You are on page 1of 25

BAB 2

PERANTI ELEKTRONIKA

Pendahuluan 

Elektronika merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang


mempelajari bidang ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan gerakan,
emisi dan perilaku elektron-elektron bebas dan ion-ion tertentu seperti
dalam tabung gas, semikonduktor dan berbagai komponen lainnya yang
banyak diaplikasikan dalam era teknologi moderen saat ini (Wasito,
2004). Dengan demikian, berbagai aspek kehidupan manusia tentu saja
tidak terlepas dengan teknologi yang mengimplementasikan bidang
elektronika. Ditemukannya bahan-bahan yang dapat dibuat dalam berbagai
perangkat elektronika merupakan pemicu perkembangan teknologi begitu
pesat dan canggih. Benda elektronika tersebut dikenal dengan peranti
elektronika. Peranti Elektronika adalah alat atau komponen-komponen
elektronika yang pada umumnya menggunakan arus lemah dalam
pengoperasiannya. Peranti elektronika telah diproduksi dan di
implementasikan ke dalam berbagai peralatan elektronika seperti yang
dikenal dengan sebutan resistor, kapasitor, induktor, dioda, transistor,
bipolar, transistor JFET dan MOSFET, Thyristor, IC dengan berbagai
tipenya dan sebagainya.
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari Bab 2 ini,
yaitu mampu mengenal dengan pasti dan memahami konsep peranti
khususnya berbagai peranti pasif seperti resistor, kapasitor, induktor, dan
transformator. Adapun indikator kompetensi setelah mempelajari Bab 2
ini, anda diharapkan mampu:
1. Mengenal dua jenis peranti
2. Memahami konsep dan karaktristik resistor
3. Menentukan nilai resistor berdasarkan kodenya
4. Menerapkan persamaan pada rangkaian resistor

Elektronika Dasar 24
5. Mengenal resistor non linier
6. Memahami konsep dan karaktristik kapasitor
7. Menentukan nilai kapasitor berdasarkan kodenya
8. Menerapkan persamaan pada rangkaian kapasitor
9. Memahami konsep dan karaktristik induktor
10. Menerapkan persamaan pada rangkaian induktor
11. Memahami konsep transformator
12. Menerapkan persamaan pada transformator

2.1 Klasifikasi Peranti Elektronika

Peranti elektronika dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan


sifat keaktifannya yaitu peranti pasif dan peranti aktif. Jika sebuah peranti
dapat berfungsi langsung dalam suatu rangkaian tanpa pemberian catu
daya tertentu disebut sebagai peranti pasif. Contohnya antara lain resistor,
kapasitor, induktor dan transformator. Sedangkan peranti yang dapat
berfungsi jika diberikan catu daya terlebih dahulu disebut peranti aktif
seperti dioda, transistor, dan rangkaian terpadu yang lebih dikenal dengan
IC (Integrated Circuit). Umumnya peranti aktif ini terbuat dari bahan yang
disebut semikonduktor. Pada bagian ini, pembahasan ini difokuskan pada
beberapa peranti pasif, sedangkan peranti aktif dibahas pada bab
tersendiri.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 2.1 Modul peranti elektronika (Rahmad, 2008).

Elektronika Dasar 25
Bentuk beberapa peranti elektronika ditunjukkan pada modul Gambar
2.1 sebagai media untuk mengenal dengan jelas peranti elektronika.
Bagian (a) bentuk beberapa resistor tetap, (b) resistor variabel, (c)
kapasitor, dan bagian (d) terdiri dari transformator, transistor, dan IC. Pada
modul (a), (b), dan (c) memperlihatkan beberapa bentuk peranti pasif,
sedangkan bagian (d) menunjukkan transformator sebagai peranti pasif
dan peranti aktifnya adalah transistor dan IC.

2.2 Resistor

Resistor disebut juga tahanan atau hambatan (weerstand). Resistor


termasuk konduktor yang buruk artinya semakin besar nilainya, maka
semakin buruk sifat hantaran listriknya. Meskipun resistor adalah
penghantar listrik yang buruk, namun sangat diperlukan dalam sistem
elektronika. Hampir semua rangkaian elektronika menggunakan resistor.
Resistor merupakan peranti elektronika yang diproduksi dengan fungsi
yaitu:
1). untuk mengatur arus listrik,
2). menghambat arus listrik dalam suatu rangkaian,
3). digunakan sebagai pembagi tegangan,
4). sebagai penurun tegangan.

