You are on page 1of 7

Mahakam Nursing Journal Vol 2, No.

4, November 2018 : 159-165 ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN


TINGKAT KECEMASAN KELUARGA

Rina Loriana1), Hilda2)


1), 2)
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Jl. Wolter Monginsidi No.38 Samarinda
rina.lorianapoltekkes@gmail.com

ABSTRACT

Objective: This study aims to determine the relationship between therapeutic communication of
nurses and the emotional level of patients in the ICU Hospital A.M. Parikesit Tenggarong.
Method: this study is a reporting study with a cross sectional study approach. Determination of
samples based on inclusion criteria until the minimum number of samples is met, using Purposive
sampling. The sample opened 53 people. Instrument in the form of a questionnaire sheet about the
implementation of nurse communication and clear family level. Academic level questionnaire with
standard Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Data were analyzed using chi square.
Results: From the results of the study obtained p = 0.035, it can be concluded that there is a
relationship between therapeutic communication of nurses with problems related to ICU AM
Parikesit Tenggarong Hospital ICU, Odss Ratio (OR) = 3.974, meaning nurses whose therapeutic
communication is not good, has 4 times chance to form a patient's family while having a
relationship with a nurse who has good therapeutic communication. Conclusion: There is a
therapeutic communication relationship between nurses and problems related to the ICU Hospital of
A.M Parikesit Tenggarong Hospital.

Keywords: Anxiety, Therapeutic Communication, Nurses

ABSTRAK

Purpose: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat
dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD A.M. Parikesit
Tenggarong.
Methods: Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional study .
Penentuan sampel berdasarkan kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi,
menggunakan Purposive sampling. Sampel berjumlah 53 orang. Instrumen berupa lembar kuesioner
tentang pelaksanaan komunikasi perawat dan tingkat kecemasan keluarga. Kuesioner tingkat
kecemasan keluarga diukur dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) yang sudah baku.
Data dianalisis menggunakan uji chi square.
Results: Dari hasil penelitian didapatkan nilai p = 0,035 maka dapat disimpulkan ada hubungan
bermakna komunikasi terapeutik perawat dengan kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang
ICU RSUD A.M Parikesit Tenggarong, nilai Odss Ratio (OR) = 3,974, artinya perawat yang
komunikasi terapeutiknya kurang baik, berpeluang 4 kali untuk menyebabkan keluarga pasien
mengalami kecemasan sedang jika dibandingkan dengan perawat yang melakukan komunikasi
terapeutiknya baik.
Conclusions: Ada hubungan bermakna komunikasi terapeutik perawat dengan kecemasan keluarga
pasien yang dirawat diruang ICU RSUD A.M Parikesit Tenggarong.

Kata Kunci: Kecemasan, Komunikasi terapeutik, Perawat

159
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 4, November 2018 : 159-165

PENDAHULUAN membangun dukungan bagi pasien dan


Komunikasi dapat mempengaruhi sikap, mereka sering terlihat kesulitan bekerjasama
persepsi, kesadaran, pengetahuan dan norma dengan perawat.
sosial, yang semuanya berperan sebagai Hasil penelitian yang dilakukan
prekursor pada perubahan perilaku (Bensley Indriyadi (2002) di ruang rawat intensif RS
& Fisher, 2003). penelitian Studdert, (2004) Dr. Kariadi Semarang, 33% pasien
dalam Cahyono (2008), yang menyimpulkan mengalami kecemasan ringan, 37%
bahwa penggunaan komunikasi yang tidak kecemasan sedang, dan 30% mengalami
tepat dapat menimbulkan masalah. Sejumlah kecemasan berat, serta penelitian yang
persoalan dalam praktik keperawatan terjadi dilakukan Siswanto (2013) di RSUD
karena kurangnya pendekatan terhadap pasien Sumbawa terhadap 42 responden, 83,3%
secara manusiawi. mengalami kecemasan sedang, 4,8%
Komunikasi terapeutik merupakan mengalami kecemasan berat, dan sebanyak
komunikasi yang direncanakan secara sadar, 11,9% mengalami kecemasan ringan.
memiliki tujuan, dan kegiatan dipusatkan Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan
untuk kesembuhan pasien (Supriyanto & komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
Emawaty, 2010). Perawat yang memiliki kecemasan keluarga pasien yang dirawat di
kemampuan berkomunikasi secara terapeutik ruang ICU RSUD A.M. Parikesit
tidak hanya akan mudah menjalin hubungan Tenggarong.
rasa percaya dengan pasien, tetapi juga
mencegah terjadinya masalah ilegal, METODE PENELITIAN
memberikan kepuasan profesional dalam Penelitian ini merupakan korelasi
pelayanan keperawatan, dan meningkatkan dengan pendekatan cross sectional study.
citra profesi keperawatan, serta citra rumah Penelitian dilaksanakan di ruang ICU RSUD
sakit (Achir Yani, 1996 dalam Nasir, dkk A.M. Parikesit Tenggarong. pada bulan Maret
(2009). 2014
Pasien bersama keluarganya yang Besar sampel ditentukan dengan cara
masuk rumah sakit akan mengalami perasaan mengambil semua anggota populasi menjadi
cemas terutama pasien yang dirawat di ruang sampel sesuai kriteria inklusi
Intensive Care Unit (ICU). Keluarga akan menggunakan Purposive sampling, sampel
mengalami ansietas dan disorganisasi sebanyak 53 orang.
perasaan ketika anggota keluarganya dirawat Insterumen yang digunakan untuk mengukur
dengan penyakit kritis atau terminal, ini kecemasana keluarga pasien adalah Instrumen
disebabkan mereka tidak mampu untuk berupa lembar kuesioner tentang pelaksanaan

