You are on page 1of 17

Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas,

Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment dengan Sikap


Profesionalisme sebagai Pemoderasi
Zati Fitratin Bilqisti*, Indah Anisykurlillah
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
Gedung L2 Lt. 2 FE UNNES, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
*email : zati.fitra@gmail.com/+6282221071797

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan
pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor
terhadap audit judgment dengan sikap profesionalisme sebagai variabel
moderating. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) wilayah DKI Jakarta yang telah terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan dan berafiliasi dengan KAP Asing, dengan jumlah 1.345 auditor. Metode
pemilihan sampel yang digunakan adalah convinience sampling dan dihitung
menggunakan rumus Slovin sehingga terpilih 309 sampel. Teknik analisis data
pada penelitian ini menggunakan analisis regresi moderating dengan IBM SPSS for
windows versi 24.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tekanan ketaatan,
kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor berpengaruh negatif terhadap audit
judgment. Sikap profesionalisme mampu memoderasi pengaruh antara tekanan
ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor terhadap audit judgment.
Simpulan dari penelitian ini yaitu setiap auditor harus memiliki profesionalisme
terhadap profesinya, sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat dan
akurat sesuai dengan standar yang berlaku tanpa adanya pengaruh dari berbagai
hal yang memungkinkan terjadinya penyimpangan yang dapat merusak citra
profesi audit.
Kata Kunci: Judgment; Kompleksitas; Pengalaman; Profesionalisme; Tekanan
Ketaatan

Abstract
The purpose of this study is to analyze and describe the influence of obedience
pressure, task complexity, and auditor experience on audit judgment with
professionalism as a moderating variable. The population in this study were auditors
who worked in the Public Accounting Firm (KAP) of the DKI Jakarta area that had
been registered with the Financial Services Authority and affiliated with Foreign KAP,
with 1,345 auditors. The method of selecting samples used is convinience sampling
and calculated using the Slovin formula so that 309 samples are selected. The data
analysis technique in this study uses moderating regression analysis with IBM SPSS
for Windows version 24.0. The results of this study show that compliance pressure,
task complexity, and auditor experience negatively affect audit judgment. The
attitude of professionalism is able to moderate the influence between compliance
pressure, task complexity, and auditor experience on audit judgment. The
conclusions of this study are that each auditor must have professionalism towards
his profession, so that he can provide appropriate and accurate decisions in
accordance with applicable standards without any influence from various things that
allow irregularities that can damage the image of the audit profession.
Keywors: Judgment; Experience; Obedience Pressure; Professionalism;
Complexity

1
PENDAHULUAN

Jasa audit mulai dikenal sejak abad ke-18 dan berkembang pesat pada abad

ini. Menurut Arens, et. al. (2011) auditing adalah proses pengumpulan dan

evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat

kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Kebutuhan akan

jasa audit semakin meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan suatu

laporan yang terpercaya. Audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten,

dan terbebas dari pengaruh pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap

laporan keuangan yang diperiksa. Selain itu, auditor juga harus bersifat objektif

dalam memberi penilaian. Hal-hal tersebut telah dicantumkan dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh

profesi akuntan publik di Indonesia.

Pernyataan opini auditor atas suatu laporan keuangan didasari dengan

kejadian-kejadian selama proses audit yang tidak terlepas dari keputusan auditor.

Sehingga, setiap keputusan atau judgment yang diambil harus dilakukan secara

hati-hati dan terdapat bukti yang mendukung. Audit judgment merupakan suatu

pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi

yang memengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat

auditor atas laporan suatu entitas, sehingga dapat dikatakan bahwa audit

judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit (Nadhiroh, 2010). Namun,

tidak sedikit kasus yang menyatakan bahwa auditor yang bertanggung jawab

kurang tepat dalam memberikan opini atas kewajaran suatu laporan keuangan

entitas.

Beberapa waktu lalu terungkap kasus kegagalan audit laporan keuangan

yang melibatkan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) besar di Indonesia yang

bermitra dengan The Big Four. Yaitu KAP Purwanto, Suherman, & Surja yang

2
bermitra dengan KAP Ernst & Young (EY). Pengawas Perusahaan Akuntan Publik

AS (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) menyatakan bahwa

jaringan EY di Indonesia mengumumkan hasil audit yang didasarkan atas bukti

yang tidak memadai. PCAOB mengenakan denda US$ 1 juta. Kasus kegagalan

audit dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan dimasa depan, seperti

tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan

kredibilitas sosial (Ariyantini, et. al., 2014).