Resistor memiliki simbol R dengan satuan ohm atau Ω yang berasal


dari huruf Yunani yaitu omega. Nilai tahanan resistor bervariasi dari yang
kecil sampai yang besar, untuk itu digunakan beberapa peringkat satuan
diantaranya:

1 Kiloohm (kΩ) = 1000 Ω dan


1 Megaohm (MΩ) = 1.000.000 Ω
1 Gigaohm (GΩ) = 1.000.000.000 Ω

Secara umum resistor dibedakan atas tiga jenis yaitu resistor tetap,
resistor variabel, resistor non linier. Beberapa bentuk resistor ditunjukkan
pada Gambar 2.1 dimana untuk bagian a) adalah bentuk resistor tetap
dengan dua ujung koneksi, bagian b) adalah bentuk beberapa resistor

Elektronika Dasar 26
variabel (gambar 1 sampai 3 dilihat mulai dari atas) dengan tiga ujung
koneksinya.

2.2.1 Resistor tetap (Fixed Resistor)

Resistor tetap merupakan resistor yang nilainya tidak dapat diubah,


jadi nilainya selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari bahan
nikelin, karbon, atau bahan resistif lainnya. Resistor tetap tentu saja dapat
digunakan sebagai pembagi tegangan, mengatur atau membatasi arus pada
suatu rangkaian, memperbesar dan memperkecil tegangan listrik. Dalam
pemakaiannya resistor tetap menggunakan lambang skematik seperti
Gambar 2.2. Lambang (a) sistem lambang yang digunakan Amerika dan
Jepang, sedangkan lambang (b) digunakan oleh Eropa. Di Indonesia
menggunakan kedua lambang, namun yang paling umum digunakan
adalah lambang (a).

(a) (b)

Gambar 2.2 Lambang resistor tetap

Karakteristik resistor berdasarkan bahan pembuatannya dikelompokkan


sebagai berikut:

a. Resistor lilitan kawat (wire wound resistor)

Gambar 2.3 Resistor Kawat (Sahabat, 2012)

Resistor lilitan kawat termasuk jenis resistor generasi pertama yang


lahir pada saat rangkaian elektronika masih menggunakan tabung
hampa (vacuum tube). Bentuknya bervariasi seperti pada Gambar 2.3

Elektronika Dasar 27
dan memiliki ukuran yang cukup besar. Resistor kawat ini biasanya
banyak dipergunakan dalam rangkaian power, karena dapat memiliki
nilai resistansi yang tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi. Jenis
lainnya adalah resistor dengan lilitan kawat pada bahan keramik dan
dilapisi dengan bahan semen. Disipasi daya untuk resistor jenis ini
bervariasi dalam ukuran 1 watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt.

b. Resistor Karbon.
Salah satu jenis resistor yang terbuat dari bahan karbon adalah Carbon
Composition Resistors dengan bentuk seperti Gambar 2.5. Resistor ini
berbentuk silinder dengan 4 kode cincin warna, memiliki dua terminal
keluaran dari bahan logam.

Karakteristik resistor karbon yaitu


 Toleransi lebih kurang 10 %
 Resistansi tergantung tebal dan panjang
lapisan, berubah oleh frekuensi.
 Tegangan maksimun 400 volt
 Nilai resistansi antara 10W s/d 22MW
 Temperatur operasi (-55 s/d 125)oC
Gambar 2.4 Resistor
Karbon (Justradios, 2011)

c. Resistor film Karbon.


Resistor yang terbuat dari bahan film karbon (Flame proof carbon film
resistors) dengan bentuk seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5 dan 2.6.
Resistor jenis ini menggunakan bahan film karbon yang dilapiskan
pada keramik sehingga disebut resistor film karbon. Resistor film
karbon umumnya hanya memiliki 4 buah gelang warna seperti
Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Beberapa resistor film karbon dengan nilai menurut kode
warna (Koleksi Pribadi, 2012).

Elektronika Dasar 28
Karakteristik resistor film karbon
 Toleransi 5 %
 Resistansi tergantung tebal dan panjang
lapisan.
 Resistansi untuk panas dan tegangan
tinggi.
 Resistansi lebih besar jika karbon
Gambar 2.6 Flame proof
berbentuk spiral.
carbon film resistors
 Resistansi dapat berubah oleh
(Justradios, 2011)
pengaruh frekuensi.
 Tegangan maksimun 500 volt.
 Nilai resistansi antara 330kW s/d 22MW
 Temperatur operasi (-55 s/d 155)oC

d. Resistor film logam.


