You are on page 1of 13

Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

DINAMIKA DAN EKSISTENSI HUKUM ISLAM DI INDONESIA


Ernawati
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510
ernawati@esaunggul.ac.id

Abstract
The dynamics of Islamic law in Indonesia is a portrait of a dialectic of Muslims in Indonesia in the face of
his day. The contribution of Islamic law in the legal system construction in Indonesia is quite in line with
the growing challenges of an increasingly complex legal problems in accordance with the times. The new
issue has never been found in the books of the law written by the mujtahid earlier so that the scholars
interpret the Islamic law back in for more actual and can respond to the challenges of the times, with the
development of the benefit of the community. The effort known as the implementation of Islamic law. The
construction of the law can be formulated as a continuous process and don't know the end of Nations as
Indonesia with regard to how the law is planned, formed, formulated, implemented, enforced, and
institutionalized. The legal system of Indonesia, as a result of historical development are compounds.
Called so because until now in the Republic of Indonesia applicable some legal systems have the pattern
and arrangement of its own. That question is the system of customary law, Islamic legal system and the
legal system of the West. Three systems of law that took effect in Indonesia at the time. Islamic law has
existed on the islands of Indonesia since Muslims came and settled in this archipelago.

Keywords: Islamic law, dynamics of Islam, the application of the law

Abstrak
Dinamika Hukum Islam di Indonesia merupakan potret dialektika umat Islam di Indonesia
dalam menghadapi zamannya. Kontribusi hukum Islam dalam sistem pembinaan hukum di
Indonesia cukup berkembangan sejalan dengan tantangan problematika hukum yang semakin
kompleks sesuai dengan perkembangan zaman. Persoalan baru tersebut belum pernah
ditemukan dalam kitab-kitab hukum yang ditulis oleh para mujtahid terdahulu sehingga para
ulama menginterpretasikan kembali agar hukum Islam tersebut lebih aktual dan dapat
menjawab tantangan dari perkembangan zaman, dengan perkembangan kemaslahatan
masyarakat. Usaha tersebut dikenal dengan reaktualisasi hukum Islam. Pembangunan hukum
dapat dirumuskan sebagai proses yang berkesinambungan dan tidak kenal akhir sebagai upaya
segenap bangsa Indonesia berkenaan dengan cara hukum itu direncanakan, dibentuk,
dirumuskan, diterapkan, ditegakkan, dan dilembagakan. Sistem hukum Indonesia, sebagai
akibat dari perkembangan sejarahnya bersifat majemuk. Disebut demikian karena sampai
sekarang di dalam negara Republik Indonesia berlaku beberapa sistem hukum yang
mempunyai corak dan susunan sendiri. Yang dimaksud adalah sistem hukum adat, sistem
hukum Islam dan sistem hukum Barat. Ketiga sistem hukum itu mulai berlaku di Indonesia
pada waktu yang berlainan. Hukum Islam telah ada dikepulauan Indonesia sejak orang Islam
datang dan bermukim di nusantara ini.

Kata kunci : Hukum Islam, dinamika Islam, penerapan hukum, eksistensi

Pendahuluan ketika timbul wacana penutupan pintu ijtihad


Mengkaji perkembangan Islam di oleh sebagian ulama yang menghendaki
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari penelitian kemapanan dalam soal politik umat Islam,
terhadap perkembangan hukum Islam itu sebagian ulama Indonesia juga menerimanya
sendiri sejak abad ke-7 M yang lalu. Dinamika sebagai suatu kebenaran (Iqbal, 2009).
hukum Islam yang terjadi di dunia Islam juga Hukum Islam pernah menjadi supre-
berpengaruh terhadap perkembangan dan masi hukum pada zaman Rasulullah SAW. dan
dinamika hukum Islam di Indonesia. Sebagai Khulafaurrasyidin. Pelaksanaan hukum pada
contoh, berkembangnya mazhab Syafi‟I. lalu, masa itu telah membuahkan masyarakat yang
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 80
Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

dapat dikategorikan sebagai bangsa terbaik atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri
(khairu ummah), dimana masyarakat dapat manusia tentang hukum yang ada atau tentang
merasakan keadilan dan kedamaian dalam hukum yang diharapkan ada. Di sini
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan penekanannya adalah nilai-nilai yang terdapat
diterapkan hukum Islam dalam kehidupan didalam diri manusia tentang hukum yang ada
sehari-hari masyarakat merasakan adanya atau tentang hukum yang diharapkan ada.
kenyataan bahwa agama Islam benar sebagai Disini penekanannya adalah nilai-nilai
rahmah. Dalam perspektif sejarah, realitas yang masyarakat fungsi apa yang hendaknya
mencerminkan praktik hukum Islam dalam dijalankan oleh hukum dalam masyarakat. Jadi,
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak nilai-nilai itu merupakan konsepsi mengenai
berjalan sebagaimana yang pernah dipraktik- hal yang dianggap baik dan yang dianggap
kan di awal perkembangannya. Hal ini buruk. Dengan perkataan lain, hukum adalah
disebabkan karena faktor pluralisma masya- konsepsi abstrak dalam diri manusia tentang
rakat penduduk muslim yang berpengaruh keserasian antara keterkaitan dengan
sebagai hukum positif dalam suatu negara. ketentraman yang dikehendaki dengan melihat
Dalam situasi yang demikian telah banyak kepada indikator-indikator tertentu. Indikator-
diskusi dan kajian yang dilaksanakan dengan indikator ini dapat dijadikan ukuran atau
maksud bagaimana agar hukum Islam dapat patokan dalam penyusunan atau pembentukan
ditransformasi ke dalam hukum nasional pada hukum baru yang hendak dilakukannya
suatu negara demokratis dan pluralistis (Manan, 2006).
(Manan, 2006). Indonesia dalam peta pemikiran Islam
Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, para dunia, adalah suatu negara yang unik dan
pakar hukum Islam tidak mempergunakan kata menarik. Selain sebagai negara berpenduduk
hukum Islam dalam literatur yang ditulis- muslim terbesar dunia, didalam kehidupan
nya.Yang biasa dipergunakan adalah istilah mayoritas masyarakatnya, terdapat paradigma
syariat Islam, hukum syara‟, fiqih, syariat dan pemikiran menyangkut masalah kenegaraan,
syara‟. Kata hukum Islam baru muncul ketika kebangsaan, dan perspektif keagamaan yang
para orientalis Barat mulai mengadakan beragam. Dilihat dari segi pluralisma pendu-
penelitian terhadap ketentuan syariat Islam duk, masyarakat Indonesia memiliki adat
dengan term Islamic Law yang secara harfiah istiadat dan lebih tepat disebut hukum
dapat disebut dengan hukum Islam. Hukum kebiasaan (customary law) atau sering disebut
Islam merupakan rangkaian dari kata hukum hukum adat. Dari segi pluralisma agama,
dan kata Islam secara terpisah merupakan kata terdapat nilai-nilai agama dan lebih spesifik
yang dipergunakan dalam bahasa Arab dan lagi hukum Islam sebagai agama yang diyakini
juga berlaku dalam bahasa Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya. Sebagai negara
hidup dan terpakai, meskipun tidak ditemukan bekas dijajah kolonial Belanda, Indonesia
artinya secara definitive (Manan, 2006). Hosen mewarisi pula hukum peninggalan penjajah
Nasr (1993) menyatakan dalam perspektif atau sering disebut hukum Barat (hukum sipil).
Islam, hukum tidak semata mata sistem yang Keragaman inilah yang menyebabkan
dibuat oleh tangan manusia akan tetapi hukum terbukanya konflik dan perbedaan dalam
juga bersumber dari Allah. Umat manusialah memandang implementasi hukum Islam dalam
yang harus hidup sesuai dengan kehendak Negara Kesatuan Republik Indonesia (Halim,
Tuhan yang terefleksikan di dalam Syariah 2008).
bukanlah mengubah hukum Tuhan sesuai Masuknya agama Islam ke Indonesia
dengan pola tata hukum masyarakat yang memberikan pengaruh yang mengkibatkan
selalu berubah (Nasr, 2003). munculnya kelompok baru, yang disebut
Kesadaran hukum masyarakat adalah ulama dan santri, yang kemudian oleh
nilai-nilai yang hidup masyarakat tentang penguasa asing ingin dijauhkan dari pengaruh
hukum, yang meliputi mengetahui pemaha- politik. Islam telah diterima oleh kalangan grass
man, penghayatan, kepatuhan atau ketaatan root (rakyat jelata) sebagai agama pembebas,
kepada hukum. Dengan demikian, kesadaran yang membebaskan manusia dari pemisahan
hukum itu sebenarnya merupakan kesadaran kasta dan memberikan ajaran tentang dinamika

