Professional Documents
Culture Documents
net/publication/308402854
CITATIONS READS
0 832
2 authors, including:
Avif Haryana
Ministry of Trade, Republic of Indonesia
13 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Evaluation of the Benefits of Bonded Logistics Center in Promoting National Industry Competitiveness View project
Study of the Possibility of One Price Policy on Cement Commodity View project
All content following this page was uploaded by Avif Haryana on 21 September 2016.
The Role of Livestock Vessel in Expediting The Distribution Flow And Reducing The
Logistic Cost of Beef from Producer’s Center to Consumer’s Center
ABSTRACT:
In November 2015 the government has inaugurated a special ship transporting livestock. The
ship is expected to reduce the rising prices of beef that exceeds the normal price. The study
analyzes the performance of special ships transporting livestock and analyze the potential of
cows trade between provinces / islands by mapping producer’s centers and consumer’s centers
of beff in Indonesia. The analysis finds that although the performance of the supply chain
livestock ship proved able to decrease the price of meat up to Rp85000,00 per kgs, but to
decrease the market price of beef, it needs the continuity of delivery and the increased
frequency of shipping cows trough live stock vessels to consumer’s center.
Keywords:livestock vessel, live cattle, beef, price, supply, demand, logistic cost.
78
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
79
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85
kapal ternak yang merupakan salah satu rumah potong hewan (RPH). Pihak yang
bagian program tol laut pemerintah menanggung biaya angkutan tergantung
Republik Indonesia. kesepakatan di antara kedua belah
pihak.
METODOLOGI Apabila ternak sapi dijual keluar
Sebagaimana telah diungkapkan provinsi/pulau lain, maka sebelum sapi
dimuka bahwa telah terjadi indikasi sampai ke tangan jagal, perlu melewati
ketidakseimbangan penawaran dan pedagang sapi antar kabupaten
permintaan sapi yang ditunjukkan dan/atau pedagang sapi antar
dengan kenaikan harga daging sapi provinsi/pulau. Misalnya sapi yang
sejak pertengahan 2012 sampai dengan berasal dari NTT, NTB atau Bali harus
sekarang dimana harga daging sapi melewati pedagang antar provinsi/pulau
secara nasional tahun 2012-2016 yang membawa sapi ke provinsi/pulau
mengalami kenaikan dari Rp 81.200/kg lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat,
menjadi Rp 105.217/kg.Tulisan ini Kalimantan Barat dan lain lain.
menggunakan pendekatan analisis Sapi yang sudah berada di tangan
deskriptif kualitatif dimulai dengan (i) suplier/jagal kemudian dipotong di RPH
menganalisis rantai pasok daging sapi, yang ada di daerah dimana suplier/jagal
(ii) menganalisis potensi perdagangan itu berada. Sebagian besar daging dijual
sapi, (iii) memetakan daerah surplus dan ke pasar modern, restoran dan hotel di
daerah defisit dalam perdagangan sapi kota-kota besar seperti Jabodetabek,
antar provinsi/pulau. Selanjutnya tulisan Surabaya, Denpasar dan Makassar.
ini (iv) menganalisis potensi dan kinerja Pedagang pengecer di pasar tradisional
kapal angkutan khusus ternak,biaya kemudian menjual daging ke konsumen
transportasi yang digunakan untuk akhir dan industri pengolahan berskala
mengangkut sapi dari NTT ke Jakarta, rumah tangga (pembuat bakso, warung
dan membandingkan antara biaya makan dan katering) (Hadi, 2009).
distribusi pengangkutan secara
kovensional dan pengangkutan
Potensi Perdagangan Sapi Antar
menggunakan kapal ternak.Kapal ternak
yang dimaksud adalah kapal yang Wilayah Barat dan Timur Indonesia
Setelah mengetahui alur rantai
menjadi program pemerintah melalui Tol
pasok daging sapi yang ditujukan ke
Laut.
Data yang digunakan dalam pasar provinsi/pulau lain dengan
penulisan ini merupakan data sekunder melibatkan pedagang antar pulau,
yang diperoleh dari literatur-literatur selanjutnya kita akan menganalisis
sebelumnya, data dari Kementerian potensi perdagangan antar pulau
Perdagangan, Badan Pusat Statistik terutama perdagangan antar wilayah
(BPS), Kementerian Pertanian dan sentra produksi di bagian timur
Indonesia (NTT, NTB dan Sulawesi
berbagai media massa baik cetak
maupun elektronik. Selatan) dengan wilayah sentra
konsumsi di bagian barat Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta).