Resistor ini menggunakan bahan dari suasa nikel untuk dijadikan
resistor presisi dan derau rendah. Bentuk menyerupai resistor film
karbon. Resistor ini tahan terhadap perubahan temperatur.dengan
tingkat ketelitian nilai yang tinggi, karena nilai toleransinya sangat
kecil, biasanya sekitar 1% sampai 5%. Bila dibandingkan dengan
resistor film karbon, resistor ini cenderung lebih baik karena yang
beredar dipasaran pada umumnya toleransinya 1%. Resistor metal
film memiliki 5 buah gelang warna, bahkan ada yang 6 buah gelang
warna. Resistor ini sangat cocok digunakan dalam rangkaian-
rangkaian yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi,
umpamanya untuk penggunaan pada alat ukur. Disipasi daya yang
dimiliki bervariasi antara 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.
Bentuk resistor metal film dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Karakteristik
 Toleransi 1 %
 Resistansi tergantung tebal dan panjang
lapisan, berubah oleh frekuensi
Gambar 2.7 Resistor film  Tegangan maksimun 350 volt
metal.
 Nilai resistansi antara 10W s/d 1MW
 Temperatur operasi (-55 s/d 155)oC

Elektronika Dasar 29
e. Resistor Daya (Power Resistors)

Karkteristik
 Toleransi 5 %
 Terbuat dari bahan lilitan kawat yang
dibungkus keramik
Gambar 2.8 Resistor daya  Resistansi tergantung tebal dan panjang
/power resistors lapisan.
(Koleksi Pribadi, 2012)  Reliabilitas dan stabilitas tinggi.
 Tegangan maksimun 350 volt
 Nilai resistansi antara 1W s/d 25KW
 Temperatur operasi (-55 s/d 155)oC

Resistor tetap (fixed resistor) tersedia dipasaran dengan ukuran


disipasi daya mulai dari 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 5, 10, 15, sampai 50 watt.
Resistor karbon umumnya mempunyai daya 1/8, ¼, ½, 1, dan 2 Watt.
Resistor oksida logam dayanya sampai 10 Watt. Resistor lilitan kawat
dayanya dapat diproduksi mencapai 50 Watt. Jika resistor dialiri arus
listrik akan memberikan disipasi daya sesuai dengan ukuran atau
jenisnya. Untuk resistor karbon, ukuran reistor terkait dengan besar
disipasi dayanya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9. Semakin besar
ukuran resistor semakin besar disipasi dayanya.

Gambar 2.9 Resistor tetap dengan berbagai disipasi daya


(Koleksi Pribadi, 2012).

Besar daya resistor sebanding dengan perkalian arus dengan


tegangan yang dihasilkan dan memenuhi

P = V.I [2-1a]

Elektronika Dasar 30
Apabila persamaan [2-1a] diuraikan untuk hubungan daya dengan
resistansi resitor, maka daya adalah menurut persamaan [2-1b]

P = I2R [2-1b]

Contoh 1
Resistor yang diketahui nilainya 200Ω dan dayanya 1 Watt, Berapakah
arus yang diperlukan? Jelaskan maknanya!

Solusi
Dengan menerapkan persamaan [2-1] diperoleh
P = I2R  1 watt = I2 (200 Ω), sehingga
I = 0,071A atau 71mA.
Nilai arus tersebut adalah arus maksimum yang dibolehkan melalui
resistor. Jika resistor kelebihan arus, maka nilai resistor dapat
berubah, terbakar atau putus.

Tabel 2.1 Deret resistor menurut nilai toleransi

E12 series 10% tolerance


1.0 1.2 1.5 1.8 2.2 2.7 3.3 3.9 4.7 5.6 6.8 8.2

E24 series 5% tolerance


1.0 1.1 1.2 1.3 1.5 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.7 3.0
3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.1 5.6 6.2 6.8 7.6 8.2 9.1

E96 series 1% tolerance


1.00 1.02 1.05 1.07 1.10 1.13 1.15 1.18 1.21 1.24 1.27 1.30 1.33 1.37 1.40 1.43
1.47 1.50 1.54 1.58 1.62 1.65 1.69 1.74 1.78 1.82 1.87 1.91 1.96 2.00 2.05 2.10
2.15 2.21 2.26 2.32 2.37 2.43 2.49 2.55 2.61 2.67 2.74 2.80 2.87 2.94 3.01 3.09
3.16 3.24 3.32 3.40 3.48 3.57 3.65 3.74 3.83 3.92 4.02 4.12 4.22 4.32 4.42 4.53
4.64 4.75 4.87 4.99 5.11 5.23 5.36 5.49 5.62 5.76 5.90 6.04 6.19 6.34 6.49 6.65
6.81 6.98 7.15 7.32 7.50 7.68 7.87 8.06 8.25 8.45 8.66 8.87 9.09 9.31 9.53 9.76

