Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Depression is the most mental disorder occurss in elderly. Previous research have investigated how
vulnerable is depression within symptoms of mild to moderate between 50% -75%. Symptoms of
depression were not treated promptly influencing of quality of life expectancy and physical function.
For families who lived with elderly depressive symptoms had to fight in maintaining their health. The
aim of the study was to identify the correlation of family communication patterns at the depression level
among elderly people. This study method employed a quantitative correlation approach. Seventy-seven
elderly people participated in this study that collects in purposive sampling. Questionnaires were
applied to collect data of demographic, family communication pattern and depression level. Data were
analyzed by Spearman’s rho. The results of study showed that most of elders, men were more
susceptible to mild depression level. There is a significant correlation of family communication patterns
at depression levels among elderly people. Depression level in elderly people affected by dysfunctional
family communication patterns. The further study recommended emotional change’s assessment to
detect early depression sign among elderly people.
Keywords: Depression, Elderly People, Family Communication Pattern
ABSTRAK
Depresi merupakan ganguan mental yang sangat rentan terjadi pada usia lanjut. Data penelitian
memperlihatkan gejala depresi ringan sampai sedang antara 50%-75%. Gejala depresi yang tidak
ditangani segera mempengaruhi kualitas harapan hidup dan kemunduran fisik. Penerapan pola
komunikasi yang baik antara keluarga dan lansia akan memperkecil dampak buruk dari depresi..
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi korelasi antara pola komunikasi keluarga
dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Kota Jambi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan korelasi. Tujuh puluh tujuh orang yang berusia lebih dari 60 tahun terlibat dalam
penelitian yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner
tentang data demografi, pola komunikasi keluarga dan tingkat depresi lansia. Uji korelasi Spearman’s
rho diaplikasikan untuk menganalisa ada tidaknya hubungan antara kedua variabel, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dari analisis diketahui bahwa sebagian besar laki-
laki yang telah berusia lanjut lebih rentan mengalami gejala depresi tingkat ringan. Terdapat korelasi
antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi usia lanjut. Tingkat depresi pada usia lanjut
dipengaruhi adanya pola komunikasi disfungsional dalam keluarga yang tinggal dengan usia lanjut.
Oleh karenanya, perlu dilakukan pengkajian perubahan emosional pada usia lanjut untuk mendeteksi
gelaja awal depresi.
Kopertis Wilayah X 97
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola… Journal Endurance 2(1) February 2017
Kopertis Wilayah X 98
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola… Journal Endurance 2(1) February 2017
Kopertis Wilayah X 99
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola… Journal Endurance 2(1) February 2017
dan instruksi dari pesan (Friedman, Vicky Tingkat Depresi Pada Lansia. Skala
& Elaine, 2010). Salah satu faktor utama depresi geriatrik Yesavage (1983)
yang menyebabkan terjadinya pola digunakan sebagai alat skrining untuk
komunikasi disfungsional adalah megukur tingkat depresi pada lansia dalam
terdapatnya rasa harga diri yang rendah tahap penelitian ini. Hasil penelitian
pada keluarga dan anggotanya sehingga menunjukkan bahwa responden yang
dapat menyebabkan kesalahpahaman dan mengalami depresi lebih banyak daripada
emosi yang diluapkan baik oleh lansia yang tidak mengalami gejala depresi.
maupun anggota keluarga lainnya (Saputri Berdasarkan penelitian (Prascika, 2016)
& Indrawati, 2011). diketahui bahwa adanya perbedaan tingkat
Hasil penelitian ini berbeda dengan depresi terjadi karena lansia mengalami
penelitian oleh (de Almeida & Ciosak, suatu kegagalan untuk mempertahankan
2013) menjelaskan bahwa tipe komunikasi keseimbangan terhadap kondisi stres
keluarga yang bersifat fungsional sangat fisiologis dari proses menua.
