia di Indonesia pada tahun lansia kesulitan dalam melaksanakan
2050 diprediksikan meningkat lebih dari aktivitas sehari-hari, bahkan dalam
empat kali lipat dibandingkan tahun 2010 aktivitas rutin yang sebelumnya dapat
yaitu menjadi 120 juta jiwa lebih dilakukan dengan mudah. Jika masalah
(BAPPENAS, 2007). Adanya peningkatan kognitif ini tidak diatasi dengan baik,
jumlah lansia yang cukup besar ini dapat akan meningkatkan ketergantungan lansia
menimbulkan permasalahan baru. Proses pada orang lain.
degeneratif yang terjadi seiring dengan Banyak literatur telah
menuanya seseorang, akan menyebabkan mengungkapkan bahwa latihan fisik
berbagai masalah fisik, kognitif, memberikan manfaat besar bagi
psikologis, dan sosial (Dewi et al., 2007). kesehatan. Aktivitas ini tidak hanya
Penurunan fungsi kognitif mencegah dan mengurangi resiko
umumnya dialami lansia sebagai akibat berbagai penyakit, tetapi secara klinis juga
dari proses penuaan. Penurunan kognitif berperan dalam penyembuhan dan
ini semakin nyata jika terdapat penyakit pemulihan dari penyakit (Powers &
yang menyertai, misalnya Alzheimer. Howley, 2001). Hal ini dimungkinkan
Dampak dari penurunan fungsi kognitif karena latihan fisik menyebabkan
ini akan menyebabkan keterbatasan dalam berbagai perubahan fisiologis yang
170 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

memberikan dampak positif bagi tubuh, lainnya sebagai kelompok kontrol.


seperti memperbaiki kerja jantung, Kelompok kontrol ini diperlukan sebagai
memperlancar aliran darah, mengontrol pembanding karena berdasarkan teori,
kadar gula darah, serta meningkatkan proses penuaan akan berdampak pada
kekuatan otot dan daya tahan tubuh penurunan kemampuan kognitif. Melalui
(Wilmore, Castill, & Kenney, 2008). penelitia ini akan dapat diketahui apakah
Selain memberikan manfaat perlakuan yang diberikan berpengaruh
jasmani, latihan fisik juga berperan dalam pada proses penurunan kemampuan
kesehatan mental dan kognitif. Latihan kognitif ini. Kriteria inklusi sampel: lansia
fisik dapat menurunkan ketegangan dan berusia 50 tahun atau lebih dan tingkat
kelelahan pikiran, meningkatkan motivasi, kesadaran terhadap waktu, tempat, dan
memberikan perasaan keberhasilan (a orang cukup baik. Kriteria eksklusi: lansia
sense of achievement), meningkatkan dengan gangguan gerak dan mobilitas,
kegembiraan, dan kehidupan sosial yang serta penyakit kronis yang akan
lebih baik (Mental Health Foundation, meningkat gejalanya dengan latihan fisik.
2012). Latihan fisik yang dilakukan
Desa Ngesrep Kecamatan meliputi latihan aerobik (aerobic
Ngemplak Boyolali merupakan salah satu exercise), latihan kekuatan dengan
desa binaan Politeknik Kesehatan tahanan (strength/resistance exercise), dan
Surakarta. Posyandu lansia yang ada di latihan kelenturan (flexibility exercise).
sana sudah berjalan dengan baik, tetapi Latihan aerobik yang dilakukan meliputi
tidak banyak lansia yang berpartisipasi di senam irama. Latihan kekuatan dengan
dalamnya. Demikian juga kegiatan senam pemberian tahanan (resistance exercise)
lansia sudah dijalankan, tetapi tidak meliputi chair raise (duduk-berdiri dari
dilaksanakan secara rutin. Penelitian ini kursi tanpa berpegangan), standing push-
dilakukan untuk mengetahui pengaruh up, calf-raise (jinjit), shoulder press,
latihan fisik (senam) terhadap kemampuan lateral arm raise, biceps curl. Latihan
kognitif lansia di Desa Ngesrep sehingga kelenturan (flexibility exercise) meliputi
diharapkan akan memotivasi lansia untuk penguluran. Latihan fisik ini dilakukan 2
terus aktif dan meningkatkan partisipasi kali perminggu, dengan durasi 30-45
lansia dalam kegiatan Posyandu. menit, selama 6 minggu.
Kemampuan kognitif yang diukur
METODE PENELITIAN meliputi kemampuan orientasi, atensi,
Penelitian ini merupakan memori, bahasa, konstruksi, kalkulasi,
penelitian kuantitatif dengan bentuk dan penalaran yang diukur dengan
eksperimen semu menggunakan desain menggunakan instrument Mini Mental
one group pre test post test dengan State Examination (MMSE). MMSE
kelompok kontrol. Populasi penelitian merupakan suatu skala terstruktur yang
adalah semua lansia di desa Ngesrep terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan
Kecamatan Ngemplak Boyolali. Teknik menjadi 7 kategori. Skor MMSE
pengambilan sampel menggunakan teknik diberikan berdasarkan jumlah item yang
constitutive sampling. Jumlah sampel benar sempurna; skor yang makin rendah
sebanyak 40 orang, meliputi 20 orang mengindikasikan performance yang buruk
sebagai kelompok perlakuan dan 20 orang dan gangguan kognitif yang makin parah.
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 171