Pertimbangan atau keputusan yang dilakukan auditor tidak terlepas dari

adanya faktor-faktor internal dan eksternal dalam diri auditor. Berbagai penelitian

telah dilakukan berkaitan dengan variabel yang dinilai memengaruhi audit

judgment. Hasil penelitian terdahulu menampilkan hasil yang inkonsisten

diantaranya tekanan ketaatan berpengaruh negatif terhadap audit judgment

(Nasution & Östermark, 2012), tekanan ketaatan berpengaruh positif terhadap

audit judgment (yustrianthe, 2013), tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap

audit judgment (Nirmala & Latrini, 2017). Kompleksitas tugas berpengaruh negatif

terhadap audit judgment (Iskandar & Sanusi, 2011), kompleksitas tugas

berpengaruh positif terhadap audit judgment (Muktinigtyas & Yulianto, 2016),

kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment (Safi’i & Jayanto,

2015). Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap audit judgment (Nugraha &

Suryandari, 2018), pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap audit judgment

(yustrianthe, 2013).

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan

pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor

terhadap audit judgment dan sikap profesionalisme dalam memoderasi pengaruh

tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor terhadap audit

judgment. Auditor dengan profesionalisme yang tinggi memiliki kemungkinan yang

rendah untuk menghasilkan judgment yang kurang akurat, sekalipun terdapat

3
ancaman atau hambatan yang dapat menggangu kredibilitasnya. Dalam hal ini,

profesionalisme yang dimiliki menjadikan seseorang akan lebih bertanggung jawab

terhadap pekerjaannya, mengabdi pada profesinya sehingga tidak akan melakukan

tindakan yang akan merusak kepercayaan publik terhadap profesinya.

Pada tahun 1958, Fritz Heider mengenalkan teori atribusi kepada khalayak

umum. Menurut Heider, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku setiap

individu. Faktor tersebut berasal dari kekuatan internal (internal forces) atau faktor

yang berasal dari dalam diri seseorang serta kemampuan eksternal (external forces)

yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan. Inti

dari teori atribusi ini adalah setiap individu akan dipengaruhi oleh berbagai faktor

dalam menjalani segala aspek kehidupan salah satunya pekerjaan. Begitupun

seorang auditor dalam menjalankan profesinya akan banyak dipengaruhi oleh

faktor-faktor baik dari dalam diri auditor pribadi maupun dari lingkungan auditor

bekerja. Faktor internal yang berpengaruh terhadap proses kerja auditor salah

satunya adalah kemampuan. Dalam hal ini, pengalaman yang dimiliki oleh auditor

dinilai dapat memengaruhi kemampuan seorang auditor (Damaiyanti, 2017).

Faktor eksternal yang memengaruhi audit judgment diantaranya adalah

kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan.

McGregor menyatakan bahwa terdapat dua sisi pandang mengenai tipe

manusia, yaitu teori X (negatif) dan teori Y (positif). Teori ini merupakan teori

motivasi manusia yang dikembangkan oleh Douglas McGregor di Sloan School of

Management MIT pada tahun 1960. Teori X (negatif) atau individu yang

berkepriadian tipe X, digambarkan sebagai seseorang yang pada dasarnya tidak

menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya, dan mengesampingkan tanggung

jawabnya. Individu dengan tipe Y, akan lebih menyadari tugas dan tanggung jawab

pekerjaannya. Selain itu, seseorang dengan tipe ini juga menyukai pekerjaan,

mampu mengendalikan diri untuk mencapai tujuan, lebih kreatif, serta memiliki

4
inisiatif yang lebih baik. Mengacu pada teori X dan Y, apabila auditor memiliki

kepribadian bertipe X akan cenderung membuat keputusan atau judgment yang

kurang tepat saat mendapatkan tekanan ketaatan ataupun dihadapkan dengan

tugas yang kompleks. Berbeda dengan tipe X, auditor dengan tipe Y akan lebih

berusaha untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Sehingga judgment

yang diberikannya pun akan lebih tepat meskipun mendapat tekanan baik dari

atasan ataupun klien juga memiliki tugas yang kompleks.