160
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 4, November 2018 : 159-165
komunikasi perawat dan tingkat kecemasan Hasil analisa hubungan komunikasi terapeutik
keluarga. Kuesioner tingkat kecemasan akan perawat dengan kecemasan keluarga pasien
diukur dengan Hamilton Rating Scale For yang dirawat di ruang ICU RSUD A.M
Anxiety (HRS-A) yang sudah baku, Parikesit Tenggarong menunjukan bahwa
sedangkan komunikasi terapeutik di desain sebagian besar 54,7% perawat berkomunikasi
oleh peneliti sendiri. Data dianalisis terapeutik kurang baik dengan tingkat
menggunakan uji chi square dengan taraf kecemasan keluarga pasien sebagian besar
signifikan α 0,05. (62,1%) mengalami kecemasan sedang ,
37,9% mengalami kecemasan ringan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian kecil (45,3%) perawat
Tabel 1 Karakteristik Responden berkomunikasi terapeutik baik dengan

No. Karakteristik
Responden kecemasan keluarga pasien sebagian besar
n %
1. Jenis Kelamin (70,8%) mengalami kecemasan ringan, 29,2%
Laki-laki 22 41,5
Perempuan 31 58,5 mengalami kecemasan sedang.
2. Umur (Tahun)
Hasil uji statistik menunjukan diperoleh nilai
18-35 19 35,8
36-55 34 64,2 p = 0,035 maka dapat disimpulkan ada
3. Pendidikan Terakhir
Tidak tamat SD 4 7,5 hubungan bermakna komunikasi terapeutik
SD 4 7,5
SMP 15 28,3 perawat dengan kecemasan keluarga pasien
SMA 28 52,9
Perguruan Tinggi 2 3,8 yang dirawat di ruang ICU RSUD A.M
4. Pekerjaan
Parikesit Tenggarong. Dari analisis diatas
Tidak Bekerja 1 1,9
Swasta 16 30,2 diperoleh pula nilai Odss Ratio (OR) = 3,974,
Wiraswasta 12 22,6
PNS/TNI/Polri 22 41,5 artinya perawat yang komunikasi
pensiunan 2 3,8
Sumber: Analisis data primer, 2014 terapeutiknya kurang baik, berpeluang 4 kali
Tabel 2 Distribusi Silang Hubungan untuk menyebabkan keluarga pasien
Komunikasi Terapeutik perawat dengan mengalami kecemasan sedang jika
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Yang dibandingkan dengan perawat yang
Dirawat di Ruang ICU RSUD A.M Parikesit melakukan komunikasi terapeutiknya baik.
Tenggarong Tahun 2014 Hasil Penelitian menunjukkan ada
Kecemasan keluarga OR P hubungan bermakna komunikasi terapeutik
Variabel pasien % Value
Sedang Ringan CI perawat dengan kecemasan keluarga pasien
Komunikasi yang dirawat di ruang ICU RSUD A.M
terapeutik N % N %
perawat 3,97 0,035 Parikesit Tenggarong (p = 0.035 < 0,05). Dari
Kurang baik 18 62.1 11 37,9 8
Baik 7 29,2 17 70,8
hasil analisis diatas diperoleh pula nilai Odds
Jumlah 25 47,2 28 52.8 Rastio (OR) = 3,974, artinya perawat yang
Sumber : Analisis data primer, 2016
komunikasi terapeutiknya kurang baik,
161
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 4, November 2018 : 159-165
berpeluang 4 kali untuk menyebabkan oleh keluarga tentang tindakan pengobatan
keluarga pasien mengalami kecemasan yang harus diberikan kepada pasien. Hasil
sedang jika dibandingkan dengan perawat penelitian tersebut menunjukan masih kurang
yang melakukan komunikasi terapeutiknya baiknya komunikasi antara perawat dengan
baik. keluarga pasien sehingga akan menimbulkan
Penelitian yang dilakukan Sriseriti masalah tersendiri yang dihadapi oleh
(2008) yang mendapatkan bahwa komunikasi keluarga pasien, yaitu kecemasan. Hal ini
terapeutik perawat buruk 18 responden (60%) terbukti dari hasil penelitian ini dimana
dan komunikasi terapeutik perawat baik 12 sebagian besar (52,8%) keluarga pasien
responden (40%). Hasil ini menurut analis mengalami kecemasan ringan akibat
peneliti menunjukan bahwa lebih dari separuh keluarganya dirawat di ruang ICU dan
pasien belum puas dengan komunikasi yang (47,2%) mengalami kecemasan sedang.