(Sinclair, Ian R., John Dunton, 2007)

Resistor dengan disipasi daya kecil mempunyai bentuk tabung silinder


dengan kawat terminal pada tengah-tengah kedua ujungnya. Nilai
resistornya dinyatakan dengan empat kode warna berbentuk cincin yang
melingkar pada tabung resistor. Resistor yang memiliki disipasi daya besar

Elektronika Dasar 31
(disipasi daya ≥ 5 watt) biasanya berbentuk kubik memanjang berwarna
putih dimana nilainya telah tertulis dibadannya.
Nilai-nilai resistor yang menggunakan kode ditunjukkan pada Tabel
2.1 disesuaikan dengan standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA
(Electronic Industries Association). Resistor tetap yang menggunakan
kode warna cincin untuk toleransi lebih besar dari dua % terdapat empat
kode warna cincin, sedangkan yang untuk resistor presisi biasanya
terdapat lima kode warna cincin. Cincin I berada paling dekat ke salah
satu ujung resistor dan cincin IV (kode toleransi terpisah agak jauh dari
cincin ke III) dan untuk lima kode, maka kode tolernsinya adalah cincin V
yang letaknya agak jauh dari kode cincin ke IV. Perhitungan resistansi
berdasarkan kode warna untuk empat kode warna adalah:

= [( )( ) × ± ] W [2-1a]

sedangkan untuk resistor dengan lima kode warna memenuhi

= [( )( )( )× ± ] W [2-1b]

I II III IV

I II III IV V

Gambar 2.10 Kode Warna Resistor

Elektronika Dasar 32
Tabel 2.2 Kode Warna tesistor tetap
WARNA ANGKA ANGKA ANGKA ANGKA
(COLOUR) I II III IV
Hitam (Black) 0 0 100 -
Coklat (Brown) 1 1 101 ±1%
Merah (Red) 2 2 102 ±2%
Jingga (Orange) 3 3 103 -
Kuning (Yellow) 4 4 104 -
Hijau (Green) 5 5 105 -
Biru (Blue) 6 6 106 -
Ungu (Violet) 7 7 107 -
Kelabu (Grey) 8 8 108 -
Putih (White) 9 9 109 -
Emas (Gold) - - 10-1 ±5 %
Perak (Silver) - - 10-2 ± 10 %
Tanpa Warna (NC) - - - ± 20 %
Sumber: (Candra, Deni, 2010; Miller & Mark, 2007).

Contoh 2
Sebuah resistor mempunyai urutan kode warna biru, kelabu, jingga,
dan emas. Tentukan besar tahanannya!

Solusi
R = (6) (8)  103 W ±5% = 68000 W ±5% = 68 KW ±5%
Dengan toleransi 5 % artinya harga sebenarnya tahanan tersebut
berada antara 64600Ω dan 71400Ω atau antara 64,6KΩ dan 71,4KΩ.
Disamping kode warna tersebut terdapat juga resistor yang
menggunakan kode abjad sebagaimana Tabel 2.3

Tabel 2.3 Kode resistor berdasarkan huruf


Kode Huruf Perkalian Toleransi
F - ±1%
G - ±2%
H - ± 2,5 %
J - ±5%
R x1 -
K x 1.000 ± 10 %
M x 1.000.000 ± 20 %
Sumber: (Penfold, 2002).

Elektronika Dasar 33
Contoh 3
Jika pada resistor tertera nilai seperti 4K7 J, 1ROJ, 56RJ, M10G,
berapakah nilainya?

Solusi
Nilai resistor berdasakan kode angka dan huruf yaitu:
 4k7 J artinya 4,7kΩ dengan toleransi 5%,
 1ROJ artinya 1Ω ±5%,
 56RJ artinya 56 Ω ±5%,
 M10G artinya 100kΩ ±2%.
Berapakah rentang harga sebenarnya resistor tersebut?

