You are on page 1of 36

Pedoman Teknis

PELATIHAN
PEMBUATAN PETA
KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ 3
BAB I PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA ..................................... 4
1.1. Pengantar................................................................................................... 4
1.2. Kebutuhan Data ........................................................................................ 5
1.3. Penyusunan Peta ....................................................................................... 6
BAB II PROSEDUR PENYUSUNAN PETA KERENTANAN ................ Error!
Bookmark not defined.
2.1. Pengantar.................................................. Error! Bookmark not defined.
a. Indeks Penduduk Terpapar ............... Error! Bookmark not defined.
b. Indeks Kerugian ................................ Error! Bookmark not defined.
2.2. Kebutuhan Data ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.3. Penyususnan Peta ..................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.1. Penyususnan Peta Kerentanan Fisik ........ Error! Bookmark not
defined.
2.3.2. Penyususnan Peta Kerentanan Sosial ...... Error! Bookmark not
defined.
2.3.3. Penyususnan Peta Kerentanan Ekonomi . Error! Bookmark not
defined.
2.3.4. Penyususnan Peta Kerentanan Lingkungan .... Error! Bookmark
not defined.
2.3.5. Penyususnan Peta Kerentanan Lingkungan .... Error! Bookmark
not defined.
BAB III PROSEDUR PENYUSUNAN PETA KAPASITAS . Error! Bookmark
not defined.
3.1. Pengantar.................................................. Error! Bookmark not defined.
3.2. Kebutuhan Data ....................................... Error! Bookmark not defined.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
3.3. Penyusunan Peta ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV PROSEDUR PENYUSUNAN PETA RISIKO ... Error! Bookmark not
defined.
4.1. Pengantar.................................................. Error! Bookmark not defined.
4.2. Kebutuhan Data ....................................... Error! Bookmark not defined.
4.3. Penyusunan Peta ...................................... Error! Bookmark not defined.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
DAFTAR ISTILAH

ISTILAH PENJELASAN
Clip Tool memotong suatu features atau shapefile dengan
features lainnya
Combine Tool untuk Menggabungkan beberapa raster sehingga
nilai keluaran unik diberikan ke setiap kombinasi unik
dari nilai masukan
Cost Distance Tool untuk menghitung jarak akumulatif terkecil
untuk setiap sel ke sumber terdekat di atas permukaan
Dissolve Tool untuk mengabungkan features dalam polygon
yang memiliki nilai attribut atau kelas yang sama
Extract by Mask Tool untuk memotong data raster
Identity Tool untuk proses penggabungan satu layer utama
dengan layer lain dengan melalukan overlay dan akan
menghasilkan layer utama dengan tambahan input
dari layer yang digabungkan
Lookup Tool untuk membuat raster baru dengan melihat nilai
yang ditemukan di bidang lain dalam tabel raster
masukan
Mosaic To New Raster Tool untuk menggabungkan beberapa kumpulan data
raster menjadi dataset raster baru
Polygon to Raster Tool untuk mengkonversi/merubah fitur polygon ke
dataset raster
Raster Calculator Tool untuk membangun dan mengeksekusi ekspresi
Algebra Map tunggal menggunakan sintaks Python
dalam antarmuka seperti kalkulator
Reclassify Tool untuk reklasifikasi (atau perubahan) nilai dalam
raster
Slope Tool untuk mengidentifikasi kemiringan (gradien,
atau laju perubahan maksimum z-value) dari setiap
sel pada permukaan raster
Tabulate Area Tool untuk menghitung area dengan tabulasi silang
antara dua dataset dan menghasilkan sebuah tabel

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
BAB I

PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Standar Kompetensi
Peserta mampu membuat peta bahaya berdasarkan parameter-parameter yang
digunakan.
Tujuan Pembelajaran

Peserta dapat membuat salah satu peta bahaya dengan menggunakan aplikasi GIS

Durasi Waktu
2 x 60 menit

1.1.Pengantar

Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis,


klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Bahaya atau hazard
merupakan salah satu komponen penyusun risiko (risk) bencana.