Rantai Pasok Daging Sapi Kebutuhan daging sapi di
Berdasarkan penelitian Hadi (2009), Indonesia sebagian Besar (86%) masih
rantai pasok daging sapi ditunjukkan dipenuhi dari produksi dalam negeri, dan
pada Gambar 1. Peternak pada sisanya diperoleh dari impor (BP2KP
umumnya menjual sapinya kepada 2014). Pemenuhan dari impor dapat
pengumpul atau biasa disebut berupa daging, sapi bakalan atau sapi
“blantik”.Dalam hal ini, pihak pedagang indukan. Sentra produksi sapi di
mendatangi rumah petani, dan biasanya Indonesia cenderung tersebar di
seluruh biaya yang terkait dengan jual- beberapa wilayah, sementara sentra
beli sapi (angkutan, restribusi) konsumsi sebagian besar terdapat di
ditanggung oleh pedagang tersebut atau pulau jawa (Ilham dan Yusdja 2004).
80
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
81
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, VOL 2 No.1, JULI 2016 : 78 - 85
Adapun sentra produksi utama daging Kekurangan ini harus dipenuhi dari impor.
sapi di Indonesia terletak di provinsi Jawa Tingginya kebutuhan daging sapi di ketiga
Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Propinsi tersebut dikarenakan untuk
Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat mencukupi kebutuhan industri, hotel,
(NTB), D.I Yogyakarta, Sumatra Selatan, restoran dan katering.Perhitungan
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. pengeluaran sapi tersebut dihitung
Dalam penelitian ini sentra produksi yang berdasarkan data pada Tabel 2.
akan dianalisis adalah provinsi NTT dan
NTB dimana provinsi ini termasuk dalam Tabel 3 Jumlah Ternak Sapi 2015
rute kapal ternak KM Camara Nusantara Jumlah Ternak Sapi % Thd
Provinsi
I. 2015 (ekor) Populasi
Pada kurun waktu 2011-2015 NTT Sentra Produksi
dan NTB menyumbang 8,69 persen dari Jawa Timur 4,326,261 27.92%
Sulawesi Selatan 1,340,540 8.65%
total pengeluaran sapi ke provinsi lain
NTB 1,046,772 6.76%
Perhitungan pengeluaran sapi di NTT dan NTT 902,326 5.82%
NTB dihitung berdasarkan data pada Lampung 598,740 3.86%
Tabel 2. Jumlah total pengeluaran sapi Bali 570,436 3.68%
yang berasal dari kedua wilayah tersebut DI Yogyakarta 322,775 2.08%
sebanyak 438.483 ekor sapi hidup atau Gorontalo 194,593 1.26%
setara dengan 7.883 ton daging. Namun Maluku 102,873 0.66%
pasokan sapi yang berasal dari NTB dan Sulawesi Barat 85,561 0.55%
Sentra Konsumsi
NTT untuk mencukupi kebutuhan daging DKI Jakarta 2,129 0.01%
sapi di DKI jakarta, Banten dan Jawa Banten 57,156 0.37%
Barat masih kurang. Kebutuhan nasional Kalimantan Timur 141,855 0.92%
selama tahun 2016 diperkirakan sebesar Kalimantan Barat 158,945 1.03%
2,61 kg/tahun atau sebanyak 674.690 ton, Riau 242,205 1.56%
dimana kebutuhan daging sapi di DKI Sumatra Selatan 261,515 1.69%
Jakarta, Banten dan JawaBarat sekitar Jawa Barat 447,999 2.89%
Aceh 536,930 3.47%
900.000 ekor sapi hidup/tahun atau Sumatra Utara 666,496 4.30%
setara dengan 179.100 ton/tahun1. Prov. Lainnya 3,488,181 22.51%
Total Indonesia 15,494,288 100.00%
1
Kebutuhan daging sapi nasional tahun 2016 menurut Sumber: (BPS, 2016)
paparan yang disampaikan pada Rapat koordinasi
terbatas (Rakortas) 14 Januari 2016 dan Kebutuhan di
DKI Jakarta, Banten dan JawaBarat hasil diskusi
dengan Asosiasi.
82
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
83
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
84
Peran Kapal Ternak dalam Memperlancar ..., Avif Haryana,Yati Nuryati
85