Professional Documents
Culture Documents
168
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 169
test kelompok perlakuan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada
kemampuan kognitif lansia antara sebelum dan setelah pemberian latihan fisik, di mana
latihan fisik memberikan pengaruh yang kuat dan positif pada kemampuan kognitif
lansia (α = 0.05, t = 2.492, p = 0.022, r = 0.657). Pada kelompok kontrol tidak
ditemukan perbedaan kemampuan kognitif pada pre dan post test (p = 0.053).
Berdasarkan analisis Independent t-test antara kelompok perlakuan dan kontrol,
diperoleh nilai p = 0.031 sebelum perlakuan, yang berarti terdapat perbedaan yang
bermakna pada kemampuan kognitif kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, di
mana kelompok kontrol memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok perlakuan. Setelah intervensi latihan fisik diperoleh p = 0.198, yang berarti
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kemampuan kognitif kelompok perlakuan
dan kontrol karena terdapat peningkatan nilai kognitif pada kelompok perlakuan
sedangkan pada kelompok kontrol relatif tidak banyak perubahan. Latihan fisik
memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan kognitif lansia sehingga perlu
dilakukan secara rutin dan diagendakan dalam kegiatan Posyandu Lansia di Desa
Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali.
Skor total berkisar antara 0-30 dengan perlakuan adalah 60.5 tahun, dan
interpretasi: (a) Skor 24-30 kelompok kontrol 59.78 tahun. Baik
diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif kelompok perlakuan maupun kontrol
normal, (b) Skor 18-23 berarti probable didominasi perempuan dengan jumlah
gangguan kognitif atau gangguan kognitif sampel laki-laki hanya 1 orang pada
ringan, (c) Skor 0-17 berarti definite masing-masing kelompok.
gangguan kognitif atau gangguan kognitif Skor rerata pre test MMSE pada
berat. kelompok kontrol lebih tinggi (24.30)
dibandingkan kelompok perlakuan
Data diolah menggunakan bantuan (21.00). Hal ini terjadi karena pemilihan
software SPSS 17.00 for windows. kelompok kontrol dan perlakuan
Pengujian hipotesis dalam kelompok mempertimbangkan lokasi tempat tinggal
(perlakuan dan kontrol) menggunakan subyek penelitian untuk mempermudah
dependent t-test sedangkan antar dalam pelaksanaan perlakuan senam.
kelompok menggunakan independent t- Sebagian besar subyek pada kelompok
test. kontrol tinggal di wilayah yang dekat
dengan pusat pemerintahan desa dengan
HASIL PENELITIAN akses fasilitas dan informasi yang lebih
mudah dijangkau dibandingkan dengan
Tabel 1 kelompok perlakuan. Tingkat pendidikan
Karakteristik Sampel Penelitian pada kelompok kontrol pun lebih baik
Karakteristik Perlakuan Kontrol dibandingkan pada kelompok perlakuan.
(n=20) (n=20) Hal ini rupanya berdampak pada nilai
Usia: yang lebih baik saat pre test dengan
Minimal 50 th 50 th
instrumen MMSE.
Maksimal 70 th 73 th
Rerata 60.5 th 59.78 th Berdasarkan pemeriksaan MMSE
SD 6.152 6.151 pasca perlakuan, terdapat perubahan nilai
Jenis kelamin: pada kelompok perlakuan. Rata-rata nilai
Perempuan 19 19 MMSE yang diperoleh setelah diberikan
Laki-laki 1 1 perlakuan adalah 23.10 dengan nilai
Skor pre test MMSE: terendah 16 dan nilai tertinggi adalah 28.
Minimal 12 13
Dibandingkan nilai MMSE rata-rata
Maksimal 30 29
Rerata 21.00 24.30 sebelum perlakuan, terjadi peningkatan
SD 4.995 4.293 nilai sebesar 2.10 poin. Sebanyak 14
Skor post test MMSE: (70%) sampel dari kelompok perlakuan
Minimal 16 13 mengalami peningkatan nilai MMSE,
Maksimal 28 29 sedangkan 4 orang (20%) nilainya tetap
Rerata 23.10 24.65
setelah menerima perlakuan senam dan 2
SD 3.463 4.004
(10%) sampel mengalami penurunan nilai
Berdasarkan tabel di atas, dapat MMSE setelah diberikan perlakuan.