menunjang terbentuknya interaksi yang Sebagian besar lansia dalam
terbuka antar anggota keluarga sehingga penelitian ini mengalami depresi pada
mendorong pertumbuhan dan berubah bila tingkat ringan daripada depresi berat, yang
kebutuhan-kebutuhan lansia muncul. Salah ditandai dengan gejala adanya perasaan
satu bentuk support system utama bagi khawatir dengan masa depan (67.5%),
lansia dalam mempertahankan dan merasa tidak berharga dan tidak adanya
meningkatkan status mental lansia sehingga harapan dalam hidup (58,8%) serta adanya
lebih mudah dicapai dengan terlaksananya lansia yang berfikir keadaanya saat ini
jenis pola komunikasi keluarga fungsional kurang menyenangkan dan orang lain lebih
(Sari, 2013) baik keadaanya daripada keadaanya sendiri
Menurut hasil analisis dalam (51.9%). Hal ini disebabkan lansia masih
penelitian ini juga diketahui bahwa hanya tinggal bersama dengan keluarganya
sebagian kecil keluarga yang menerapkan sehingga lansia masih diperhatikan oleh
pola komunikasi fungsional, hal ini terjadi keluarganya. Gejala depresi ini cenderung
disaat keluarga selalu mendengarkan timbul terutama bagi lansia laki-laki tidak
dengan baik keluh kesah dari masalah yang memiliki pekerjaan meskipun pemenuhan
sedang dialami lansia dan menanggapi kebutuhan sehari-hari tetap dilakukan oleh
cerita atau pertanyaan yang disampaikan anggota keluarga.
lansia. Namun, kondisi inilah yang Munculnya gejala depresi diantara
membuktikan bahwa dalam keluarga lansia lansia tersebut dapat dipengaruhi oleh
tersebut terdapat interaksi yang sehat mekanisme koping pada usia lanjut yaitu
sehingga keluarga tidak mengalami kendala faktor-faktor usia, jenis kelamin, jenis
yang berarti untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan, tingkat pendidikan dan
dan fungsi-fungsi kesehatan yang umum dukungan keluarga. Hal ini sesuai dengan
bagi lansia (Noorafshan, Jowkar, & hasil penelitian oleh (Agus, Wwpsr, Ratep,
Hosseini, 2013). & Westa, 2014).
Mengingat banyaknya persoalan Penelitian lainnya oleh (Prasitthipab,
hidup yang dihadapi oleh lansia yang 2008) sejalan dengan hasil penelitian ini
terlibat penelitian pada proses menua dapat menunjukkan bahwa lansia rentan
meningkatkan sensitivitas emosional lansia menderita depresi dengan gejala ringan
tersebut (Stunkard, 2009). Oleh sebab itu daripada gejala depresi yang lebih berat.
pentingnya penerapan pola komunikasi Penyebab depresi pada lansia merupakan
yang baik akan memberikan kontribusi perpaduan interaksi yang unik dari
yang baik antara keluarga dan lansia dalam berkurangnya interaksi sosial, kesepian,
menyelesaikan masalah. perasaan rendah diri karena penurunan
kemampuan diri dan penurunan fungsi perkawinan bercerai atau berpisah terutama
tubuh (Basuki, 2015). bagi subjek lansia yang tinggal di
Penelitian lainnya yang mendukung komunitas dari pada yang tinggal di panti
yaitu penelitian dari (Supriani, werdha.
Pascasarjana, & Maret, 2011) menyatakan Dari hasil penelitian ini didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat faktor gambaran bahwa sebagian besar lansia
internal dan eksternal dengan tingkat yang mengalami depresi bertempat tinggal
depresi pada lansia. Dalam internal, faktor bersama keluarganya. Menurut penelitian
usia terutama bagi seseorang laki-laki yang sebelumnya (Ikasi & Hasanah, 2010)
berusia lebih dari 60 tahun yang tinggal melaporkan bahwa lansia dengan dukungan
bersama anggota keluarga di komunitas keluarga yang tinggi akan merasakan
lebih berisiko tiga kali lebih besar kenyamanan dan menimbulkan perasaan
mengalami depresi skala sedang-ringan bahagia dalam hidupnya. Sejalan dengan
(Keperawatan, Studi, & Keperawatan, penelitian (Menjaga & Mentalnya, n.d.).