Skor total berkisar antara 0-30 dengan perlakuan adalah 60.5 tahun, dan
interpretasi: (a) Skor 24-30 kelompok kontrol 59.78 tahun. Baik
diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif kelompok perlakuan maupun kontrol
normal, (b) Skor 18-23 berarti probable didominasi perempuan dengan jumlah
gangguan kognitif atau gangguan kognitif sampel laki-laki hanya 1 orang pada
ringan, (c) Skor 0-17 berarti definite masing-masing kelompok.
gangguan kognitif atau gangguan kognitif Skor rerata pre test MMSE pada
berat. kelompok kontrol lebih tinggi (24.30)
dibandingkan kelompok perlakuan
Data diolah menggunakan bantuan (21.00). Hal ini terjadi karena pemilihan
software SPSS 17.00 for windows. kelompok kontrol dan perlakuan
Pengujian hipotesis dalam kelompok mempertimbangkan lokasi tempat tinggal
(perlakuan dan kontrol) menggunakan subyek penelitian untuk mempermudah
dependent t-test sedangkan antar dalam pelaksanaan perlakuan senam.
kelompok menggunakan independent t- Sebagian besar subyek pada kelompok
test. kontrol tinggal di wilayah yang dekat
dengan pusat pemerintahan desa dengan
HASIL PENELITIAN akses fasilitas dan informasi yang lebih
mudah dijangkau dibandingkan dengan
Tabel 1 kelompok perlakuan. Tingkat pendidikan
Karakteristik Sampel Penelitian pada kelompok kontrol pun lebih baik
Karakteristik Perlakuan Kontrol dibandingkan pada kelompok perlakuan.
(n=20) (n=20) Hal ini rupanya berdampak pada nilai
Usia: yang lebih baik saat pre test dengan
 Minimal 50 th 50 th
instrumen MMSE.
 Maksimal 70 th 73 th
 Rerata 60.5 th 59.78 th Berdasarkan pemeriksaan MMSE
 SD 6.152 6.151 pasca perlakuan, terdapat perubahan nilai
Jenis kelamin: pada kelompok perlakuan. Rata-rata nilai
 Perempuan 19 19 MMSE yang diperoleh setelah diberikan
 Laki-laki 1 1 perlakuan adalah 23.10 dengan nilai
Skor pre test MMSE: terendah 16 dan nilai tertinggi adalah 28.
 Minimal 12 13
Dibandingkan nilai MMSE rata-rata
 Maksimal 30 29
 Rerata 21.00 24.30 sebelum perlakuan, terjadi peningkatan
 SD 4.995 4.293 nilai sebesar 2.10 poin. Sebanyak 14
Skor post test MMSE: (70%) sampel dari kelompok perlakuan
 Minimal 16 13 mengalami peningkatan nilai MMSE,
 Maksimal 28 29 sedangkan 4 orang (20%) nilainya tetap
 Rerata 23.10 24.65
setelah menerima perlakuan senam dan 2
 SD 3.463 4.004
(10%) sampel mengalami penurunan nilai
Berdasarkan tabel di atas, dapat MMSE setelah diberikan perlakuan.
dilihat bahwa karakteristik sampel Pada kelompok kontrol, dilakukan
menurut usia dan jenis kelamin antara tes MMSE kembali setelah jeda selama 6
kelompok perlakuan dan kontrol relatif minggu. Tidak banyak perubahan yang
sama, di mana rerata usia kelompok terjadi pada nilai MMSE yang kedua
172 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

