You are on page 1of 12

MAKALAH

PERSEDIAAN
Untuk memenuhi tugas TAX ACCOUNTING

Dosen Pembimbing :

Putri Zanufa Sari, SE, MSA, AK

Disusun oleh : Kelompok 1

Ica Erina Gita R

Rilya Mawarsita

Safri Najamudin

Tita Ainun J
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................3

BAB 1 ......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4

1.2 Tujuan ........................................................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

BAB 2 ......................................................................................................................6

PEMBAHASAN MATERI ....................................................................................6

2.1 Definisi persediaan ....................................................................................... 6

2.2 Jenis-Jenis Persediaan .................................................................................. 7

2.3 Sistem pencatatan persediaan ..................................................................... 8

2.3.1 Sistem pencatatan perpetual................................................................. 8

2.3.2 Sistem pencatatan periodik ................................................................... 8

2.3.3 Perbedaan sistem periodik dan perpetual : .......................................... 9

2.4 METODE PENILAIAN PERSEDIAAN ................................................................ 9

2.4.1 Specific identification method (metode identifikasi khusus) ................ 9

2.4.2 Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out – FIFO) .... 10

2.4.3 Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out –LIFO ).................. 10

2.4.4 Metode Rata-rata (Average) ................................................................ 10

2.5 Perpajakan .................................................................................................. 10


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi
Pajak yang berjudul “Persediaan” untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Pajak dengan tepat waktu.
Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penulis
sendiri dan para pembaca mengenai materi akuntansi perpajakan.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Akuntansi Pajak yaitu Putri Zanufa Sari, SE, MSA, AK yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta
menyelesaikan tugas makalah ini.

Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam


pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi
penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.

Sidoarjo, 3 Oktober 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan merupakan salah satu bagian yang penting dalam aktivitas


perusahaan baik perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur, karena
persediaan merupakan aktiva yang sangat penting sebagai sumber pendapatan
perusahaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengelolaan persediaan yang tepat untuk
mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan.
Pengelolaanpersediaan yang tepat dalam perusahaan akan berdampak kepada
lancarnya proses produksi perusahaan, yang juga akan berpengaruh terhadap
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pemilihan prinsip atau metode penilaian persediaan mempunyai suatu


pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan dan posisi perusahaan
tertentu. Oleh karena persediaan biasanya merupakan harta lancar yang terpenting,
maka metode persediaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menetapkan hasil operasi dan kondisi keuangan.

Pemilihan metode akuntansi persediaan di Indonesia berpedoman pada


Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK). PSAK yang digunakan adalah PSAK
No.14 (2015) untuk mengatur perlakuan akuntansi persediaan. PSAK No. 14
(2015) disebutkan bahwa perusahaan hanya boleh memilih metode akuntansi
persediaan, yaitu FIFO, Average, dan Identifikasi Khusus untuk metode penilaian
persediaannya (IAI, 2009). Namun dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2008
(Revisi keempat Undang-Undang No.7 Tahun 1991 tentang Perpajakan) hanya
memperbolehkan penggunaan metode FIFO atau metode rata-rata. Dalam dunia
perpajakan, metode LIFO dianggap hanya membuat kerugian bagi negara karena
dengan menggunakan metode ini, laba yang dihasilkan akan semakin kecil yang
berakibat pajak yang dibayarkan juga akan semakin kecil. Hal ini menjadi jalan
bagi perusahaan-perusahaan yang ingin memperkecil beban pajaknya. Oleh 3
karena itu, metode LIFO tidak diperbolehkan lagi untuk digunakan dalam
peraturan perpajakan di Indonesia (Syailendra, 2013).

1.2 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah tentang “Persediaan” ini adalah guna


memenuhi tugas dalam mata kuliah Akuntansi Pajak. Selain itu untuk memperluas
wawasan kami dan para pembacanya mengenai Perbandingan fiskal dengan
komersial, serta dengan adanya makalah akan membantu para pembaca dalam
memahaminya dan menjadi pedoman dalam penerapan akuntansi pajak di dunia
perekonomian dengan baik dan benar.

1.3 Rumusan Masalah

1. bagaimanakah metode pencatatan persediaan?


2. kenapa metode LIFO tidak digunakan dalam perhitungan persediaan
perpajakan?
3. kenapa system periodik tidak digunakan dalam perusahaan?
BAB 2

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Definisi persediaan

Dalam SAK – ETAP yang diatur oleh IAI(2009:52), Persediaan adalah


aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi untuk
kemudian dijual; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau pembelian kerja. Dari pengertian diatas, dapat
dikatakan bahwa persediaan merupakan aset yang dimiliki untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal dalam perusahaan dagang maupun dalam perusahaan
manufaktur yang membutuhkan proses produksi.

Ikatan akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa persediaan


adalah aset:

a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. dalam proses produksi atau dalam perjalanan

c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan(supplies) untuk digunakan dalam


proses produksi atau pemberian jasa.

Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap


persediaan, maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomi untuk dapat
mengklasifikasikan suatu asset kedalam kelompok persediaan. PSAP no. 5
menyatakan bahwa suatu aset digolongkan kedalam persediaan apabila:

a. Barang atau persediaan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan


operasional pemerintah;
b. Bahan atau perlengakapan (supplies) yang digunakan dalam proses
produksi;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam rangka kegiatan pemerintahan.
2.2 Jenis-Jenis Persediaan

Pengadaan barang oleh usaha perdagangan seperti pasar swalayan dan


grosir, dimaksudkan untuk dijual kembali,sedangkan pengadaan oleh usaha
manufaktur dimaksudkan untuk diolah menjadi barang jadi sebelum dijual.
Usaha manufaktur biasanya mempunyai 5 jenis persediaan yaitu sebagai
berikut:(Assauri, 1998):

a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)


Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli
dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima
dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain
tanpa melalui proses produksi.
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses
produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan
bagian dari barang jadi.
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi
masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung
dijual ke pelanggan.
2.3 Sistem pencatatan persediaan

2.3.1 Sistem pencatatan perpetual

Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap


pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat dalam akun “Persediaan”.
Persahaan mencatat secara detail harga pokok dari setiap persedian barang
dagangan yg dijual dan dibeli. Perusahaan menentukan HPP setiap kali transaksi
penjualan terjadi. Karakteristik dari persediaan perpetual adalah:
1. Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk
produksi didebet ke persediaan dan bukan ke pembelian.
2. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga serta
diskon pembelian didebet ke persediaan dan bukan kea kun terpisah.
3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun
harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan.
4. Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung oleh buku besar
pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar
memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada
ditangan.

2.3.2 Sistem pencatatan periodik

Dalam sistem periodik, setiap pembelian dicatat dalam akun “ pembeliaan”


dan penjualan dicatat dalam akun “penjualan”. Perusahaan tidak mencatat secara
detail harga pokok dari persediaan barang dagang yang dimiliki. Perusahaan
menentukan HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dengan rumus :
Persediaan awal + pembeliaan (netto) – persediaan akhir = harga pokok penjualan

Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir


periode.Dengan sistem ini perhitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat
dan benar. Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini
sangat mahal. Sistem ini tidak bertentangan dengan perpajakan karena
berdasarkan perhitungan yg benar.
2.3.3 Perbedaan sistem periodik dan perpetual :

Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian brg dagangan sebesar Rp 1.200.000 secara
kredit dng syarat 2/10, n/30.
PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 1.200.000 Persedian 1.200.000
Utang 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000
Dagang

PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000 ( 98%X
Rp 1.200.000)
PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 1.200.000 24.000 Utang Dagang 1.200.000 24.000
Dis. pembelian 1.176.000 Persedian 1.176.000
Kas Kas

2.4 METODE PENILAIAN PERSEDIAAN


2.4.1 Specific identification method (metode identifikasi khusus)

Menurut Wild dan Kwok (2011:201 – 220), metode ini digunakan dengan
cara mengidentifikasikan setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam akun
persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam HPP,
sementara biaya berang yang masih ada dimasukkan pada persediaan. Metode ini
dapat diterapkan pada situasi yang melibatkan sejumlah kecil item berharga tinggi
dan dapat dibedakan. Contoh: perhiasan, mobil, dan furniture.
Metode ini menandingkan arus biaya dengan arus fisik barang.
Namun,metode ini memiliki kelemahan yaitu perusahaan dapat memanipulasi laba
netto dan biaya- biaya yang terjadi dialokasikan secara arbiter.
2.4.2 Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out
– FIFO)

Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg masuk pertama


akan dikeluarkan pertama. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa
barang pertama yang dibeli adalah barang yang pertama digunakan (dalam
perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Oleh karena itu,
persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli paling terakhir.

2.4.3 Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out –LIFO )

Cara ini digunakan dengan mendasarkan pada asumsi bahwa arus


pembebanan ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada harga pembelian
terakhir. Jika yang digunakan adalah persediaan periodik

2.4.4 Metode Rata-rata (Average)

Dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg dijual


atau untk persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri
atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dng cara
menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan juml barang ) dibagi dng
banyaknya harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pada perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan ke harga pokok
penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada
perpetual

2.5 Perpajakan
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
 Sistem pencatatan yg diperkenankan adalah sistem pencatan perpetual.
 Penilaian pemakaian persedian untk perhitungan HPP ada dua yaitu
metode rata-rata (average) atau FIFO (First In First out). Pemilihan
metode ini harus taat azas, artinya sekali WP memlilih salah satu cara
penilaian pemakaian persedian untuk perhitunga HPP, maka untuk
selanjutnya harus digunakan cara yg sama.

Contoh:

 Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit barang dagangan dengan harga
Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah
dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005. Pembukuan atas
persedian dilakukan secara perpetual.

• Jurnal untuk transaksi tsb:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


03/03/12 Persedian barang dagangan 5.000.000 5.500.000
Pajak Masukan 500.000
Kas/Bank
Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000

 Pd tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara tunai
dengan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum
termasuk PPN) .

Jurnal transaksi tsb:


Tanggal Keterangan Debet Kredit

31/03/12 Kas/bank 2.310.000 210.000


Pajak Keluaran 1.500.000 2.100.000
Penjualan 1.500.000
Harga Pokok Penjualan
Persedian Barang dagangan
(30 unit X Rp 50.000)
Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000
Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per tanggal 31 Maret 2012
adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000

Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian
barang dagangan sbb:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
03/03/12 Persedian barang dagangan 5.500.000 5.500.000
Kas/ Bank

 PT. B tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak


Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagangan. Jadi I
unit barang dagangan adalah Rp 5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000.

Jurnal transaksi penjualan:


Tanggal Keterangan Debet Kredit

31/03/12 Kas/Bank 2.100.000 2.100.000


Penjualan 1.650.000 1.650.000
Harga Pokok Penjulan
Persedian brg dagangan
(30 unit X Rp 55.000)
Karena bukan PKP maka PT. B tidak memungut Pajak keluaran.

You might also like