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 81


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

kehidupan. Oleh karena itu, tidak berlebihan Nusantara ini. Walaupun para ahli itu berbeda
jika masa perkembangan Islam disamakan pendapat mengenai bila Islam itu datang ke
dengan masa Renaisans, yaitu lahirnya kembali Indonesia, namun dapat dikatakan bahwa
ajaran kehidupan, yang memberikan petunjuk setelah Islam datang ke Indonesia hukum Islam
untuk menikmati hidup di dunias seperti akan telah diikuti dan dilaksanakan oleh para
hidup selama-lamanya disertai kesadaran pemeluk agama Islam di Nusantara. Hal itu
ibadah seperti akan mati esok hari dapat dilihat pada studi para pujangga yang
(Suryanegara, 1998). Islam bagi sebagian hidup pada masa itu mengenai hukum Islam
pemeluknya merupakan agama yang kaffah dan peranannya dalam menyelesaikan perkara-
(holistis dan Universal), yang memiliki sistem perkara yang timbul dalam masyarakat. Hasil
yang melingkupi seluruh aspek kehidupan studi dan karya hukum Islam di Indonesia,
manusia, tak terkecuali urusan Negara (Ali, kemudian dapat disebut sebagai contoh,
2014). misalnya Miratul Tullab, oleh Abdurrauf
Penindasan Belanda atas Islam justru Singkel, Siratal Mustaqim, oleh Nuruddin ar
menjadikan Islam mampu meletakkan dasar- Raniri, Sabilal Mustaqim, oleh Syaikh Arsyad
dasar identitas bangsa Indonesia. Selain itu, Banjar, dan lain-lain, disamping studi
Islam juga dijadikan lambang perlawanan mengenai hukum Islam yang ditulis oleh bukan
terhadap imperialisme. Banyak kalangan orang Indonesia seperti misalnya, Muharrar
rakyat jelata, golongan bangsawan, dan sultan karangan Ar-Rafi‟I, Tuhfah karangan Ibnu
yang menyatukan dirinya menunjukkan Hajar, Nihayah karangan Ar-Ramli dan kitab-
perjuangan Islam. Islam tidak hanya sebagai kitab Hukum mazhab Syafi‟i lainnya
agama, tetapi juga dihayatinya sebagai way of (Mohammad, 2013).
life. Bagi para penguasa pribumi, memeluk Kerajaan Islam tertua di Nusantara
agama Islam berarti memiliki dua senjata. adalah kerajaan Samudra Pasai (Abad ke XIII
Pertama,mendapat dukungan dari rakyat M). Islamisasi ke samudra Pasai dilaksanakan
karena rakyat banyak, terutama dari kalangan oleh salah seorang Ulama dari Timur Tengah
petani dan pedagang, telah menjadikan Islam yang bernama Syaikh Ismail yang telah
sebagai agamanya. Mereka menganggap Islam mengIslamkan Merah Raja Samudra Pasai,
sebagai liberating force (kekuatan pembebasan). yang setelah masuk Islam berganti nama
Kedua, dengan memeluk agama Islam para menjadi Malik al Soleh. Sejak saat itulah,
penguasa mendapat dukungan rakyat dan Samudra Pasai berkembang tidak hanya
memiliki senjata dalam melawan agresi agama menjadi pusat kekuatan politik Islam, tetapi
dan perdagangan dari imperialis Barat. sekaligus sebagai basis proses Islamisasi
Perubahan ketatanegaraan di atas ini masyarakat Indonesia (Jajat Burhanuddin, 2003:
menumbuhkan berbagai perubahan lainnya, 3). Kerajaan Islam Samudra Pasai mempunyai
antara lain konsep ajaran Hindu yang asli kontribusi penting bagi hukum Islam di
mulai ditanggalkan. Hukum syariat menjadi Indonesia. Raja sebagai penguasa tunggal pada
landasan dasar kesultanan di Indonesia dan saat itu melakukan intervensi terhadap
para ulama menduduki berbagai jabatan implementasi hukum Islam dalam kehidupan
penting (Ahmad, 1998). dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dalam implementasinya, kerajaan Samudra
Pembahasan Pasai melaksanakan hukum Islam dalam
Penerapan Hukum Islam Pra Kolonial praktek yang sederhana, yaitu melalui lembaga
Penjajahan ifta dan tahkim dengan berpedoman pada
Hukum Islam baru dikenal di Indonesia mazhab Syafi‟I sebagai mazhab resmi kerajaan
setelah agama Islam disebarkan di tanah air (Ka‟bah, 1999).
kita. Bila Islam datang ke tanah air kita belum Seiring dengan masuknya Islam ke
ada kata sepakat di antara para ahli sejarah Indonesia pada abad ke-7 Masehi dan sudah
Indonesia. Ada yang mengatakan pada abad banyak orang yang memeluk agama Islam dan
ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, ada pula menjadi komunitas yang besar serta mewarnai
yang mengatakan pada abad ke-7 Hijriah atau kehidupan masyarakat Nusantara ketika itu,
abad ke-13 Masehi, Islam baru masuk ke maka pelaksanaan ajaran Islam tidak hanya