Audit dilakukan oleh pihak independen untuk membangkitkan kepercayaan

publik atas suatu entitas. Selama masa audit, auditor akan menghadapi berbagai

dilema etika. Sebagai seorang auditor harus selalu menegakkan standar dan etika

profesi untuk menjaga citra profesi audit. Namun disisi lain, tidak jarang auditor

akan mendapat tekanan yang mungkin membuat auditor berperilaku

disfungsional. Tekanan tersebut bisa berasal dari atasan ataupun klien yang di

audit. Hal ini yang dikenal dengan tekanan ketaatan. Tekanan ketaatan

mendorong auditor untuk membuat judgment sesuai dengan apa yang mereka

minta dimana bisa saja hal itu tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya.

Berdasar dengan teori atribusi, bahwa setiap perilaku individu dipengaruhi oleh

berbagai faktor dari dalam diri ataupun dari luar pribadi individu tersebut.

Begitupun keputusan atau judgment yang dibuat oleh auditor juga dipengaruhi

oleh faktor eksternal salah satunya yaitu tekanan ketaatan. Semakin tinggi

tekanan ketaatan yang dirasakan oleh seorang auditor, maka semakin besar

kemungkinan terjadinya kesalahan auditor dalam membuat keputusan.

Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Drupadi &

Sudana, 2015) yang menyatakan tekanan ketaatan berpengaruh negatif terhadap

audit judgment. Berdasarkan telaah teori yang telah disampaikan dapat dipahami

bahwa meningkatnya tekanan ketaatan yang dialami akan menurunkan

keakuratan audit judgment.

5
H1: Tekanan ketaatan berpengaruh negatif terhadap audit judgment

Profesi audit merupakan profesi yang banyak menghadapi persoalan

kompleks. Auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak,

berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya (Praditaningrum, 2012).

Tugas yang kompleks dapat memicu kekhawatiran kegagalan dan keyakinan

dalam kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas. Teori X dan Y

mengemukakan bahwa terdapat dua jenis kepribadian manusia yaitu pribadi

negatif (X) dan pribadi positif (Y). Kepribadian X cenderung tidak menyenangi

pekerjaannya, berusaha menghindarinya, dan mengesampingkan tanggung

jawabnya. Dengan sikap negatif yang dimiliki oleh auditor mengakibatkan tidak

akan adanya motivasi auditor untuk berusaha menghadapi tugas dengan

kekompleksitasan tugas yang tinggi. Ketika kompleksitas tugas meningkat dan

melebihi sumber daya seseorang yang tersedia, kinerja akan menurun. Tugas yang

cukup kompleks akan berpengaruh pada auditor dalam memberikan audit

judgment. Auditor yang tidak mampu mengerjakan tugas-tugas audit yang

kompleks maka semakin rendah kualitas audit judgment yang diberikan oleh

auditor. Uraian diatas diperkuat dengan hasil penelitian Iskandar & Sanusi (2011).

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami, semakin tingginya kompleksitas tugas

yang dihadapi auditor maka judgment yang dihasilkan berkualitas kurang akurat.

H2: Kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment

Banyaknya pengalaman dalam bidang audit membantu auditor dalam

menyelesaikan tugas yang cenderung memiliki pola yang sama (Yendrawati &

Mukti, 2015). Auditor yang memiliki pengalaman audit lebih banyak akan

membuat audit judgment yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang

memiliki lebih sedikit pengalaman audit. Teori atribusi yang dikembangkan oleh

Fritz Heider menyatakan bahwa atribut yang berasal dari dalam diri seseorang

(seperti kemampuan dan usaha) akan memengaruhi seseorang dalam berperilaku.

6
Auditor yang bekerja dalam jangka waktu yang lama akan jumkah tugas yang

telah dikerjakannya pun lebih banyak sehingga telah mendapatkan lebih banyak

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam bekerja.

