You are on page 1of 9

SOSIALISASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI

MELALUI PEMUTARAN VIDEO TENTANG CONTOH -


CONTOH PERILAKU KORUPSI DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI DI SDN PAMEDARAN 01 KEC.
KETANGGUNGAN KAB. BREBES

PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pembelajaran dan Budaya Anti Korupsi

Oleh :

DARWI
NIM. P2 06 24 4 18 046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN CIREBON
2019
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
luar biasa, yang semuanya diperuntukkan bagi kesejahteraan dan
kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan dan
cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana yang
dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 bahwa “Bumi, Air, Udara,
dan kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan
sebesarbesarnya untuk kesejahteraan rakyat”.
Namun, sekaya apa pun sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara, jika
masyarakatnya mengabaikan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab
maka kesejahteraan bersama akan sulit diwujudkan. Fakta menunjukkan bahwa
Lebih 65 tahun kita merdeka, bangsa kita masih dililit sejumlah persoalan
ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Cita-cita bangsa untuk hidup sejahtera masih
butuh perjuangan dan kerja keras. Di samping akibat ketertinggalan dalam
berbagai hal, kondisi kondisi tersebut diperparah oleh perilaku tindak korupsi.
Korupsi merupakan kejahatan yang sangat kompleks. Ditinjau dari sudut
politik, korupsi merupakan faktor yang menggangu dan mengurangi kredibilitas
pemerintah terutama dikalangan masyarakat terdidik. Dari sudut ekonomi,
korupsi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi
yang sangat merugikan negara dan masyarakat. Dari sudut kultural korupsi
merusak moral dan karakter bangsa Indonesia yang mempunyai nilai-nilai luhur.
(Sumiyati, 2007).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi di bumi
Indonesia antara lain dengan membentuk badan Negara yang diberikan
kewenangan luar biasa seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Semenjak
didirikan tahun 2002 sampai sekarang KPK telah menindak berbagai kasus
korupsi. Akan tetapi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia sebagaimana
dilansir oleh Transparansi Internasional (TI) tetaplah rendah. Bahkan untuk tahun
2010 Indonesia berada pada peringkat Negara terkorup di Asia Pasifik, dan tahun
2011 indek persepsi korupsi (IPK) Indonesia adalah 3.0 peringkat 100 dari 183
negara di dunia (Transparansi Internasional, 2011) Menyikapi fenomena tersebut
diperlukan suatu upaya yang holistik dalam pemberantasan korupsi baik dari segi
aparat penegak hukum, kebijakan pengelolaan Negara sampai ke pendidikan
formal di sekolah. (Aditjondro, 2002)
Dalam upaya pemberantasan korupsi, KPK tidak bisa sendirian. Peran
serta masyarakat sangatlah penting dan strategis, termasuk di antaranya
adalah dunia pendidikan. Sesuai dengan peran dan fungsi pendidikan, yaitu
“pencegahan”, maka dunia pendidikan harus mampu membekali setiap peserta
didik agar memiliki jati diri yang kuat sehingga mampu menjadi pejuang
dan pelaku antikorupsi di masa datang. Tantangan terberat yang dihadapi
oleh dunia pendidikan saat ini adalah mendidik dan mengasuh (hospitality)
peserta didik agar memiliki kompetensi dan berkepribadian atau berakhlak
mulia di tengah-tengah perilaku masyarakat yang kurang mendukung,
seperti: lemahnya pengendalian diri dan emosi, melakukan kecurangan
tanpa merasa bersalah, kurangnya contoh keteladanan, menggandrungi
cara-cara instan untuk mencapai sesuatu (mental menerabas), serta godaan
untuk berperilaku konsumtif. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
adalah kebiasaan memberikan upeti pada atasan atau memberikan hadiah
sebagai ucapan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita. Semua
ini dapat menjadi penyebab terjadinya kontraproduktif dalam pencegahan
tindakan korupsi.
Beberapa Negara telah melaksanakan pendidikan antikorupsi di sekolah
dan telah menunjukan hasil yang signifikan. Hongkong yang melaksanakan
semenjak tahun 1974 dan menunjukan hasil yang luar biasa. Jika tahun 1974
Hongkong adalah Negara yang sangat korup dan korupsi dideskripsikan dengan
kalimat maka saat ini Hongkong adalah salah satu Negara di Asia dengan IPK
yang sangat tinggi yaitu 8,3 dan menjadi negara terbersih ke 15 dari 158 negara di
dunia (Harahap, 2009). Keberhasilan ini merupakan efek simultan dari upaya
pemberantasan korupsi dari segala segi termasuk pendidikan anti korupsi yang
dilaksanakan di sekolah secara formal.( Tony Kwok Man-wai, 2002) Jika
dibandingkan dengan strategi pemberantasan korupsi lainnya pelaksanaan
pendidikan anti korupsi di sekolah secara formal akan memberikan berberapa
keuntungan kepada negara baik secara pragmatis maupun secara teoritis dan
filosofis. Keuntungan pendidikan anti korupsi di sekolah yaitu lembaga
pendidikan formal merupakan lembaga yang sudah stabil, tidak menambah
budget pemerintah secara besar-besaran, dapat dilaksanakan secara sistematis dan
berkesinambungan, serta merupakan investasi bangsa dalam jangka panjang.
Pendidikan antikorupsi sebenarnya sudah menjadi bagian dari pendidikan
nasional sebagaimana dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan nasional
(Permendiknas) No.22 dan No. 23 Th.2006 tentang standar isi dan Standar
kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam
permendiknas tersebut dinyatakan bahwa pengembangan sikap dan perilaku
antikorupsi merupakan bagian dari kurikulum bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Fenomena yang ditemui di lapangan menunjukan bahwa
pembelajaran tentang korupsi yang dilaksanakan dalam mata pelajaran PKn
belum sesuai dengan sasaran yang dikehendaki, terutama menyangkut penanaman
sikap dan perilaku antikorupsi pada siswa. Pembelajaran masih terkonsentrasi
pada pembentukan kognisi melalui pemberian informasi secara verbal, tanpa
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan wawasan dan nalar
akan dimensi moral dari korupsi.
Berdasarkan latar belakang diatas kami mempunyai inisiatif untuk
melakukan sosialisasi ke Sekolah Dasar dengan memberikan pemahaman kepada
peserta didik melalui pemutaran video tentang contoh-contoh perilaku korupsi
yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan sifat-sifat yang harus
dihindari sejak dini agar tidak menjadi karakter atau watak saat mereka telah
beranjak dewasa.