Bahaya dipetakan berdasarkan penyusunan beberapa parameter yang


berpengaruh pada tiap-tiap jenis bahaya. Masing-masing parameter memiliki
nilai/skor yang akan menentukan tingkat bahaya menjadi rendah, sedang, dan
tinggi (lihat Perka BNPB No.2 Tahun 2012). Penentuan parameter penyusun
bahaya harus mengacu kepada instansi/lembaga pemerintah yang berwenang
yang telah mengkaji dan mengeluarkan (standarisasi) peta tematik untuk
masing-masing jenis bahaya, misalnya pembuatan peta tanah longsor harus
mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh Badan Geologi-ESDM,
pembuatan peta bahaya letusan gunungapi harus mengacu kepada peta
tematik yang dibuat oleh PVMBG-ESDM, pembuatan peta bahaya
kekeringan harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh BMKG, dll.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Di dalam modul pelatihan ini, peta bahaya yang disusun sebagai
contoh praktek adalah peta bahaya tsunami untuk Level Provinsi. Tsunami
adalah fenomena alam yang terjadi akibat aktivas tektonik di dasar laut yang
mengakibatkan pemindahan volume air laut dan berdampak pada masuknya
air laut ke daratan dengan kecepatan tinggi. Potensi kejadian tsunami dapat
dipetakan melalui beberapa komponen seperti yang dijelaskan dalam
pedoman umum pengkajian risiko bencana yang dikeluarkan oleh BNPB.
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah pemodelan numerik
genangan tsunami sederhana berdasarkan ketinggian gelombang dari garis
pantai, kemiringan lereng, dan koefisien kekasaran permukaan yang dibuat
oleh Berryman (2006) dengan persamaan:

𝟏𝟔𝟕 𝒏𝟐
𝑯𝒍𝒐𝒔𝒔 = ( ) + 𝟓 𝑺𝒊𝒏𝑺
𝑯𝟎 𝟏/𝟑

Hloss : kehilangan ketinggian tsunami per 1 m jarak inundasi


n : koefisien kekasaran permukaan
H0 : ketinggian gelombang tsunami di garis pantai
S : besarnya lereng permukaan

Parameter ketinggian gelombang tsunami digaris pantai mengacu


pada hasil kajian BNPB yang merupakan lampiran dari Perka No. 2 BNPB
Tahun 2012 yaitu Panduan Nasional Pengkajian Risiko Bencana Tsunami.
Dengan menggunakan data SRTM 30 dan tutupan lahan (landcover),
parameter kemiringan lereng dan koefisien kekasaran permukaan dibuat
sebagai parameter tambahan untuk menyusun Peta Bahaya Tsunami. Studi
kasus dalam praktek ini dilakukan untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat.

1.2.Kebutuhan Data

Data-data yang digunakan dalam penyusunan peta bahaya Tsunami


dalam praktek ini adalah berupa data spasial yang terdiri dari:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
No Jenis Data Bentuk Data Sumber
1 Batas Adminsitrasi Vektor (Polygon Shapefile) BPS
2 Tutupan Lahan Vektor (Polygon Shapefile) BIG/Kemenhut
3 Garis Pantai Vektor (Polygon Shapefile) BIG/Kemenhut
3 SRTM 30 m Raster (Esri Grid) LAPAN

Data-data tersebut telah disiapkan di dalam satu format geodatabase:


, yang dapat dibuka melalui program aplikasi ArcGIS –

ArcMap .

1.3. Penyusunan Peta

Setiap peserta dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

1) Buka aplikasi ArcGIS – ArcMap dengan meng-klik ikon yang berada


di Start Menu atau di Dekstop

2) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dari Standard Toolbar
atau klik kanan pada yang ada di Table Of Contens (TOC),
kemudian pilih Add Data.

