You are on page 1of 38

BAGIAN IKM & IKK PENELITIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2013


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR, DAN


GANGGUAN KESEHATAN YANG DI TIMBULKAN DI RUMAH SAKIT
IBNU SINA MAKASSAR

Oleh
Indah Triayu Irianti 110207018
Andi Khaerati Mappasere 110207037
Supervisor
dr. Sultan Buraena, M.sc, Sp.Ok

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DI BAGIAN IKM & IKK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan dimana di dalamnya
terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan
kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak positif
berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dan memberikan
keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri, rumah
sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada
manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat proses
penyembuhan serta pemulihan penderita, karena kegiatan atau sifat pelayanan
yang diberikan. Rumah sakit bisa menjadi depot segala macam penyakit yang ada
di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu
dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah
terhadap penyakit. Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara
langsung ( cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui
serangga sehingga dapat mengancam kesehatan (vector borne infection)
masyarakat umum.1,2,3
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya.
Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan
suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan.
Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat
merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung
juga sebagai perantara penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui
vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau
kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat
sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut. 4
Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10
golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti
nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit
malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis
yang menyebabkan penyakit pes. Disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus
binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor
dan binatang pengganggu Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu
tersebut harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi
sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau
menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun
membahayakan kehidupan manusia. 4,5
II. TUJUAN PENELITIAN

II.1. Tujuan umum

Untuk mendapatkan informasi tentang sanitasi lingkungan, pengelolaan


vektor, dan gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makasar Tahun 2013.

II.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan petugas kesehatan


mengenai sanitasi lingkungan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar
Tahun 2013.
2. Untuk mendapatkan informasi tentang vektor apa saja yang terdapat di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013.
3. Untuk mendapatkan informasi tentang gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh vektor pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2013.
4. Untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan vektor di Rumah
Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013.
5. Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan pekerja vektor dan
gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar Tahun Tahun 2013
6. Untuk mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada pekerja vektor Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar
Tahun 2013.
7. Untuk mendapatkan informasi tentang pengobatan dan pencegahan
yang dilakukan pada pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar Tahun 2013.

II.3. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak institusi pendidikan sebagai bahan tambahan informasi


ilmiah mengenai sanitasi lingkungan, pengelolaan vektor, dan
gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makasar Tahun 2013.
2. Bagi masyarakat, manfaat penelitian yaitu untuk memberikan
informasi tentang sanitasi lingkungan, pengelolaan vektor, dan
gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar Tahun 2013.
3. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai media pembelajaran
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang sanitasi lingkungan,
pengelolaan vektor, dan gangguan kesehatan yang di timbulkan di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makasar Tahun 2013
4. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
melakukan penelitian penelitan ditempat lain.
III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya


pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi
berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik
di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi
masyarakat di sekitar rumah sakit. 5,6
Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit
dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya. Karena
tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan
rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi
silang serta tidak mencemari lingkungan. Keberadaan rumah sakit sebagai tempat
berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan
penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan), maka untuk
mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi
pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yang
menetapkan persyaratan- persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Persyaratan yang harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan, khususnya
sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain mencakup:5,6
(1) Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit

(2) Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman

(3) Penyehatan Air


(4) Pengelolaan Limbah

(5) Pengelolaan tempat Pencucian (Laundry)

(6) Pengendalian Serangga, Tikus, dan Binatang Pengganggu Lainnya,

(7) Dekontaminasi melalui Disinfeksi dan Sterilisasi,

(8) Persyaratan Pengamanan Radiasi,

(9) Upaya Promosi Kesehatan dari Aspek Kesehatan lingkungan.

III.2 Pengelolaan Vektor dan Gangguan Kesehatan yang di timbulkan

III.2.1 Definisi Vektor

Vektor menurut Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 merupakan


arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan
penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini, vektor adalah arthropoda
yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber
infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit merupakan arthropoda
yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod -
borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases yang
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun
epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Di
Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan
penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD),
malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery,
cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat
rumah. Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit :4

1. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya
penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu,
sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim
mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu
perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan
terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan
penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.4
2. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri
tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne
disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama.
Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis.
Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam
reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi
reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami
multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada
intermediate host.4
3. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan
daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen
penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna
lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan
penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh
tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur
Amerika Serikat.4
4. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara
sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab
penularan penyakit arthropoda borne diseases.4

III.2.2. Jenis-jenis Vektor Penyakit

Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang


mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum
yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah
binatan. Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit :4

Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :

1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang


2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk .
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian adalah :4
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
 Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
 Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
 Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
 Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala
 Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus
exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak
sebagai binatang pengganggu antara lain:
d. Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
e. Ordo isoptera, contoh rayap
f. Ordo orthoptera, contoh belalang
g. Ordo coleoptera, contoh kecoak

Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai
binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :4

a. Tikus besar, (Rat) Contoh :