dilihat bahwa karakteristik sampel Pada kelompok kontrol, dilakukan
menurut usia dan jenis kelamin antara tes MMSE kembali setelah jeda selama 6
kelompok perlakuan dan kontrol relatif minggu. Tidak banyak perubahan yang
sama, di mana rerata usia kelompok terjadi pada nilai MMSE yang kedua
172 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240
fungsi eksekutif . Penelitian meta analisis otak dan kemampuan kognitif yang lebih
lain yang melibatkan 30 randomized baik pada lansia, meskipun belum jelas
controlled trial pada lansia dengan diketahui apakah hal tersebut karena
dimensia atau hendaya kognitif ringan latihan fisik memediasi factor resiko
menunjukkan bahwa latihan aerobic kardiovaskuler yang berhubungan dengan
memperbaiki tingkat kebugaran, fungsi kognitif, ataukah karena peran latihan
fisik, dan kognitif (Heyn, Abreau, & fisik dalam neuroplastisitas (Kirk-Sanchez
Ottenbacher, 2004 dalam Wan & Wong, & McGough, 2014).
2014). Hal ini dimungkinkan karena Penelitian ini menggunakan modul
latihan fisik meningkatkan ekspresi gen latihan fisik yang tidak hanya terdiri dari
dan faktor-faktor yang mempengaruhi latihan aerobic, tetapi menggabungkan
neuroplastisitas, seperti brain-derived komponen aerobic dengan latihan
neurotrophic factor (BDNF) dan insulin- fleksibilitas dan pembebanan. Hasil
like growth factor 1 (IGF-1) (Wan & penelitian menunjukkan bahwa gabungan
Wong, 2014). model latihan ini memberikan dampak
Suatu artikel literature review yang positif terhadap peningkatan
yang melihat efek latihan fisik pada kemampuan kognitif yang diperiksa
kognitif dan fungsi otak lansia dengan instrument MMSE. Hal ini sesuai
mengemukakan kesimpulan yang sama, dengan hasil penelitian Cassilhas dkk
baik dari penelitian cross-sectional, studi (dalam Bherer, Erickson, & Liu-Ambrose,
longitudinal, maupun eksperimen, bahwa 2013) yang menunjukkan bahwa tipe
latihan fisik merupakan suatu significant latihan fisik yang lain, yaitu latihan
moderator bagi penurunan fungsi kognitif dengan beban (resistance training) juga
terkait dengan proses penuaan. Hal memberi manfaat pada kognitif. Cassilhas
tersebut dapat terjadi karena latihan fisik, mengemukakan bahwa 6 bulan latihan
terutama aerobic, memberikan pengaruh beban selama 3 kali seminggu dengan
yang besar pada kebugaran intensitas sedang dan tinggi memperbaiki
kardiorespiratori yang diasosiasikan memori dan pembentukan konsep verbal
dengan fungsi kognitif yang lebih efisien pada 62 lansia usia 65-75 tahun yang
(Bherer, Erickson, & Liu-Ambrose, 2013). hidup di masyarakat.
Hal ini juga diungkapkan oleh Nelson, et Dalam penelitian ini, dari 20 orang
al (2007) dalam Kirk-Sanchez & sampel perlakuan, 14 orang menunjukkan
McGough (2014) bahwa meningkatnya peningkatan nilai MMSE setelah
resiko hendaya kognitif memiliki diberikan latihan fisik selama 12 kali
keterkaitan dengan beberapa faktor resiko pertemuan. Ditinjau berdasarkan
kardiovaskuler, seperti hipertensi, komponen kognitif dalam instrument
dislipidemia, metabolic syndrome, MMSE, ditemukan bahwa 12 orang (85%)
diabetes yang tidak terkontrol, mengalami peningkatan pada komponen
hyperinsulinemia yang semuanya dapat memori, 9 orang (64%) pada komponen
dimodifikasi dengan meningkatkan atensi/ kalkulasi, 8 orang (57%) pada
aktivitas fisik. Lebih lanjut diungkapkan komponen orientasi, dan 5 orang (35%)
bahwa menurunnya faktor resiko pada komponen bahasa (pemahaman
kardiovaskuler dan meningkatnya tingkat instruksi). Berdasarkan data tersebut
kebugaran diasosiasikan dengan kesehatan terlihat bahwa latihan fisik memberikan
Andreany Kusumowardani, Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kemampuan 175