You are on page 1of 13

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA

PENANGANAN BENCANA BANJIR

Disusun Oleh: Kelompok 2

1. Ana Irinai 163210005


2. Eva Mardiana 163210013
3. Fernanda Yoga Hendra P. 163210016
4. Iin Widiyawati 163210018
5. Khoirunnisa 163210020
6. Lovya Yesyana 163210024
7. Mela Amalia 163210025
8. Muhammad Fathoni 163210026
9. Ni’matul Jihan 163210029
10. Putri Rosyita Dela A. 163210032
11. Ricko Armando 163210033
12. Selfi Tita Putri S. 163210036
13. Khumairoh 163210112

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.. Sholawat serta salam senantiasa
kami haturkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan
syafa’atnya di hari kiamat nanti. Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam
pengetahuan dan pemahaman mengenai “ PENANGANAN BENCANA BANJIR”.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan bencana.
Dengan segala keterbatasan yang ada ,kami telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna
menyelesaikan makalah ini. kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Jombang 28 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bencana Banjir


2.2 Jenis-jenis Bencana Banjir
2.3 Penanggukangan Bencana Banjir Secara Umum
2.4 Mitigasi Bencana Banjir

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut (Hidayati, 2005) bencana adalah keadaan yang mengangu kehidupan


sosial ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau perbuatan manusia.
Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau situasi tertentu dalam
waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda. Dampak dari bencana dapat
bervariasi, tergantung pada kondisi dan kerentaan lingkungan dan masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab bencana dapat dibagi


menjadi dua, yakni : alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu terjadi di
muka bumi, misal tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari
langit ke bumi (misalkan meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu
yang relatif lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan, atau sebaliknya curah
hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor
(Sjarief, 2010).

Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah Banjir.
Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai akibat air
melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau
daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data statistik yang diambil dari situs
(http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe bencana dan korban jiwa pada tahun
1815 hingga tahun 2015, banjir menempati urutan pertama dengan 5.600 peristiwa dan
jumlah korban jiwa dibawah 34.000 orang. Selain itu, banjir juga merupakan bencana
alam yang mempunyai tingkat frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul oleh
bencana angin kencang.

Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda Indonesia,
maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan mitigasi
bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan dampak dari
bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa saja jenis banjir, bagaimana
penanggulangan bencana banjir, dan bagaimana mitigasi yang harus dilakukan ketika
terjadi banjir. Maka dibuatlah sebuah makalah dengan judul Penanggulangan dan
Mitigasi Bencana Banjir dan Bencana Air Lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bencana Banjir?
2. Apa Saja Jenis-jenis Bencana Banjir?
3. Bagaimana Penanggulangan Bencana Banjir Secara Umum?
4. Bagaimana Mitigasi Bencana Banjir?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian bencana banjir
2. Mengetahui jenis-jenis bencana banjir
3. Mengetahui penanggulangan bencana banjir secara umum
4. Mengetahui mitigasi yang dilakukan ketika bencana banjir melanda
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bencana Banjir

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan sebagai


peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut (Simajuntak, 2014) banjir merupakan fenomena alam yang biasa


terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini sepertinya
sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia ketika
musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu outputdari
pengelolan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah
hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan
perubahan penggunaan lahan.

Sementara itu, menurut (Gultom, 2012) banjir dapat didefinisikan sebagai


tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasistas pembuangan
air disuatu wilayah dan dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi. Banjir
dapat dikatakan sebagai salah satu bencana yang paling banyak memakan korban jiwa.

2.2 Jenis-jenis Bencana Banjir

Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan pengertian dari


bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari bencana alam, bencana non alam,
dan bencana sosial. Dari lingkup bencana alam, terdapat definisi dari dua buah jenis
banjir, yakni banjir dan banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena
volume air yang meningkat. Sementara, banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran
sungai pada alur sungai. (Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir,
menyebutkan terdapat tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya
banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai,
dan banjir pantai.
a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam
setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca
dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat
deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:
bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba
meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.
b. Banjir Luapan Sungai

Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup
lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga datangnya
banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman
atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah
kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air.
c. Banjir Pantai

Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang
dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan
membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu banjir yang
sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang (flash flood) adakah
penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai karena debit sungai yang membesar
tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-daerah
rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungancekungan dan biasanya
membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir bandang bisa berlangsung
cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan mempunyai tinggi permukaan gelombang
banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan membawa material sampah hasil dari
sapuannya di sepanjang lajurnya (Mulyanto, 2012).

Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir menurut (Paripurno, 2013),


banjir bandang dapat dikategorikan sebagai jenis banjir tipe kilat. Karena dapat terjadi
dengan waktu yang singkat dan juga disertai membawa material-material sampah atau
debris.
Selain itu, dampak dari meningkatnya curah hujan di kawasan selatan Indonesia
adalah ancaman banjir lahar dari gunung Merapi. Banjir lahar mempunyai dampak yang
merusak. Karakteristik aliran lahar yang melaju cepat dengan tenaga besar karena
gunung Merapi termasuk dalam gunung api tipe strato volcano yang mempunyai lereng
curam (Daryono, 2012).

Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunung api, kerikil, kerakal, dan
bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran banjir lahar juga dikendalikan
oleh percepatan gaya gravitasi bumi. Selain itu, banjir ini juga mempunyai bongkahan
batu yang besar yang terangkut dengan aliran akibat aliran lahar mempunyai berat jenis
yang sama dengan bongkahan batu tersebut.
Secara umum, faktor terjadinya bencana banjir sama seperti terjadinya bencana
pada umumnya. Bencana dapat dibagi menjadi dua buah faktor, yakni bencana akibat
faktor alam sendiri, dan bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat alam disebabkan
oleh adanya fenomena alam yang dikenal sebagai bencana alam. Akan tetapi, pada
faktanya, manusia tetap berkontribusi paling besar dengan terjadinya bencana alam
yang sering terjadi saat ini.

Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan oleh adanya
ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang ada saat ini. Salah satu
contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan hidup
manusia ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari melakukan penebangan hutan
secara liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai, perusakan kawasan
hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran sungai sebagai tempat
pembuangan sampah (Sundar, 2007).

2.3 Penanggulangan Bencana Banjir Secara Umum

Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan bencana banjir dilakukan secara


bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir
(response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Secara menyeluruh,
tindakan tersebut digambarkan dalam suatu siklus penanggulangan banjir yang
berkesinambungan.

Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian sebagai


masukan untuk upaya prevention sebelum ada bencana banjir lagi. Pencegahan dapat
berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah aliran sungai
sampai wilayah dataran banjir, sementara non-fisiknya berupa pengolahan tata guna
lahan sampai peringatan dini bencana banjir.

Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya


response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan diantaranya
adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan banjir, tanggap
darurat, bantuan perlengkapan logistik penanganan banjir, dan perlawanan terhadap
banjir.

Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin agar kondisi dapat


segera kembali normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai dari bantuaan
pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan sarana-prasarana, rehabilitasi dan adaptasi
kondisi fisik maupun non-fisik, penilaian kerugian, asuransi bencana banjir, dan
pengkajian cepat penyebab banjir.

2.4 Mitigasi Bencana Banjir

Menurut (Ciottone, 2006), mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis
yang luas dari perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian terjadi yang mana
akan mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta mengurangi sekecilkecilnya
dampak kehilangan harta benda. Rencana mitigasi pada umumnya meliputi :
kemampuan untuk memelihara fungsi, desain bangunan, lokasi bangunan di luar dari
zona bahaya, kemampuan esensial bangunan, proteksi dari bagian dari suatu bangunan,
asuransi, edukasi publik, peringatan, dan evakuasi.

Mitigasi dilaksanakan sebelum, sesudah, dan sebelum terjadinya suatu bencana.


Untuk bencana banjir sendiri, salah satu tindakan mitigasi bencana banjir adalah
melakukan peringatan dini bencana banjir. Salah satu contoh apabila tidak ada
peringatan dini banjir, maka semua daerah yang dilalui aliran banjir akan memakan
kerugian yang besar. Pada daerah hulu, dapat dilakukan beberapa cara peringatan dini,
seperti: menempatkan pengukur hujan di hulu dengan akses komunikasi ke wilayah
hilirnya, melakukan identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir, dan melihat
dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan (Paimin, 2009).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman umum mitigasi bencana menjelaskan tentang langkah-langkah yang
dilakukan dalam mitigasi bencana banjir seperti: pengawasan penggunaan lahan,
pembangunan infrastruktur yang kedap air, pengerukan dan pembangunan sudetan
sungai, pembuatan tembok pemecah ombak, pembersihan sedimen, pembuatan saluran
drainase, pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir, dan juga menyiapkan
persiapan evakuasi bencana banjir.