 Rattus norvigicus (tikus riol )
 Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
 Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
b. Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus rumah)
Arthropoda [arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang
terdiri dari organ yang mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras,
tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta
kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai
parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia.
Arthropoda yang Penting dalam dunia Kedokteran adalah arthropoda yang
berperan penting sebagai vektor penyebaran penyakit (arthropods borne disease).
Jenis-Jenis Vektor yang didapatkan di Rumah Sakit dan bahaya yang
ditimbulkan, yaitu didapatkan adalah :7,8
A. Nyamuk
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia
dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus
Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari,
membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada
kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan vektor penting
penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit :7,8
1. Malaria
Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera
adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex
keduaduanya dapat menyebabkan malaria pada burung. Secara praktis tiap
species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak species
bukan vektor alami. Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan penularan
malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau setempat
yang dapat menularkan penyakit malaria. Sifat suatu species yang dapat
menularkan penyakit ditentukan oleh :7
a. Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia.
b. Lebih menyukai darah manusia dari pada darah hewan, walaupun bila
hewan hanya sedikit.
c. Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan
jangka hidup cukup lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus
hidupnya.
d. Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit .
Untuk menentukan apakah suatu species adalah suatu vektor yang
sesuai, maka dapat dicatat persentase nyamuk yang kena infeksi setelah
menghisap darah penderita malaria, prnentuan suatu species nyamuk sebagai
vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index infeksi alami, biasanya
yang
sekitar 1-5%, pada nyamuk betina dikumpulkan dari rumah-rumah di daerah
yang diserang malaria.7
2. Filariasis
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti
dan Brugia malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia,
tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah
tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di
lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor
sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang
mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum
filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan .
Nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan
berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah
dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah
manusia.7
3. Demam Kuning
Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka
kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah
tropis dan subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang menggigit pada penderita
dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama
hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12 hari. Vektor
penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes
aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah
perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air
sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat
didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang
mengandung zat organik.7
4. Dengue Hemorrhagic Fever
Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan
subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa
multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya
ditularkan oleh species Aedes, terutama aedes aegypti. Penyakit ini merupakan
penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat
musim penghujan.7
5. Encephalitis Virus
Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan
subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa
multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya
ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan
penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat
musim penghujan.7
B. Kecoa
Kecoa adalah salah satu serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera.
Famili Blattidae merupakan satu-satunya anggota dari ordo Orthoptera yang
paling sering dijumpai. Di Indonesia, Blattidae lebih dikenal dengan nama kecoa
atau lipas (cockroach) yang menjadi serangga pengganggu di rumah sakit. Kecoa
mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit yaitu sebagai
vector mekanik bagi beberapa mikro organisme pathogen, sebagai inang
perantara bagi beberapa spesies cacing dan menyebabkan timbulnya reaksi-
reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata.
Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain
streptococcus, salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam
penyebaran penyakit antara lain disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, polio
pada anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme pathogen
sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan dimana
organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa,
kemudian melalui organ tubuh kecoa, organism sebagai bibit penyakit tersebut
menkontaminasi makanan.9
Rumah sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian bagian
yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kecoa, mengingat rumah sakit
sebagai sala satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan temapat
berkumpulnya orang sakit dan orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus
bebas kecoa agar tidak terjadi kontak antar manusia dan kecoa atau makan
dengan kecoa supaya penyakit infeksi nasokomial yang ditularkan melalui kecoa
dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang
disebabkan oleh kecoa.9
C. Lalat
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan
larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan.
Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera,
dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia,
anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan
penyakit spirochaeta. Penyakit yang ditimbulkan oleh lalat serta gejalanya,
diantaranya adalah :10
a. Disentri. Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat yang berasal dari
sampah, kotoran manusia atau hewan terutama melalui bulu-bulu badannya,
kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan
manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan
dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit
pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran
terdapat mucus dan push.
b. Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada
bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.
c. Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit
pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
d. Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-
muntah, demam, dehydrasi.
e. kejadian myasis di rumah sakit pada pasien-pasien yang sedang terluka,
disebut Nosocomial Myiasis. Myasis jenis ini terjadi karena di ruang-ruang
perawatan rumah sakit terdapat banyak lalat–atau dalam bahasa sederhana,
ruangan rumah sakit bisa diakses oleh lalat. Rumah sakit seperti ini
mungkin berada di daerah-daerah pedalaman yang tingkat kebersihannya
rendah.
D. Tikus
Tikus merupakan vektor mekanik yang dapat menyebabkan penyakit pes
dari bakteri Yersinia pestis yang dapat menular melalui gigitan tikus,
Salmonellosis dari bakteri salmonella melalui kontaminasi kotoran tikus yang
terkontaminasi dengan makanan, demam gigitan tikus dari bakteri Spirillum,
demam berdarah korea dari Hantavirus melalui kotoran, urine, cairan tubuh
ataupun terkontaminasi langsung. Leptospirosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri lepstopira. Manusia dapat terkena penyakit ini melalui
luka terbuka dan terkena air yang terkontaminasi dengan kotoran ataupun
kencing tikus. Penularan ini dapat pula melalui makanan atau minuman yang
tercemar, yaitu diantaranya : 11
1. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan
hidung (misalnya saat mencuci muka).
2. Melalui makanan atau minuman atau peralatan makan yang
terkontaminasi setitik urine tikus, kemudian dimakan dan diminum
manusia.
3. Makanan minuman di gudang, di warung-warung rumah sakit, dan dapur
berpeluang dikencingi tikus.
4. Jika tidak secara langsung tertelan atau terminum, kemungkinan kencing
yang mencemari tutup minuman kaleng, misalnya. Kita terbiasa
menenggak langsung setelah membuka tutup kaleng minuman tanpa
membersihkannya lebih dulu.
Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai mencret-mencret. Bila
semakin parah, gejala yang disebut di atas tidak mereda, justru muncul nyeri luar
biasa pada sejumlah bagian badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup
duduk atau berdiri.11
E. Kucing