B. Nama Kegiatan
Sosialisasi pendidikan dan budaya anti korupsi melalui pemutaran video.

C. Tema Kegiatan
Menjadikan kejujuran sebagai modal utama dalam pencegahan korupsi.

D. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan edukasi dan sosialisasi kepada siswa
kelas 6 SDN Pamedaran 01 mengenai budaya anti korupsi, yaitu :
1. Menginformasikan pentingnya pendidikan dan budaya anti korupsi
dilingkungan sekolah
2. Mensosialisasikan mengenai faktor internal penyebab korupsi.
3. Mendidik anak untuk mempunyai pola hidup yang penuh tanggung jawab dan
hati-hati baik dalam ucapan maupun tindakan.
4. Menumbuhkan budaya anti korupsi melalui nilai kejujuran.
5. Mendorong siswa untuk dapat berperan aktif dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia.
6. Mendorong masyarakat agar menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan
hanya tanggung jawab penegak hukum saja, melainkan menjadi tanggung
jawab setiap anak bangsa.
E. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan sosialisasi anti korupsi ini adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat mengetahui pentingnya pendidikan dan budaya anti korupsi sejak
dini.
b. Siswa dapat mengetahui mengenai arti korupsi, penyebab dari sisi faktor
internal dan juga cara pemberatasannya.
c. Siswa dapat menerapkan nilai kejujuran dalam penerapan budaya anti korupsi.
d. Siswa dapat menjadi penggerak anti korupsi dimasyarakat.
e. Siswa dapat berperan aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

F. Rencana Aksi
Aksi ini ditujukan khusus kepada siswa kelas 6 di SDN Pamedaran 01 Kec.
Ketanggungan Kab. Brebes. Kegiatan ini diharapkan dapat membentuk karakter
peserta didik dalam pemahaman perilaku sehari-hari yang mencerminkan
tindakan korupsi.