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 82


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

terbatas pada persoalan ibadah, tetapi juga perselisihan antar-rakyat yang tak dapat
sudah menyangkut masalah munakahat, didamaikan secara kekeluargaan (Aripin, 2013).
muamalah, dan jinayah. Karena itu, jika terjadi Momentum awal masuknya nilai-nilai
perselisihan dan/atau sengketa menyangkut Islam ke dalam sistem peradilan yang ada
masalah munakahat, muamalah, dan jinayah, ketika itu, diperoleh ketika berubahnya
pasti diselesaikan dengan menggunakan Mataram menjadi kerajaan Islam. Pada saat itu
instrument hukum Islam dan melalui lembaga mulailah diadakan perubahan dalam sistem
yang sui generis cocok dan diakui oleh umat. peradilan dengan memasukkan unsur hukum
Kenyataan tersebut tercermin dari dan ajaran agama Islam, dengan cara
lembaga-lembaga penyelesaian sengketa- memasukkan orang Islam ke dalam peradilan
Peradilan Agama- yang muncul dihampir pradata. Bahkan, peradilan pradata semakin
seluruh kerajaan Islam yang ada di Nusantara, maju setelah masuknya orang-orang Islam ke
meskipun dengan macam dan ragam yang dalam peradilan tersebut. Atas dasar kenyataan
berbeda, termasuk penamaan yang berbeda- ini, maka akhirnya peradilan pradata kemudian
beda, pada masa itu umumnya peradilan diubah menjadi pengadilan serambi.
agama bentuknya masih sangat sederhana. Hal Dinamakan pengadilan serambi, selain karena
ini ditandai salah satunya adalah tempat yang sidang-sidangnya dilaksanakan di Serambi
digunakan dalam proses peradilan, yakni Mesjid Agung. Juga sebagai penanda bahwa
hanya dilakukan di serambi-serambi mesjid. peradilan tersebut telah mengadopsi nilai-nilai
Karena itu, banyak literatur menyebutnya Islam dalam proses peradilannya (Aripin,
sebagai “peradilan serambi” (Aripin, 2013). 2013).
Dalam perkembangan selanjutnya, Begitu pula halnya di daerah kesultanan
setelah Islam mulai berakar dalam masyarakat, Cirebon, sistem peradilan yang dilaksanakan
peran saudagar muslim dalam penyebaran sudah benar-benar sesuai dengan ajaran Islam.
Islam diambil alih oleh ulama. Merekalah yang Bahkan dalam tatanan praktiknya, pengadilan
bertindak sebagai guru dan pengawal hukum dilaksanakan oleh tujuh orang menteri yang
Islam. Disamping itu, mereka juga mendapat mewakili tiga sultan, yaitu sultan sepuh, Sultan
patronase dan para raja lokal. Nuruddin al- Anom, dan Panembahan Cirebon. Meskipun
Raniri (w. 1068 H/1658 M) adalah salah satu diputuskan oleh tujuh orang menteri, namun
contoh kasus ini. Ia mendapat patronase dari tidak terjadi disparitas keputusan dan disenting
Sultan Iskandar /tsani di Aceh yang opinion yang muncul ketika menyelesakan
memerintah pada 1637-1641 M dan perkara, mengingat – dalam catatan sejarahnya-
menjalankan fungsi sebagai penasehat Sultan keputusan tersebut diputuskan menurut
(Iqbal, 2009). Undang-Undang Jawa yang kemudia disebut –
Sebagaimana mana diketahui bahwa, terkenal- dengan istilah Papakem Cirebon.
sebelum Islam datang ke Indonesia telah ada Sebagai sebuah nama kitab hukum,
dua jenis peradilan, yaitu peradilan pradata Papakem Cirebon disusun berdasarkan dan
dan padu. Peradilan pradata dan padu. berasal dari berbagai sumber dan berisi tentang
Peradilan pradata mengurusi perkara/urusan kumpulan kitab-kitab yang ada ketika itu,
raja, sedangkan peradilan padu mengurusi yakni; kumpulan macam-macam hukum Jawa
perkara yang bukan urusan raja. Peradilan kuno dan memuat kitab hukum Raja Niscaya,
pradata langsung dipimpin oleh raja, Undang-Undang Mataram, Jaya Lengkara,
sedangkan peradilan padu dipimpin oleh Kontra Menawa, dan Adidullah. Namun
pejabat Negara yang disebut jaksa. demikian, satu hal yang tidak dapat
Kewenangan peradilan pradata pada dimungkiri, bahwa dalam Papakem Cirebon itu
umumnya adalah menyelesaikan perkara- telah tampak adanya pengaruh hukum Islam
perkara yang dapat membahayakan mahkota, (Bisri, 1997).
keamanan, dan ketertiban Negara. Adapun
yang menyangkut perkara padu pada Penerapan Hukum Islam Saat
umumnya mengenai perkara yang menyengkut Pemerintahan Penjajahan
kepentingan rakyat perorangan, seperti Politik belanda terhadap Islam dan
hukum Islam di Indonesia dapat dibagi ke
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 83
Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

dalam dua periode. Pertama adalah periode Hindia Belanda. Ia banyak menulis tentang
pemerintahan VOC sejak 1596 hingga (hukum) Islam di Jawa dan bahkan
pertengahan abad ke-19. Periode ini diselingi menerjemahkan Al-Qur‟an ke dalam bahasa
dengan masa pemerintahan Inggris pada 1811- (Ali, 2013).
1816 M. Kedua adalah periode pertengahan Pendapat Salomon Keyzer tentang
abad ke-19 hingga berakhirnya kekuasaan hukum Islam yang berlaku di kalangan orang-
belanda di Indonesia (Muhammad Iqbal, 2009). orang Jawa (Indonesia) itu dikuatkan oleh
Pada abad keenam belas (1596), Lodewijk Christian van den Berg (1845-1927).
organisasi perusahaan dagang Belanda (VOC) Menurut ahli hukum Belanda ini hukum
merapatkan kapalnya di pelabuhan Banten, mengikuti agama yang dianut seseorang. Jika
Jawa Barat. Tujuan semula adalah berdagang, orang itu memeluk agama Islam, hukum
tetapi kemudian haluannya berubah untuk Islamlah yang berlaku baginya. Karena
menguasai kepulauan Indonesia. Untuk pendapatnya itu, maka untuk memudahkan
mencapai maksud tersebut, permerintahan para pejabat pemerintahan Hindia Belanda
Belanda memberikan kekuasaan pada perusa- mengenal hukum Islam yang berlaku di
haan dagang Belanda, yang bernama VOC kalangan rakyat pemeluk agama Islam di Jawa
(Vereenigde Oost Indische Compagnie = Gabungan terutama, pada tahun 1884 ia menulis asas-asas
Perusahaan Dagang Belanda Hindia Timur) hukum Islam menurut ajaran Hanafi dan
untuk mendirikan benteng-benteng dan Syafi‟i. Delapan tahun kemudian terbit pula
mengadakan perjanjian dengan raja-raja tulisannya tentang hukum keluarga dan
Indonesia. Karena hak yang diperoleh itu, VOC hukum kewarisan Islam di Jawa dan Madura
mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai dengan beberapa penyimpangan. Diusahakan
pedagang dan sebagai badan pemerintahan juga agar hukum Islam dijalankan oleh hakim-
(Suntana, 2014). hakim Belanda dengan bantuan penghulu atau
Posisi Hukum Islam pada masa zaman kadi Islam (Ali, 2013).
VOC berlangsung selama lebih kurang dua Meskipun Pemerintah kolonial Belanda
abad. Akan tetapi, ketika pemerintahan VOC telah banyak mencampuri urusan orang Islam,
berakhir dan pemerintahan colonial Belanda namun hukum Islam tetap dilaksanakan oleh
menguasai kepulauan Indonesia, sikapnya masyarakat Muslim Nusantara, termasuk juga
terhadap hukum Islam mulai berubah, sekali eksistensi peradilan agama sebagai lembaga
pun perubahan itu dilaksanakan secara penyelesaian sengketa antar-orang Islam tetap
perlahan, berangsur-angsur, dan sistematis. bertahan. Tentunya, dengan macam, ragam,
Pada zaman Daendels (1808-1811), perubahan dan bentuk yang berbeda-beda termasuk
itu dimulai. Pada masa itu, hukum Islam penyebutan dan penamaannya. Sehingga,
adalah hukum asli orang pribumi. Oleh karena pemerintah kolonial Belanda tidak bisa
itu, Daendels mengeluarkan peraturan yang menghilangkan bahkan menghapus eksistensi
menyatakan bahwa perihal (hukum) agama peradilan agama, mengingat realitas masya-
orang Jawa tidak boleh diganggu. Ia juga rakat Muslim Nusantara yang telah lama
menegaskan kedudukan para penghulu sebagai menggunakan peradilan agama tidak hanya
tenaga ahli hukum Islam, yaitu hukum Islam sebagai institusi hukum dalam menyelesaikan
asli orang Jawa dalam susunan badan peradilan persengketaan, tetapi juga telah menjadi
yang dibentuknya, sebagai penasihat dalam identitas keIslaman yang kuat sebagai penjaga
suatu masalah atau perkara (Suntana, 2014). keberlangsungan hukum Islam di Nusantara
Sepanjang abad ke-19, sebelum (Aripin, 2013).
Christian Snouck Hurgronje mengemukakan Pada zaman penjajahan Belanda,
pendapatnya pada akhir abad itu (1893), hukum Islam tetap di akui pada awalnya untuk
dikalangan ahli hukum dan kebudayaan diberlakukan kepada bumi putera yang
Hindia Belanda dianut sesuatu pendapat yang bersengketa. Namun pemerintah penjajah
mengatakan bahwa di Indonesia berlaku Belanda ini dengan memanfaatkan jasa Snouck
hukum Islam. Pendapat ini dikemukakan Hurgronje, berusaha menerapkan berbagai
antara lain oleh Salomon Keyzer (1823-1868), teori untuk merintangi kemajuan Islam di
seorang ahli bahasa dan ahli kebudayaan tanah air. Salah satu teori yang popular adalah