Kucing-kucing liar dirumah sakit, sebagian diantaranya merupakan
pembawa parasit toksoplasma gondii. Dari hasil penelitian, jika parasit ini
menginfeksi wanita hamil, akan menyebabkan abortus (keguguran), atau cacat
pada janin. Bayi yang lahir hidup dapat menderita cacat bawaan seperti
hidrosefalus (kepala membesar dan berisi cairan), anensefalus (tidak punya
tulang tempurung kepala), gangguan mata (korioretinitis). Toxoplasma adalah
suatu protozoa atau parasit bersel satu yang lebih sering dikenal dengan nama
Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan pada hewan berdarah panas, dan
mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara dan kucing, serta
berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Toxoplasmosis sering
kali didiagnosis bersama-sama dengan penyakit lainnya,yang sering dikenal
dengan TORCH (Toxoplasma-Rubella-Cytomegalovirus-Herpes). Toxoplasma
bukanlah virus melainkan protozoa. Semua orang dapat terinfeksi oleh
toxoplasma. Penyakit ini tidak mengenal gender. Artinya baik laki-laki maupun
perempuan dapat terinfeksi toxoplasmosis.12
Kucing dianggap sebagai sumber utama penularan Toxoplasma. Pada usus
halus kucing, terjadi daur seksual atau skizogoni maupun daur aseksual atau
gametogoni dan sporogoni. Yang menghasillkan ookista dan dikeluarkan
bersamaan dengan feces atau kotorannya. Kucing yang mengandung
Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista.
Infeksi dapat terjadi apabila ookista tertelan oleh manusia maupun hewan
perantara lainnya (pada semua hewan berdarah panas dan mamalia lainnya
seperti anjing,sapi,kambing bahkan burung). Namun pada tubuh inang perantara
tidak terbentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista.
Manusia atau kucing dapat tertular toxoplasmosis apabila mengkonsumsi daging
hewan inang perantara yang mengandung kista Toxoplasma gondii. Bila kucing
makan tikus yang mengandung kista maka akan terbentuk kembali stadium
seksual didalam usus halus kucing tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kucing dan hewan felidae lainnya merupakan inang definitif dari
Toxoplasma gondii. Dan hanya pada tubuh kucing dapat terjadi daur hidup yang
sempurna dari Toxoplasma gondii.12
Pada manusia, penularan Toxoplasmosis bisa melalui makanan.
Misalnya manusia memakan sayuran yang tidak dicuci bersih, padahal sayuran
tersebut mengandung ookista dari Toxoplasma gondii. Atau bisa juga memakan
daging hewan yang tidak dimasak dengan matang sempurna, padahal daging
hewan tersebut mengandung kista Toxoplasma gondii. Pada kucing, penularan
dapat terjadi apabila memakan daging hewan perantara yang mengandung kista
Toxolasma gondii. Misalnya pada kucing yang memakan tikus atau burung, atau
kucing yang makan ayam atau daging mentah. Penularan ookista sama pada
manusia bisa juga melalui vektor lalat atau kecoa. Infeksi toxoplasmosis terjadi
apabila secara sengaja atau tidak sengaja menelan ookista Toxoplasma gondii
yang terdapat pada sayuran yang tidak dicuci bersih atau daging setengah matang
misalnya sate, daging steak yang dimasak setengah matang.12
Toxoplasmosis tidak dapat menular melalui air liur dari kucing. Stadium
infektif dari T.gondii adalah bentuk ookista yang dikeluarkan melalui
feces/kotoran kucing, bukan melalui air liur. Sedangkan penularan melalui bulu
dapat terjadi, bila kucing tersebut terinfeksi toxoplasmosis dan ookista yang
dikeluarkan melalui fecesnya kontak/menempel pada bulunya. Penularan terjadi
bila ookista yang terdapat pada bulu, kemudian kontak pada tangan kita pada
saat membelai, kemudian bulu tersebut tertelan oleh kita. Tetapi penularan masih
bisa dicegah dengan cara mencuci tangan kita dengan sabun.12
III.3. Pengelolaan Vektor
Pengelolaan vektor adalah meliputi usaha perencanaan, organisasi,
pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan modifikasi dan
atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia
dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan perkembang biakan vektor
dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor.13
a. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri
dari sesuatu transformasi fisik yang permanen atau berjangka panjang terhadap
tanah, air dan tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah,
menghilangkan atau menurunkan habitat larva tanpa menyebabkan pengaruh
merugikan terhadap kualitas lingkugan manusia. Misalnya drainage perpipaaan
untuk mengurangi sebanyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor.13
b. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng
terdiri atas kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan
kondisi sementara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada
habitatnya. Misalnya perubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air
secara periodik, menghilangkan vegetasi dll. 13
Pengelolaan Vektor Secara Kimia
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah : 13
1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna
3. Menarik bagi vektor
4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi
membunuh vektor dengan cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa
yang kurang berbahaya
7. Tidak mudah terbakar
8. Tidak korosit
9. Tidak meninggalkan warma
10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan
Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain :
Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk,
Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia
(insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun
tidak berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian
insektisida dapat dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi,
trapping) dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama
sekali. Celah-celah atau lobang dinding, lantai, dan lain-lain merupakan tempat
persembunyian yang baik. Lubang yang demikian hendaknya ditutup atau
ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun bagi
manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan
tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya.
Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila
infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif
adalah dengan fumigasi.14
Pengelolaan vektor Untuk nyamuk dewasa dan lalat dilakukan dengan cara
pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (colg Fogging = Ultra low
volume. Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh
nyamuk dewasa yang mengandung virus. Namun, fogging hanya efektif 1-2 hari.
Selain itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging juga harus diganti-
ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk. Cara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan senyawa atau bahan kimia baik yang digunakan untuk membunuh
nyamuk (insektisida) maupun jentiknya (larvasida), mengusir atau menghalau
nyamuk (repellent) supaya nyamuk tidak menggigit.14,15
Pengelolaan Vektor Secara Biologis
Pengelolaan vektor secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan
kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebra, maupub
vertebra. Sebagai pengendalaian biologis dapat berperan sebagai pathogen,
parasit, atau pemasangan. Adapau keuntungan pengendalian vektor secara
biologis yaitu tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.15
Pengelolaan Vektor Secara Fisika-Mekanik
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan
menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :15
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jaring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to
repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
pegangg
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f.Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang
pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh
(pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya
sekaligus peracunan
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh
vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya
penarik menggunakan lampu neon).
III.4. Pekerja Vektor di Rumah Sakit
Pekerja Vektor adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan
yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara,
tanah, makanan dan vektor penyakit pada kawasan Rumah Sakit. 16,17
Dalam menjalankan peran, fungsi dan kompetensinya, pekerja vektor
harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi, Salah satu
diantaranya adalah melakukan survai vektor dan Binatang Pengganggu yang ada
di Rumah Sakit, melakukan analisis hasil survai vektor dan binatang
Pengganggu, Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu, melakukan
pengelolaan pembuangan tinja,mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan
ber-bahaya dan beracun (B3),melakukan surveilance penyakit berbasis
lingkungan,berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan kesehatan lingkungan,
Melakukan intervensi teknis sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah
makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu,melakukan intervensi
sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan
minuman, vektor dan binatang pengganggu,mengelola klinik sanitasi.16
IV. BAHAN DAN CARA
IV.1. Peralatan yang Diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survei