terapeutik yang dilakukan oleh perawat. Hal tersebut dapat dipahami karena
Keluarga pasien masih berpersepsi betapa banyaknya informasi yang diberikan,
negatif terhadap komunikasi terapeutik yang bahasa yang terkadang asing bagi mereka dan
dilakukan perawat. Hasil penelitian banyak tenaga kesehatan yang terlibat. Dalam
Nurfaidah(2008) menunjukan ada hubungan penelitian Achiryani (dalam Darsana,2010)
negatif yang signifikan antara persepsi pasien mendapatkan bahwa jumlah informasi yang
dan keluarganya terhadap komunikasi diberikan oleh tenaga kesehatan termasuk
terapeutik perawat dengan kecemasan pada perawat kepada pasien dan keluarganya rata-
pasien dan keluarganya. Semakin positif rata 18 jenis informasi untuk diingat, ternyata
persepsi pasien dan keluarganya terhadap mampu mengingat hanya 31%. Andrew
komunikasi terapeutik perawat, semakin (2006) menemukan bahwa lebih dari 60%
rendah tingkat kecemasannya. Menurut yang diwawancarai setelah bertemu dengan
analisa peneliti, hasil penelitian tersebut dokter dan perawat salah mengerti tentang
membuktikan bahwa komunikasi yang instruksi yang diberikan kepada mereka.
dilakukan perawat bisa menjadi sarana terapi Kondisi saat ini akan meningkatkan
jika dilakukan dengan baik dan benar. kebingungan pasien dan keluarganya
Sebaliknya jika dilakukan dengan tidak baik sehingga pada akhirnya menimbulkan
dan benar justru akan meningkatkan kecemasan.
kecemasan pasien. Hasil penelitian di atas konsisten
Penelitian Nelson,dkk (2007) bahwa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
keluarga dan pasien yang mengalami sakit para peneliti sebelumnya yang menyimpulkan
kritis yang kurang mendapatkan informasi ada hubungan bermakna antara komunikasi
yang lengkap untuk pengambilan keputusan terapeutik perawat dengan kecemasan pasien
162
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 4, November 2018 : 159-165
dan kelurganya. Penelitian Yuliastuti (2011) pelayanan medik) membuat prosedur tetap
menyimpulkan ada hubungan antara atau Standar Operating prosedur (SOP)
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat tentang penggunaan salam sapa yang berisi
kecemasan pasien saat pemasangan infus di tentang komunikasi terapeutik dirumah sakit
UGD RSI A Yani Surabaya. Penelitian dalam memberikan pelayanan pada pasien.
Setiawan dan Tanjung (2005) yang Salam sapa dilakukan bila menerima pasien
melakukan penelitian quasi eksperimen baru, salam sapa terhadap sesama profesi dan
menunjukan bahwa komunikasi terapeutik salam sapa terhadap profesi yang lain. Kepala
berpengaruh dalam penurunan tingkat Bidang Keperawatan dan Komite
kecemasan pasien dan keluarganya yang akan keperawatan melakukan pengawasan terhadap
dilakukan tindakan operasi. pelaksanaan SOP/Protap komunikasi
Konsistensi hasil penelitian di atas, terapeutik tersebut.
menurut analisis peneliti menunjukan bahwa
komunikasi terapeutik baik dan benar yang SIMPULAN
dilakukan perawat dapat berguna untuk Terdapat hubungan bermakna
menurunkan tingkat kecemasan pasien dan komunikasi terapeutik perawat dengan
kelurganya. Apalagi keluarga pasien yang kecemasan keluarga pasien yang dirawat
salah anggota keluarganya sedang sakit kritis. diruang ICU RSUD A.M Parikesit
Ketika salah satu anggota keluarga sakit dan Tenggarong. Dengan OR 3,974 artinya
dirawat dirumah sakit, maka keluarga tersebut perawat yang komunikasinya kurang baik
masuk dalam situasi krisis, maka gangguan berpeluang 4 kali menyebabkan keluarga
mental emosional akan mudah terjadi, salah pasien mengalami kecemasan sedang.
satunya adalah kecemasan. Kecemasan ini
dapat dikurangi dengan membangun UCAPAN TERIMA KASIH
