Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian-kejadian eksternal
yang memengaruhi operasional perusahaan. Risiko operasional dapat bersumber dari
sumber daya manusia, proses internal, sistem dan infrastruktur, serta kejadian
eksternal. Jenis-jenis kejadian risiko operasional dapat digolongkan menjadi beberapa
kejadian, seperti kecurangan internal, kecurangan eksternal, praktik ketenagakerjaan
dan keselamatan lingkungan kerja, nasabah, produk dan praktik bisnis, kerusakan aset
fisik, dan lain sebagainya.
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis
yang di alami suatu perusahaan. Risiko ini timbul biasanya karena kelemahan aspek
yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh perusahaan,
ketiadaan peraturan undang-undang yang menyebabkan suatu transaksi yang telah
dilakukan perusahaan.
B. RUMUSALAN MASALAH
Bagaimana pengertian manajemen risiko?
Bagaimana Tujuan Utama Manajemen Risiko Operasiona?L
Bagaimana Peristiwa Risiko Operasional?
Bagaimana Penerapan Manajemen Risiko Operasional?
Bagaiamana Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko
Operasional?
Bagaimana Pengertian Risiko Huukum?
Bagaimana Penerapan Manajemen Risiko Hukum?
Bagaimana Sistem Pengendalian Risiko Hukum?
1
C. TUJUAN
Mengetahui Pengertian Risiko Operasional ….
Mengetahui Tujuan Utama Manajemen Risiko Operasional
Mengetahui Peristiwa Risiko Operasional
Mengetahui Penerapan Manajemen Risiko Operasional
Mengetahui Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko
Operasional
Mengetahui Pengertian Risiko Huukum
Mengetahui Penerapan Manajemen Risiko Hukum
Mengetahui Sistem Pengendalian Risiko Hukum
2
BAB II
PEMBAHASAN
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian-kejadian eksternal
yang memengaruhi operasional perusahaan. Risiko operasional dapat bersumber dari
sumber daya manusia, proses internal, sistem dan infrastruktur, serta kejadian
eksternal.
Risiko yang terkait dengan kegagalan dari suatu proses atau prosedur seperti:
3
Kesalahan transaksi
Suatu risiko yang berhubungan dengan karyawan. Sebab terjadinya risiko ini yaitu,
kesalahan manusia, pegawai yang tidak kompeten, dan penipuan.
3. Risiko Sistem
Suatu risiko yang berhubungan dengan penggunaan sistem dan teknologi perusahaan
sangat tergantung pada sistem dan teknologi yang digunakan untuk membantu kegiatan
sehari-hari. Penyebab munculnya risiko sistem yaitu:
Risiko hukum berasal dari ketidakpastian tindakan hukum atau ketidakpastian dalam
menginterprestasikan atau mengaplikasikan kontrak, hukum dan peraturan. Risiko
hukum memiliki dua aspek, yaitu ketidakpastian yang bersumber pada tuntutan hukum
yang dilakukan oleh stakeholder dan ketidakpastian legislasi, interprestasi dan proses
pengadilan.
Setiap perusahaan harus memiliki kode etik yang diberlakukan kepada seluruh pegawai
pada setiap jenjang organisasi. Selanjutnya perusahaan harus menerapkan sanksi secara
konsisten kepada pejabat dan pegawai yang terbukti melakukan penyimpangan dan
pelanggaran.
4
Dalam satuan kerja maanjemen risiko, perusahaan dapat membentuk unit independen
atau menunjuk pejabat yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi manajemen risiko
untuk risiko operasional secara menyeluruh. Unit atau pejabat ini bertugas untuk
membantu direksi dalam mengelola risiko operasional serta memastikan kebijakan
manajemen risiko untuk risiko operasional berjalan pada seluruh tingkat organisasi,
yaitu meliputi:
Dalam melaksanakan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit untuk risiko operasional,
perusahaan perlu menerapkan:
Strategi manajemen risiko operasional harus sesuai dengan strategi bisnis secara
keseluruhan dan disusun dengan mempertimbangkan faktor perkembangan ekonomi
dan industri organisasi bank, termasuk kecukupan SDM dan kondisi keuangan bank serta
bauran dan diversifikasi portofolio perusahaan.
Tingkat risiko yang akan diambil merupakan tingkat dari jenis risiko yang bersedia
diambil perusahaan dalam rangka mencapai sasaran korporasi sebagaimana tercermin
dalam strategi dan sasaran bisnis perusahaan. Toleransi risiko adalah penjabaran dari
tingkat risiko yang akan diambil.
4. Limit
5
Perusahaan harus menetapkan limit risiko operasional sesuai dengan tingkat risiko
yang akan diambi, toleransi risiko, dan strategi korporasi keseluruhan serta
memerhatikan kemampuan modal perusahaan bisa menyerap eksposur risiko yang
timbul.