jalan sepintas) dalam rangka untuk survei kesehatan dan kedokteran kerja di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar antara lain :

a. Alat tulis menulis


Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survei jalan sepintas.
b. Kamera
Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar Tahun 2013.
c. Check List dan Kuisioner
Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survei
jalan sepintas yang dilakukan
IV.2. Cara Pemantauan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diteliti (observasional).
Kami merencanakan untuk mendapatkan informasi mengenai sanitasi
lingkungan, pengelolaan vektor, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan di
rumah sakit ibnu sina Makassar dengan menggunakan metode walk-through
survey.
V. JADWAL
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada
tanggal 11 - 15 Februari 2013 di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dengan
agenda sebagai berikut:

No Tanggal Kegiatan
1. 11 Februari 2013 - Melapor ke bagian K3 RS ibnu sina
- Pengarahan Kegiatan
2. 12 Februari 2013 Penyusunan Tinjauan Pustaka
3. 13 Februar1 2013 Penyusunan Proposal
4. 14 Februari 2013 - Walkthrough Survey
- Penyusunan Laporan Walkthrough
survey
5. 15 Februari 2013 - Walkthrough Survey
- Penyusunan Laporan Walkthrough
survey
6. 16 Februari 2013 Persentasi laporan walk through
survey

VI. HASIL PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada Tanggal 14
februari 2013, pukul 10:00 sampai 14:00, bertempat di lantai 1 sampai lantai 5.
Total Responden sebanyak 15 orang, diantaranya adalah perawat, pekerja dapur,
pekerja laundry, dan pekerja vektor (sanitarian).
1. Pengetahuan petugas kesehatan dan pekerja vektor mengenai sanitasi
lingkungan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013, didapatkan yaitu
sebanyak 12 responden mempunyai pengetahuan yang baik, dan 3 responden
mempunyai pengetahuan yang buruk.
2. Vektor yang didapatkan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013,
diantaranya adalah : Nyamuk, lalat, kecoa, dan Kucing. Dari hasil penelitian
didapatkan sebanyak 9 responden memilih Nyamuk, 2 responden memilih
lalat, 2 responden memilih kecoa, dan 2 responden memilih kucing.
3. Gangguan Kesehatan yang di dapatkan akibat vektor pada petugas kesehatan
di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 diantaranya adalah sebanyak
9 responden mengalami gangguan kesehatan berupa gatal-gatal pada kulit,
dan nyeri kepala. Sebanyak 7 responden mengalami gangguan kesehatan
berupa demam dan menggigil.
4. Pengelolaan vektor di Rumah Sakit Ibnu sina Makassar Tahun 2013 yaitu
dilakukan secara kimia, fisik, dan biologi. Dari hasil penelitian didapatkan
sebanyak 7 responden menjawab secara kimia, 4 responden menjawab secara
fisik, 1 responden menjawab secara kimia, dan 3 responden menjawab tidak
tahu.
5. Pengetahuan pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013
mengenai sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan yaitu
didapatkan sebanyak 5 responden mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan dan
sebanyak 3 responden mempunyai pengetahuan yang buruk mengenai sanitasi
dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan.
6. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja vektor Rumah Sakit Ibnu
sina Makassar Tahun 2013 yaitu di dapatkan seluruh pekerja vektor tidak
pernah melakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan pekerjaannya
sebagai pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
7. Pengobatan dan pencegahan yang dilakukan pada pekerja vektor di Rumah
Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 yaitu didapatkan sebanyak 2 pekerja
vektor melakukan pengobatan rawat jalan di rumah sakit, sebanyak 2
responden melakukan pengobatan sendiri, dan 3 responden tidak melakukan
pengobatan.
VII. PEMBAHASAN
Pengetahuan responden tentang sanitasi lingkungan rumah sakit
dibangun berdasarkan kemampuan melihat, mendengar, merasakan,dan
berpikir, sesuai dengan kenyataan yang subyek lihat dan temukan di lingkungan
rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan hasil
seseorang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Sanitasi
lingkungan rumah sakit berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan
fisik, kimiawi dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin
dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita,
pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit, dengan tujuan
menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan
dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan
Didapatkan dari hasil penelitian bahwa tingkat pengetahuan petugas kesehatan
dan petugas vektor tentang sanitasi lingkungan rumah sakit adalah baik, dimana
keadaan ini dikaitakan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petugas
kesehatan dan petugas vektor, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga baik pula
pengetahuan yang dimiliki.
Vektor yang paling banyak didapatkan di Rumah Sakit adalah nyamuk.
Sanitasi yang baik merupakan tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan vektor di rumah sakit, salah satu diantaranya adalah vektor
nyamuk. Dari pengamatan subyek didapatkan bahwa bangunan rumah sakit