3) Pilih file Tutupan_Lahan_Sumbar di dalam folder file

, kemudian klik Add.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
4) Periksa dan perhatikan isi atribut file tersebut dengan melakukan klik
kanan pada layer aktif: Tutupan_Lahan_Sumbar, kemudian klik Open
Attribute Table

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
5) Tambahkan kolom baru (Add Field) di dalam atribut tabel. Klik Tabel
Option, kemudian pilih Add Field.

Beri nama "Koefisien" untuk Field yang baru dengan type dapat
berupa Double atau Float (masing-masing tipe memiliki fungsi yang
berbeda-beda untuk analisis lanjutan).

6) Isilah atribut field ''Koefisien" dengan nilai koefisien kekasaran


permukaan untuk setiap kelas tutupan lahan dengan mengacu pada tabel
berikut:

Jenis Penggunaan / Penutupan Lahan Nilai Koefisien


Kekasaran
Badan Air / Rawa 0.007
Belukar / Semak 0.040
Hutan (Hutan Lahan Kering Primer dan Sekunder / Hutan Rawa 0.070
Primer dan Sekunder / Hutan Tanaman Industri)
Kebun / Perkebunan 0.035
Lahan Kosong / Tanah Terbuka / Pertambangan 0.015
Lahan Pertanian (Sawah / Pertanian Lahan Kering / Pertanian 0.025
Lahan Kering Bercampur dengan Semak / Tegalan)
Pemukiman / Lahan Terbangun / Transmigrasi / Bandara / 0.045
Pelabuhan
Mangrove (Hutan Magrove Primer dan Sekunder) 0.025
Tambak / Empang 0.010

Selanjutnya, klik ikon "Select By Attribute" untuk melakukan


seleksi terhadap setiap jenis tutupan lahan.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Cara ini merupakan langkah penyeleksian suatu field dengan
nilai/kelas tertentu. Contoh pada gambar merupakan langkah untuk
menyeleksi nilai pada field "KELAS" yaitu Bandara/Pelabuhan. Klik
Apply.

Hasil pada langkah tersebut menunjukkan bahwa terdapat 4


polygon atau baris data untuk field KELAS dengan kategori
Bandara/Pelabuhan.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
7) Klik kanan pada judul field Koefisien, kemudian pilih "Field Calculator"

Isikan nilai koefisien untuk Bandara/Pelabuhan dengan melihat


Tabel koefisien kekasaran permukaan pada Langkah 6. Nilai koefisien
kekasaran permukaan untuk Bandara/Pelabuhan adalah 0.045.

8) Lakukan sesuai langkah No. 7 untuk kelas tutupan lahan lainnya.

9) Perhatikan Tabel Referensi Potensi Kejadian dan Genangan Tsunami


untuk wilayah Sumatera Barat berikut (Lampiran dari Perka BNPB No. 2
Tahun 2014):

Ketinggian Waktu
Kabupaten/Kota Provinsi Tsunami Kedatangan
Maksimum (meter) Tsunami (menit)
Pasaman Barat Sumatera Barat 10 25
Agam Sumatera Barat 10 25
Padang Pariaman Sumatera Barat 10 25
Kota Pariaman Sumatera Barat 10 25
Kota Padang Sumatera Barat 11 31
Pesisir Selatan Sumatera Barat 11 20
Kepulauan Mentawai Sumatera Barat 11 20

Berdasarkan Tabel tersebut, praktek pembuatan Peta Bahaya


Tsunami akan dibuat berdasarkan daerah yang memiliki ketinggian
tsunami yang sama yaitu Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam,

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Pariaman yang masing-masing
memiliki ketinggian tsunami maksimum 10 meter. Pada daerah yang
memiliki ketinggian tsunami yang berbeda, hasil peta bahaya tsunami
telah disediakan di dalam folder BIMTEK_SUMBAR/Hasil.gdb.

10) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dari Standard Toolbar
atau klik kanan pada yang ada di Table Of Contens (TOC),
kemudian pilih Add Data.

Pilih file Batas_Admin_Sumbar_Polygon di dalam folder

file , kemudian klik Add.