Begitupun auditor yang telah memiliki banyak pengalaman, ketika menghadapi

berbagai macam pilihan, dituntut untuk membuat sebuah judgment, maka dapat

mengetahui dapat mengetahui dengan pasti keputusan mana yang tepat yang

akan diambil. Sehingga pengalaman yang dimiliki auditor dapat memberikan

pengaruh terhadap judgment yang diambil. Penelitian yang dilakukan oleh Sofiani

& Tjondro (2014) mengungkapkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor

maka dapat menumbuhkan keterampilan yang muncul dalam tindakan yang

dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan, pendidikan yang berkelanjutan akan

memberikan kecakapan dalam memberikan judgment yang diambil.

H3: Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap audit judgment

Seorang auditor dituntut untuk menegakkan independensi serta

profesionalitasnya. Audit merupakan salah satu bidang pekerjaan yang akan

menghadapi banyak dilema etika. Terdapat situasi-situasi yang dapat mengganggu

integritasnya sebagai seorang auditor. Salah satunya adalah tekanan ketaatan.

Agar audit judgment yang dibuat oleh auditor berkualitas, auditor harus

menjalankan pekerjaannya secara profesional. Sikap profesionalisme akan

menuntut auditor untuk tetap menjunjung tinggi integritas, obyektifitas, dan

independensi, sehingga judgment yang dihasilkan tetap terjaga keandalannya.

Sesuai dengan teori X dan Y McGregor, auditor dengan kepribadian bertipe Y akan

lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sehingga akan berusaha

semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Untuk itu, apabila

auditor selalu berusaha untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya,

mengedepankan profesionalitasnya, judgment yang diberikan pun akan sesuai

dengan kondisi yang seharusnya, meskipun di sisi lain auditor menghadapi

7
tekanan ketaatan. Sehingga sikap profesionalisme yang ada dalam diri auditor

akan mampu mengatasi tekanan ketaatan yang dirasakan dan memberikan

judgment yang tepat.

H4: Sikap profesionalisme memperlemah pengaruh tekanan ketaatan

terhadap audit judgment

Tugas-tugas yang banyak dan beragam membuat kinerja auditor menurun

yang bisa saja menyebabkan kesalahan ketika membuat pertimbangan. Hal-hal

seperti ini harus dapat dihindari sehingga kredibilitas seorang auditor tetap

terjaga. Ketika kompleksitas tugas yang tinggi, maka dapat memengaruhi judgment

seorang auditor yang menyebabkan kesalahan dalam membuat pertimbangan.

Mengacu pada teori X dan Y, apabila auditor berkepribadian Y (positif) maka ia

akan berusaha maksimal untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan

menyelesaikan apa yang telah menjadi tugasnya. Sehingga sikap profesionalisme

harus dimiliki auditor agar dapat menghadapi permasalahan tersebut. Sikap

profesionalisme yang dimiliki auditor akan dapat memberikan judgment yang tepat

dan akurat meskipun tugas yang dihadapinya cukup rumit. Berdasarkan uraian

diatas dapat dipahami bahwa dengan adanya profesionalisme dalam diri auditor

akan tetap dapat memberikan judgment yang akurat meskipun terdapat

kompleksitas tugas yang tinggi.

H5: Sikap profesionalisme memperlemah pengaruh kompleksitas tugas

terhadap audit judgment

Auditor yang baru menekuni bidang audit atau dengan kata lain baru bekerja

sebagai auditor atau belum mengikuti banyak pendidikan ataupun pelatihan

belum memiliki pengalaman yang cukup baik untuk dapat memberikan audit

judgment yang tepat. Sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dalam judgment

lebih besar dibandingkan dengan auditor yang memiliki banyak pengalaman.

Namun, profesionalisme bisa berada dalam diri siapa pun. Begitu pula dengan

8
auditor yang belum memiliki pengalaman yang cukup banyak tetap harus memiliki

sikap profesionalisme. Ketika sikap profesionalisme dalam dirinya sudah ada.

Maka ia akan berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik meskipun belum

memiliki cukup pengalaman. Sehingga sikap profesionalisme dalam diri auditor

dinilai dapat meningkatkan pengaruh pengalaman auditor terhadap audit

judgment yang akan diberikan.