belum mempunyai pencahayaan yang baik, sebagian besar di koridor rumah
sakit tidak mendapatkan pencahayaan yang cukup atau gelap, dikaitkan dengan
hal tersebut, keadaan ini merupakan tempat bersarang yang disukai oleh
nyamuk dewasa.
Gangguan kesehatan yang paling banyak ditimbulkan oleh petugas vektor
adalah gatal-gatal dan nyeri kepala. Gatal-gatal merupakan salah satu penyakit
yang banyak diderita masyarakat, salah satunya pada pekerja vektor. Gatal-gatal
dibedakan berdasarkan penyebabnya, ada yang disebabkan alergi, bakteri,
jamur, virus dan parasit. Gatal-gatal juga bisa disebabkan oleh kebersihan diri
yang kurang,kulit yang selalu lembab oleh karena keringat sehingga muncul
efek sangat gatal pada kulit, juga oleh karena gigitan nyamuk. Ketika
menggigit, nyamuk mengeluarkan air liur, dimana air liur merupakan zat
antikoagulan atau anti pembekuan darah. Zat antikoagulan ini membuat darah
tidak membeku sehingga nyamuk dapat dengan mudah menghisap darah. Air
liur yang tertinggal di kulit kita akan merangsang tubuh layaknya ada benda
asing yang mengganggu. Benda asing ini menimbulkan rangsangan yang
memicu sel saraf sensorik untuk mengirimkan sinyal melalui spinothalamic
traktus ke otak. Akibatnya, timbul respon gatal.
Pengelolaan vektor di rumah sakit meliputi usaha perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan
modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya
dengan manusia dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan perkembang
biakan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor. Dari hasil
penelitian vektor yang paling banyak didapatkan di Rumah Sakit adalah
nyamuk dan dikendalikan secara kimiawi. Keadaan ini sesuai teori bahwa salah
satu cara pengelolaan Vektor nyamuk di Rumah Sakit dilakukan secara
kimiawi, yaitu dengan mengguankan insektisida, larvasida, dan repellent.
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
menyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Adalah jelas bahwa rumah sakit
termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
dapat menimbulkan dampak kesehatan baik terhadap para pelaku langsung yang
bekerja di Rumah Sakit tersebut maupun pasien dan pengunjungnya. Dengan
demikian, sudah sepatutnya pihak pengelola Rumah Sakit menerapkan upaya-
upaya Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit. Salah satu upaya
kesehatan kerja yaitu dengan pemeriksaan biomonitoring , yaitu mencegah
terjadinya paparan bahan kimia pada pekerja vektor yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan baik secara akut maupun kronis. Biomonitoring dilakukan
dengan pengujian sampel dari manusia, seperti darah dan air kemih, untuk
mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas ini adalah kunci dari fungsi inti
untuk efektivitas sebuah laboratorium kesehatan masyarakat. Tanpa
biomonitoring, diagnosis dan pengobatan terhadap paparan bahan kimia dapat
tertunda. Biomonitoring adalah alat yang penting untuk pencegahan penyakit.
Ketika hal ini dikombinasikan dengan usaha penelusuran penyakit,
biomonitoring memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk mengerti
dengan lebih baik apa, dimana dan kapan keterpaparan terjadi, hal inilah yang
dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan yang menjelaskan bahwa setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang
perlu diperhatikann yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu
institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup
besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari
faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan
kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan
kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana
dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin
meningkat. Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang
terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi
untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat - alat
kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang
mematikan, dan bahan kimia. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan
sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor /
Aspek Kesehatan, salah satu upaya untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada pekerja vektor adalah dengan menggunakan alat pelindung diri
ketika sedang bekerja yang berguna untuk mencegah keterpaparan bahan
kimia, maupun vektor penyakit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Keadaan ini telah dijelaskan dalam teori bahwa Kewaspadaan Universal
(Universal Precaution) adalah pedoman yang ditetapkanCenter for Disease
Control (CDC), untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang
ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit atau sarana kesehatan
lainnya. Kewaspadaan Universal yaitu diantaranya cuci tangan,menggunakan
alat pelindung diri, seperti sarung tangan dan perlengkapan pelindung
(celemek/baju penutup, kacamata, sepatu tertutup). Menggunakan asepsis atau
teknik aseptik. Memproses alat bekas pakai. Menangani peralatan tajam dan
aman. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan,
sampah secara benar.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. 1 Kesimpulan