dibandingkan dengan pemeriksaan kuatnya hubungan dinyatakan dalam r


pertama. Rerata nilai yang diperoleh pada sebesar 0.657 sehingga hubungan tersebut
pemeriksaan kedua adalah 24.65, sedikit dikategorikan kuat dan positif.
meningkat dibandingkan pemeriksaan Pada kelompok kontrol dengan
pertama yang memperoleh nilai rerata tingkat signifikansi α = 0.05 diperoleh
24.30. Nilai terendah dan tertinggi pada nilai p = 0.053, sedikit lebih besar dari
kelompok ini tidak mengalami perubahan, nilai signifikansi 0.05, sehingga
yaitu 13 dan 29. Sebagian besar (13 orang disimpulkan bahwa tidak terdapat
atau 65%) sampel kelompok kontrol tidak perbedaan yang bermakna pada
mengalami perubahan pada nilai MMSE kemampuan kognitif kelompok kontrol
yang kedua dibandingkan nilai pada pada pre dan post test MMSE (Tabel 2).
pemeriksaan pertama, 1 orang mengalami
penurunan nilai, sedangkan 6 orang (30%) Tabel 2
mengalami peningkatan nilai. Analisis Perubahan Kemampuan
Dengan melihat peningkatan rerata Kognitif Pada Lansia Sebelum Dan
nilai MMSE yang diperoleh kelompok Sesudah Diberikan Latihan Fisik Pada
perlakuan, dapat disimpulkan bahwa Kelompok Perlakuan Dan Kontrol
secara umum kemampuan kognitif pada Variabel n Mean SD p
kelompok ini meningkat setelah diberikan value
perlakuan berupa latihan fisik. Hal ini Kelompok perlakuan:
 Sebelum
semakin terlihat jika dibandingkan dengan
 Sesudah 20 21.00 4.995 0.022
kelompok kontrol, di mana kemampuan  Selisih 20 23.10 3.463
kognitifnya relatif tetap setelah dilakukan -2.10 1.532
pemeriksaan dengan MMSE yang Kelompok kontrol:
berselang 6 minggu.  Sebelum 20 24.30 4.293 0.053
 Sesudah 20 24.65 4.004
Analisis statistik dalam kelompok
 Selisih -0.35 0.289
perlakuan dilakukan dengan
Analisis yang digunakan untuk
menggunakan Dependent/ Paired t-test
membandingkan kelompok perlakuan dan
karena data yang diolah adalah data
kelompok kontrol menggunakan
continous/interval. Selain itu, dari tes
Independent t-test. Pada pre test diperoleh
normalitas data menggunakan Shapiro-
nilai p = 0.031 yang berarti terdapat
Wilk diperoleh nilai signifikansi 0.710
perbedaan yang bermakna antara hasil pre
sehingga disimpulkan data terdistribusi
test kelompok perlakuan dan kelompok
normal. Berdasarkan analisis kelompok
kontrol. Hal ini mungkin terjadi karena
perlakuan, pada tingkat signifikansi α =
dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh
0.05 dengan dk = 19 diperoleh nilai t
kelompok kontrol lebih tinggi
sebesar -2.492, 95% CI (-3.864 - -0.336).
dibandingkan kelompok perlakuan (24.30
Nilai t mutlak yang diperoleh lebih besar
dan 21.00). Sedangkan pada post test
dari nilai t tabel (2.093) sedangkan nilai p
diperoleh nilai p = 0.198 yang berarti
= 0.022, lebih kecil dari 0.05, sehingga
tidak terdapat perbedaan bermakna antara
secara statistik dapat disimpulkan bahwa
kelompok perlakuan dan kelompok
terdapat peningkatan kemampuan kognitif
kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena
yang bermakna pada kelompok perlakuan
pada kelompok kontrol relatif tidak
setelah diberikan latihan fisik. Sedangkan
banyak perubahan pada nilai post test
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 173

