You are on page 1of 6

Teori Abiogenesis dan Biogenesis

Teori Abiogenesis

Terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori
abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae Jadi, kalau pengertian
abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut
adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup
yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
1. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Tokoh pencetus teori ini yaitu Aristoteles dan Nedham.
Pecobaan Aristoteles, tanah direndam air akan muncul cacing. Percobaan Nedham
merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup
menggunakan gabus. Setelah beberpa hari terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham
berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.

TEORI BIOGENESIS

Teori ini menyatakamn bahwa mahkluk hidup berasal dari mahkluk hidup.tokoh
pencetus teori ini yaitu sebagai berikut

A. Francesco Redi

Kesimpulan percobaan Francesco Redi yaitu bahwa larva bukan berasal dari
daging tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dal;am daging dan menetas menjadi
larva,.
B. Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)

Spallanzani menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia


mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi,
tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya,
Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun
percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:

• Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa
menit dan dibiarkan tetap terbuka.
• Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada
daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair
agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II
didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka
yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu
minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua
labu tersebut.

Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :

• Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh
dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini
banyak mengandung mikroba.
• Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih
seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila
labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung
mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa


mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi
berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi
kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.

C. Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)

Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur


melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam
percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah
percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut :

Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus.
Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus
tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
• Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman.
Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme
• Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air
kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara.
Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari.
Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu
meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme
Melalui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme
yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan
adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat
percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup
lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan
terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu.
Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan
ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat
pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu
akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme.
Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa
masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi
akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian
terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan
Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah
paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup
yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :

1. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.


2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.

Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan


paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham
Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang
pertama kali terjawab.

Teori Evolusi Biokimia

Tokoh pencetuas teori ini yaitu

A. Teori Harold Urey (1893)


Urey berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertama kali di atmosfer. Pada saat
tertentu adalah sejarah perkembangan bumi,
terbentuk atmosfer yang kaya akan CH4 (metana),
NH3 (ammonia), H2 (hidrogen) dan H2O (air).
Molekul-molekul ini dengan bantuan petir yang
menimbulkan loncatan listrik dan sinar kosmik akan
membentuk asam amino yang merupakan awal dari
kehidupan.

B. Teori Oparin
Oparin sependapat dengan Urey bawah
kehidupan pertama terjadi di cekungan pantai yang
bahan-bahannya dari lautan.

Alexander Oparin: “Asal-usul sel masih menjadi teka-teki.”


Tantangan untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar
yang dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan
pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain itu,
telah terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Evolusionis dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada
perempat kedua abad ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia,
Alexander I. Oparin, menuliskan dalam bukunya “The Origin of Life” yang terbit pada
tahun 1936: “Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik
tergelap dari teori evolusi yang utuh.” Jeffrey Bada: “Kemunculan kehidupan di bumi
adalah masalah terbesar yang belum terpecahkan.”
Sejak Oparin, banyak evolusionis telah melakukan penelitian dan pengamatan
untuk membuktikan bahwa sebuah sel dapat terbentuk secara ke-betulan. Akan tetapi,
setiap upaya hanya memperjelas desain sel yang kompleks sehingga semakin
menggugurkan hipotesis mereka. Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di
Universitas Johannes Gutenberg, menyatakan:
Percobaan tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekuler
selama lebih dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang kompleksitas
asal usul kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang mereka
harapkan. Saat ini, semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian di bidang ini
berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan.
Jeffrey Bada dari Institut San Diego Scripps memperjelas ketidakberdayaan
evolusionis terhadap kebuntuan ini : “Kini, saat meninggalkan abad ke-20, kita masih
menghadapi masalah terbesar yang belum terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana
kehidupan muncul di muka bumi”

You might also like