1. Pengetahuan petugas kesehatan dan pekerja vektor mengenai sanitasi
lingkungan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 adalah baik.
2. Vektor vektor yang didapatkan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun
2013 diantaranya adalah Nyamuk, lalat, kecoa, dan kucing.
3. Gangguan Kesehatan yang diakibatkan oleh vektor pada petugas
kesehatan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 berupa gatal-
gatal pada kulit , nyeri kepala, demam dan menggigil.
4. Pengelolaan vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 yaitu
dilakukan secara kimiawi dan fisik.
5. Pengetahuan pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun
2013 mengenai sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan yang
ditimbulkan adalah baik.
6. Pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 tidak
pernah melakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan pekerjaannya
sebagai pekerja vektor.
7. Pengobatan yang dilakukan pada pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2013 yaitu rawat jalan di rumah sakit.
VIII.2 Saran
1. Sesuai dengan hasil survei, maka perlu dilakukan upaya pemantauan
kesehatan khususnya pada pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina
untuk mencegah terjadinya kesakitan yang dapat membahayakan
kesehatan.
2. Para pekerja vektor perlu dibuatkan asuransi kesehatan gratis sehingga
para pekerja vektor mempunyai akses yang mudah dalam
memeriksakan kesehatannya.
3. Perlu diadakan pelatihan khusus bagi para pekerja vektor untuk
meningkatkan kualitas kinerja, terampil, dan berwawasan luas.
4. Perlu pemakaian alat pelindung diri yang lengkap bagi pekerja vektor
guna menghindari terjadinya penularan penyakit dari vektor yang dapat
berbahaya bagi kesehatan.
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
II. TUJUAN PENELITIAN
II.1 Tujuan Umum…………………………………………………. 2
II.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 3
II.3 Manfaat Penelitian…………………………………………….. 3
III. TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Sanitasi Lingkungan………………………………………….. 4
III.2 Pengelolaan Vektor…………………………………………… 5
IV. Bahan dan Cara…………………………………………………….. 19
V. JADWAL…………………………………………………………... 20
VI. HASIL PENELITIAN……………………………………………… 20
VII. PEMBAHASAN…………………………………………………… 22
VIII. KESIMPULAN & SARAN………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Ceklish 1
Lampiran Kuesioner 2
DAFTAR PUSTAKA
1. RSUD dr. Soetomo. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Available
athttp://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php?option=com_content&view=ar
ticle&id=228:pengelolaan-kesehatan-lingkungan-rumah-sakit&catid=43:diklat-
tenaga-kesehatan-bersama&Itemid=72. Di unduh pada tanggal 11 februari 2013
2. Fitria, Dika., dkk. 2009. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Laporan Tutorial.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
3. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca Kualitas
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan Hidup
Provinsi DKI Jakarta.
4. Tazmirah, Dewi. 2012. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit. Makalah. Stikes
Kebidanan. Medan.
5. Anas, Azwar. 2012. Sanitasi Rumah Sakit. Makalah. Stikes Muhammadiyah
Banjarmasin.
6. Arif,Fahmi. Dasar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit di Indonesia. 2012.
Artikel. Badan Pelayanan Kesehatan. Cikarang.
7. Anonym. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Available at
http://www.yaslisinstitute.org/news.php?view=149. Di unduh pada tanggal 11
februari 2013.
8. Munaya Fauziah.,Mulia Sugiarti., Ela Laelasari.2002. Pengolahan Aman Limbah
Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
9. Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan
Idayu. Jakarta
10. Noor,N.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta, Jakarta.
11. Santi, Nuraini Devi.2007. Pemberantasan Arthopoda Yang Penting dalam Hubungan
dengan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Bagian Kesehatan
Lingkungan.
12. Avisa Pest Control . Pengendalian Hama Serangga. Available at
http://www.hotfrog.co.id/Companies/AVISA-MANDIRI-Avisa-Pest-
Control_23388400/PENGENDALI-HAMA-SERANGGA-nyamuk-kecoa-lalat-
semut-kutu-dll-73061. di unduh pada tanggal 12 februari 2012.
13. Dewi, Putri. 2011. Tugas Terstruktur Pengendalian Vektor Epidemiologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Jendral Soedirman Purwekerto.
14. Komariah,dkk.2009. Pengendalian Vektor. Program Pasca Sarjana Kesehatan
masyarakat STIK Bina Husada Palembang.
15. Septioko,Nanang.,dkk. 2010. Pengendalian Vektor Secara Hayati. Program Studi D
III Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara.
16. Biro Hukum & Organisasi. Standar Profesi Sanitarian. Available at
http://www.hukor.depkes.go.id/?art=30. Di unduh pada tanggal 13 februari 2013.
17. Lyidjanarko,Bogoes.,dkk. 2007. Perilaku Petugas Kebersihan Rumah Sakit dalam
Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit. Nirmala Suri Sukoharjo. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Lampiran I
CHECK LIST SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR DAN
GANGGUAN KESEHATAN YANG DITIMBULKAN DI RS IBNU SINA
MAKASSAR TAHUN 2013

