You are on page 1of 9

ALZHEIMER

a. Definisi Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyakit progresif atau perlahan-lahan yang ditandai dengan penurunan daya
ingat, kemampuan berpikir, serta perubahan perilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penyakit
ini membuat jaringan otak rusak seiring berjalannya waktu.

Biasanya penyakit ini dimulai dengan gejala pikun ringan seperti mudah lupa tentang kejadian-kejadian
yang belum lama dilalui. Kemudian lambat laun, gejala lain bisa muncul termasuk kerap terlihat bingung,
kesulitan berkomunikasi, mengalami gangguan kecemasan dan perubahan suasana hati yang dramatis,
bahkan tidak mampu lagi melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain.

Rata-rata pasien Alzheimer hanya dapat hidup selama 8-10 tahun setelah terdiagnosis. Namun, ada
keadaan tertentu di mana pasien bisa hidup lebih lama jika cepat terdeteksi dan terobati. Walaupun
penyakit ini biasanya bukan karena faktor genetik, tapi jika ada anggota keluarga yang sakit, Anda lebih
berisiko terkena penyakit Alzheimer.

Alzheimer adalah penyakit yang umumnya terjadi pada usia di atas 65 tahun. Wanita lebih cenderung
mengalami alzheimer dibandingkan pria. Jika ada orang muda yang mengalami penyakit ini, itu biasanya
akibat kelainan atau cedera otak.

b. Epidemiologi Alzheimer

Data epidemiologi menunjukkan bahwa Alzheimer adalah bentuk dementia yang paling sering terjadi
(60-70%). Satu dari 9 orang yang berusia 65 tahun menderita Alzheimer dan angka ini meningkat
menjadi 1 dari 3 orang di usia ≥85 tahun menderita Alzheimer.

Global

Prevalensi global dementia tahun 2014 adalah 24 juta orang.[7] Data yang dilaporkan pada tahun 2016
menunjukkan ada sekitar 46,8 juta orang yang menderita Alzheimer di dunia. Angka ini diperkirakan
akan meningkat hingga 131,5 juta orang penderita pada tahun 2050. Meningkatnya usia harapan hidup
manusia menyebabkan peningkatan angka ini. Alzheimer merupakan penyebab kematian lansia tertinggi
nomor tiga setelah penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular serta keganasan. Di Amerika Serikat,
Alzheimer merupakan penyebab kematian tertinggi nomor enam, yang menghabiskan biaya kesehatan
sekitar 172 milyar dolar per tahun. Berdasarkan regional, prevalensi Alzheimer tertinggi terdapat di
Amerika Utara dan Eropa Barat , diikuti dengan daerah Amerika Latin, Cina, dan Pasifik Barat pada
populasi usia penderita 60 tahun.

Indonesia
Di Indonesia, estimasi jumlah penderita Alzheimer mencapai 1 juta orang di tahun 2013. Angka tersebut
diperkirakan akan meningkat menjadi 2 kali lipat pada tahun 2013. Usia harapan hidup di Indonesia
meningkat dari 68,6 tahun (di tahun 2004) menjadi 72 tahun (di tahun 2015). Usia harapan hidup yang
meningkat ini akan meningkatkan persentase penduduk lansia. Oleh karena itu, diperkirakan angka
penderita Alzheimer pun akan meningkat setiap tahunnya.

Mortalitas

Mortalitas pada penyakit Alzheimer tidak terjadi secara langsung akibat penyakit ini, tetapi terutama
disebabkan karena komplikasi pneumonia aspirasi yang disebabkan oleh gangguan menelan pada pasien.
Mortalitas akibat penyakit Alzheimer meningkat pada lansia berusia ≥75 tahun. Pada tahun 2014, sekitar
95.300 kematian di Amerika disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Laju mortalitas akibat Alzheimer
meningkat hingga 55% semenjak tahun 1999 hingga 2014.

c. Penyebab Alzheimer

Hingga saat ini, penyebab penyakit Alzheimer belum diketahui. Meski begitu, para ahli percaya bahwa
bagi kebanyakan orang penyakit ini disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik, gaya hidup, serta
lingkungan yang memengaruhi orang seiring berjalannya waktu.

Meski penyebab penyakit Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, pengaruhnya terhadap otak sudah
jelas. Penyakit ini dapat merusak dan menghancurkan sel otak secara perlahan. Pada penyakit Alzheimer,
sel otak yang menyimpan dan memproses informasi mulai melemah dan mati. Selain itu, protein
abnormal dihasilkan, yang menciptakan plak dan penumpukan di sekitar dan di dalam sel sehingga dapat
mengganggu komunikasi.