H6: Sikap profesionalisme memperlemah pengaruh pengalaman auditor

terhadap audit judgment

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendeketan kuantitatif yang menggunakan jenis

data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor independen yang bekerja

di Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah DKI Jakarta yang terdaftar di Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

serta berafiliasi dengan KAP Asing. Sebanyak 1.345 auditor yang bekerja di 56 KAP

merupakan populasi dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Penentuan jumlah

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus menurut Slovin dan diperoleh

angka 309 responden. Penelitian ini menggunakan 5 variabel penelitian yang

terdiri dari satu variabel dependen, tiga variabel independen dan satu variabel

moderating.

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel


Pengukuran /
Variabel Definisi
Indikator
Audit Judgment Sebuah proses mengevaluasi a. Judgment mengenai
fakta dan keadaan, dan rekayasa transaksi
memformulasikannya ke dalam b. Penetapan tingkat
pendapat apakah itu wajar, risiko audito
hanya, akuran, material, atau c. Penemuan tingkat
cukup (Siagian, Hardi, & L., materialitas
2014)

9
Pengukuran /
Variabel Definisi
Indikator
Tekanan Ketaatan Tekanan yang didapatkan dari a. Tekanan dari klien
mitra kerja dimana hal tersebut b. Tekanan dari atasan
dapat menyebabkan perilaku
disfungsional yang bertujuan
untuk memperoleh kinerja yang
baik dariatasan aua penerimaan
sebagai anggota kelompok
(Nasution & Östermark, 2012)
Kompleksitas Sulitnya suatu tugas yang a. Tingkat kesulitan
Tugas disebabkan oleh terbatasnya tugas
kapabilitas dan daya ingat serta b. Struktur Tugas
kemampuan untuk
mengintegrasikan masalah yang
dimiliki oleh seseorang pembuat
keputusan (Jamilah, Fanani, &
Chandrarin, 2007)
Pengalaman Keterampilan dan pengetahuan a. Lamanya bekerja
Auditor yang diperoleh setelah seseorang b. Banyak dan
mengerjakan suatu hal (Singgih beragamnya
& Bawono, 2010) penugasan
c. Pendidikan ataupun
pelatihan yang telah
ditempuh
Sikap Gambaran sikap dari keterikatan a. Pengabdian terhadap
Profesionalisme individu dengan profesi atau profesi
dengan kata lainkekuatan b. Kewajiban sosial
identifikasi individu dengan c. Kemandirian
profesinya (Nasution & d. Keyakinan terhadap
Östermark, 2012) profesi
e. Hubungan antar
sesama rekan
seprofesi

Data diperoleh dari hasil olah kuesioner yang dibagikan ke beberapa KAP di

Provinsi DKI Jakarta. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis

statistik deskriptif dan analisis statistik inferesial. Analisis statistik inferensial

terbagi menjadi uji asumsi klasik, analisis regresi moderating dan uji hipotesis.

Untuk menganalisis data guna memperoleh hasil digunakan analisis regresi

moderasi dengan bantuan IBM SPSS for windows versi 24.0.

10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran dari

masing-masing variabel penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Hasil uji

statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Audit Judgment 316 25 44 34,9462 4,0309
Tekanan Ketaatan 316 10 32 21,4146 4,0936
Kompleksitas Tugas 316 13 31 44,1298 4,1180
Pengalaman Auditor 316 35 55 50,6203 4,9590
Sikap Profesionalisme 316 38 63 34,9462 4,0309

Pengujian asumsi klasik menunjukan bahwa data bersifat normal, dimana

data harus mennjukkan nilai Asymp-Sig. harus berada diatas 0,05. Pada penelitian

ini tertera 0,200 pada nilai nilai Asymp-Sig. yang berarti data dikatakan normal

karena diatas 0,05. Uji Multikolinearitas menunjukan nilai VIF kurang dari 10

(sepuluh) dan nilai tolerance > 0,01 sehingga dapat diartikan bahwa pada

penelitian ini seluruh variabel bebas terhindar dari gejala multikolinearitas. Uji

heterokedastisitas yang dilakukan dengan uji glejser menunjukan seluruh variabel

memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Nilai Adjusted R Squaresebesar 0,460. Hasil ini berdasarkan analisis regresi

berganda dengan menggunakan variabel moderating. Artinya besarnya pengaruh

variabel tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor serta

sikap profesionalisme sebagai variabel moderating terhadap audit judgment adalah

46% dan 54% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain terhadap audit

judgment di luar model penelitian ini. Secara ringkas, hasil uji hipotesis dapat

dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.