G. Sasaran Kegiatan
Sasaran pelaksanaan kegiatan sosialisasi pendidikan dan budaya anti
korupsi ini adalah siswa kelas 6 di SDN Pamedaran 01 Kec. Ketanggungan Kab.
Brebes yang berjumlah 27 orang.

H. Bentuk Kegiatan
Kegiatan dilakukan dalam bentuk sosialisasi menggunakan metode
ceramah tanya jawab dengan media power point dan pemutaran. Materi yang
disampaikan berupa arti korupsi dan pentingnya pembelajaran anti korupsi, nilai
kejujuran serta contoh perilaku kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.

I. Waktu Dan Tempat Kegiatan


Hari/ Tanggal : Selasa, 29 Oktober 2019
Pukul : 09.30 – 10.35 WIB
Tempat : Ruang siswa kelas 6 di SDN Pamedaran 01

J. Rencana Kegiatan
Waktu Kegiatan Rincian Kegiatan
09.30-09.35 Pembukaan a) Membuka pertemuan oleh Bapak
WIB Guru Kelas 6.
(5 menit) b) Mengucapkan salam.
c) Memperkenalkan diri.
d) Menjelaskan tujuan dan maksud
pelaksanaan kegiatan.
e) Memberikan sedikit gambaran
mengenai informasi yang akan
disampaikan.
09.35-10.30 Inti a) Memberikan materi nilai-nilai anti
WIB korupsi
(55 menit) b) Memberikan kesempatan untuk
diskusi.
c) Pemutaran video
10.30-10.35 Penutup a) Menyimpulkan hasil kegiatan
WIB b) Memberikan ucapan terimakasih dan
(5 menit) memberikan salam penutup.