Dari penelitian terbaru, diduga bahwa penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh pengendapan protein di
dalam otak yang menghalangi asupan nutrisi ke sel-sel otak, sehingga sel otak menjadi rusak.

Kerusakan sel otak akan menurunkan kadar zat kimia di dalam otak, yang menyebabkan koordinasi
antarsaraf otak menjadi kacau. Hal ini akan membuat penderita mengalami penurunan daya ingat dan
perubahan suasana hati.

Kondisi ini berbahaya, karena lama-kelamaan sel otak akan mati, hingga pada akhirnya beberapa bagian
otak akan menyusut, terutama bagian otak yang mengatur memori.

d. Faktor risiko Alzheimer

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer adalah:


Umur adalah faktor risiko terkuat, terutama setelah berusia 65 tahun.

Genetik. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita
penyakit Alzheimer lebih berisiko terkena penyakit yang sama.

Orang yang mengalami gangguan kognitif ringan.

Cedera kepala.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, hanya sedikit makan buah-
buahan dan sayur-sayuran.

Mengidap penyakit kardiovaskular, hipertensi, hiperkolesterolemia, peningkatan kadar homocysteine.

Proses pembelajaran dan ikatan sosial. Level pendidikan formal yang rendah, pekerjaan yang
membosankan, kurangnya aktivitas yang melatih otak seperti membaca, bermain game, bermain alat
musik, dan kurangnya komunikasi sosial.

e. Cara diagnosis Alzheimer

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar gejala yang dialami, penyakit yang diderita oleh
anggota keluarga lain, obat yang dikonsumsi, serta gaya hidup.

Setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait hal-hal di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan
saraf dan mental. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai keseimbangan, koordinasi tubuh, refleks,
pendengaran, penglihatan, dan kekuatan otot. Pemeriksaan tersebut juga akan menilai daya ingat dan
kemampuan berpikir penderita, yang kemudian akan dibandingkan dengan orang yang seumur dan
setara tingkat pendidikannya.

Untuk memastikan ada-tidaknya penyebab lain dari gejala yang dialami penderita, dokter akan
menyarankan penderita untuk melakukan pemeriksaan sebagai berikut:

Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kondisi lain yang
menyebabkan pasien mengalami penurunan daya ingat atau tampak kebingungan, misalnya kekurangan
vitamin atau gangguan hormon tiroid, sifilis, HIV, dan radang otak.

Pemindaian otak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan atau perubahan di dalam otak,
dan memastikan penyebab dari gejala yang muncul. Metode pemindaian otak bisa dilakukan dengan CT
scan atau MRI.

Pungsi lumbal. Pungsi lumbal dilakukan untuk mengambil cairan otak dan saraf tulang belakang, melalui
celah di tulang belakang. Pungsi lumbal dilakukan untuk memeriksa apakah penderita mengalami infeksi
otak.
Sebenarnya cara paling akurat untuk menentukan ada tidaknya penyakit Alzheimer adalah dengan
memeriksa jaringan otak, namun hanya bisa dilakukan melalui autopsi setelah penderita meninggal.

f. Tanda dan gejala Alzheimer

Gejala penyakit Alzheimer berkembang dalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap menengah, dan tahap
akhir. Pada tahap awal, gejala penurunan daya ingat penyakit Alzheimer sulit dikenali, karena sering
dianggap sebagai efek pertambahan usia.

Ketika memasuki tahap berikutnya, gejala akan mulai terlihat pada penderita. Kecepatan perkembangan
gejala penyakit Alzheimer berbeda-beda pada tiap penderita, tapi umumnya gejala akan berkembang
secara perlahan selama beberapa tahun.

Gejala Tahap Awal

Gejala utama penyakit Alzheimer adalah kehilangan ingatan secara perlahan yang bertambah parah
seiring dengan berjalannya waktu. Di bawah ini adalah contoh-contoh gejala kehilangan ingatan yang
sering dialami penderita penyakit Alzheimer tahap awal:

Lupa dengan nama benda atau tempat.

Lupa dengan kejadian-kejadian yang belum lama dialami.

Lupa dengan hal-hal yang belum lama dibicarakan dengan orang lain.

Kerap tersesat di tempat atau daerah yang sebetulnya sudah sangat dikenalnya.

Salah menaruh barang (misalnya menaruh piring di dalam lemari baju).