11
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis
Koefisien
No Hipotesis Sig Hasil
Regresi
Tekanan ketaatan
berpengaruh negatif
1. -1,210 0,010 0,05 Diterima
terhadap audit judgment
(H1)
Kompleksitas tugas
berpengaruh negatif
2. -1,357 0,023 0,05 Diterima
terhadap audit judgment
(H2)
Pengalaman auditor
berpengaruh positif
3. -1,233 0,005 0,05 Ditolak
terhadap audit judgment
(H3)
Sikap profesionalisme
memoderasi signifikan
4. pengaruh tekanan 0,023 0,013 0,05 Diterima
ketaatan terhadap audit
judgment (H4)
Sikap profesionalisme
memoderasi signifikan
5. pengaruh kompleksitas 0,023 0,047 0,05 Diterima
tugas terhadap audit
judgment (H5)
Sikap profesionalisme
memoderasi signifikan
6. pengaruh pengalaman 0,027 0,002 0,05 Diterima
auditor terhadap audit
judgment (H6)
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018

Pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siagian,

Hardi, & L. (2014) yang menyatakan bahwa auditor junior dalam kondisi adanya

perintah dari atasan dan klien akan berperilaku menyimpang dari standar

profesional. Pengaruh tekanan ketaatan terhadap judgment seorang auditor

didukung dengan adanya teori atribusi yang menyatakan bahwa perilaku setiap

individu dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam ataupun dari luar individu

tersebut. Tekanan ketaatan dalam penelitian ini termasuk salah satu faktor

eksternal yang akan memengaruhi kinerja seorang auditor. Ketika auditor

12
berperilaku menyimpang dari yang seharusnya tidak terlepas dari kemungkinan

adanya pengaruh eksternal yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment

Hasil pengujian hipotesis pada tabel 4 menampilkan bahwa H 2 dinyatakan

diterima, artinya kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment.

Tugas yang sulit, tidak terstruktur serta membingungkan merupakan maksud dari

kompleksitas tugas. Ketika kemampuan auditor terbatas untuk menyelesaikan

suatu tugas serta dihadapkan dengan tugas-tugas lain yang harus diselesaikan

dalam waktu tertentu maka akan memicu penurunan kinerja auditor. Penurunan

kinerja ini akan berdampak kepada kualitas judgment yang akan dihasilkan oleh

auditor. Teori X dan Y mengemukakan bahwa terdapat dua jenis sikap manusia

yaitu sikap negatif (X) dan sikap positif (Y). Dengan sikap negatif yang dimiliki oleh

auditor mengakibatkan tidak akan adanya motivasi auditor untuk berusaha

menghadapi tugas dengan kekompleksitasan yang tinggi. Hal tersebut akan

berdampak kepada kualitas audit judgment yang dihasilkan. Ini dikarenakan

kemampuan auditor yang kurang memumpuni serta tidak terlebih dahulu

memahami tugas yang harus dikerjakan. Maka semakin tinggi kompleksitas tugas

yang dihadapi maka akan semakin rendah kualitas judgment yang dihasilkan.

Pengaruh pengalaman auditor terhadap audit judgment

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman memiliki pengaruh negatif

terhadap audit judgment. Berdasarkan analisis yang dilakukan, responden pada

penelitian ini sebagian besar merupakan auditor junior atau auditor dengan lama

kerjanya yang belum cukup lama. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pengalaman

auditor tidak memengaruhi audit judgment. Seperti diungkapkan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Fitriyani (2013) bahwa kurun waktu lamanya auditor bekerja

tidak berpengaruh terhadap keakuratan judgment yang dibuat. Hasil penelitian ini

13
selaras dengan teori X dan Y, dimana teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat

dua tipe yang mendasari perilaku positif, yaitu X (negatif) dan Y (positif). Individu

dengan tipe Y akan lebih menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya,

menyukai pekerjaannya, serta memiliki inisiatif yang lebih baik untuk mencapat

tujuan. Auditor dengan tipe kepribadian positif (Y) akan berusaha bersungguh-

sungguh untuk memberikan hasil yang terbaik. Sehingga judgment yang

dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik meskipun dengan kurun waktu kerja

yang belum lama atau belum berpengalaman.