NO PERIHAL YA TIDAK KET


Keadaan Umum Lokasi

Apakah ruangan bangunan


1 
layak atau tidak?
Apakah halaman rumah sakit
2
cukup luas atau tidak?
Apakah ketersediaan air
3
mencukupi dan bersih?
Apakah terdapat tempat
4
sampah medis dan non medis?
Apakah terdapat pengelolaan
5
tempat pencucian (laundry)
Apakah terdapat petugas untuk
6 mengendalikan vektor (tikus,
lalat, nyamuk, kucing, kecoa) ?
Apakah terdapat ketersediaan
7
desinfektan ?
Apakah upaya promosi
8 kesehatan dan aspek kesehatan
lingkungan sudah memenuhi ?

Faktor Fisik

Apakah disetiap ruangan


1 rumah sakit sudah memenuhi
pencahayaan yang baik?
Apakah suhu ruangan tidak
2 mengganggu aktivitas tenaga
kesehatan maupun pasien ?

Faktor biologi

1 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,


lalat, tikus, kucing di lingkungan
luar dari rumah sakit ?
2 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di ruang
radiologi ?
3 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di ruang UGD
?
4 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di ruang
laboratorium?
5 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di kantin?
6 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di bangsal
perawatan lantai 1?
7 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di bangsal
perawatan lantai 2?
8 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di bangsal
perawatan lantai 3?
9 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di bangsal
perawatan di lantai 4?
10 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,
lalat, tikus, kucing di bangsal
perawatan di kamar mandi?
11 Apakah vektor tersebut
mengganggu tenaga kesehatan,
pasien dan pengunjung rumah
sakit?
12 Apakah vektor tersebut sudah
dibasmi oleh petugas kebersihan?
13 Apakah vektor tersebut
berbahaya bagi kesehatan?
14 Apakah sudah dilakukan
pencegahan terhadap vektor
tersebut?
Faktor mekanik
1 Apakah penggunaan mesin
cuci, mesin pembersih lantai dan
mesin rumput membahayakan
petugas pengelola kebersihan di
rumah sakit ?
Faktor elektrik
`1 Apakah sumber daya listrik di
rumah sakit sudah memadai?
Faktor ergonomi
1 Apakah ruangan-ruangan yang
ada sudah sesuai dengan
kapasitas pengguna ruangan?
2 Apakah alat-alat yang
digunakan seperti pembasmi
vektor, nyaman digunakan ?
3 Apakah waktu yang digunakan
untuk bekerja sudah efektif?
Faktor psikososial
1 Apakah petugas kesehatan
bekerja tanpa tekanan?
2 Apakah petugas kesehatan
sama-sama saling bekerja sama
dalam menanggulangi vector ?
Faktor environment
1 Apakah kamar mandi, kantin,
kamar pasien dll layak pakai
(bebas dari vector )?

Pekerja Vektor
1 Apakah pekerja vektor
menggunakan alat pelindung diri
dalam bekerja ?
2 Apakah pekerja vektor bekerja
seefisien mungkin ?
3 Apakah pekerja vektor
menggunakan disinfektan dalam
bekerja ?
4 Apakah pekerja vektor setelah
bekerja membersihkan diri ?
5 Apakah pekerja vektor
memeriksakan kesehatannya secara
rutin ?
6 Apakah pekerja vektor mengetahui
apa yang dimaksud dengan vektor,
pencegahan& pengendaliannya

Lampiran 2
KUESIONER SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR, DAN
GANGGUAN KESEHATAN YANG DITIMBULKAN DI RUMAH SAKIT
IBNU SINA MAKASSAR
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : …………………………………
2. Tempat/Tanggal Lahir : ................./...............................
3. Umur : …………...tahun
4. Pendidikan Terakhir : ………………….
5. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Petunjuk pengisian kuesioner
Berikut ini adalah pertanyaan yang menyangkut Pengetahuan Responden.
Petunjuk : Untuk pilihan pertanyaan pengetahuan, pililah jawaban/beri tanda
silang (X) dari beberapa jawaban yang saudara anggap benar dan jawaban
yang diberikan boleh lebih dari satu

B. PERTANYAAN TENTANG PENGETAHUAN SANITASI


LINGKUNGAN
1. Sanitasi Lingkungan adalah
a. Upaya pengendalian faktor lingkungan fisik manusia yang tidak
menimbulkan bahaya
b. Upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat
merugikan kesehatan
c. Upaya pengendalian pembasmian hewan yang ada di lingkungan
d. Upaya pengendalian dengan pemberian pestida pada tanaman