f. Resistor SMD
Perkembangan di bidang elektronika yang semakin maju terkait
dengan telah dikembangkannya jenis resistor yang terbuat dari bahan
oksida film logam pada substrat keramik atau porselin. Resistor ini
dikenal sebagai resistor SMD (Surface Mount Devices) yang artinya
peranti/komponen yang menempel di permukaan sisi solder dan jenis
SMD ini termasuk resistor tetap. Nilai resistansinya ditentukan oleh
ketebalan dan panjang oksida film logam. Jenis resistor ini ada yang
dilapisi dengan kaca tipis dan banyak digunakan dalam rangkaian
elektronika moderen baik untuk sistem komputerisasi maupun dalam
sistem komunikasi sehingga perangkat elektroniknya dapat dibuat
dengan desain lebih kecil. Hal ini, karena bentuk fisiknya relatif
sangat kecil serta memiliki tingkat resistansi ketelitian yang tinggi.
Daya yang dimiliki resistor ini sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan
2 watt. Sedangkan kode nilai resistansinya tertulis pada peranti.
Bentuk resistor SMD dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Teknik penentuan nilai resistansi resistor SMD berdasarkan
kodenya yaitu:
1). Teknik 3 angka; angka pertama dan kedua nilai resistor sedangkan
angka ketiga nilai perpangkatan. Misalnya jika tertulis 213;
didapat dari 21x103 = 21x1000= 21000Ω atau 21kΩ, selain itu
ada yang memakai kode seperti: 2R2; terbaca 2,2Ω.. Resistor
jenis ini biasanya memiliki toleransi 5%.

Elektronika Dasar 34
2). Teknik Untuk SMD 4 angka; angka 1, 2, dan 3 merupakan urutan
angka nilai resistor sedangkan angka ke empat sebagai angka
perpangkatan. Misalnya kode 1001; berarti 100x101 =
100x10=1000Ω atau 1kΩ. Selain itu ada juga yang berkode
R156; berarti bernilai 0,156Ω. Resistor ini memiliki toleransi 1%.
Untuk kode huruf biasanya merupakan kode koma dalam nilai
resistor.
3) Teknik EIA-96, terdiri 3 digit dan cara membacanya memerlukan
tabel kode (tidak dibahas dalam bab ini). Dimana digit 1 dan 2
merupakan kode nilai resistansi sedang digit 3 merupakan kode
faktor pengali.

Gambar 2.11 Resistor SMD (Ricardoarturocabral, 2017)

Untuk mengetahui daya resistor SMD dapat dilakukan dengan


mengukur dimensi panjang dan lebar resistor SMD, lalu disesuaikan
dengan Tabel 2.4 berikut:

Elektronika Dasar 35
Tabel 2.4 Data daya resistor SMD

Jenis Kode Panjang(mm) Lebar(mm) Daya(watt)


Ukuran
01005 0.4 0.2 0.031
0201 0.6 0.3 0.05
0402 1.0 0.5 0.062
0503 1.27 0.75 0.063
0603 1.6 0.8 0.1
0805 2.0 1.25 0.125
1005 2.55 1.25 0.125
1206 3.2 1.6 0.25
1210 3.2 2.6 0.5
1812 4.5 3.2 0.75
2010 5.08 2.55 0.75
2512 6.5 3.25 1.0

2.3 Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)

Resistor tidak tetap yaitu resistor yang nilainya dapat diubah dengan
jalan menggeser, memutar toggle pada alat tersebut, sehingga nilai resistor
dapat ditetapkan sesuai dengan keperluan. Selain itu terdapat pula resistor
variabel karena pengaruh suhu dan cahaya. Resistor variabel dapat
digunakan sebagai pengatur volume, mengatur besar kecilnya arus, tone
control pada sound system, pengatur tinggi rendahnya nada (bass/treble)
serta berfungsi sebagai pembagi arus dan tegangan.
Lambang skematik resistor variabel ditunjukkan pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12a dan 2.12b merupakan lambang yang biasa digunakan untuk
resistor variabel. Namun secara khusus sebenarnya resistor variabel
mempunyai lambang skematik sesuai jenisnya seperti Gamar 2.12c.
Rheostat atau resistor geser tanda panahnya melintang miring terhadap
lambang resistor (sama lambang resistor geser), potensiometer tanda
panahnya tegak lurus terhadap lambang resistor, sedangkan trimpot pada
bagian ujung garis miring diberi tanda garis melintang (-).

Elektronika Dasar 36
Gambar 2.12 Lambang skematik resistor variabel.