Risiko operasional diukur berdasarkan dua faktor, yaitu risiko yang melekat pada
suatu aktivitas (risiko inheren), dan sistem pengendalian risiko. Penilaian risiko inheren
dilakukan berdasarkan pengamatan frekuensi dan dampak kejadian risiko.
6
Low frequency/high impact. Kejadian yang paling menantang bagi perusahaan. Jenis
kejadian ini yang paling sedikit dipahami dan paling sulit diprediksi. Kejadian ini juga
dapat menimbulkan dampak kerugian yang besar, bahkan membuat perusahaan
bangkrut. Misalnya kasus yang terjadi di Barings.
High frequency/low impact. Kejadian ini dikelola untuk meningkatkan efesiensi
bisnis.
High frequency/high impact. Kejadian tidak relevan untuk dikelola karena apabila
jenis kejadian ini terjadi, maka perusahaan dengan cepat akan bangkrut. Selain itu,
kerugian tidak boleh terjaid terus-menerus atau supervisor akan mengambil
tindakan untuk menyelesaikan praktik bisnis perusahaan yang buruk.
Dipakai untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko sejak dini atas naik
turunnya indikator tingkat risiko dalam rangka pengendalian risiko operasional pada
setiap aktivitas bisnis.
Adalah alat manajemen risiko operasional yang dipakai untuk mencatat data
kejadian yang telah terjadi dalam operasional perusahaan. Tanpa database,
perusahaan akan kesulitan dalam menyusun model pengukuran risiko kerugian
operasional.
7
penjumlahan pendapatan bruto tahunan yang positif pada 3 tahun terakhir dikalikan
dengan 15%.
Pendekatan Terstandarisasi pada model ini, lini bisnis dibagi kedalam delapan
area. Menggunakan pendapatan bruto sebagai indikator usaha. Jika pendapatan
bruto negatif, maka pendapata bruto itu tetap dimasukkan perhitungan.
F. Contoh kasus
Diminta :
Hitunglah beban modal risiko operasional dan aset tertimbang menurut risiko
(ATMR) risiko operasionalnya dengan metode pendekatan indikator dasar yang
diatur OJK.
Pembahasan :
= 3.750
8
Manajemen risiko hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek
yuridis yang di alami suatu perusahaan. Risiko ini timbul biasanya karena kelemahan
aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh
perusahaan, ketiadaan peraturan undang-undang yang menyebabkan suatu
transaksi yang telah dilakukan perusahaan.
Faktor litigasi : ligitasi terjadi karena adanya gugatan dan tuntutan dari pihak ketiga
kepada perusahaan maupun gugatan atau tuntutan tersebut pada dasarnya
menimbulkan biaya yang dapat merugikan kondisi perusahaan.
Faktor kelemahan perikatan : yang dilakukan oleh perusahaan yang merupakan
sumber terjadinya permasalahan atau sengketa dikemudian hari yang dapat
menimbulkan pptensi risiko hukum bagi perusahaan.
Ketiadaan peraturan perundang-undangan :teruta pada produk yang memiliki
perusahaan atau transaksi yang dilakukan perusahaan, yang akan mengakibatkan
produk tersebut menjadi sengketa kemudian hari sehingga berpotensi menimbulkan
risiko hukum.
Tiga sumber risiko tersebut belakangan kian dirasakan menjadi faktor yang harus
dikelola dalam manajemen risiko hukum. Jika tidak dikelola, dikhawatirkan akana
mengganggu tumbuh kembang perusahaan.
Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi perlu didukung oleh adanya
kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi, suber daya manusia,
serta organisasi manajemen risiko hukum. Dalam hal kewenangan dan tanggung jawab
dewan komisaris dan direksi ini, mak perusahaan perlu menetapkan mekanisme
komunikasi yang efektif dengan melibatkan pejabat dan karyawan perusahaan atas
permasalahan hukum yang dihadapi agar risiko hukum dapat dicegah dan dikendalikan.
9
Diresksi sebuah perusahaan wajib memastikan legal consistency pada setiap
usahanya, yaitu adanya keselarasan antara kegiatan dan aktivitas usaha yang dilkukan
dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan tidak menimbulkan kekacauan dalam
perjanjian yang telah dibuat oleh perusahaan.
Dan direksi wajib memastikan legal completeness dalam risiko hukum usahanya.
Yakni upaya yang harus dilakukan korporasi agar segala hal yang diatur undang-undang
dan regulasi dapat diimplementasi dengan baik oleh perusahaan, termasuk larangan
dalam peraturan dan ketentuan undang-undang yag berlaku, yang diataur secara jelas di
dalam ketentuan internal perusahaan. Seluruh perusahaan wajib memberikan sanksi
secara konsisten kepada pejabat dan seluruh karyawan yang tebukti melakukan
penyimpangan dan pelangggran.
Melihat semakin kompleknya risiko hukum terjadi banyak perushaan besar saat ini
membentuk satuan kerja yang berperan sebagai legal watch disebuah korporasi. Legal
atch ini adalah sebuah unit yang mendapatkan peran untuk memberikan analisis/nasihat
hukum kepada seluruh karyawan setiap jenjanag struktur orgaanisasi.