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 84


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

theory receptie yang berarti hukum Islam kehidupan masyarakat dan mendukung setiap
berlaku apabila diterima, atau dikehendaki kali terjadi pertentangan tersebut. Dengan
oleh hukum adat (Muhaimin. 2010). demikian tanah Hinda Belanda kelak akan
Snouck Hurgronje membalikkan teori mengikuti pola asosiasi kebudayaan Belanda
Van den Berg dan membangun teori receptie. (Iqbal, 2009).
Menurutnya, hukum yang berlaku bagi rakyat Sebelum Indonesia merdeka, hukum
pribumi pada dasarnya adalah hukum adat. tertulis tentang pekawinan hanya ditujukan
Hukum Islam baru berlaku dalam masyarakat bagi golongan tertentu. Adapun bagi warga
kalau norma-normanya sudah diakui dan bumi putera yang beragama Islam, tidak ada
diterima oleh masyarakat tersebut. Karenanya, hukum tertulis yang mengatur perkawinan,
hukum Islam terserap dan menjadi bagian dari tidak ada undang-undang yang dapat dijadikan
hukum adat. Snouck beranggapan bahwa kaum patokan dalam pelaksanaan akad nikah
muslimin Indonesia lebih menghargai mistik perkawinannya. Bagi mereka, berlaku hukum
dari pada hukum Islam dan lebih menghargai Islam yang sudah diresiplir dalam hukum adat
pemikiran agama yang spekulatif daripada berdasarkan teori receptive yang dikemukakan
pelaksanaan kewajiban agama itu sendiri. Islam oleh Hurgronje, Van Vollen Hoven, Ter Haar,
masih bercampur baur dengan sisa-sisa dan murid-muridnya. Hal ini mendorong
peninggalan Hindu dan ini diakomodasi beberapa organisasi wanita pada masa itu
dengan sumber masuknya agama Islam dari menuntut memiliki Undang-Undang Perka-
India. Karenanya, mistik mempunyai pengaruh winan dan persoalan tersebut pernah
di semua kalangan penduduk.berdasarkan dibicarakan di Volksraad (Manan, 2008).
inilah dia beranggapan bahwa Islam belum Karena tidak kuatnya reaksi umat Islam,
sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Dalam Belanda makin berani mengadakan perubahan
nasehatnya kepada pemerintah Hindia lebih mendasar untuk memperlemah dan
Belanda, ia menyatakan bahwa adat – terutama menyingkirkan hukum Islam dari umatnya.
di Minangkabau- harus dipertahankan dan Pada tanggal 6 Juni 1919, Belanda
dibela dari propaganda kelompok agama yang mengeluarkan RR Stbl. 1919 : 621 yang
ingin mengubahnya. Untuk itu adat harus menyatakan berkenaan dengan masalah-
dibiarkan berkembang, tetapi tetap berada masalah yang terjadi antara sesama bumi-
dibawah pengawasan pemerintah. Sifat putera, memperhatikan peraturan yang
kedaerahan dan keanekaragaman adat juga berkenaan dengan agama dan kebiasaan
harus dipupuk agar penduduk Hindia Belanda mereka. Dalam pasal ini, kedudukan hukum
tidak punya kesatuan Hukum (Iqbal, 2009). Islam semakin diperlemah. Bahkan dalam
Pendapat ini kemudian terkenal dengan ketentuan tersebut ditegaskan pula bahwa bila
Receptie Theorie (teori resepsi) yang mempunyai diperlukan, perlakuan atas mereka dapat pula
banyak pengikut di kalangan para sarjana menyimpang dari peraturan agama dan
hukum, lebih-lebih setelah teori itu kebiasaannya itu bila dikehendaki oleh
dikembangkan secara sistematis dan ilmiah kepentingan umum dan masyarakatnya (Iqbal,
oleh Cornelis van Vallenhoven dan Betrand ter 2009).
Haar serta dilaksanakan dalam praktik oleh Ini menandai keberhasilan penjajahan
murid-murid dan pengikutnya (Ali, 2013). belanda dalam mengebiri hukum Islam dan
Pandangan inilah menjadi kebijakan politik mempertentangkan sistem hukum di
belanda terhadap Islam di Indonesia. Snouck Indonesia. Pendekatan konflik yang dilakukan
Hurgronje berupaya mempersempit ruang oleh Belanda antara lain melalui Scouck
gerak Islam hanya sebagai ritual belaka dan Hurgronje, Van Vallenhoven dan Ter Haar
mencegah munculnya politik Islam sebagai agaknya merupakan konsekuensi logis yang
kekuatan untuk menentang kekuasaan diambil Belanda dalam rangka memper-
Belanda. Di sisi lain, Hurgronje memberikan tahankan kolonialisme mereka di Indonesia
keleluasaan kepada adat kebiasaan dan (Iqbal, 2009).
membentukannya dengan hukum Islam.
Pemerintah Hindia Belanda berusaha
meminggirkan peranan hukum Islam dari