2.3.1 Potensiometer

Potensiometer termasuk resistor variabel yang nilai hambatannya


dapat diubah langsung mengunakan tangan (tanpa alat bantu) dengan cara
memutar poros engkol/togel atau mengeser kenop untuk potensiometer
geser. Nilai resistansi potensiometer biasanya sudah tertera pada bagian
depan badannya yang menunjukkan nilai tahanan maksimal. Jika nilai
tahanan yang tertera misalnya tertulis 20k, maka potesiometer itu
mempunyai nilai tahanan antara 0W - 20 kW. Nilai potensiometer berkisar
antara 50 Ω sampai 5MΩ dengan toleransi 10 – 20 %, daya listrik antara
2 sampai 3W. Nilai yang umum di pasaran diantaranya 1kW, 5 kW, 10 kW,
20 kW, 50 kW, 100 kW, 150 kW, 200 kW dan 250 kW. Unsur tahanan
potensiometer berasal dari karbon atau lilitan kawat. Potensiometer dapat
berinduktansi dan berkapasitansi pada rangkaian frekuensi tinggi.
Terdapat beberapa jenis potensiometer jika dikelompokkan
berdasarkan mono atau tidak, terdiri dari potensiometer mono (kode B)
dan potensiometer stereo (ganda). Potensiometer dikelompokkan juga
berdasarkan perubahan resistansinya menjadi 2, yakni potensiometer linier
dan logaritmik. Perubahan secara linier adalah perubahan yang nilai
resistansinya sebanding dengan arah putaran pengaturnya, sedangkan
perubahan secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya
berdasarkan perhitungan logaritmik. Umumnya, potensiometer logaritmik
memiliki perubahan resistansi yang cukup unik, karena nilai maksimal

Elektronika Dasar 37
dari resistansinya diperoleh ketika kita telah melakukan setengah kali
putaran pada pengaturnya. Untuk nilai minimal diperoleh ketika
pengaturnya berada pada titik nol atau titik maksimal putaran. Gambar
2.13 menunjukkan resistor variabel jenis potensiometer dan resistor geser.

Gambar 2.13 Potensiometer dan resistor geser (Koleksi Pribadi, 2012).

Selanjutnya Gambar 2.14 adalah peranti elektronika yang dikenal


dengan nama Helipot yaitu potensiometer sepuluh putaran. Helipot
termasuk resistor variabel yang presisi. dimana mempunyai tiga konektor
keluaran. Nilai resistansinya dapat diubah dengan memutar bagian sekrup
menggunakan obeng (-).

Gambar 2.14 Helipot (Koleksi Pribadi, 2012).

Resistor variabel dari lilitan kawat dengan daya 5 W atau lebih


disebut Rheostat. Digunakan pada aplikasi daya tinggi seperti peranti las,
tegangan tabung sinar-x, atau untuk eksperimen di laboratorium. Peranti
ini bentuk fisiknya lebih besar dari resistor variabel lainnya dan termasuk
resistor geser yang nilainya dapat diubah dengan menggeser gagangnya.
Bentuk rheostat ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Elektronika Dasar 38
Gambar 2.15 Rheostat (Britannica, 2012).

2.3.2 Trimpot

Trimpot adalah singkatan dari trimmer potensiometer. Trimpot


termasuk resistor variabel yang nilai hambatannya dapat diubah dengan
memutar bagian poros mengunakan obeng minus (-). Resistor variabel ini
bentuknya tipis dengan tiga pin. Jika pengukuran tahanan dilakukan antara
kedua ujung pin yang dipinggir akan menunjukkan nilai maksimum
(nilainya tetap). Jika dilakukan pengukuran tahanan antara pin tengah
dengan salah satu pin di pinggir akan menunjukkan nilai tahanan variabel
saat trimpotnya diputar dengan obeng minus pada bagian tengah trimpot.
Trimpot diproduksi dalam berbagai ukuran dan berbagai tingkat presisi.
Nilainya bervariasi dari beberapa ohm sampai 5 MΩ, mempunyai toleransi
10%, sedangkan dayanya dapat mencaapai hingga 1 watt.

Gambar 2.16 Trimpot (Wikipedia, 2012)

Elektronika Dasar 39
Sifat dan karakteristik trimpot tidak jauh beda dengan potensiometer.
Hanya saja, trimpot memiliki ukuran yang jauh lebih kecil (pipih) jika
dibandingkan dengan potensiometer. Perubahan nilai resistansinya juga
dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Huruf B yang tertera pada
trimpot menyatakan perubahan nilai resistansinya secara logaritmik,
sedangkan huruf A untuk perubahan secara linier. Bentuk trimpot dapat
dilihat pada Gambar 2.16
Peralatan elektronika yang menggunakan potensiometer dan resistor
geser umumnya terletak di bagian yang mudah diatur dengan tangan
seperti untuk toner, volume, bas, tribel atau equalizer, pengatur cerah dan
kontras TV. Ujung gagang potensiometer selalu diletakkan pada bagian
luar peralatan untuk memudahkan pengaturan nilai tahanan. Sedangkan
trimpot dan helipot selalu diletakkan di bagian dalam peralatan atau yang
tertutup agar tidak mudah untuk diubah selalu nilainya. Trimpot biasanya
dipasang langsung pada papan sirkuit, digunakan di bagian receiver radio dan
televisi, frekuensi menengah, osilator dan rangkaian RF.