Lupa cara menggunakan suatu barang.

Kesulitan dalam menulis.

Sering mengulang pertanyaan yang sama.

Kesulitan merangkai kata-kata dalam berkomunikasi.

Terlihat kurang berenergi dan tidak antusias.

Tampak seperti mengalami depresi.

Enggan beradaptasi dengan perubahan.

Takut untuk melakukan hal-hal yang baru.


Sulit membuat keputusan dan mudah berburuk sangka.

Tidak tertarik dengan aktivitas yang sebelumnya disukai.

Lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, duduk, atau menonton televisi daripada mengobrol
dengan keluarga atau bersosialisasi.

Gejala Tahap Menengah

Ketika memasuki tahap menengah, tingkat keparahan gejala penyakit Alzheimer yang sudah dirasakan
sebelumnya akan meningkat. Penderita yang sudah memasuki tahap ini perlu perhatian ekstra dan perlu
bantuan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, misalnya mandi, berpakaian, atau makan.

Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap menengah:

Sulit mengingat nama anggota keluarga atau teman.

Mengalami masalah dalam berkomunikasi.

Perubahan suasana hati makin sering terjadi.

Sering gelisah, frustrasi, atau cemas.

Sering mengalami gangguan

Kesulitan mengatur waktu dan memecahkan masalah.

Mulai mengalami halusinasi atau delusi (waham).

Tampak bingung, misalnya tidak tahu di mana dirinya berada.

Gejala Tahap Akhir

Setelah gejala masuk ke tahap akhir, penderita penyakit Alzheimer membutuhkan pengawasan dan
bantuan penuh dari orang lain untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Tidak hanya penderita, orang-orang
di sekitarnya juga dapat merasa tertekan.

Di bawah ini adalah beberapa contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap akhir:

Penurunan daya ingat makin parah.

Kehilangan kemampuan berkomunikasi.

Kesulitan bergerak tanpa bantuan orang lain.

Buang air kecil atau buang air besar tanpa disadari.

Kesulitan untuk makan sendiri dan sulit menelan makanan.


Berat badan turun drastis dan mengalami infeksi kulit.

Halusinasi dan delusi memburuk, membuat penderita menjadi selalu curiga terhadap orang-orang di
sekitarnya, bahkan sampai berlaku kasar.

Segera temui dokter saraf jika Anda mulai khawatir dengan penurunan daya ingat yang Anda rasakan.

g. Pengobatan Alzheimer

Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan. Obat hanya bisa memperlambat perkembangan penyakit
termasuk penghambat cholinesterase dan memantine. Selain itu, dokter mungkin meresepkan penenang
tambahan yang membantu mengurangi kecemasan, depresi, mudah marah, dan masalah kelakuan
lainnya.

Cara pertama yang dilakukan adalah memberikan obat-obatan yang mampu meredakan gejala dengan
cara meningkatkan kadar zat kimia otak. Jenis obat-obatan yang diresepkan dokter adalah rivastigmine,
donepezil, dan memantine. Obat ini digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer pada tahap awal
hingga menengah. Memantine juga dapat diresepkan pada pederita Alzheimer dengan gejala yang sudah
memasuki tahap akhir.

Selain pemberian obat-obatan, psikoterapi juga dapat dilakukan untuk menangani penyakit Alzheimer.
Terapi ini terdiri dari:

Stimulasi kognitif, yang bertujuan untuk meningkatkan daya ingat, kemampuan berkomunikasi, dan
kemampuan dalam memecahkan masalah.

Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif, yang bertujuan untuk mengurangi halusinasi, delusi,
kecemasan, atau depresi yang dialami oleh penderita.

Sampai saat ini, belum ada penanganan khusus yang terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit
Alzheimer. Upaya penanganan yang dilakukan hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat
perkembangan penyakit, serta memampukan penderita untuk hidup semandiri mungkin.

Penyakit Alzheimer akan membuat orang mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru
sehingga Anda tidak boleh mencoba mengubah lingkungan di sekitar pasien (rumah, pengasuh, dan
sebagainya) jika tidak benar-benar penting. Anda perlu menuliskan berbagai informasi dan
memasangnya di beberapa tempat di rumah untuk membantu pasien mengingat hak-hal penting.