(rerata 24.65) sedangkan pada kelompok lansia, lebih banyak dibandingkan


perlakuan terjadi peningkatan nilai MMSE penduduk laki-laki.
sehingga reratanya meningkat menjadi Berdasarkan hasil pemeriksaan
23.10 (Tabel 3). kognitif sebelum perlakuan, diketahui
bahwa nilai MMSE rata-rata yang
Tabel 3 diperoleh dari sampel adalah lebih dari 20
Analisis Perbedaan Kemampuan dari total nilai maksimal 30. Secara
Kognitif Pada Kelompok Perlakuan spesifik, pada kelompok perlakuan
Dan Kontrol Sebelum Dan Sesudah memiliki rerata nilai MMSE 21.00 yang
Pemberian Latihan Fisik berarti gangguan kognitif ringan,
Variabel n Mea SD p sedangkan pada kelompok kontrol
n value memiliki rerata 24.30 yang dapat
Sebelum dikategorikan tidak ada gangguan
perlakuan: 20 21.0 4.995 0.031
 Kelompok 0 kognitif. Kelompok kontrol memiliki
perlakuan 20 4.293 rerata nilai yang lebih tinggi daripada
 Kelompok 24.3 kelompok perlakuan karena sampel pada
kontrol 0 kelompok ini lebih banyak yang
mengenyam pendidikan dibandingkan
Sesudah perlakuan:
 Kelompok 20 23.1 3.463 0.198 pada kelompok perlakuan. Telah
perlakuan 0 disinggung sebelumnya bahwa beberapa
 Kelompok 20 4.004 komponen penilaian dalam MMSE
kontrol 24.6 menuntut individu untuk membaca dan
5 menulis dan kemampuan ini umumnya
dimiliki jika individu tersebut bersekolah
PEMBAHASAN atau menempuh pendidikan.
1. Karakteristik Sampel
Sampel yang memenuhi kriteria 2. Analisis Variabel Penelitian
penelitian ini, baik untuk kelompok Hasil penelitian ini menunjukkan
perlakuan maupun kelompok kontrol, bahwa latihan fisik memberikan pengaruh
berusia antara 50 - 70 tahun dengan rerata yang bermakna berupa peningkatan
usia yang hampir sama, yaitu sekitar 60 kemampuan kognitif pada lansia
tahun. Hampir seluruh sampel penelitian, kelompok perlakuan berdasarkan
baik untuk kelompok perlakuan maupun pemeriksaan dengan MMSE. Beberapa
kontrol, berjenis kelamin perempuan. Dari penelitian yang pernah dilakukan
diskusi dengan kader diperoleh informasi sebelumnya mendukung kesimpulan
bahwa dalam kegiatan masyarakat, serupa.
khususnya program Posyandu, partisipasi Smith, et al. (2011) dalam Wan &
kaum laki-laki memang sangat jarang. Wong (2014) mengungkapkan suatu meta
Tingkat kehadiran lansia laki-laki dalam analisis yang melibatkan 29 randomized
kegiatan rutin Posyandu pun sangat controlled trial pada lansia sehat yang
rendah. Di sisi lain, berdasarkan data tidak mengalami dimensia mendapatkan
demografi penduduk Desa Ngesrep bahwa aerobic exercise memperbaiki
jumlah penduduk perempuan, termasuk fungsi kognitif yang meliputi memori,
atensi, kecepatan proses informasi, dan
174 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