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 85


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Penerapan Hukum Masa Setelah Ketika Indonesia menyatakan kemerde-


Kemerdekaan kaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, upaya
Usaha untuk mengendalikan dan untuk melakukan pembaruan hukum warisan
menempatkan hukum Islam dalam kedudu- kolonial mulai dicanangkan walaupun dalam
kannya semula, seperti telah disebutkan di rangka menghindarkan kekosongan hukum,
muka, terus dilakukan oleh para pemimpin hukum warisan kolonial belanda itu untuk
Islam dalam berbagai kesempatan yang sementara masih tetap diberlakukan (sesuai
terbuka. Ketika Badan Penyelidik Usaha bunyi aturan Peralihan Pasal 2 dari UUD 1945;
Persiapan Kemerdekaan terbentuk dan semua Badan Negara dan Peraturan yang ada
bersidang di zaman pemerintahan Jepang masih berlaku, selama belum diadakan yang
untuk merumuskan dasar negara dan baru menurut Undang-Undang Dasar ini).
menentukan hukum dasar bagi negara Namun, karena Peraturan Perundang-
Indonesia kelak. Demikianlah, setelah bertukar Undangan yang diberlakuan itu dibangun
pikiran melalui musyawarah, para pemimipin berdasarkan teori receptie itu maka Hazairin hal
Indonesia yang menjadi perancang dan ini merugikan Umat Islam (Muhaimin, 2010).
perumus Undang-Undang Dasar Republik Sejak tahun 1950, Profesor Hazairin
Indonesia yang kemudian dikenal dengan UUD secara sistematis terus menerus mengkritik
1945 mencapai persetujuan yang dituangkan ke teori resepsi itu, yang menurutnya berten-
dalam suatu piagam yang kelak terkenal tangan dengan Undang-Undang Dasar 1945
dengan Piagam Jakarta (22-6-1945). Di dalam pasal 29 ayat 1 yang berisi Negara Berdasarkan
Piagam Jakarta yang kemudian diterima oleh atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut
Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Hazairin, negara yang berdasarkan Ketuhanan
Indonesia sebagai Pembukaan atau Mukad- Yang Maha Esa itu wajib melaksanakan hukum
dimah Undang-Undang Dasar, dinyatakan yang berasal dari agama yang dianut oleh
antara lain bahwa Negara berdasarkan kepada warga negaranya, sepanjang pelaksanaan
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan hukum itu memerlukan bantuan kekuasaan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya (Ali, Negara (Suntana, 2014).
2013). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, ada kalau setelah Indonesia merdeka banyak kritik
beragam tradisi dan budaya adat dalam yang dialamatkan pada teori resepsi itu dan
kehidupan masyarakat. Adat itu sendiri pada tokohnya, terutama Betrand ter Haar.
beraneka ragam sesuai dengan etnis aslinya Profesor Hazairin almarhum (1905-1975)
dan latar belakang budaya aslinya, seorang ahli hukum adat dan hukum Islam
keanekaragaman kelompok etnik dan batasan terkemuka dari Fakultas Hukum Universitas
budaya penduduk Indonesia. Perkawinan Indonesia, salah seorang murid ter Haar tetapi
dalam hukum adat, pada beberapa tingkatan, tidak sepaham dengan ajaran yang
akan berbeda-beda dalam hal jenis kelompok, dikembangkan oleh gurunya itu menyatakan
keluarga, komunitas dan personalnya. bahwa „teori resepsi‟ yang diciptakan oleh
Sebagaimana Ter Haar menyebutkan, perka- kekuasaan kolonial Belanda untuk merintangi
winan juga berarti kelompok kekerabatan yang kemajuan Islam di Indonesia itu adalah „teori
terorganisasi yang membentuk komunitas iblis‟ karena mengajak orang Islam untuk tidak
otonom tetap menjaganya, suku, rumpun atau mematuhi dan melaksanakan perintah Allah
keluarga besar. Di dalam komunitas, perka- dan Rasul-Nya, Menurut teori resepsi.
winan juga berarti keluarga, individu Demikian Hazairin, hukum Islam ansich (itu
memperluas barisannya di masa depan, dan ini sendiri) bukanlah hukum kalau hukum Islam
membuatnya sebagai sebuah masalah keluarga. itu belum diterima ke dalam dan menjadi
Oleh karena itu, perkawinan dan hukum hukum adat. Dan kalau diterima oleh hukum
perkawinan memiliki posisi yang sangat adat (setempat), hukum Islam yang demikian,
penting di dalam hukum adat (Muhaimin, tidak lagi dikatakan hukum Islam, tetapi
2010). hukum adat. Hukum adatlah yang menentukan
apakah hukum Islam itu hukum atau bukan
(Ali, 2013).