K. Materi

Kata jujur merupakan sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua
orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau
makna dari kata jujur tersebut. Namun demikian, ternyata masih banyak orang-
orang yang mengetahui dan paham dengan arti atau makna kejujuran, tapi tidak
berbuat jujur. Kejujuran adalah suatu sikap yang berpikir jujur, berkata jujur dan
bersikap dengan jujur. Jujur sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Sikap
jujur merupakan sikap yang dapat dikatakan langka di Indonesia. Sebagai bukti,
dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), institusi resmi yang bertugas
menjaga tingkat kejujuran dalam hidup bernegara di Indonesia dalam hal korupsi,
memperlihatkan bahwa kejujuran belum hidup di sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya terungkap kasus-kasus
ketidakjujuran dalam hal korupsi baik dalam skala besar maupun kecil.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang.
Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka orang itu akan
memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut, dan jika orang itu
menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada
perubahan (sesuai dengan realitasnya) maka sikap yang seperti itulah yang
disebut dengan jujur.
Sesuatu atau fenomena yang dihadapi tentu saja merupakan apa yang ada
pada diri sendiri atau di luar diri sendri. Misalnya keadaan atau kondisi tubuh,
pekerjaan yang telah, sedang, atau yang akan dilakukan. Sesuatu yang diamati
juga dapat mengenai benda, sifat dari benda tersebut, atau bentuk dan modelnya.
Fenomena yang teramati bisa berupa suatu peristiwa, tata hubungan sesuatu
dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja yang ada dan apa saja
yang terjadi.
Perlu juga diingat bahwa ada pula orang-orang yang memberi-kan berita
atau informasi sebelum terjadinya suatu peristiwa atau fenomena. Misalnya
seseorang mengatakan dia akan hadir dalam suatu pertemuan di sebuah tempat
bulan depan. Jika memang dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di
sampaikannya itu maka seseorang itu bersikap jujur.
Dengan kata lain, jujur juga berkaitan dengan janji. Dalam hal ini jujur
berarti mencocokan atau menyesuaikan perkataan (informasi) yang disampaikan
dengan realitanya (fenomena). Selain itu, Kejujuran juga berhubungan dengan
pengakuan. Jadi, dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa apa yang
disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan
atau mencocokan antara informasi dengan fenomena.
Hingga saat ini peran kejujuran masih sangat diperlukan. Pembangunan
bangsa dapat berjalan dengan baik jika dilandasi dengan kejujuran. Sekarang ini
sebenarnya begitu banyak orang yang mempertanyakan kejujuran dari para
pemimpin bangsa, baik di tingkat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Hal ini
terjadi akibat begitu maraknya korupsi yang terjadi di berbagai lembaga negara,
dan bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi pada pribadi kita masing-masing.
Ketidakjujuran yang terjadi dengan adanya korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) itu pun harus dibayar mahal oleh masyarakat. Ada begitu banyak anggota
masyarakat yang terjerat lilitan kemiskinan dalam hidup mereka. Gizi yang tidak
baik telah menyebabkan anak-anak bangsa ini semakin tidak sehat. Jika hal
seperti ini terus terjadi tentu akan berkibat sangat buruk bagi kelangsungan
generasi masa depan bangsa ini.
Jika kejujuran semakin lemah dan ketidakjujuran atau kebohongan yang
terus berkembang maka bangsa akan memiliki suatu generasi penerus bangsa
yang lemah dalam berbagai segi kehidupan. Mengapa? Karena terjadi
kebohongan demi kebohongan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada
akhirnya bangsa ini akan menciptakan kecurigaan demi kecurigaan terhadap
bangsa ini sendiri.
Lantas, bagaimana caranya untuk meningkatkan sikap jujur dalam setiap
pribadi masyarakat maupun generasi muda? Tentunya ini bukan suatu hal yang
mudah. Namun, hal-hal kecil dapat dilakukan demi menciptakan efek yang besar.
Sebagai contoh, mungkin kita masih ingat dengan salah satu program KPK yang
bernama Kantin Kejujuran. Kantin kejujuran merupakan upaya untuk mendidik
sikap siswa agar berperilaku jujur. Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual
makanan kecil dan minuman, tapi tidak memiliki penjual dan tidak dijaga.
Makanan atau minuman dipajang dalam etalase dan di atas etalase tersedia kotak
uang yang berfungsi sebagai penampung pembayaran dari siswa yang membeli
makanan atau minuman. Bila ada kembalian, siswa mengambil dan menghitung
sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut.
Di kantin ini, kesadaran siswa sangat dituntut untuk berbelanja dengan
membayar dan mengambil uang kembalian jika memang berlebih, tanpa harus
diawasi oleh guru atau pegawai kantin. Kantin Kejujuran merupakan salah satu
bentuk kegiatan dalam pendidikan antikorupsi. Ini merupakan langkah sederhana
untuk menumbuhkan rasa jujur di setiap anak-anak bangsa agar tidak terjerat
“virus” korupsi. Sebagaimana yang telah kita ketahui, korupsi yang telah
mewabah dan tumbuh telah mengakibatkan kesengsaraan rakyat yang
berkepanjangan, bahkan rnenghambat kemajuan bangsa dan negara.
Tanpa kejujuran, praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan segala bentuk
manipulasi lainnya akan tetap tumbuh di negeri ini. Untuk itu, Kantin Kejujuran
yang merupakan pendidikan antikorupsi perlu diterapkan sebagai upaya prefentif
bagi generasi muda. Namun, pelaksanaan Kantin Kejujuran ini pun akan sukses
dengan dukungan bersama dari warga sekolah. Anak-anak inilah yang kemudian
akan menjadi generasi penerus bangsa yang diharapkan terbiasa dengan
kejujuran. Dengan demikian, masyarakat yang jujur pun akan tercapai. Menurut
Tim Fasilitator Soft Skills Ditjen Dikti Dr. Ir. G. Suprayitno, M.M., masyarakat
jujur adalah yang anggotanya berani menyampaikan sesuatu sesuai dengan
kenyataan. Kejujuran memungkinkan seseorang untuk melakukan evaluasi diri
dengan baik karena berani mengakui kekuarangannya dan siap untuk
memperbaikinya.

L. Penutup
Demikian proposal perencanaan kegiatan sosialisasi pembelajaran dan
budaya anti korupsi ini saya buat sebagai acuan dan gambaran pelaksanaan
kegiatan. Saya harapkan dukungan dan motivasinya demi keberhasilan kegiatan
ini.

You might also like