fungsi eksekutif . Penelitian meta analisis otak dan kemampuan kognitif yang lebih
lain yang melibatkan 30 randomized baik pada lansia, meskipun belum jelas
controlled trial pada lansia dengan diketahui apakah hal tersebut karena
dimensia atau hendaya kognitif ringan latihan fisik memediasi factor resiko
menunjukkan bahwa latihan aerobic kardiovaskuler yang berhubungan dengan
memperbaiki tingkat kebugaran, fungsi kognitif, ataukah karena peran latihan
fisik, dan kognitif (Heyn, Abreau, & fisik dalam neuroplastisitas (Kirk-Sanchez
Ottenbacher, 2004 dalam Wan & Wong, & McGough, 2014).
2014). Hal ini dimungkinkan karena Penelitian ini menggunakan modul
latihan fisik meningkatkan ekspresi gen latihan fisik yang tidak hanya terdiri dari
dan faktor-faktor yang mempengaruhi latihan aerobic, tetapi menggabungkan
neuroplastisitas, seperti brain-derived komponen aerobic dengan latihan
neurotrophic factor (BDNF) dan insulin- fleksibilitas dan pembebanan. Hasil
like growth factor 1 (IGF-1) (Wan & penelitian menunjukkan bahwa gabungan
Wong, 2014). model latihan ini memberikan dampak
Suatu artikel literature review yang positif terhadap peningkatan
yang melihat efek latihan fisik pada kemampuan kognitif yang diperiksa
kognitif dan fungsi otak lansia dengan instrument MMSE. Hal ini sesuai
mengemukakan kesimpulan yang sama, dengan hasil penelitian Cassilhas dkk
baik dari penelitian cross-sectional, studi (dalam Bherer, Erickson, & Liu-Ambrose,
longitudinal, maupun eksperimen, bahwa 2013) yang menunjukkan bahwa tipe
latihan fisik merupakan suatu significant latihan fisik yang lain, yaitu latihan
moderator bagi penurunan fungsi kognitif dengan beban (resistance training) juga
terkait dengan proses penuaan. Hal memberi manfaat pada kognitif. Cassilhas
tersebut dapat terjadi karena latihan fisik, mengemukakan bahwa 6 bulan latihan
terutama aerobic, memberikan pengaruh beban selama 3 kali seminggu dengan
yang besar pada kebugaran intensitas sedang dan tinggi memperbaiki
kardiorespiratori yang diasosiasikan memori dan pembentukan konsep verbal
dengan fungsi kognitif yang lebih efisien pada 62 lansia usia 65-75 tahun yang
(Bherer, Erickson, & Liu-Ambrose, 2013). hidup di masyarakat.
Hal ini juga diungkapkan oleh Nelson, et Dalam penelitian ini, dari 20 orang
al (2007) dalam Kirk-Sanchez & sampel perlakuan, 14 orang menunjukkan
McGough (2014) bahwa meningkatnya peningkatan nilai MMSE setelah
resiko hendaya kognitif memiliki diberikan latihan fisik selama 12 kali
keterkaitan dengan beberapa faktor resiko pertemuan. Ditinjau berdasarkan
kardiovaskuler, seperti hipertensi, komponen kognitif dalam instrument
dislipidemia, metabolic syndrome, MMSE, ditemukan bahwa 12 orang (85%)
diabetes yang tidak terkontrol, mengalami peningkatan pada komponen
hyperinsulinemia yang semuanya dapat memori, 9 orang (64%) pada komponen
dimodifikasi dengan meningkatkan atensi/ kalkulasi, 8 orang (57%) pada
aktivitas fisik. Lebih lanjut diungkapkan komponen orientasi, dan 5 orang (35%)
bahwa menurunnya faktor resiko pada komponen bahasa (pemahaman
kardiovaskuler dan meningkatnya tingkat instruksi). Berdasarkan data tersebut
kebugaran diasosiasikan dengan kesehatan terlihat bahwa latihan fisik memberikan
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 175