Sikap profesionalisme memoderasi pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit

judgment

Hasil pengujian menampilkan bahwa H4 dinyatakan diterima, artinya sikap

profesionalisme mampu memoderasi signifikan hubungan antara tekanan ketaaan

terhadap audit judgment. Hal ini bermakna ketika auditor dihadapkan pada

permasalahan dilema etis, tidak akan memengaruhi judgment yang akan diambil

selama auditor tersebut menanamkan dan memiliki rasa profesionalisme yang

tinggi terhadap pekerjaannya. Auditor dengan sikap profesionalisme yang bersedia

berupaya untuk memajukan profesinya. Sehingga, ketika auditor memiliki rasa

profesionalisme terhadap audit, ia akan berupaya untuk tidak melakukan

penyimpangan yang dapat merusak citra profesi audit. Sekalipun terdapat tekanan

yang menuntut auditor berperilaku menyimpang, ia tidak akan terpengaruh untuk

tetap mempertahankan kredibilitas judgment-nya.

Sikap profesionalisme memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap

audit judgment

Hasil pengujian pada tabel 4 menampilkan bahwa H5 dinyatakan diterima,

artinya sikap profesionalisme mampu memoderasi signifikan hubungan antara

kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Hal ini berarti semakin tinggi sikap

profesionalisme yang dimiliki auditor maka kompleksitas tugas tidak akan

14
memperburuk kualitas judgment yang dihasilkan. Sikap profesionalisme yang

tinggi meningkatkan kinerja auditor dimana sesuai dengan salah satu dari lima

dimensi profesionalisme yang diungkapkan oleh Hall (1968) dalam Wahyudi &

Mardiyah (2006) yaitu pengabdian pada profesi yang mencerminkan dedikasi

profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecapakapan yang

dimiliki. Hal tersebut menjelaskan bahwa sikap profesionalisme yang dimiliki

auditor akan membuat seorang auditor untuk berusaha semaksimal mungkin

mengunakan pengetahuan serta keahlian yang dimiliki untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan hasil yang terbaik. Oleh

karena itu, hasil penelitian ini menyatakan bahwa sikap profesionalisme mampu

menjadikan judgment yang dibuat oleh auditor tetap berkualitas terbaik meskipun

banyak tugas-tugas yang lain yang juga menjadi tanggung jawab auditor di waktu

yang bersamaan.

Sikap profesionalisme memoderasi pengaruh pengalaman auditor terhadap

audit judgment

Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa H6 dinyatakan

diterima, artinya sikap profesionalisme mampu memoderasi signifikan hubungan

antara pengalaman auditor terhadap audit judgment. Dapat diartikan bahwa,

auditor dengan pengalaman dan sikap profesionalisme yang tinggi akan

meningkatkan kualitas audit judgment. Mengacu pada teori X dan Y, auditor

dengan tipe Y akan lebih berusaha untuk bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya. Makna dari tanggung jawab tersebut adalah menyelesaikan segala

tugas ataupun pekerjaannya sesuai dengan standar yang berlaku dan memberikan

hasil yang terbaik. Begitu pun dengan makna dari sikap profesionalisme dimana

seorang auditor akan bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan profesinya.

Maka dari itu, ketika seorang auditor yang belum memiliki cukup pengalaman

akan tetap memberikan judgment yang akurat karena diiringi dengan rasa

15
profesionalisme yang ada pada dirinya. Begitupun dengan auditor yang sudah

lama bekerja di bidang audit yang dinilai sudah memiliki pengalaman dalam

menangani berbagai macam penugasan ditambah dengan adanya sikap

profesionalisme dalam dirinya maka akan semakin menguatkan keyakinan bahwa

judgment yang dihasikan benar-benar akurat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, tekanan ketaatan

dan kompleksitas tugas terbukti memengaruhi audit judgment. Adanya tekanan

dan kompleksitasnya tugas yang dihadapi menjadikan auditor kesulitan untuk

membuat keputusan atau judgment yang akurat. Sikap profesionalisme mampu

memoderasi pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman

auditor terhadap audit judgment. Pada hakekatnya auditor dengan sikap

profesionalisme yang tinggi memiliki loyalitas yang tinggi terhadap profesinya yang