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 86


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Pada masa merdeka, agama Islam di deskriminatif seperti posisi perempuan dan
Indonesia menghadapi dua pengaruh yang nonmuslim melainkan lebih-lebih masalah-
merupakan arus yang berlawanan satu sama masalah keadilan secara umum (Suaedy, 2009)
lainnya. Pertama, dari modernisasi yang bersifat Politik transformasi sistem hukum
sekuler semata-mata, yang tidak membawakan syariah Islam menjadi hukum positif dalam
penghayatan ajaran Islam dalam bidang-bidang berbentuk peraturan perundang-undangan ini
kehidupan dunia. Dalam rangka pembangunan menjadi sangat penting karena beberapa
yang diharapkan dapat berjalan seperti yang alasan: (1) Dari aspek daya paksa hukum, maka
dikemukakan oleh kebijaksanaan pemerintah, hukum syariah Islam yang telah ditransformasi
mudah saja penghayatan tersebut dilupakan menjadi hukum positif mempunyai kekuatan
atau terlupakan. Kedua, perkembangan hukum yang mengikat dalam kehidupan
kebatinan dan kepercayaan. Dimulai dengan beragama, bermasyarakat dan bernegara. (2)
gerakan yang bersifat pribadi perbentengan Dari aspek subtansi hukum, maka secara
diri terhadap godaan dunia, atau pun untuk demokratis dapat dipilih dan disepakati
menyadari kehidupan insan serta spiritual, hukum syariah Islam yang mana yang harus
pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan diberlakukan dalam masyarakat dan disepakati
pengakuan untuk disamakan dengan agama pula bagaimana cara melaksanakannya; (3)
yang harus dicerminkan dalam birokrasi Dari aspek budaya hukum, maka hukum
pemerintahan. Kedua arus tersebut, moderni- syariah Islam yang diberlakukan tersebut
sasi dan kepecayaan/kebatinan, tampaknya sudah barang tentu adalah hukum syariah
berlawanan, karena yang pertama bertentangan Islam yang sesuai dengan keyakinan dan
dengan akal pikiran, sedangkan yang kedua, kesadaran hukum serta perkembangan
perasaan serta cara-cara dan paham-paham kebutuhan hukum dalam masyarakat
bertentangan dengan akal pikiran. Dalam hal kehidupan ketatanegaraan pada masanya; (4)
ini dibuat seolah-olah Islam berusaha untuk Dari aspek struktur hukum, maka secara
menjadi alternative paham dan sistem yang yuridis ketatanegaraan pemerintah berke-
dapat diterima akal serta dapat memenuhi wajiban menyediakan fasilitas yang berupa
kebutuhan rohani (Suntana, 2014). perangkat (struktur) hukum yang berupa
Sistem hukum Indonesia, sebagai akibat lembaga atau badan hukum syariah; (5) dari
dari perkembangan sejarahnya bersifat aspek politis dan ukhuwah (rasa persaudaraan),
majemuk. Disebut demikian karena sampai maka dengan kesepakatan yang demokratis
sekarang di dalam Negara Republik Indonesia tersebut dapat dihindari perpecahan di
berlaku beberapa sistem hukum yang kalangan intern masyarakat Islam sehingga
mempunyai corak dan susunan sendiri. Yang kesatuan dan persatuan tetap terjaga sebagai
dimaksud adalah sistem hukum adat, sistem modal dasar membina kesatuan dan peraturan
hukum Islam dan sistem hukum Barat. Ketiga bangsa serta keutuhan Negara kesatuan
sistem hukum itu mulai berlaku di Indonesia republik Indonesia; (6) transformasi secara
pada waktu yang berlainan. Hukum adat telah bertahap (tadarruj) sesuai denga ciri khas
lama ada dan berlaku di Indonesia, walaupun hukum Islam yang senantiasa dapat
sebagai sistem hukum baru dikenal pada disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
permulaan abad ke-20. Hukum Islam telah ada hukum; dan (7) Syariah Islam yang memiliki
dikepulauian Indonesia sejak orang Islam karakteristik “rahmatan lil ‘alamin” senantiasa
datang dan bermukim di Nusantara ini (Ali, harus memerhatikan kepentingan pemeluk
2013). agama lain dalam batas-batas yang wajar agar
Tetapi cerita adopsi positif atas tidak menimbulkan perpecahan dan
beberapa elemen syariah dalam kerangka permusuhan. Sikap politik hukum pemerin-
hukum nasional dengan tiga tiang tersebut, tahan Indonesia ini sejalan dengan teori hukum
sesungguhnya menyimpan sejumlah pertanya- dan masyarakat yang mengajarkan bahwa
an lebih lanjut bagi perlunya diskusi yang lebih hukum yang baik bagi masyarakat muslim
mendasar dan retail tentang elemen-elemen Indonesia adalah hukum syariah Islam yang
syariah itu sendiri. Ini bukan hanya dalam sesuai dengan perkembangan kebutuhan
masalah yang berkaitan dengan isu hukum pada masanya.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 87


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Pada tahun 1946, tekad politik pemerintah platform), yang dari sudut penglihatan kaum
hukum syariah Islam ini kemudian mulai Muslim Indonesia-sebagai menjadi pandangan
dilaksanakan yang pada waktu itu diawali dasar tokoh-tokoh Islam seperti Teuku Moh.
dengan pembentukkan Kementerian Agama pada 3 Hasan A. Wahid Hasyim, Ki Bagus
Januari 1946 dengan penetapan Pemerintah No. Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan lain-
1/S.D. atas usul Perdana Menteri (Kabinet lain- merupakan prinsip-prinsip yang menjadi
Syahrir II) dan Badan Pekerja Komite Nasional titik pertemuan dan persamaan antara warga
Indonesia Pusat (BPKNIP), dengan Menteri Negara Muslim Indonesia dengan warga
Agama yang pertama H.M. Rasyidi, BA. Negara non-Muslim untuk mendukung
Untuk mewujudkan satu hukum Republik Indonesia. Sementara itu, dalam
nasional bagi bangsa Indonesia yang terdiri rangka usaha memberi subtansi kepada nilai-
dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaan nilai nasional tersebut dan pengembangannya,
dan agama yang berbeda ditambah lagi dengan secara kultural dan sosiologis tidak dapat
keanekaragaman hukum yang ditinggalkan dihindari adanya keharusan memperhatikan
oleh penguasa kolonial terdahulu, bukanlah nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat paling
pekerjaan yang mudah. Pembangunan hukum besar, yaitu nilai-nilai Islam (Madjid, 2000).
nasional yang akan berlaku bagi semua warga Hukum Islam adalah hukum yang
negara tanpa memandang agama yang bersifat universal, karena ia merupakan bagian
dipeluknya, haruslah dilakukan dengan hati- dari agama Islam yang universal sifatnya.
hati, karena diantara agama yang dipeluk oleh Sebagaimana halnya dengan agama Islam yang
warga Negara Republik Indonesia ada agama universal sifatnya itu, hukum Islam berlaku
yang tidak dapat dicerai pisah dari hukum. bagi orang Islam dimanapun ia berada, apapun
Agama Islam, misalnya, adalah agama yang nasionalitasnya. Hukum nasional adalah
mengandung hukum yang mengatur hubungan hukum yang berlaku bagi bangsa tertentu di
manusia dengan manusia lain dan benda dalam suatu negara nasinal tertentu. Dalam kasus
masyarakat. Indonesia, hukum nasional mungkin juga
Menurut para pakar hukum Islam di berarti hukum yang dibangun oleh bangsa
Indonesia, pembaruan hukum Islam yang Indonesia setelah Indonesia merdeka dan
terjadi saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, berlaku bagi penduduk Indonesia, terutama
antara lain: Pertama, untuk mengisi kekosongan warga Negara Republik Indonesia sebagai
hukum karena norma-norma yang terdapat pengganti hukum kolonial dahulu (Ali, 2013).
dalam kitab-kitab fiqih tidak mengaturnya, Meskipun pada masa Orde Lama,
sedangkan kebutuhan masyarakat terhadap perkembangan hukum Islam kurang terlihat,
hukum terhadap masalah yang baru terjadi itu namun pada Orde Baru mulai terlihat sedikit
sangat mendesak untuk diterapkan. Kedua, demi sedikit. Ini dikarenakan bahwa umat
pengaruh globalisasi ekonomi dan IPTEK Islam sadar, untuk mewujudkan negara Islam
sehingga perlu ada aturan hukum yang di Indonesia sangatlah sulit, maka berangkat
mengaturnya, terutama masalah-masalah yang dari spirit Piagam Jakarta itu pula, mereka
belum ada aturan hukumnya. Ketiga, pengaruh merubah haluan kepada mewujudkan
reformasi dalam berbagai bidang yang masyarakat Islam. Yang pertama perjuangan
memberikan peluang kepada hukum Islam bergerak pada pendirian Negara secara formal,
untuk bahan acuan dalam membuat hukum namun berikutnya berjuang secara kultural.
nasional. Keempat, pengaruh pembaruan Oleh karena itu, usaha memasukkan unsur-
pemikiran hukum Islam yang dilaksanakan unsur Islam dalam undang-undang nasional
oleh para mujtahid baik tingkat internasional terus dilakukan.
maupun tingkat nasional, terutama hal-hal Hal itu ditandai dengan munculnya
yang menyangkut perkembangan ilmu berbagai peraturan perundang-undangan,
pengetahuan dan teknologi (Manan, 2006) meskipun secara eksplisit tidak menyebutkan
KeIslaman bangsa Indonesia tidaklah sebagai undang-undang Islam, akan tetapi
harus dihadapkan dengan ide bahwa negara subtansinya diambil dari hukum Islam,
kita berdasarkan Pancasila. Sebab Pancasila terutama kitab-kitab fiqih. Misanya saja
adalah sebuah ideologi bersama (common Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 88