pengaruh pada perbaikan kemampuan ini memberikan pengaruh pada


kognitif, terutama pada fungsi mengingat peningkatan fungsi memori (Erickson et
(memori). Hasil ini sesuai dengan al, 2011 dalam Bherer, Erickson, & Liu-
penelitian Cassilhas dkk yang mendapati Ambrose, 2013). Mekanisme inilah yang
subyek penelitiannya juga mengalami mungkin terjadi pada kelompok perlakuan
perbaikan memori setelah dilakukan dalam penelitian ini.
latihan dengan pembebanan selama 6 Penelitian pada manusia
bulan. menggunakan brain imaging menemukan
Mekanisme peningkatan fungsi bahwa latihan fisik mempengaruhi
kognitif sebagai efek dari latihan fisik perubahan struktur dan fungsi otak secara
dapat dilihat sebagai efek biologis secara permanen. Colcombe et al. (2003)
langsung maupun tidak langsung. mengungkapkan bahwa peningkatan
Spirduso et al (2005) dalam Bherer, kebugaran kardiorespiratori yang
Erickson, & Liu-Ambrose (2013) dinyatakan dengan VO2 max berasosiasi
mengemukakan efek biologis tidak dengan penurunan hilangnya grey dan
langsung timbul karena latihan fisik white matter pada regio frontal, prefrontal,
memperbaiki kondisi kesehatan secara dan temporal akibat penuaan. Sedangkan
umum (menurunkan stress, meningkatkan Erickson et al. (2009), dengan
kualitas tidur) serta mengurangi resiko menggunakan MRI menemukan bahwa
penyakit kronis (mis. Penyakit jantung semakin tinggi tingkat kebugaran lansia
koroner) yang berdampak pada fungsi berasosiasi dengan volume hippocampus
neurokognitif. Sedangkan efek langsung kanan dan kiri yang lebih besar yang
latihan terhadap kognitif pada awalnya berdampak pada performa memori spasial
diketahui berdasarkan eksperimen dengan yang lebih baik (Bherer, Erickson, & Liu-
binatang. Lista dan Sorrentino (2010) Ambrose, 2013).
dalam Bherer, Erickson, & Liu-Ambrose Berdasarkan paparan di atas, dapat
(2013) mengemukakan mekanisme disimpulkan bahwa latihan fisik
biologis yang berhubungan dengan latihan memberikan pengaruh positif terhadap
fisik terjadi pada 2 level, yaitu fungsi kognitif karena memperbaiki factor
supramolekular dan molecular. Pada level resiko cardiovaskuler serta mempengaruhi
supramolekular latihan fisik memfasilitasi factor-faktor neurotropis yang keduanya
angiogenesis, yaitu munculnya pembuluh bertanggung jawab terhadap kesehatan
darah baru dari pembuluh darah yang otak dan mempengaruhi performa
telah ada, neurogenesis atau proliferasi sel kognitif.
neural pada hipokampus, dan
synaptogenesis, di mana neuron baru yang 3. Keterbatasan Penelitian
terbentuk mampu berintegrasi dengan Berdasarkan pelaksanaan
jaringan neural dan bekerja fungsional. penelitian yang telah dilakukan,
Selain itu, system neurotransmitter juga ditemukan beberapa hal yang
dimodulasi melalui latihan fisik. Studi menghambat atau mempengaruhi hasil
terakhir menunjukkan bahwa latihan fisik penelitian sehingga perlu dipertimbangkan
berpengaruh terhadap peningkatan volume dalam pelaksaan penelitian selanjutnya,
hippocampus melalui peningkatan BDNF. antara lain:
Adanya peningkatan volume hippocampus
176 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

