You are on page 1of 15

Stase Keperawatan Maternitas

Profesi Ners STIKIM


Jakarta 2017

POST PARTUM

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu.Post partum adalah proses lahirnya
bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. . (Mansjoer, 2007)
Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500gram.Operasi caesareaadalah kelahiran janin cukup
bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan. Seksio
sesarria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahaim (Sarwono, 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti
semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu
akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya
sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui
asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan patologis
2. Anatomi fisiologi
Alat Reproduksi Bagian Dalam
Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung telur), tuba
fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran kelamin).
1. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut, yaitu tepatnya di sebelah
kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi ovarium ini untuk menghasilkan sel telur atau
ovum dan hormon-hormon kelamin wanita, seperti progesteron dan .Ovarium
dilindungi oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-folikel.Setiap folikel

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
1
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu atau lebih lapisan sel-sel folikel.Folikel
merupakan suatu struktur yang berbentuk bulatan-bulatan dan terdapat di sekeliling
oosit, berguna sebagai penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur yang sedang
mengalami pematangan.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah sepasang.Tuba fallopi ini
merupakan suatu saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Tuba
fallopi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian tuba fallopi
yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula, yaitu daerah yang berbentuk
lengkungan yang terletak di atas ovarium, dan infudibulum, yaitu daerah pangkal tuba
fallopi yang berbentuk corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong
disebut pula infudibulum.Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan seperti kaki
cumi-cumi yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae.Fimbriae ini berperan untuk
menangkap ovum.Ovum yang telah ditangkap fimbriae, kemudian diangkat oleh tuba
fallopi., Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang bersilia, ovum
kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian, tuba fallopi memiliki beberapa
fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum menuju uterus dan menyediakan lingkungan
yang cocok bagi proses pembuahan dan perkembangan telur sebelum fertilisasi terjadi.
3. Uterus
Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu ruang yang disebut
simpleks.Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan berotot cukup tebal. Pada wanita-
wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm dengan
lebar antara 4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil dan
dinamakan serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut badan rahim atau
corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
perimetrium, meiometrium, dan endometrium.Pada lapisan endometrium dihasilkan
banyak lendir, serta terdapat banyak pembuluh darah. Lapisan endometrium ini
mengalami proses penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak
terdapat zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus ini merupakan tempat untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
2
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

bagian, yaitu fundus, bagian paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus
bagian tengah rahim, dan serviks yang sering kali disebut sebagai leher rahim adalah
bagian paling bawah dan tersempit, yang memanjang sampai vagina.
4. Vagina
merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk seperti tabung dilapisi
dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian belakang dan atas. Bagian dinding
vagina lebih tipis dibandingkan dengan dinding rahim dan terdapat banyak lipatan-
lipatan. Lipatan-lipatan tersebut berguna untuk mempermudah jalannya proses
kelahiran bayi. Di samping itu, pada vagina juga terdapat lendir yang dikeluarkan oleh
dinding vagina dan sepasang kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar bartholi.Vagina
ini merupakan organ persetubuhan (kopulasi) pada wanita.
Alat Reproduksi Bagian Luar
Alat reproduksi bagian luar pada wanita disebut vulva, terdiri atas labia mayora, mons pubis,
labia minora, organ klitoris, orificium uretra, dan himen (selaput dara). Labia mayora adalah bibir
bagian luar dari vagina yang tebal dan berlapiskan lemak, sedangkan mons pubis merupakan
bagian tempat bertemunya dua bibir vagina dengan bagian atas yang terlihat membukit.Labia
minora atau bibir kecil, yaitu sepasang lipatan kulit pada vagina yang halus dan tipis serta tidak
mengandung lapisan lemak. Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang berbentuk tonjolan
kecil yang sering kali disebut klentit.Adapun orificium uretra adalah muara saluran kencing yang
letaknya tepat di bawah organ klitoris. Di bagian bawah saluran kencing yang mengelilingi tempat
masuk ke vagina, terdapat himen yang dikenal dengan nama selaput darah
3. Periode fisiologis dan psikologis
a. Perubahan Fisik
1) Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya.Fundus uteri  3 jari dibawah pusat.Selama 2 hari
berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus
mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar.Setelah 6

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
3
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal.Epitelerasi siap dalam 10 hari,


kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3) Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-
hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput
janin
4) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah
segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke
3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.

5. Sistem EndokrinTerjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan
kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar.Kadar
terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum.Penurunana ini berkaitan dengan

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
4
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama


hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post partum hari ke-
17.
6. Pembuluh Darah RahimDalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak.Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada
dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
7. Dinding perut dan peritoneumSetelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan
lama, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis
menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di
garis tengah terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.Tempat yang lemah dan
menonjol kalau berdiri atau mengejan.
8. Bekas Implantasi Placenta Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu
ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
Perubahan Psikologis Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode
yaitu sebagai berikut :
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-
ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu
makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
5
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

2. Periode Taking Hold


a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
e. merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
f. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang
air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau
jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya

3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
b. ketergantungan bayinya
a. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
b. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini
c. disebutbaby blues
3. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
d. Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).
e. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).
f. Trauma jalan lahir
g. Epiostomi yang lebar
h. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
6
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

i. Rupture uteri.
j. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia / hipofibrinogenemia. Tanda yang sering
dijumpai yaitu :
a. Perdarahan yang banyak,
b. Solusio Plasenta,
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan,
d. Pre eklampsia dan eklampsia.
e. Infeksi, hepatitis dan syok septic
f. Hematoma
Penyebab umum sasieo sesaria
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada,
disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan
yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida,
solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas
permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan
persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
Jenis-jenis sesio sesaria
Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis,
2. Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
3. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
4. Sectio caesarea ekstraperitonealis merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum
parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
7
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
b. Sayatan huruf T (T Insisian)
c. .Sectio Caesarea Klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm
Kelebihan
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b.Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan. Ruptura uteri karena
luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda.Ruptur uteri
karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka
bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.Untuk mengurangi kemungkinan
ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil
lagi.Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.Rasionalnya adalah memberikan
kesempatan luka sembuh dengan baik.Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup
luka rahim.

Sectio Caesarea (Ismika Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
8
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

b. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga
perineum
c. Perdarahan kurang
d. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :
a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
Manifestasi klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml),
nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok
hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera
setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok
(tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan
lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir,
kontraksi uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah,
menggigil
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
9
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

b. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian
selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

c. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat
(jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang
kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.
Komplikasi dari sasio sesaria
a. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
Komplikasi - komplikasi lain seperti :
a. Luka kandung kemih
b. Embolisme paru - paru
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal
ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan
penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot
uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
10
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu
setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akanmerangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri
(nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

Pemeriksaan medis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
11
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur
darah (bloody shoe).
Komplikasi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri

2) Retensi Plasenta

3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban

 Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)


 Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

4) Trauma jalan lahir

 Episiotomi yang lebar


 Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
 Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasie sesio sesaria adalah seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-
lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi
intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus
lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
12
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
Riwayat penyakit keluarga

Keadaan klien meliputi :


a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi
negatif pada kemampuan sebagai wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung
kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
13
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

g. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea sedang
Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op sc
b. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih
b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamana fisik
c. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri
pembedahan

DAFTAR PUSTAKA

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
14
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta :

Mansjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Istyandari, 2003.Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea. Diakses pada
www.ilmukeperawatan.com tanggal 20 februari 2014

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
15

You might also like