2.3.3 Thermistor

Thermistor berasal dari kata thermal dan resistor yaitu resistor yang
terbuat dari bahan-bahan yang memiliki nilai koefisien temperatur yang
besar. Thermistor memberikan perubahan resistansi yang sebanding
dengan perubahan suhu. Perubahan tahanan yang besar terhadap
perubahan temperatur yang relatif kecil menjadikan thermistor banyak
digunakan sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan
yang tinggi. Thermistor dibuat dari bahan oksida logam campuran
(sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, yang
berpengaruh terhadap karakteristik termistor.Karakteristik thermistor
ditentukan oleh sifat campuran oksida logamnya. Thermistor dapat
digunakan untuk mengatur sendiri elemen pemanas sistem regulasi, seperti
rangkaian untuk degaussing tabung TV warna, mengendalikan lonjakan
arus melalui lampu filamen, atau mengurangi kecepatan kipas ketika suhu
yang disetel tercapai.
Besar nilai tahanan thermistor dapat ditentukan menurut persamaan
[2-1b] berikut

Elektronika Dasar 40
= exp [ ( − )] [2-1b]

dimana = resistansi pada temperatur 1


= resistansi pada temperatur 2
= konstanta thermistor

T
Temperatur

Gambar 2.17 Karakteristik thermistor.

Terdapat dua jenis thermistor yaitu PTC dan NTC. PTC singkatan
dari Positive Temperatur Coeffisient adalah jenis resistor non linier yang
nilai hambatannya dipengaruhi oleh perubahan suhu dimana semakin
tinggi suhu yang mempengaruhi, semakin besar nilai hambatannya.
Artinya nilai resistansi PTC akan naik jika temperatur sekelilingnya naik.
Thermistor jenis NTC (Negative Temperature Coefficient) merupakan
resistor yang nilai resistansinya juga berubah jika terjadi perubahan
temperatur di sekelilingnya. Nilai resistansi akan turun jika temperatur
sekelilingnya naik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17 Bagaimanakah
grafik karakteristik PTC?.
Kedua komponen ini sering digunakan sebagai sensor untuk
mengukur suhu atau temperatur daerah di sekelilingnya. Bentuk NTC dan
PTC beserta lambang skematiknya dapat dilihat pada Gambar 2.18 dan
2.19.

Elektronika Dasar 41
+t oC

Gambar 2.18 PTC dan simbolnya (Koleksi Pribadi, 2015).

- toC

Ganbar 2.19 NTC dan simbolnya (Jestineyong, 2008).

Kelebihan thermistor antara lain: mempunyai level perubahan output


yang tinggi, respon perubahan resistansi terhadap perubahan suhu yang
cepat. Sedangkan kekurangan thermistor antara lain: sifat tahanannya
tidak linier, range pengukuran suhu yang sempit, rentan mengalami
kerusakan, memerlukan catu daya dalam pengoperasiannya.

 Kegiatan 1
Lakukan percobaan pengukuran nilai tahanan termistor dengan
mengubah nilai temperatur lingkungannya. Kemudian buat grafik
hubungan nilai resistror terhadap temperatur.

2.3.4 Resistor LDR

LDR adalah singkatan dari Light Dependent Resistor merupakan jenis


resistor non linier yang hambatannya ditentukan oleh perubahan intensitas
cahaya yang diterimanya. Semakin besar intensitas cahaya yang diterima,

Elektronika Dasar 42
maka semakin kecil nilai hambatannya. Oleh karena, itu jika terkena
cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan bila terkena
cahaya terang nilainya semakin kecil.
LDR dapat digunakan sebagai sensor cahaya, khususnya untuk sensor
cahaya pada lampu taman atau lampu untuk penerangan jalan. Lampu
yang dirangkai dengan LDR akan menyala secara otomatis pada malam
hari (dalam kondisi gelap) dan secara otomatis mati pada siang hari
(cahaya terang) . Bentuk LDR dan simbol skematiknya ditunjukkan pada
Gambar 2.20

Gambar 2.20 LDR dan lambangnya (Koleksi Pribadi, 2012).