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 28 hukum yang mempunyai kedudukan yang
Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik sama dan seimbang yaitu hukum adat, Barat
yang merupakan kelanjutan dari Undang- dan Islam. Ketiganya berkompetisi bebas dan
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- demokratis, bukan pemaksaan.
pokok Agraria. Hukum Islam di Era Reformasi Era
Puncak kemajuan eksistensial bagi reformasi ditandai dengan berakhirnya era
hukum Islam dalam kerangka ius constitutum, orde baru yang dipimpin oleh Suharto sebagai
adalah ketika ditetapkannya UU No. 7 Tahun presiden republik Indonesia. Turunnya
1989 tentang Peradilan Agama, sebuah lembaga Presiden Suharto dari tampuk pemerintahan
peradilan yang khusus diperuntukkan bagi pada tanggal 21 Mei 1998 sekaligus membuka
umat Islam dan instruksi Presiden No. 1 Tahun era baru bagi Indonesia, sebagai populasi
1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, sebagai muslim terbanyak di dunia, yang menuntut
pedoman –terutama- bagi para hakim agama peran muslim dalam ranah ekonomi, hukum
dalam memutus perkara dilingkungan dan poliitik. Hal ini terlihat dengan munculnya
peradilan agama, meskipun wilayah 48 partai politik, yang sebelumnya pada masa
hukumnya masih sebatas hukum perkawinan, Suharto hanya 3 parpol, 19 diantaranya adalah
kewarisan, perwakafan, wasiat, hibah, dan partai Islam.
sedekah. Hukum Islam pada era reformasi
Pada tahun 1990-an terlihat perubahan sebagai kelanjutan dari era sebelumnya dapat
sikap pemerintah terhadap pengelolaan zakat. berkembang pesat melalui jalur kultural. Hal
Pada tahun 1991, pemerintah mengeluarkan itu terjadi sebagai konsekuensi logis dari
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam kemajuan kaum muslim di bidang ekonomi
Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia dan pendidikan. Perkembangan Islam budaya
Nomor 29 dan 47 tahun 1991 tentang pada era reformasi diikuti perkembangan
Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq, dan hukum Islam secara kultural. Keadaan tersebut
Shadaqah dan Instruksi Menteri Dalam ditunjang oleh lahirnya beberapa undang-
NegeriNomor 7 tahun 1998 tentang pembinaan undang sebagai hukum positif Islam.
badan amil zakat dan shadaqah (Suntana, Peraturan yang memuat nilai-nilai
2014). hukum Islam yang telah ditetapkan dalam
bentuk undang- undang diantaranya yaitu ; 1)
Penerapan Hukum Islam Masa Era Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
Reformasi tentang Pengelolaan Zakat, 2) Undang-Undang
Hukum Islam merupakan salah satu Nomor 17 Tahun 1999 tentang
sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Penyelenggaraan Ibadah Haji, 3) Undang-
Secara eksplisit, dalam politik hukum nasional, Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
posisi hukum Islam diakui sebagaimana Perbankan sebagai pengganti Undang- Undang
dirumuskan dalam GBHN. Dengan demikian, Nomor 7 Tahun 1992 tentang
berlakunya hukum Islam memiliki landasan Perbankan, 4) Undang-Undang Nomor 41
konstitusional sekaligus landasan yuridis. Tahun 2004 Tentang Wakaf, 5) Undang-
Dilihat secara historis, hukum Islam Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
menempati posisi yang menentukan dalam Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
ketatanegaraan Indonesia sejak pra- Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, 6)
kemerdekaan, awal kemerdekaan, masa Orde Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang
Lama dan Orde Baru. otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa
Pada awal reformasi, kebijakan arah Aceh yang mana pemerintah memberikan
dan tujuan bangsa Indonesia diatur dalam kewenangan yang lebih luas untuk
GBHN tahun 1999. Dengan berlakunya GBHN menyelenggarakan pemerintahan dan
tahun 1999 ini, hukum Islam mempunyai mengelola sumber daya alam dan sumber daya
kedudukan lebih besar dan tegas lagi untuk manusia, termasuk di dalamnya penegakan
berperan sebagai bahan baku hukum nasional. syariat Islam. 7) Undang-Undang Nomor 13
Perkembangan hukum nasional pasca Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah
reformasi mencakup tiga elemen sumber Haji sebagai pengganti Undang- Undang

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 89


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Nomor 17 Tahun 1999. 8) Undang-Undang oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional yakni
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Hukum badan yang berwenang merancang dan
Perbankan Syariah. 9) Undang-Undang Nomor menyusun hukum nasional yang akan datang
19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah adalah asas-asas dan kaidah-kaidah hukum
Negara, serta peraturan perundang-undangan Islam dalam segala bidang, baik yang bersifat
lainnya (Jaenal Aripin,, 2008). umum adalah misalnya ketentuan umum
Di era reformasi, upaya untuk mengenai peraturan perundang-undang yang
melakukan perubahan terhadap KHI akan berlaku di tanah air kita, sedang yang
sebenarnya telah dilakukan, yakni menjadikan bersifat khusus, misalnya untuk menyebut
materi-materi hukum dalam KHI sebagai sekedar contoh, adalah asas-asas hukum
materi rancangan undang-undang hukum perdata Islam terutama mengenai hukum
terapan. Bahkan, pada tahun 2000, dalam kewarisan, asas-asas hukum ekonomi terutama
Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang mengenai hak milik, perjanjian dan utang-
Program Perumusan Nasional Tahun 2000- piutang, asas-asas hukum pidana Islam, asas-
2004, berhasil dimasukkan rumusan bahwa asas hukum tata negara dan administrasi
salah satu indikator keberhasilan pemerintahan, asas-asas hukum acara dalam
pembangunan nasional dibidang hukum Islam, asas-asas hukum internasional dan
adalah diundangkannya hukum terapan hubungan antarbangsa dalam Islam. Yang
peradilan agama, yang materi pokoknya adalah dimaksud dengan asas dalam pembicaraan ini
KHI. Sejak saat itu, terus dilakukan langkah- adalah kebenaran yang menjadi dasar atau
langkah, termasuk penyusunan draft tumpuan berpikir (Ali,, 2013).
rancangan undang-undang, asosialisasi, Oleh karena itu, dalam setiap proses
seminar, studi banding lanjutan, dan penetapan berbagai produk hukum nasional,
sebagainya. Akan tetapi, masyarakat (termasuk hukum Islam tidak boleh dikesampingkan
dari kalangan umat Islam) banyak yang kurang peranannya. Selain itu, antara hukum nasional
mendukung bahkan “menghantam” usaha dan aspirasi mayoritas rakyat (hukum Islam)
tersebut dengan berbagai alasan seperti pun harus terjadi hubungan yang saling
pertimbangan gender, HAM, diskriminasi berkaitan satu sama lain sebab hukum tidak
hukum, dan lain-lain (Jaenal Aripin,, 2008). lepas hubungannya dengan kondisi objektif
Selain peluang penerapan hukum Islam masyarakat (Suntana, 2014).
yang semakin terbuka lebar, upaya konkret
merealisasikannya dalam bentuk peraturan dan Penutup
undang-undang sudah membuahkan hasil Islam merupakan agama mayoritas
nyata di era reformasi. Undang-Undang Nomor penduduk di Indonesia, dan masuknya Islam
32 Tahun 2004 serta Qanun Provinsi Nangroe ke Indonesia tidaklah berada dalam satu waktu
Aceh Darussalam tentang Pelaksanaan Syariat yang bersamaan, melainkan berlangsung
Islam Nomor 11 Tahun 2002 adalah buktinya. selama berabad-abad, dan tidak merata di
Jadi, dapat disimpulkan bahwa di zaman seluruh tempat. Islam bukan hanya sebagai
reformasi seperti sekarang ini, terbuka peluang agama yang menjalankan fungsi dari ibadah
cukup besar bagi system hukum Islam saja namun dalam kesehariannya pun
memperkaya khazanah hukum di Negara diterapkan hukum-hukum yang ada dalam
Indonesia. Islam itu sendiri bagi pemeluknya. Realitas
Masyarakat Indonesia bisa melakukan sosial-politik di Indonesia tidak mungkin
berbagai langkah pembaruan seperti dilepaskan dari faktor dan dinamika
pembentukan sistem hukum baru yang keberagaman, khususnya umat Islam. Hal ini
berlandaskan dan bersumber dari sistem sangat wajar dan logis mengingat umat Islam
hukum Islam. Sistem hukum Islam ini nantinya merupakan penduduk mayoritas yang
bisa dijadikan sebagai aturan hukum positif sekaligus juga penjaga tradisi keislaman dalam
yang berlaku di dalam hukum Negara masyarakat. Peranan negara yang berkewajiban
Indonesia. menjaga dan melayani kebutuhan warganya
Dalam tahap perkembangan pembinaan mau tidak mau mesti memperhatikan aspirasi
hukum nasional sekarang, yang diperlukan umat Islam serta umat agama lainnya.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 90


