Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
1. Adi Lesmana
2. Irma Asrianti
5. Wulan Kurniasih
2016
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian
Epidemiologi Penyakit Tuberculosis”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih Pembimbing
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan pembuatan makalah
ini, diantaranya:
1. Ibu Nining Kurniati, S.Pd, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Analis
Kesehatan Tangerang.
2. Bapak Cecep Dani Sucipto, SKM, M.Sc dan Bapak H. Ahmad Arief, SKM,
M.kes selaku dosen pembimbing mata kuliah EPIDEMIOLOGI.
3. Semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini, kami sadar bahwa banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membaca. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB III PENUTUP
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Undang-Undang Kesehatan 1992, telah menggariskan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinan setiap
orang hidup prokduktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya Dwi Hapsari
mengatakan, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat
tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
mendapat pelayanan kesehatan. Namun menjaga kualitas kesehatan masyakat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, dan seperti lingkungan, gaya
hidup, demografi, pendidikan, ekonomi dan sosial budaya.
1.2 Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal
dan sampai saat ini masih penyebab utama kematian di dunia.12 Prevalensi TB di
Indonesia dan Negara-negara sedang berkembang lainnya cukup tinggi.13 Pada
tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah >600.000 dan sebagian besar di
derita oleh masyarakat yang berada dalamusia produktif (15-55 tahun). Angka
kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi
>100.000 kematian per tahun.14 Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua
pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu upaya penting
untuk menekan penularan TB di masyarakat adalah dengan melakukan
diagnosis dini yang definitif.15
7
mengurangi efektifitas terhadap antibiotic. Lipoarabinomannan suatu molekul lain
dalam dinding sel mycobacteria berperan dalam interaksi antara inang dan
patogen menjadi M.tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.16
Jika seseorang memiliki system kekebalan tubuh yang kuat, maka tidak
mudah terserang virus TBC (tuberculosis). Bahkan saat seseorang melakukan
kontak langsung dengan penderita TBC. Seseorang juga bias menonaktifkan
virus agar tetap terkunci dalam paru-paru, melalui bantuan makrofag jaringan
perut disekitar daerah yang terinfeksi. Tetapi pada saat system kekebalan tubuh
seseorang lemah (seperti orang-orang yang memiliki HIV) basil/kuman bias
mengaktifkan dan memanifestasikan dirinya, dan bahkan menginfeksi organ lain.
8
Gejala infeksi muncul selama tahun pertama kehidupan. Gejala
tersebut antara lain; demam, susah makan, masalah pernafasan, gagal
tumbuh dan bahkan pembengkakan hati dan limpa.
2. Penularan lewat udara
Orang sehat bisa terkena infeksi jika tinggal atau beberapa tempat
atau bekerja ditempat yang sama dengan orang yang terinfeksi. Dengan
batuk, berteriak atau bersin, orang yang terinfeksi menyebar kuman ke
udara dan orang lain menghirupnya.
3. Melalui susu dan makanan lainnya
Bentuk lain dari TBC ditularkan melalui minum susu yang tidak
disterilkan. Bakteri pada susu menyebabkan munculnya infeksi TBC
yang disebut Mycobacterium bovis. Bartahun-tahun sebelumnya, bakteri
ini adalah penyebab utama penyakit TBC pada anak. Tetapi sekarang
karena kebanyakan susu sudah disterilkan bakteri TBC tidak menyebar
lagi.
9
terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB
dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negative menjadi positif.1
2.3.2 Pencegahan Tuberculosis
10
4. Jangan meludah disembarang tempat, meludah hendaknya
pada wadah atau tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan
atau air sabun
5. Menghindari udara dingin dan selalu mengusahakan agar
pancara sinar matahari dan udara segar dapat masuk
secukupnya keruangan tempat tidur. Usahakan selalu
menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama dipagi dan
ditempat yang tepat.
6. Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barang atau
alat. Semua barang yang digunakan oleh orang lain baik itu
temen bahkan anak, iistri dan keluarga. Perlu diingat dan
diperhatikan bahwa mereka yang sudah mengalami terkena
penyakit infeksi TBC dan menjadi penderita kemudian diobati
dan sembuh kemungkinan bisa terserang infeksi kembali jika
tidak melakukan pencegahan TBC dan menjaga kesehatan
tubuh
7. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar
karbohidrat dan protein tinggi.
1. Gejala Sistemik/Umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah)
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.1
2. Gejala Khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas yang disertai sesak.
11
Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala sepetrti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.
3. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-40% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan-5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilapirkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
1. Tuberkulosis Meningitis
Tuberkulosis Meningitis adalah infeksi TB pada otak dan sumsum
tulang belakang. Gejala awal adalah penderita menjadi gampang
marah dan gelisah. Gejala lain seperti leher kaku, sakit kepala,
muntah, perubahan dalam perilaku mental, kejang, atau koma.
2. Tuberkulosis Gastrointestinal
TB Gastrointestinal adalah TB dari saluran pencernaan seperti :
mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, dan anus.
Gejalanya adalah nyeri perut, demam, penurunan berat badan, mual,
muntah, perubahan kebiasaan buang air besar.
3. Tuberkulosis Lymphadenitis (penyakit kelenjar)
Tuberkulosis adalah TB pada limfadenitis atau kelenjar getah
bening, biasanya disepanjang leher. Gejalanya adalah pembentukan
12
massa di sepanjang leher, dan jika penyakit ini berkembang bisa
membentuk sinus pengeringan.
4. Tuberkulosis Cutaneous
Tuberkulosis Cutaneous Adalah jenis TB kulit atau selaput lenir
dari sumber eksternal mikrobakteri. Ada beberapa jenis TBC kulit,
yaitu : vulgaris Lupus, TBC verrucosa Cutis dan TBC milar.
5. Osteo – artikular Tuberkulosis
TB osteo-artikular adalah TB sendi lutut, pinggul, pergelangan
kaki, pergelangan tangan, bahu, dan siku. Gejala-gejalanya mirip
dengan yang dialami oleh individu dengan arthritis dan nyeri atau
kekakuan hanya dirasakan di daerah yang terinfeksi.\
6. Tuberkulosis Urogenital
TuberkulosisUrogenitaladalah TB yang dimulai sebagai infeksi TB
paru yang kemudian berjalan melalui aliran darah ke saluran
genitourinari. Gejalanya adalah darah dalam urin, nyeri atau tidak
nyaman saat buang air kecil, dan mengalami nyeri pada satu sisi tubuh
antara perut dan punggung atas.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH).17
13
Bahan pemeriksaan atau spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan
(ditampung) dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih
dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti,
spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi)
sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat
sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji
resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan
ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan
telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.
14
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis
langsung yang merupakan metode diagnosis standar dengan
pewarnaan Ziehl - Neelsen. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi
BTA yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB paru. Selain
tidak memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat,
pemeriksaan mikroskopis merupakan teknologi diagnostik yang palin
sesuai karena mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian
serta prioritas pengobatann. Pemeriksaan dahak dilakukan selama 3x
yaitu 2 bulan setelah pengobatan, 5 bulan setelah pengobatan, 6 bulan
setelah pengobatan. Pemeriksaan BTA dahak penderita dilakukan oleh
petugas laboratorium.
Pemeriksaan mikroskopik terdapat mikroskopik biasa dengan
pewarnaan Ziehl-Nielsen atau dengan mikroskopik fluoresens dengan
pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening).
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali positif yaitu BTA postif
1 kali positif, 2 kali negatif yaitu ulang BTA 3 kali, kemudian
Bila 1 kali positif, 2 kali negatif yaitu BTA positif
Bila 3 kali negatif yaitu BTA negatif.17
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala
IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease).
15
b. Pemeriksaan biakan kuman
Kultur (biakan) media yang biasa dipakai adalah media padat
Lowenstein Jesen. Dapat pula Middle brook JH 11, juga satu media
padat. Untuk perbenihan kaldu dapt dipakai Middle brook JH 9 dan JH
12. Melakukan pemeriksaan biakan dimaksud untuk mendapatkan
diagnosis pasti dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan
juga Mycobcterium Other Than Tuberculosis (MOTT)
c. Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberculosis
Tujuan dari pemeriksaan ini mencari obat – obatan yang paten
untuk terapi penyakit tuberculosis.
2. Pemeriksaan Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indicator yang spesifik
untuk tuberculosis. Laju Endap Darah jam pertama dan jam kedua dibutuhkan.
Data ini dapat dipakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon
terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat
penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan
daya tahan tubuh penderita. lLed sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED
yang normal juga tidak menyingkirkan diagnose TBC.
3. Pemeriksaan Tuberculin
Ada beberapa cara melakukan uji tuberculin, namun sampai sekarang
cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya
pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikan intrakutan
(kedalam kulit). Penilaian ujituberculin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan
dan diukur diameter dari pembengkakan yang terjadi. Uji tuberculin hanya
berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan sakit TB
perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil uji
tuberculin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberculin
negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang
mengalami masa inkubasi infeksi TB atau terjadi alergi.