Maka setiap perusahaan perlu menambahkan dalam tiap aspek kebijakan, yaitu :
Setiap perusahaan harus memiliki dan melaksanakan prosedur analisis aspek hukum
terhadap produk dan aktivitas produknya. Perushaan harus melakukan evaluasi dan
pembaruan kebijakan dan prosedur pengendalian risiko hukum berkala sesuai denag
perkembangan eksternal dan internal perusahaan sepanjang menyangkut perubahan
dan ketentuan regulasi yang berlaku.
Dalam proses manajemen risiko hukum, terdapat beberapa tahapan yang arus
dilalui oleh perusahaan yaitu :
Dalam tahapan ini perusahaan harus melakukan identifikasi risiko hukum yang
mungkin timbul bagi perusahaan baik factor litigasi, faktor kelemahan perikatan,
maupun faktor ketiadaan/perubahan perundang-undangan.
10
Contoh criteria risiko hukum
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur risiko hukum adalah :
Satuan kerja ataupun fungsi yang membawahi bidang hukum harus melakukan
tinjauan secara berkala terhadap kontak dan perjanjian antara perusahaan dengan pihak
lain, antara lain dengan melakukakan penilaian kembali validitas hak dalam kontak dan
perjanjian. Setiap perusahaan sedapat mungkin menyusun dan mencatat setiap kejadian
termasuk proses litigasi yang terkait dengan risiko hukum beserta jumlah potensi
kerugian yang diakibatkan kejadian dimaksud. Pencatatan dapat disusun dalam data
statistik yang bisa digunakan untuk memproyeksikan potensi kerugian aktivitas bisnis
perushaan pada periode tertentu.
11
D. Contoh kasus :
Peluang Persentase
Sangat rendah <1,25%
Rendah 1,25-2,5%
Sedang 2,5-10%
Tinggi 10-20%
Sangat tinggi >20%
Probabilitas risiko perusahaan ditetapkan sebagai berikut :
No Risiko Probabilitas
1 Perkara pengadilan
Melawan pihak eksternal 0,04
Melawan pihak internal 0,03
2 Gugatan
Internal 0,04
Eksternal 0,03
3 Gagal eksekusi jaminan
Kendala hukum 0,04
Kemanusiaan 0,03
4 Perbedaan tafsiran perjanjian
Perjanjian kerja 0,04
Nasabah 0,03
5 Dokumen tak lengkap
Hilang 0,04
Musnah 0,03
12
6 Dokumen tak sah
Palsu 0,04
Tanpa tanda tangan 0,03
Probabilitas rata-rata adalah 0,35 dan laba kotor perushaan sebesar Rp
5.000.000.000. hitunglah kerugian yang diperkirakan dan total risiko hukumnya.
13
Kesimpulan : risiko hukum perusahaan sebesar Rp 21.875.000 atau 0,44% dari kotor (Rp
21.875.000/Rp 5.000.000.000). dengan demikian, risiko hukum perusahaan
dikategorikan sangat rendah
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek
yuridis yang di alami suatu perusahaan. Risiko ini timbul biasanya karena kelemahan
aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh
perusahaan, ketiadaan peraturan undang-undang yang menyebabkan suatu
transaksi yang telah dilakukan perusahaan.
Faktor litigasi : ligitasi terjadi karena adanya gugatan dan tuntutan dari pihak ketiga
kepada perusahaan maupun gugatan atau tuntutan tersebut pada dasarnya
menimbulkan biaya yang dapat merugikan kondisi perusahaan.
Faktor kelemahan perikatan : yang dilakukan oleh perusahaan yang merupakan
sumber terjadinya permasalahan atau sengketa dikemudian hari yang dapat
menimbulkan pptensi risiko hukum bagi perusahaan.
Ketiadaan peraturan perundang-undangan :teruta pada produk yang memiliki
perusahaan atau transaksi yang dilakukan perusahaan, yang akan mengakibatkan
produk tersebut menjadi sengketa kemudian hari sehingga berpotensi menimbulkan
risiko hukum.
Tiga sumber risiko tersebut belakangan kian dirasakan menjadi faktor yang harus
dikelola dalam manajemen risiko hukum. Jika tidak dikelola, dikhawatirkan akana
mengganggu tumbuh kembang perusahaan.
B. SARAN
Saran dari penulis untuk pembaca sekalian adalah sebelum kita masuk kedalam
dunia kerja alangkah baiknya untuk mempelajari atau memahami risiko yang akan
terjadi misalnya dibidang operasional atau hukum sehingga perusahaan atau tempat
kita bekerja dapat mengurangi terjadinya kecelakan kerja, dan untuk perusahaan
sebaiknya di adakan pelatihan kerja yang lebih matang agar kecelakan kerja dapat
15
dihindari. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu
penulis mengharapkan kritikan atau saran yang bersifat membangun.
16