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Pembangunan hukum nasional yang berlaku UU No. 1/1974 sampai KHI, Jakarta:
bagi semua warga negara tanpa memandang Prenada Media Group.
agama yang dipeluknya, haruslah dilakukan
dengan hati-hati, karena diantara agama yang Basiq Djalil. (2010). Peradilan Agama di Indonesia,
dipeluk oleh warga Negara Republik Indonesia Gemuruhnya Politik Hukum (Hk. Islam,
ada agama yang tidak dapat dicerai pisah dari Hk. Barat, dan Hk. Adat) dalam Rentang
hukum. Agama Islam, misalnya, adalah agama Sejarah Bersama Pasang Surut Lembaga
yang mengandung hukum yang mengatur Peradilan Agama Hingga Lahirnya
hubungan manusia dengan manusia lain dan Peradilan Syariat Aceh, Jakarta: Prenada
benda dalam masyarakat. Media Group.

Daftar Pustaka Cik Hasan Bisri. (1997). Peradilan Agama di


Abd. Shomad. (2012). Hukum Islam, Penormaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Persada.
Jakarta: Prenada Media Group.
Dedy Djamaluddin, et.al. (1998). Zaman Baru
Abdul Halim. (2005). Politik Hukum Islam di Islam Indonesia, Pemikiran dan Aksi Politik
Indonesia, Jakarta: Ciputat Pers. M. Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan
Jalaluddin Rakhmat, Bandung.
Abdul Manan. (2008). Aneka Masalah Hukum
Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI. (1987). Amal Bakti
Kencana. Departemen Agama RI 3 Januari 1946-3
Januari 1987; Eksistensi dan Derap
------------. (2006). Reformasi Hukum Islam di Langkahnya, Jakarta, Departemen
Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo. Agama RI.

Abdullah Ubaid Mathraji. 2008. Warna Islam H.M. Fauzan. (2005). Pokok-pokok Hukum Acara
Indonesia, Ekspresi Umat Islam di Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah
Indonesia. Ciputat: Pustaka Cendikia Syariah di Indonesia, Jakarta: Prenada
Muda. Media Group.

Ahmad Mansur Suryanegara. (1998). Hosen Nasr. (2003). Islam: Agama, Sejarah dan
Menemukan Sejarah (Wacana Pergerakan Peradaban, diterj. Koes Adi Widjajanto,
Islam di Indonesia), Jakarta: Mizan. Surabaya: Risalah Gusti.

Ahmad Mujahidin. (2012). Pembaharuan Hukum Ija Suntana. (2014). Politik Hukum Islam.
Acara Peradilan Agama, Bogor: Penerbit Bandung: Pustaka Setia.
Ghalia Indonesia.
Jaenal Aripin. (2013). Jejak Langkah Peradilan
Ali Masykur Musa. (2014). Membumikan Islam Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana
Nusantara, respon Islam terhadap Isu-isu Prenada Media Group.
aktual, Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta. Jajat Burhanuddin. (2003). Transformasi Otoritas
Keagamaan: Pengalaman Islam Indonesia,
Amir Syarifuddin. (2002). Meretas Kebekuan Jakarta: Gramedia.
Ijtihad, isu-isu penting Hukum Islam
Kontemporer, Jakarta: Ciputat Pers. Mardani. (2013). Hukum Islam Kumpulan
Peraturan tentang Hukum Islam di
Amiur Nuruddin, et.al. (2004). Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Prenada Media
Islam di Indonesia, Studi Kritis Group.
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih,

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 91


Dinamika dan Eksistensi Hukum Islam di Indonesia

Mohammad Daud Ali. (2013). Hukum Islam,


Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.

Mufidah Saggaf Aljufri. (2011). Pembaruan


Hukum Islam menurut Jamal Al-Banna.
Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.

Muhammad Iqbal. (2009). Hukum Islam


Indonesia Modern Dinamika Pemikiran dari
Fiqh Klasik ke Fiqh Indonesia, Pamulang:
Penerbit Gaya Media Pratama.

Mukti Arto. (2012). Peradilan Agama dalam


Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Kajian
Historis, Filosofis, Ideologis, Politis,
Yuridis, Futuristis, Pragmatis, Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.

Nurcholish Madjid. (2000). Islam Doktrin dan


Peradaban, Sebuah Telaah kritis tentang
masalah keimanan, kemanusian, dan
kemodernan, Jakarta : Penerbit Yayasan
Wakaf Paramadina.

----------, (2010). Kumpulan naskah pengajian


Masyarakat Intelektual, menegaskan Visi
Islam dalam Bingkai Keindonesian, Jakarta:
Kementerian Agama RI Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

Rifyal Ka‟bah. (1999). Hukum Islam di Indonesia.


Cet.1. Jakarta: Universitas Yarsi Jakarta.

Sulaikin Lubis, et.al. (2008). Hukum Acara


Perdata Peradilan Agama di Indonesia.
Jakarta: Kencana.

Yayan Sopyan. (2011). Islam-Negara,


Transformasi Hukum Perkawinan Islam
dalam Hukum Nasional, Ciputat: UIN
syarif Hidayatullah.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017 92

You might also like