a. Penggunaan instrumen MMSE subyek penelitian cukup dekat satu


untuk menilai kemampuan kognitif dengan yang lain diharapkan
pada sampel penelitian ini mereka dapat datang dan
tampaknya kurang tepat, karena berkumpul untuk melaksanakan
pemeriksaan ini menuntut kegiatan senam. Namun peneliti
kemampuan baca tulis serta kurang jeli mencermati bahwa
pengetahuan umum (mis. nama kelompok kontrol yang tinggal
propinsi, kabupaten/kota) yang lebih mendekati pusat
umumnya diperoleh melalui pemerintahan desa dan perkotaan
pendidikan. Sedangkan banyak dibandingkan dengan kelompok
lansia yang berada di wilayah perlakuan, lebih terpapar informasi
penelitian ini yang tidak pernah dan memiliki tingkat pendidikan
mengenyam pendidikan atau yang lebih baik sehingga
bersekolah. Selain itu, banyak di berpengaruh pada nilai MMSE.
antara lansia tersebut yang tidak d. Tempat yang kurang luas serta
memahami bahasa Indonesia cuaca yang sering hujan menjadi
dengan baik sedangkan instrumen kendala dalam pelaksanaan latihan
ini menggunakan bahasa Indonesia fisik (senam).
sebagai pengantarnya. Masalah
yang lain adalah pemahaman KESIMPULAN DAN SARAN
mengenai waktu yang berbeda. 1. Subjek penelitian ini sejumlah 40
Banyak lansia yang diwawancarai lansia, terdiri dari 20 orang
menggunakan kalender Jawa kelompok perlakuan dan 20 orang
sebagai penentu waktu sehingga kelompok kontrol dengan usia 50
mereka kebingungan saat harus – 73 tahun dan 95% perempuan.
menyebutkan waktu (tanggal, 2. Berdasarkan pemeriksaan dengan
bulan, tahun) dalam kalender MMSE, rata-rata nilai sebelum
nasional. diberikan perlakuan pada
b. Sulit mendapatkan sampel sesuai kelompok perlakuan 21.00 (SD =
kriteria inklusi yang direncanakan 4.995) dan kelompok kontrol
terkait dengan usia, karena lansia 24.30 (SD = 4.293). Setelah
yang berusia 60 tahun ke atas diberikan perlakuan rerata nilai
jumlahnya tidak terlalu besar. kelompok perlakuan menjadi
Selain itu, lansia pada usia ini 23.10 (SD = 3.463) sedangkan
banyak yang sudah tidak aktif dan kelompok kontrol 24.65 (SD =
menolak untuk berpartisipasi 4.004).
sebagai responden. Oleh karena 3. Berdasarkan analisis Paired t-test
itu, batas usia untuk sampel kelompok perlakuan pada tingkat
diturunkan menjadi 50 tahun. signifikansi α = 0.05 diperoleh t
c. Lokasi tempat tinggal menjadi statistik 2.492 > t tabel 2.093, nilai
pertimbangan dalam pemilihan p = 0.022 dengan r = 0.657,
kelompok kontrol dan perlakuan sehingga secara statistik
karena wilayah Desa Ngesrep ini disimpulkan bahwa terdapat
cukup luas. Jika tempat tinggal perbedaan yang bermakna pada
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 177