2.3.5 Rangkaian Resistor

Resistor dalam aplikasinya dapat dirangkai dengan susunan seri,


paralel atau kombinasinya sebagaimana Gambar 2.21

R1 R2
a b

R1

c d
R2

R2
R1
e f
R3

Elektronika Dasar 43
Gambar 2.21 Rangkaian resistor dan skematiknya (Rahmad, 2008)

Susunan rangkaian seri persamaan memenuhi


R = R1 + R2 +…. +RN [2-2]
Jika dua resistor dirangkai seri seperti Gambar 2.3. a) menjadi R = R1 + R2
Sedangkan susunan rangkaian paralel persamaan adalah

1 1 1 1
   .....  [2-3]
R R1 R2 RN
Jika dua resistor dirangkaian paralel sebagaimana Gambar 2.3.b)
memenuhi

1 1 1
  [2-3]
R R1 R2
atau khusus untuk dua resistor yang disusun paralel dapat dihitung dengan
persamaan

R1  R2
R [2-4]
R1  R2

Contoh 4
Dua buah resistor mempunyai nilai masing-masing 10kΩ dan 15kΩ.
Tentukanlah nilai tahanan total untuk a) susunan seri, b) susunan
paralel
Solusi
a) susunan seri
R = R1+R2 = 10 KΩ + 15 kΩ = 25kΩ

b) susunan paralel
R1  R2 10kW  15kW 150
R    6 kW
R1  R2 10kW  15kW 25
Ternyata susunan seri memperbesar nilai total resistor, sedangkan
susunan paralel memperkecil nilai total resistor. Bagaimanakah jika

Elektronika Dasar 44
susunan rangkaian resistornya campuran sebagaimana Gambar 2.21. e-f
dengan nilai setiap resistor 10 W?

Terdapat bentuk rangkaian tertentu yang tidak dapat diselesaikan


dengan kombinasi seri-paralel. Jika sebuah rangkaian resistor tidak dapat
diselesaikan dengan cara yang telah dijelaskan maka alternatif
penyelesaiannya yaitu menggunakan sistem transformasi. Diantaranya
menggunakan transformasi sistem star (Y) ke delta () atau sebaliknya
pada rangkaian resistor seperti pada Gambar 2.22. Sistem rangkaian dalam
XYZ terdapat tiga resistor dalam konfigurasi Y yaitu R1, R2, dan R3 dapat
digantikan oleh tiga resistor dalam konfigurasi  yaitu dengan resistor Ra,
Rb dan Rc. Sebaliknya konfigurasi  dapat menggantikan Y.

Gambar 2.22 Rangkaian resistor dalam konfigurasi star (Y) dan delta ()

Penyelesaiannya yaitu

= [2-5a]

= [2-5b]

= [2-5c]

atau
= [2-6a]

Elektronika Dasar 45
= [2-6b]

= [2-6c]

Contoh 5
Tentukan nilai tahanan total TV dari rangkaian gambar berikut

W W

W W

Gambar 2.23 Rangkaian delta.

Solusi
Karena rangkaian delta, maka dapat diselesaikan dengan kaedah star
seperti pada gambar

W W W
W
W
W

W
W W W

dari rangkaian star dapat ditentukan R1, R2, dan R3 sebagai berikut
×
= = = 0,6 ohm

Elektronika Dasar 46
×
= = = 1 ohm

×
= = = 1,5 ohm

RWSV = R2 + 6 ohm = 1 + 6 = 7 ohm


RWUV = R3 + 1 ohm = 1,5+1 ohm = 2,5 ohm

× , ,
= = = 1,84 ohm
, ,

Jadi RTV = 0,6 ohm + 1,84 ohm =2,22 ohm.

 Kegiatan 2
Silahkan buktikan persamaan untuk rangkaian resistor secara seri dan
paralel!

2.3.6 Sifat resistor pada frekuensi tinggi


Berdasarkan Gambar 2.24 a) Ls sebagai induktansi seri setara dan
Cp kapasitansi paralel setara. Rangkaian tersebut menunjukkan bahwa
sifat resistor dipengaruhi oleh frekuensi. Nilai Cp dan Ls bergantung
pada bahan pembuat resistor dan nilai resistornya.

Gambar 2.24 Rangkaian setara resistor dan grafik tanggapan frekuensi


(Sutrisno, 1986).

Resistor pada daerah frekuensi tinggi tidak bersifat resistif murni


tetapi mengandung sifat reaktansi yaitu kapasitansi dan induktansi.

Elektronika Dasar 47
Jika frekuensi lebih kecil dari f1 akan bersifat resistor murni, antara
f1  f 2 bersifat kapasitif dan jika lebih besar dari f 2 bersifat induktif.
Jadi resistor mempunyai daerah operasi frekuensi menurut Gambar
2.23.b. Sedangkan Tabel 2.5 menunjukkan daerah frekuensi resistor.

Tabel 2.5 Frekuensi kerja maksimum resistor


No Bahan Resistor Frekuensi Max ( f max )
1 Karbon 10 MHz
2 Film Karbon 50 MHz
3 Lilit Kawat untuk frekuensi rendah
Sumber: (Sutrisno, 1986)

Elektronika Dasar 48

You might also like