2. Sanitasi lingkungan dalam lingkup rumah sakit adalah


a. Upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,biologi,dan kimia
yang ada di rumah sakit yang dapat menimbulkan pengaruh buruk
terhadap kesehatan petugas, penderita,dan pengunjung.
b. Upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,biologi,dan kimia
yang ada di rumah sakit yang dapat menimbulkan pengaruh buruk
terhadap masyarakat di luar rumah sakit
c. Upaya pembasmian hewan-hewan yang ada di rumah sakit oleh petugas
kebersihan dan tenaga kesehatan
d. Upaya pengendalian dan pemberian pestisida pada tanaman-tanaman
yang ada di lingkungan rumah sakit
3. Syarat syarat kesehatan lingkungan dan bagunan rumah sakit
a. Bersih, kuat, bebas dari segala vektor, kontruksi yang bagus dan
memadai
b. Bersih, pencahayaan cukup, ventilasi yang sedikit
c. Kurangnya serangga, atap tidak bocor, dinding mudah dibersihkan
d. Kurangnya serangga, terdapat tempat sampah, dinding rata
4. Syarat ruangan atau kamar yang sehat ?
a. Bersih, bebas debu, suhu >30 celcius, ada tempat sampah
b. Bersih, tersedia tempat sampah, bebas serangga, udara tidak berbau
c. Bersih, berasap, tersedia tempat sampah, lembab
d. Bersih, ruangan pengap, tersedia tempat sampah, lembab
5. Syarat-syarat tersedianya fasilitas sanitasi kesehatan?
a. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system tertutup, tempat
sampah kuat, ringan,tahan karat,tahan air, mudah dibuka dan ditutup
b. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system terbuka, tempat
sampah , ringan,tahan karat, tidak tahan air, mudah dibuka dan ditutup
c. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system tertutup dan
tertutup, tempat sampah kuat, ringan,tahan karat,tahan air, mudah
dibuka dan ditutup
d. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system tertutup, tempat
sampah kuat, ringan,tahan karat,tahan air,tidak mudah dibuka dan
ditutup
6. Limbah Rumah sakit adalah
a. Semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit baik padat,
cair, maupun gas
b. limbah yang berasal dari pembiakan vektor yang beada di rumah sakit
c. limbah yang berasal dari bahan yang terkontaminasi oleh pabrik-pabrik
d. semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga baik padat
cair maupun gas
7. Contoh limbah menular adalah
a. Tissue, hasil metabolism pasien seperti nanah dan tinja
b. Lap pembersih, muntahan pasien
c. Peralatan yang kontak langsung dengan pasien
d. Semua benar
8. Disinfektan adalah
a. Pencegahan infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun
dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah
tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien
b. Pencegahan infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun
dari staf medis yang ada di rumah dan juga membantu mencegah tidak
tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien
c. Pencegahan infeksi terhadap staf medis dan pengunjung yang berasal
dari peralatan maupun dari sampah yang ada di rumah sakit dan juga
membantu mencegah tidak tertularnya tenaga medis oleh penyakit
pasien
d. Pencegahan infeksi terhadap staf medis dan pasien yang berasal dari
peralatan maupun dari vektor yang ada di rumah dan juga
membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien
9. Air yang bersih dan sehat adalah
a. Air minum yang steril (steril = tidak mengandung hama penyakit
apapun).
b. Air minum yang berasal dari mata air di gunung
c. Air minum yang jernih
d. Air minum yang di masak
10. Berikut ini adalah Penyehatan air pada fasilitas toilet dan kamar mandi
rumah sakit, kecuali
a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih
b. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal)
c. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya
d. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.

C. VEKTOR, PENGENDALIAN VEKTOR, DAN GANGGUAN


KESEHATAN YANG DITIMBULKAN DI RUMAH SAKIT.
1. Apakah terdapat vektor pada rumah sakit ibnu sina ?
a. Ya b. Tidak
2. Vektor yang paling banyak di dapatkan pada ruangan tempat anda bekerja
di rumah sakit ibnu sina ?
a. Nyamuk
b. Lalat
c. Kecoa
d. Tikus
e. Kucing
3. Apakah anda yang sedang atau pernah bekerja di Rumah Sakit ibnu sina
pernah terkena penyakit akibat adanya vektor?
a. Pernah b. Tidak
4. Gangguan kesehatan yang pernah anda alami akibat vektor yang anda
dapatkan di rumah sakit ?
a. DBD, Malaria, filariasis
b. diare, disentri, Thyfus
c. TORCH
d. gatal-gatal, nyeri kepala
e. demam, menggigil
5. Apakah di Rumah Sakit ibnu sina sudah terdapat program pengendalian
vektor?
a. Sudah b. Belum
6. Berapa kali diadakan pengendalian terhadap vektor dalam waktu 1 tahun?
a. < 3 kali b. > 3 kali
7. Siapakah petugas pelaksana pengendalian vektor di Rumah Sakit ibnu sina ?
a. Tamatan SD b. SLTP c. SLTA d. PT
8. Apakah petugas pengendalian vektor pernah mengikuti pendidikan/ pelatihan
khusus tentang pengendalian?
a. Pernah b. Belum
9. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja akibat dari pengendalian vektor?
a. Ya b. Tidak
10. Bagaimana cara pengendalian vektor di Rumah Sakit ibnu sina?
a. Secara fisik
b. Secara biologi
c. Secara kimia
d. Secara lainnya

D. PEKERJA VEKTOR DI RUMAH SAKIT IBNU SINA


1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai petugas vector di rumah sakit ini?
………………………………………………………………
2. Apakah anda sebagai petugas pernah terpapar dengan vector yang ada di
rumah sakit ini?
a. Ya b. Tidak
3. Sudah berapa kali anda terpapar sejak bekerja sebagai petugas vector dirumah
sakit ini?
……………………………………………………………………
4. Vector apa yang pernah terpapar oleh anda di rumah sakit ini?
a. Nyamuk
b. Tikus
c. Kecoak
d. Dll, sebutkan…..
5. Keluhan apa yang anda rasakan setelah terpapar vektor yang ada di rumah
sakit ini?
………………………………………………………………………….
6. Apakah anda memerlukan perawatan khusus seperti rawat inap ?
a. Ya b. tidak
7. Jika Ya, berapa lama waktu yang anda habiskan di rumah sakit dan
Pengobatan apa yang anda konsumsi yang telah diberikan oleh dokter
pemeriksa?
……………………………………………………………………..…..
8. Jika Tidak, pengobatan apa yang anda lakukan serta obat yang anda konsumsi
?
…………………………………………………………………….
9. Apa pencegahan yang anda lakukan setelah terpapar dengan vektor tersebut?
…………………………………………….
10. Upaya apa yang anda lakukan agar terhindar dari vektor yang ada?
a. Pemakaian alat pelindung diri, seperti………………….
b. Pemeriksaan kesehatan rutin, seperti………………………
c. Penggunaan disinfektan, seperti………………
d. Beban kerja yang dikurangi………………..

You might also like