Professional Documents
Culture Documents
BLOK 6.C
MINGGU III
(MASTITIS)
Kelompok :3
Anggota : Filda (1610332001)
Feby Suryafma (1610332002)
Jelsita Nova (1610331012)
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi pada
masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat terjadi
pada minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah melahirkan. Kejadian
mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu menyusui. Pada mastitis lebih kurang
10% kasusnya dapat berkembang menjadi abses dengan gejala yang lebih berat
(Prawirohardjo, 2013).
World Health Organization(WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi
pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,
dimana 12% kasus diantaranya merupakan infeksi payudara yang disebabkan oleh
mastitis pada wanita post partum. Indonesia sebagai negara berkembang di dunia
dengan presentasi kasus mastitis mencapai 10% pada ibu post partum (WHO,
2005; 2008). Berdasarkan laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui
mengalami mastitis dan puting susu lecet, hal tersebut kemungkinan disebabkan
karena perawatan payudara yang tidak benar. Pengetahuan tentang perawatan
payudara sangat penting untuk diketahuipada masa nifas, ini berguna untuk
menghindari masalah dalam proses menyusui. Masalah dan gangguan pada
payudara pada waktu menyusuiakan mengganggu produksi ASI(Depkes RI,
2007).
B. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susu.Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan.( Kemenkes RI, 2014)
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi
akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul
fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae.(Carpenito,dkk 2006)
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan
permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013).
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Data Subjektif.
A. Biodata
Nama Ibu :Ny.”T” Nama suami :Tn. “I”
Umur :25 Tahun Umur :29 Tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Suku/ Bangsa : Indonesia Suku/ Bangsa:Indonesia
Pendidikan :S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan :Guru Pekerjaan :Apoteker
Alamat :Jl. Minahasa 3 No.4
B. Keluhan Utama
- Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya dengan normal.
- Ibu mengeluh merasa nyeri pada payudaranya sebelah kanan dan berat sejak
2 hari yang lalu serta badannya juga terasa panas dan dingindikarenakan
puting susu lecet
- Ibu mengeluh bayinya menjadi sering menangis dan rewel.
E. Menyusui
Frekuensi menyusui : ±3-5 kali sehari
F. Riwayat KB
Pernah mendapatkan konseling tentang KB : Pernah
Pernah menjadi Akseptor KB :Belum pernah
Jumlah anak yang diinginkan : 2 orang anak
Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
KU :Baik
Kesadaran :Composmentis
TD :120/70 mmHg
RR :22x/menit
N :100x/menit
Suhu :38,5°C
Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi
Kepala
Rambut : Bersih dan tidak rontok
Mata
Sklera : Putih
Konjungtiva : Merah muda
Hidung : Bersih dan tidak ada polip
Muka
Closma gravidarum : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Mulut
Caries gigi : Tidak ada
Sariawan : Tidak ada
Telinga : Bersih dan tidak ada kelainan
Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembendungan vena jugularis : Tidak ada
Dada
Payudara : Tidak simetris (Yang kanan lebih besar &
tidak beraturan)
Papila mamae : Puting retak-retak
Areola mammae : Menonjol
Abdomen
Pembesaran : Normal
Pelebaran Vena : Tidak ada
Genetalia
Lochea : Serosa
Warna : Kekuningan
Bau : Khas
Perineum
Episotomi :Ya
Derajat laserasi : Derajat II
Oedema : Tidak ada
Tanda infeksi : Tidak ada
Anus
Hemorrhoid : Tidak ada
Ekstremitas
Tungkai : Simetris
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Ujung kuku : Bersih dan tidak pucat
b) Palpasi
Payudara :Teraba benjolan pada payudara kanan ibu
TFU :Tidak teraba
Nyeri tekan :Ya
Kontraksi uterus : Baik
Involusio uteri : Baik
c) Auskultasi
Bising usus : Normal
d) Perkusi
Reflek patella : (+)
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
HB : 11 gr/dL
Golongan darah :A
2. Urine
Protein :(-)
Reduksi :(-)
V. Perencanaan
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Beritahu ibu penyebab terjadinya mastitis
3. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
4. Lakukan dan ajarkan klien untuk melakukan perawatan payudara
5.Anjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara rutin
dirumah
6. Beritahu ibu tentang nutrisi yang dibutuhkan ibu dan bayi
7. Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
8. Beritahu ibu tentang kunjungan berikutnya
VI. Implementasi
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada klien
Keadaan umum ibu : Baik
TD : 120/80 mmHg
Nadi :100x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 38,5°C
2. Memberitahu ibu penyebab terjadinya mastitis
- Perlekatan pada payudara saat menyusui tidak tepat yang berakibat lecetnya
puting susu ibu
- Ibu menunda waktu menyusui
- Ibu tergesa-gesa dalam menyusui
- Penggunaan bra yang ketat
- Ibu kelelahan
3. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
Susukan bayi segera atau selambatnya setengah jam setelah bayi lahir.
Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum menyusui.
Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan
sekitarnya.
Ibu duduk atau tiduran / berbaring dengan santai.
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
Perut bayi menempel keperut ibu, Dagu bayi menempel ke payudara,
Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, Mulut bayi
terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar putting susu.
Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting susu
pada bibir atau pipi bayi.
Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian
besar lingkaran/daerah gelap sekitar puting susu ke dalam mulut bayi.
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya. Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang
belum kosong.
4. Melakukan dan mengajarkan klien perawatan pada payudara :
- Mengompres bagian areola dan puting payudara ibu dengan minyak kelapa
selama 2-5 menit
- Melakukan masase pada payudara ibu dari bagian pangkal atas payudara
hingga puting dengan gerakan melingkar searah jarum jam
- Membantu memecahkan bendungan ASI pada payudara kanan ibu
- Mengompres payudara dengan air DTT (air hangat) dan air dingin secara
bergantian selama minimal 10 menit
5. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara rutin
dirumah (Perawatan payudara dilakukan setiap hari saat ibu mandi)
6. Memberitahu ibu tentang nutrisi yang dibutuhkan ibu dan bayi
7. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
- Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba serta bertambah banyak.
- Pengeluaran vagina yang baunya sangat menusuk.
- Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.
- Sakit kepala terus menerus, dan masalah penglihatan.
- Pembengkakan di wajah dan tangan.
- Demam, muntah, sakit saat BAK, dan tidak enak badan.
- Payudara merah, panas, bengkak, dan sakit.
- Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
- Merasa sedih, merasa tidak mampu merawat bayi.
8. Memberitahu ibu tentang kunjungan berikutnya
VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang informasi yang dijelaskan bidan
2. Ibu sudah tahu dan paham tentang hal-hal yang menyebabkan mastitis
3. Ibu sudah paham cara menyusui yang benar
4. Benjolan pada payudara kanan ibu sudah hilang
5. Ibu paham dan sudah dapat melakukan perawatan payudara sendiri
6. Ibu berjanji kan melakukan perawatan payudara setiap hari
7. Ibu sudah mengerti tentang nutrisi ibu dan bayi selama masa nifas.
8. Ibu sudah mngerti tentang tanda bahaya masa nifas
9. Ibu berjanji akan datang lagi ke bidan untuk memeriksakan dirinya dan
bayinya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama
setelah bayi lahir.Diagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan gejala demam,
menggigil, nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi kemerahan, tegang, panas
dan bengkak.Beberapa faktor risiko utama timbulnya mastitis adalah puting lecet,
frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan bayi yang kurang
baik.Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata laksana
mastitis.Selain itu, ibu perlu banyak beristirahat, banyak minum, mengonsumsi
nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi medikasi analgesik
dan antibiotik. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatikan oleh ibu-ibu yang
baru melahirkan.Infeksi ini biasanya terjadi disebabkan adanya bakteri yang hidup
di permukaan payudara. Berbagai macam faktor seperti kelelahan, stres, dan
pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dari payudara
yang nyeri dan jika tidak dilakukan pengobatan, maka akan menjadi abses.
4.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi wanita untuk selalu
menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis. Namun,
banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis yaitu dengan
cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan saluran susu
danmenghambat aliran susu, menyusui sesering bayi menginginkannya.
Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu lama, saluran susu dapat
tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman tanpa menyusui.
DAFTAR PUSTAKA