11) Pada menu Toolbar, pilih Select Features

12) Pilih dengan meng-klik daerah Pasaman barat, Agam, Padang Pariaman,
dan Kota Pariaman.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
13) Potong data Tutupan_Lahan_Sumbar berdasarkan daerah yang dipilih.
Klik "Geoprocessing" pada Menu Bar, kemudian pilih "Clip".

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
14) Konversi data polygon PL_Pasbar_Agam_PP_Pariaman menjadi sebuah
data raster.

Gunakan fasilitas Search untuk mencari tool Polygon to Raster. Klik


Geoprocessing pada Menu Bar, kemudian pilih Search For Tools.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
15) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data . Kemudian pilih file

di dalam file dalam folder

, kemudian klik Add.

16) Buat lereng dengan menggunakan tool "Slope". Gunakan fasilitas Search
seperti pada langkah sebelumnya.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
17) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Raster Calculator.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Raster Calculator digunakan untuk menyelesaikan persamaan SinS
dimana S adalah besarnya lereng permukaan.

167 𝑛2
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = ( ) + 5 𝑆𝑖𝑛𝑆
𝐻01/3

Tuliskan sintaks seperti pada gambar di bawah ini untuk menghasilkan


data berdasarkan persamaan tersebut.

Penyelesaian SinS dimana nilai slope (lereng) dalam bentuk satuan


derajat (degree), maka data Slope_deg harus dikonversi kedalam bentuk
radian. Konversi dilakukan dengan data Slope_deg dikalikan dengan
0.01745 (hasil dari pi/180). Proses ini berlaku di dalam prinsip
trigonometri spasial untuk suatu data dengan satuan derajat.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
18) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Extract By Mask.

Fungsi tool ini untuk memotong suatu data raster berdasarkan batasan
daerah tertentu. Potong data Sin_slope dengan menggunakan data
Batas_Admin_Sumbar_Polygont. Pilih daerah Pasaman Barat, Agam,
Padang Pariaman, dan Kota Pariaman seperti pada langkah No. 11 dan

No. 12 dengan menggunakan Select Feature .

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
19) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Raster Calculator.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Raster Calculator digunakan untuk menyelesaikan persamaan
keseluruhan.

167 𝑛2
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = ( ) + 5 𝑆𝑖𝑛𝑆
𝐻01/3

Tuliskan sintaks seperti pada gambar di bawah ini untuk menghasilkan


data berdasarkan persamaan tersebut.

Nilai 10 pada sintaks tersebut merupakan nilai H0 yaitu ketinggian


tsunami maksimum berdasarkan tabel referensi dari lampiran Perka
BNPB No. 2 Tahun 2012.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
20) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Raster Calculator.

Agar diperoleh nilai kehilangan ketinggian tsunami per 1 meter jarak


inundasi (genangan) berdasarkan persamaan dari Berryman (2006) untuk
setiap sel-nya, maka data Hloss_PAPP dibagi dengan ukuran sel yaitu 30
meter.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
21) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Raster Calculator.

Hasil dari persamaan Berryman (2006) merupakan nilai pengurangan


(kehilangan) ketinggian gelombang tsunami disetiap sel raster
Hloss_PAPP dimana ketinggian gelombang tsunami di garis pantai
setinggi 10 meter akan terus berkurang berdasarkan nilai kemiringan
lereng dan nilai koefisien kekasaran permukaan. Pengaruh ketinggian
(elevasi) belum dimasukkan di dalam persamaan tersebut sehingga dapat
terjadi overestimate akibat pengaruh lereng. Masalah tersebut disolusikan
dengan membatasi nilai ketinggian gelombang tsunami yang hilang
hingga pada ketinggian 10 meter dari permukaan laut.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Tuliskan sintaks berikut pada Raster Calculator.

22) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data . Kemudian pilih file

di dalam file folder


, kemudian klik Add.

23) Pilih garis pantai daerah Pasaman Barat, Agam, Padang Pariaman, Kota
Pariaman seperti pada langkah No. 11 dan No. 12 dengan menggunakan

Select Feature .