kemampuan kognitif lansia antara pemeriksaan dan hasil yang


sebelum dan setelah pemberian diperoleh.
latihan fisik, di mana latihan fisik 2. Perlu dilakukan survey awal
memberikan pengaruh yang kuat terhadap subyek yang akan diteliti
dan positif pada kemampuan sehingga penetapan kriteria serta
kognitif. Pada kelompok kontrol kelompok sampel dapat
diperoleh nilai p = 0.053 sehingga direncanakan secara tepat.
disimpulkan tidak terdapat 3. Perlu mempertimbangkan faktor-
perbedaan kemampuan kognitif faktor lain yang berpengaruh pada
sebelum dan sesudah perlakuan. pelaksanaan penelitian, seperti
4. Berdasarkan analisis Independent cuaca dan lokasi, terutama jika
t-test antara kelompok perlakuan penelitian dilaksanakan di luar
dan kontrol, diperoleh nilai p = ruangan.
0.031 sebelum perlakuan, yang
berarti terdapat perbedaan yang DAFTAR RUJUKAN
bermakna pada kemampuan Badan Perencanaan Pembangunan
kognitif kelompok kontrol dan Nasional., (2007). Jumlah Lansia
kelompok perlakuan, di mana 2025 Diproyeksikan 62,4 Juta
kelompok kontrol memiliki Jiwa. Jakarta, 12 November 2007.
kemampuan kognitif yang lebih Diakses 15 September 2011 dari
tinggi dibandingkan kelompok http://persreleaseforumjakartauntu
perlakuan. Setelah intervensi kperlindunganlansiadigelardibappe
latihan fisik diperoleh p = 0.198, nas_2008112314259_1064_0.pdf
yang berarti tidak terdapat Bherer, L., Erickson, K.I. & Liu-Ambrose,
perbedaan yang bermakna pada T. (2013). A Review of the Effects
kemampuan kognitif kelompok of Physical Activity and Exercise
perlakuan dan kontrol karena on Cognitive and Brain Functions
terdapat peningkatan nilai kognitif in Older Adults. Journal of Aging
pada kelompok perlakuan Research, vol 2013, article ID
sedangkan pada kelompok kontrol 657508.
relatif tidak banyak perubahan. http://dx.doi.org/10.1155/2013/657
5. Terdapat pengaruh latihan fisik 508. Diakses Oktober 25, 2016.
terhadap kemampuan kognitif Dari www.ncbi.nlm.nih.gov
lansia pada kelompok perlakuan. Dewi, S.Y., Danardi., Dharmono S.,
Heriawan, C., Aries, W., dan
Beberapa hal yang dapat Ariawan, I. (2007). Faktor-faktor
disarankan bagi penelitian selanjutnya yang berperan terhadap terjadinya
adalah: Depresi pada Pasien Geriatri yang
1. Pemilihan instrument yang di rawat du RS Dr. Cipto
digunakan dalam penelitian perlu Mangunkusumo. Dalam Cermin
mempertimbangkan juga Dunia Kedokteran Vol.34
karakteristik dari subyek yang no.3/156 Depresi Tahun 2007.
akan diteliti, karena hal ini akan Jakarta: Grup PT Kalbe Farma
berpengaruh terhadap pelaksanaan Tbk.
178 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

Mental Health Foundation. (2012).


Exercise and Mental Health.
Diakses 13 Maret, 2012, dari
http://www.mentalhealth.org.uk/he
lp-information/mental-health-a-
z/E/exercise-mental-health/
Myers, J.S. (2008). Factors Associated
with Changing Cognitive Function
in Older Adults: Implications for
Nursing Rehabilitation.
Rehabilitation Nursing; May/Jun
2008; 33, 3; ProQuest Medical
Library pg. 117. Diakses 22 Maret
2010 dari:
http://proquest.umi.com/pqdweb?
National Institute on Aging. (2015).
Assessing Cognitive Impairment in
Older Patients. A Quick Guide for
Primary Care Physicians. Diakses
Februari, 21, 2016. Dari
www.nia.nih.gov/alzheimers/publi
cation/assessing-cognitive-
impairment-older-adults.
Powers, S.K. & Howley, E.T. (2001).
Exercise Physiology – Theory and
Application to Fitness and
Performance (4th ed). New York:
McGraw Hill
Wan, M. & Wong, R.Y (2014). Benefits of
Exercise in The Elderly. CGS
Journal of CME, vol 4, issue 1,
2014. Diakses Oktober, 25, 2016.
Dari eurapa.biomedcentral.com
Wilmore, J.H., Costill, D.L. & Kenney,
W.L. (2008). Physiology of Sport
and Exercise (4th ed). Illinois:
Human Kinetics

You might also like