membuat auditor tersebut akan memberikan yang terbaik untuk citra profesi audit

di masyarakat. Saran yang diajukan oleh peneliti adalah auditor harus memiliki

sikap profesionalisme terhadap pekerjaannya agar mampu memberikan hasil yang

maksimal dan akurat. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan

penelitian di waktu low season serta menentukan kriteria sampel agar lebih

merepresentasikan pengalaman auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvins A.; Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2011. Auditing dan Jasa
Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jakarta: Erlangga.
Ariyantini, Kadek Evi; Edy Sujana, dan Nyoman Ari S. Darmawan. 2014. Pengaruh
Pengalaman Auditor, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas terhadap
Audit Judgment (Studi Empiris Pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali). Jurnal
Akuntansi, 2(1).
Damaiyanti, Selvi Ayu. 2017. Pengaruh Pengalaman Auditor, Tekanan Ketaatan,
Gender, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment (Studi Empiris di
Kantor Akuntan Publik se Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta).
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Drupadi, Made Julia dan I Putu Sudana. 2015. Pengaruh Keahlian Auditor,
Tekanan Ketaatan dan Independensi pada Audit Judgment. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 12(3): 623–655.

16
Iskandar, Takiah Mohd dan Zuraidah Mohd Sanusi. 2011. Assessing The Effects of
Self-Efficacy and Task Complexity on Internal Control Audit Judgment. Asian
Academy of Management Journal of Accounting and Finance, 7(1): 29–52.
Jamilah, Siti; Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh Gender,
Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment. Dalam
Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar, 26-28 Juli.
Muktinigtyas, Dita dan Agung Yulianto. 2016. Influence of Ethical Environment
and Task Complexity on Audit Judgment with Personality Type and Locus of
Control As Moderated Variables. Accounting Analysis Journal, 5(4): 389–396.
Nadhiroh, Siti Asih. 2010. Pengaruh Kompleksitas Tugas, Orientasi Tujuan, dan
Self-Efficacy terhadap Kinerja Auditor dalam Pembuatan Audit Judgment
(Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang). Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Nasution, Damai dan Ralf Östermark. 2012. The Impact of Social Pressures, Locus
of Control, and Professional Commitment on Auditors’ Judgment: Indonesian
Evidence. Asian Review of Accounting, 20(2): 163–178.
Nirmala, M. Rara Virginia dan Made Yeni Latrini. 2017. Pengaruh Keahlian
Auditor, Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit
Judgment dengan Kompleksitas Tugas sebagai Pemoderasi. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 19(1): 683–711.
Nugraha, Asa Septa dan Dhini Suryandari. 2018. The Effect of Experience to The
Accuracy of Giving Opinion with Audit Expertise, Professional Skeptisism,
Audit Judgment as Mediators. Accounting Analysis Journal, 7(1): 61–69.
Praditaningrum, Anugrah Suci. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
terhadap Audit Judgment. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Safi’i, Tri Alfian dan Prabowo Yudho Jayanto. 2015. Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh terhadap Audit Judgment. Accounting Analysis Journal, 4(4): 1-
19.
Siagian, Rida MM; Hardi, dan Al Azhar L. 2014. Faktor-faktor yang Berpengaruh
terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI Perwakilan Provinsi Riau). JOM FEKON, 1(2): 1–15.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas
Audit. Dalam Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto.
Sofiani, Maria M. O. Liana dan Elisa Tjondro. 2014. Pengaruh Tekanan Ketaatan,
Pengalaman Audit, dan Audit Tenure terhadap Audit Judgment. Tax &
Accounting Review, 4(1): 1–11.
Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul Mardiyah. 2006. Pengaruh Profesionalisme
Auditor terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan.
Dalam Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus.
Yendrawati, Reni dan Dheane Kurnia Mukti. 2015. Pengaruh Gender, Pengalaman
Auditor, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Kemampuan Kerja, dan
Pengetahuan Auditor terhadap Audit Judgment. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, 4(1): 1–8.
Yustrianthe, Rahmawati Hanny. 2012. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Audit
Judgment Auditor Pemerintah. Jurnal Dinamika Akuntansi, 4(2): 72–82.

17

You might also like