2012) Dalam penelitian (Irawan, 2013) juga
Hal yang berbeda dilaporkan dalam menjelaskan bahwa keberadaan dukungan
penelitian (Peneliti, 2016) bahwa sebagian dari anggota keluarga lainnya dalam satu
penderita depresi kronik terjadi pada rumah yang diberikan kepada lansia dapat
perempuan bila dibandingkan dengan laki- menurunkan resiko terjadinya depresi.
laki karena wanita memiliki lebih banyak Hal berbeda yang diperoleh dalam
aktifitas yang memicu timbulnya stres. penelitian (Indonesia, Nauli, Keperawatan,
Hasil analisis penelitian ini juga Magister, & Keperawatan, 2011) bahwa
menjelaskan mengenai tingkat depresi bagi tidak terdapat perbedaan yang signiikan
mayoritas lansia yang mengalami depresi antara tingkat depresi lansia pada lansia
didominasi pada usia prasenium (Tabel.1). yang memiliki keluarga dengan lansia yang
Hasil penelitian ini berbeda dengan tidak memiliki keluarga. Hal ini didukung
penelitian yang dilakukan (Supriani et al., oleh penelitian sebelumnya yang
2011) dimana gejala depresi pada lansia melaporkan bahwa prevalensi kejadian
prevalensinya meningkat seiring depresi akan meningkat diantara orang
bertambahnya umur lansia. Lansia yang yang berusia lanjut yang tinggal sendiri
berumur 65 tahun keatas cenderung (Publikasi et al., 2014).
mengalami depresi daripada yang berumur
kurang dari 65 tahun (Adinegara, Puspita, Hubungan pola komunikasi
Kp, Sc, & Keluarga, n.d.). Hal demikian keluarga dengan tingkat depresi pada
menggambarkan tingkat depresi lansia usia lanjut. Dalam penelitian ini diketahui
dipengaruhi dari perspektif umur. bahwa terdapat hubungan yang bermakna
Pada penelitian ini beberapa lansia antara variabel pola komunikasi keluarga
juga terlihat menderita depresi tingkat berat dengan tingkat depresi pada usia lanjut
masih jauh lebih rendah jumlahnya (Tabel.2). Hal ini berarti bahwa semakin
dibandingkan dengan tingkat depresi ringan sering penerapan pola komunikasi keluarga
(Tabel.1), walaupun begitu tidak tertutup disfungsional yang ada di dalam keluarga
kemungkinan bahwa depresi ringan akan lansia maka akan meningkatkan tingkat
berkembang menjadi depresi berat jika depresi pada lansia tersebut.
keadaan ini tidak segera ditangani. Beragamnya gambaran masalah yang
Penelitian yang dilakukan (Publikasi, dihadapi oleh lansia selama proses menua
Handayani, Studi, & Keperawatan, 2014) dapat meningkatkan sensivitas emosional
menjelaskan bahwa pada umumnya seseorang, sering merasa tidak berguna,
gangguan depresi berat terjadi paling sering sering marah dan tidak sabaran, merasa
pada orang yang tidak memiliki hubungan kehilangan peran dalam keluarga, mudah
interpersonal yang erat yakni status tersinggung, dan merasa tidak berdaya
(Annis, 2014). Oleh karena itu komunikasi kelamin, status perkawinan, aktifitas fisik,
mempengaruhi cara keluarga dalam jenis penyakit kronis yang diderita lansia
memenuhi kebutuhan kesehatan mental dan bentuk dukungan sosial yang diterima
terutama bagi lansia yang menderita oleh lansia.