hubungan yang baik melalui komunikasi 1. Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim
terapeutik. yang telah memberi dukungan dalam
Apapun fenomena yang terjadi penelitian ini
terhadap kecemasan keluarga pasien akibat 2. Direktur, Kepala Ruangan ICU RSUD
salah satu anggota keluarganya yang sakit dan A.M Parikesit Tenggarong beserta jajaran
dirawat di ruang ICU, perhatian perawat yang telah memberi kesempatan dan izin
terhadap kemampuan dan pelaksanaan dalam penelitian ini
komunikasi terapeutik harus tetap tinggi.
Agar perhatian perawat tetap baik dalam
melakukan komunikasi terapeutik,
manajemen rumah sakit (Direktur dan Wadir
163
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 4, November 2018 : 159-165
Nurfaida,M. (2008). Hubungan Antara
DAFTAR PUSTAKA Persepsi Pasien Terhadap Komunikasi
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Terapeutik Perawat dengan Kecemasan
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Pra Operasi di BRSD Prof DR.
Jakarta: Rineka Cipta SoekandarKabupaten
Asmadi (2008). Teknik Prosedural Konsep & Mojokerto,Malang. Universitas Negeri
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Malang.
Jakarta: salemba Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Cahyono, J.B. Suharjo. (2008). Membangun Metodologi Penelitian Ilmu
Budaya Keselamatan Pasien dalam Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
Praktek Kedokteran. Yogyakarta: dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Kanisius Jakarta: Salemba Medika
Cangara, H. (1998). Pengantar Ilmu Purwanto, Heri. (1994). Komunikasi Untuk
Komunikasi. Jakarta : Rajawali Press Perawat. Jakarta: EGC
Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi Setiyanti. 2007. Komunikasi Terapeutik
Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan. Antara perawat dan Pasien.
Bandung: PT. Refika Aditama Setiawan & Tanjung, M.S (2005). Efek
Darnah Andi Nohe, (2013). Biostastistika 1. Komunikasi Terapeutik Terhadap
Jakarta: Halaman MoekA Tingkat kecemasan Pasien Pre Operasi
Eduard, Lukman, dkk. (2008). Manusia Di Rumah Sakit Haji Adam Malik
Komunikasi, Komunikasi Manusia. Medan. Jurnal Keperawatan Rufaidah
Jakarta: Penerbit Buku Kompas Sumatra Utara,1: 16-23
Harapan. Siswanto. (2013). Hubungan Kualitas
Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin, Nurul. Komunikasi Terapeutik Perawat dengan
2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak
Jakarta: Penerbit Salemba. yang Dirawat di RSUD Sumbawa
Nasir, Abdul, dkk. (2009). Komunikasi Srisetti,E. (2008). Hubungan Komunikasi
Dalam Keperawatan: Teori dan Terapeutik Perawat Dengan Tingkat
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Kecemasan Pada pasien Praoperasi
Nelson ,J.E.(2007). Communication About Besar di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Critical Illness, Arch Intern Med, Hardjono Ponorogo. Ponorogo:
167(22): 10-24 Universitas Muhammadiyah ponorogo
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian.
Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta Bandung: Alfabeta

164
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 4, November 2018 : 159-165
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik: Yuliastuti.L (2011). Hubungan Antara
Teori dan Praktik. Jakarta: EGC komunikasi Terapeutik Perawat dengan
Tamsuri, A. (2006). Komunikasi Dalam Tingkat Kecemasan Pasien Saat
Keperawatan. Jakarta: EGC. Pemasangan Infus di UGD RSI A yani
Wasis (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Surabaya, Surabaya. STIKES Yayasan
Profesi Perawat. Jakarta: EGC Rumah Sakit Islam Surabya

165

You might also like