4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi:
fotolateral, toplordotik, oblik, CT scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
16
tuberculosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk. Indikasi foto
toraks pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
17
menderita tuberculosis paru, masih ada beberapa factor yang
perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai
sarana diagnosis tuberculosis paru.
6. Pemeriksaan Serologi
ELISA
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat
mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang
terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah
kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.17
Immuno Crhomotografi Tuberculosis (ITC)
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT
tuberculosis) adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi
M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji diagnostik TB
yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5
antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung
dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan
diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru,
kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila
serum mengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka
antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis
warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit
terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran.17
PAP (peroksidase anti peroksidase)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi
reaksi serologi yang terjadi. Dalam menginterpretasi hasil
pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati hati
karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang
terdeteksi.17
Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh
manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM)
18
yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir
plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di
dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan
timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan
mudah.17
Ig G TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan
cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk
Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG berdasarkan antigen
mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa dan
kombinasi lainnya akan menberikan tingkat sensitiviti dan
spesifisiti yang dapat diterima untuk diagnosis. Di luar negeri,
metode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk
mendiagnosis TB ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk
diagnosis TB pada anak. Saat ini pemeriksaan serologi belum
dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis.17
19
Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa
2.5 Epidemiologi
Insidensi TBC di Amerika Serikat adalah 9,4 per 100.000 penduduk pada
tahun 1994 (lebih dari 24.000 kasus dilaporkan). Anak yang pernah terinfeksi
TBC mempunyai risiko menderita penyakit ini sepanjang hidupnya sebesar 10%.
Epidemi pernah dilaporkan pada tempat orang-orang berkumpul seperti rumah
perawatan, penampungan tuna wisma, rumah sakit, sekolah, dan penjara. Dari
tahun 1989-1992 terjadi KLB multidrug resistance (MDR) minimal terhadap INH
20
(Isoniazid) dan rifampisin di daerah tempat penderit HIV berkumpul. KLB
(kejadian luar biasa) tersebut berhubungan dengan tingginya angka kematian
dan tingginya penularan TBC pada petugas kesehatan. 11
21
WHO menyatakan 22 negara dengan beban TBC tertinggi di dunia 50%-
nya berasal dari negara-negara Afrika dan Asia serta Amerika (Brasil). Hampir
semua negara ASEAN masuk dalam kategori 22 negara tersebut kecuali
Singapura dan Malaysia. Dari seluruh kasus di dunia, India menyumbang 30%,
China 15%, dan Indonesia 10%.11
22
Penyakit ini menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin, serta
mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah saja. Profil
kesehatan Indonesia pada tahun 2002 menggambarkan persentase penderita
TBC terbesar adalah usia 25-34 tahun (23,67%), diikuti 35-44 tahun (20,46%),
15-24 tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,48%), 55-64 tahun (12,32%), lebih dari
65 tahun (6,68%), dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31%). Gambaran di
seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia, dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa
penderita laki-laki lebih banyak daripada wanita. Laporan dari seluruh provinsi di
Indonesia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TBC
BTA(+) terdapat 43.294 laki-laki (56,79%) dan 32.936 perempuan(43,21%).1
23
Saat ini terdapat 6 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh
WHO:
24
Pasien dirawat :
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO
adalah petugas rumah sakit, selesai perawatan untuk pengobatan
selanjutnya sesuai dengan berobat jalan.
25
2.6.1.3 Penyuluhan
1. Peroranga/Individu
Penyuluhan terhadap perorangan (pasien maupun keluarga)
dapat dilakukan di unit rawat jalan, di apotik saat mengambil obat
dll.
2. Kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien,
kelompok keluarga pasien, masyarakat pengunjung rumah sakit
dll
26
Pencatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan
meliputi beberapa item/formulir yaitu :
Catatan :
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
29
16. PDPI. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru. Revisi Pertama Juli 2011. Jakarta : 9-19
17. http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html diakses 3 Oktober 2016 pada
pukul 20:49
18. Winariani. Pedoman penanganan tuberkulosis paru dengan resistensi multi
obat (MDR-TB). Kumpulan naskah ilmiah tuberkulosis. Pertemuan Ilmiah
Nasional Tuberkulosis PDPI, Palembang 1997.
30