depresi (Sari, 2013). Berdasarkan analisa diatas dapat
Komunikasi sangat penting bagi diasumsikan bahwa tingkat depresi lansia
kedekatan keluarga, mengenal masalah, memiliki penyebab yang multi faktor yang
memberi respon terhadap peran-peran non- harus dipahami bagi keluarga (Noorafshan
verbal dan mengenal masalah pada tiap et al., 2013). Namun, dari penelitian ini
individu (Ekowati, 2011). Komunikasi membuktikan bahwa terdapat adanya
yang sehat adalah komunikasi yang jelas korelasi yang bermakna penerapan pola
dan kemampuan mendengar satu sama lain komunikasi keluarga dengan tingkat
(Prasitthipab, 2008). depresi pada usia lanjut. Adapun pola
Penelitian oleh (Noorafshan et al., komunikasi yang disfungsional merupakan
2013) menggambarkan bahwa jenis pola faktor yang paling dominan behubungan
komunikasi yang dijalankan oleh keluarga dengan kejadian depresi pada lansia di Kota
akan mempengaruhi kejadian depresi pada Jambi. Dalam hal ini sudah selayaknya
lansia. Dalam penelitian sejenis lainnnya menjadi perhatian bagi keluarga terhadap
dinyatakan bahwa adanya pola komunikasi semua hal sebagai penyebab lansia
keluarga yang baik di harapkan dapat mengalami depresi dapat didiskusikan
membentuk suatu proses perawatan yang bersama dengan lansia melalui komunikasi
baik dari keluarga untuk membimbing terbuka dalam keluarga (“jurnal
lansia memenuhi kebutuhan kesehatannya lansia Januari 2015,” n.d.).
(Zarnaghash, Zarnaghash, & Zarnaghash, Penelitian ini diharapkan perlu untuk
2013). Dengan demikian terlihat jelas meningkatkan peran perawat agar lebih
adanya interaksi keluarga dengan lansia sering melakukan interaksi dengan
menjadi faktor penting dalam keluarga seperti memberikan pendidikan
meningkatkan kemandirian aktifitas lansia kesehatan dan saran kepada keluarga baik
sehari-hari di dalam atau luar rumah melalui penyuluhan ataupun pada saat
(Annis, 2014). kunjungan pasien ke puskesmas. Perawat
Komunikasi dapat diartikan sebagai juga dapat memberikan contoh cara
suatu proses sosial yang mengakibatkan membentuk pola komunikasi dengan
terjadinya hubungan antara manusia atau keluarga secara terbuka seperti saat
interaksi yang dapat menguatkan sikap dan memberikan pengarahan untuk keluarga.
tingkah laku orang lain serta mengubah Hal ini bertujuan agar keluarga mampu
sikap dan tingkah laku tersebut (Touhy & lebih memperhatikan gejala-gejala adanya
Jett, 2012). Bagi lansia, komunikasi yang gangguan emosional pada lansia. Dengan
baik sangat diperlukan sebagai salah satu demikian adanya hubungan komunikasi
indikator sistem pendukung keluarga pada yang fungsional bertujuan agar lansia dapat
lansia dalam menghadapi depresi (Menjaga terhindar dari timbulnya gejala depresi
& Mentalnya, n.d.). berat yang nantinya dapat berlanjut buruk
Berbeda dengan hasil penelitian (Inta terhadap kesehatan lansia.
Mahfiroh, Titan Ligita, 2013) yang
menggambarkan bahwa tidak ada SIMPULAN
hubungan yang bermakna antara pola Penyebab depresi pada lanjut usia
komunikasi keluarga dengan tingkat terkait dengan beberapa faktor. Pola
depresi pada lansia di kelurahan Pdang komunikasi keluarga menunjukkan korelasi
Bulan Medan. Menurut (Zulfitri, 2011) yang bermakna dengan tingkat depresi bagi
diketahui bahwa tingkat depresi lansia populasi usia lanjut. Pola komunikasi
dipengaruhi faktor-faktor lain seperti jenis keluarga bisa terjadi secara fungsional dan