Sementara (KEMENKES, 2014) melalui buku panduannya memberikan


beberapa langkah yang haru dilakukan pada saat sebelum, ketika, dan setelah banjir
terjadi. Dari buku tersebut, didapatkan beberapa langkah mitigasi yang dilakukan
ketika banjir melanda yakni :
1. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena bencana.

2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih


memungkinkan untuk diseberangi.

3. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.

4. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.

5. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana.
BAB II

PENUTUP

3.1 kesimpulan

1. Jenis-jenis banjir yang ada saat ini menurut beberapa ahli mungkin dapat terjadi
perbedaan dalam menggolongkannya. Akan tetapi, secara garis besarnya jenis
banjir dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Banjir Kilat, Banjir Luapan
Sungai, dan Banjir Pantai. Ketiga jenis banjir tersebut dapat mewakili beberapa
jenis banjir yang lain, seperti: Banjir Bandang dan Banjir Lahar Merapi yang
dapat dikategorikan sebagai jenis banjir kilat. Karena terjadinya dapat sangat
cepat sekali.

2. Penanggulangan banjir dapat dibagi kedalam tiga tahapan utama, yakni:


Pencegahan (prevention) sebelum banjir, Penanganan (response) ketika banjir
melanda, dan Pemulihan (recovery) setelah banjir. Hal-hal ini wajib
dilaksanakan agar masyarakat mampu menghadapi keadaan yang ada ketika
bencana banjir melanda

3. Mitigasi yang harus dilaksanakan ketika banjir melanda dapat dilakukan dengan
beberapa cara yang mudah, seperti: memutus setiap aliran listrik,
menyelamatkan barang berharga, dan segera melakukan pengungsian ketika
sudah terlihat ada potensi terjadi banjir. Hal tersebut harus dilaksanakan agar
meminimalisir jatuhnya korban jiwa yang berjatuhan dan kerusakan yang
ditimbulkan akibat bencana banjir.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
memahami tentang penanganan banjir, sehingga kita mampu memberikan penangan
dini sebelum, saat, dan sesudah bencana banjir terjadi.Tentunya dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. (2008, 11 23). Files. Retrieved from BAPPENAS Web Site:


http://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakanpenanggulangan-banjir-
di-indonesia__20081123002641__1.pdf Ciottone, G. R. (2006). Disaster Medicine.
Philadelphia: Mosby. Inc.

Daryono. (2012, 1 10). Bahaya Banjir Lahar. Retrieved from Pusat Studi Bencana Bogor
Agricultural University: http://psb.ipb.ac.id/index.php/news/92bahaya-banjir-lahar

Gultom, A. (2012, Unknown Unknown). //repository.usu.ac.id/. Retrieved from USU


Institutional Repository:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pd f

Hidayati, D. (2005). Panduan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat. KOMUNIKA,


65.

KEMENKES. (2014, Mei 28). Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Retrieved from
Panduan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir:
http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id/panduan-masyarakatmengahadapi-
bencana-longsor

Mulyanto. (2012). Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang . Semarang:
Kementrian PU.

Paimin. (2009). Teknik Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor. Bogor: Tropenbos
International Indonesia Progamme.

Paripurno, E. T. (2013). Modul Manajemen Bencana Pengenalan Banjir Untuk


Penanggulangan Bencana. Papua: KIPRA.

Simajuntak, E. (2014). PELUANG INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN


UMUM. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.

Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sumardi. (2009). Geografi 2 : Lingkungan FIsik dan Sosial. Jakarta: CV Putra Nugraha.

Sundar, I. (2007). Disaster Management. India: Sarup and Sons.

Yulaelawati, E. (2008). Mencerdasi Bencana. Jakarta: Gramedia.

You might also like