Lancar Beraktivitas dengan Penyakit Alzheimer

Jika Anda mengalami penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita penyakit ini, tips di
bawah ini bisa dilakukan agar aktivitas berjalan lancar, yaitu :

Buat catatan mengenai hal-hal yang ingin dilakukan dan tempel catatan tersebut di pintu, kulkas, atau di
mana pun yang mudah terlihat.
Pasang alarm pada jam/ponsel sebagai pengingat, atau beri tahu orang yang dipercaya untuk
mengingatkan rencana kegiatan yang akan di

Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang tertentu di buku telepon dan di ponsel, serta
simpan kunci di tempat yang mudah terlihat.

Atur tanggal secara tepat pada ponsel agar tidak lupa dengan hari, atau bila perlu, mulailah
berlangganan surat kabar setiap hari.

Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar tidak lupa isinya, misalnya pada laci atau lemari
makanan.

Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari diri dari terjatuh saat berjalan.

Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan atau bahkan ketakutan.

Atur letak perabotan rumah dengan baik agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

Pengobatan di rumah

Berbagai perubahan gaya hidup atau pengobatan yang dapat mengatasi penyakit Alzheimer adalah:

Mengonsumsi makan sehat dengan gizi seimbang.

Berhenti merokok dan batasi mengonsumsi minuman beralkohol.

Berusaha mendapatkan berat badan yang ideal.

Jika memungkinkan, olahraga atau lakukan aktivitas fisik secara rutin.

Mencari orang yang dapat mendukung dan merawat Anda. Anda atau anggota keluarga mungkin
memerlukan perawatan rumahan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Cobalah menyederhanakan rutinitas harian dan ruang tempat tinggal.

Nikmati kehidupan dan tidak boleh berpikir negatif tentang penyakit.

h. Komplikasi Alzheimer

Penurunan daya ingat akibat penyakit Alzheimer dapat mengganggu pengobatan penyakit lain yang
sedang dijalani oleh penderita. Hal ini disebabkan karena penderita umumnya tidak bisa:

Melaporkan adanya penyakit lain yang sedang diderita.

Berkomunikasi jika sedang merasa sakit.

Menjalani program pengobatan dengan baik.


Melaporkan adanya efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi.

Penderita penyakit Alzheimer tahap akhir juga akan mengalami kesulitan menelan, gangguan
keseimbangan, dan kesulitan mengontrol buang air. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan
timbulnya komplikasi berupa:

Terjatuh dan patah tulang.

Kurang gizi dan dehidrasi.

Luka akibat terlalu lama berbaring di tempat tidur.

Tersedak sehingga menimbulkan gangguan pernapasan.

Penyakit infeksi.

Kurang gizi dan infeksi paru merupakan penyebab paling sering yang membuat penderita penyakit
Alzheimer meninggal dunia.

i. Cara pencegahan Alzheimer

Umumnya, orang-orang yang pikiran dan fisiknya selalu aktif, serta mereka yang suka bersosialisasi, tidak
akan mudah terkena penyakit Alzheimer. Oleh karena itu, seseorang yang berisiko terkena Alzheimer
dianjurkan melakukan hal-hal menyenangkan yang dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran.

Banyak cara bisa dilakukan, misalnya dengan bermain musik, melakukan permainan yang dapat
menstimulasi otak (misalnya mengisi teka teki silang), menulis, membaca, belajar bahasa asing,
mengikuti kegiatan sosial, dan berolahraga. Jalan santai di pagi atau sore hari, berenang, tenis, atau bulu
tangkis adalah contoh-contoh olahraga yang dianjurkan.

Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer. Jika seseorang berisiko tinggi terkena
penyakit jantung, maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu, lakukanlah
beberapa langkah pencegahan berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar dari risiko penyakit
Alzheimer.

1. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, serta memiliki kadar lemak dan kolesterol yang rendah.
Selain itu, perbanyak konsumsi buah dan sayuran.

Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman beralkohol.

Jika menderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, konsumsi obat resep secara rutin dan
jalani anjuran dokter dengan baik.

Jika mengalami kelebihan berat badan, turunkan berat badan dengan cara aman.
Periksakan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah secara rutin, agar gangguan tidak semakin
parah.

6. Rutin berolahraga, minimal 2,5 jam dalam seminggu.

Daftar Pustaka

Willy, dr. Tjin. 2018. Penyakit Alzheimer. https://www.alodokter.com/penyakit-alzheimer (Diakses pada


25 Oktober 2019)

Samiadi, Lika Aprilia. 2018. Penyakit Alzheimer.


https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/penyakit/penyakit-alzheimer-adalah/amp/ (Diakses
pada 25 Oktober 2019)

You might also like