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
24) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Cost Distance.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
25) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Raster Calculator.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Ketinggian genangan tsunami dapat dihitung dengan proses pengurangan
antara ketinggian gelombang tsunami terhadap hasil pada langkah No. 24
(data Bahaya_Tsunami_PAPP).

Tuliskan sintaks sebagai berikut:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Perhatikan bahwa semakin menjauhi pantai maka nilai ketinggian
genangan tsunami akan berkurang (berwana semakin gelap)

26) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk


menemukan tool Raster Calculator.

Lakukan pengskoran terhadap nilai Bahaya_Tsunami_PAPP_Inundasi


sebagai berikut:

 Ketinggian genangan tsunami <1 meter, diberi nilai skor 0.3333

 Ketinggian genangan tsunami 1 – 3 meter, diberi nilai skor 0.6667

 Ketinggian genangan tsunami >3 meter, diberi nilai skor 1

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Tuliskan sintaks sebagai berikut:

27) Lakukan simbolisasi/pewarnaan pada data output langkah No.26


(Bahaya_Tsunami_PAPP_Inundasi_Skor). Klik 2 kali atau klik kanan
pada layer Bahaya_Tsunami_PAPP_Inundasi_Skor kemudian pilih
Properties. Pilih tab Symbology.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
28) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dari Standard Toolbar
atau klik kanan pada yang ada di Table Of Contens (TOC),
kemudian pilih Add Data.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
29) Pilih file Batas_Admin_Desa_Sumbar_Polygon di dalam file

folder , kemudian klik Add.

30) Buka isi atribut layer aktif batas_Admin_Desa_Sumbar_Polygon dengan


melakukan klik kanan, kemudian klik Open Attribute Table. Tambahkan
kolom baru (Add Field) di dalam atribut tabel. Klik Tabel Option,
kemudian pilih Add Field.

Beri nama ID_DESA untuk field yang baru dengan type "Text".

Isi setiap kolom pada field ID_DESA dengan nilai dari kolom field
ID_DESA_CL dengan menggunakan Field Calculator.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
31) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk
menemukan tool Tabulate Area. Fungsi dari tool ini untuk menghitung
luas masing-masing kelas bahaya (hektar) di setiap desa.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Luas kelas bahaya yang dihasilkan adalah dalam bentuk satuan
meter persegi (m2).

32) Buka isi atribut layer aktif Tabulasi_Luas_Bahaya dengan melakukan


klik kanan, kemudian klik Open.

Penanda Luas Luas Luas


Desa Bahaya Bahaya Bahaya
Rendah Sedang Tinggi

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
33) Ubah masing-masing luas kelas bahaya dari meter persegi menjadi
hektar. Gunakan Field Calculator dengan klik kanan pada masing-masing
nama field kelas bahaya.

34) Lakukan penjoinan pada Tabulasi_Luas_Bahaya dengan


Batas_Admin_Desa_Sumbar_Polygon, dengan klik kanan pada layer
Batas_Admin_Desa_Sumbar_Polygon dan pilih "Joins and Relates",
kemudian klik join, seperti langkah di bawah ini:

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
35) Periksa dan perhatikan isi atribut file tersebut apakah sudah tergabung
dengan melakukan klik kanan pada layer aktif:
Batas_Admin_Desa_Sumbar_Polygon, kemudian klik Open Attribute
Table

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
36) Ekspor atribut tabel Batas_Admin_Desa_Sumbar_Polygon menjadi tabel
baru yang dapat dibuka di Excel. Klik ikon Table Option → Export. Beri
nama "Tabulasi_Luas_Bahaya_Tsunami_Desa" (untuk bisa dibuka di
Excel, jangan lupa mengganti Save as Type menjadi "dBASE Table")
dan simpan di dalam forlder BIMTEK_SUMBAR → Tabular. Selesai.

Disusun oleh GIS Analyst


Ade Viola Putera (DRR Indonesia)
Disusun oleh GIS Analyst
Ade Viola Putera (DRR Indonesia)

You might also like