You are on page 1of 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KARAKTER SMART SISWA DI SEKOLAH

ISLAM TERPADU

Suparno
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
email: suparno@unj.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor utama pembentuk karakter siswa Sekolah
Menengah Pertama. Sekolah menerapkan pendidikan karakter sebagai pengembangan kurikulum
dengan berpedoman pada Kurikulum Pendidikan Nasional. Metode yang digunakan dalam peneliti-
an ini adalah survei dengan pendekatan korelasional dengan desain penelitian expost facto. Pemben-
tukan karakter sebagai perilaku dikembangkan dari teori konstruktivisme pembelajaran, dan social
learning theory dari Bandura. Lingkungan belajar, pola asuh orang tua, lingkungan sosial, dan konsep
diri, dianalisis dengan uji korelasional terhadap karakter siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsep diri berpengaruh sebesar 13%, lingkungan sosial 72%, lingkungan belajar 22%, pola asuh
orang tua 18% terhadap pembentukan karakter siswa dan secara simultan seluruh variabel berpeng-
aruh sebesar 57% terhadap pembentukan karakter Salih, Muslih, Cerdas, Mandiri, dan Terampil
(SMART) siswa. Dimensi teman sebaya pada variabel lingkungan sosial mempunyai pengaruh ter-
besar membentuk karakter siswa di SMP Islam Terpadu Nurul Fikri Depok.

Kata Kunci: lingkungan belajar, pola asuh orangtua, lingkungan sosial, karakter siswa, dan sekolah
islam terpadu

ANALYSIS OF MAIN FACTORS FORMING THE SMART CHARACTER


IN INTEGRATED ISLAMIC SCHOOL

Abstract: This study aims to determine the main factors foriming the character of students of Junior
High School. School applied character education as curriculum development based on national educa-
tion curriculum. The method used in this research was survey with correlational approach with ex-
post facto research design. The school applied formation of character as a behavior developed from
constructivism theory of learning, and social learning teory of Bandura. Learning environment, pa-
renting of parents, social environment, self concept, were analyzed by correlation test to student cha-
racter. The results showed that self-concept of 13%, social environment 72%, learning environment
22%, parenting of parents 18% had an effect to the formation of student characters and simultaneously
all the variables had an effect of 57% on the formation of Sholeh, Muslih, Cerdas, Mandiri, and Skilled
(SMART) students. Peer dimensions on social environment variables had the greatest influence shap-
ing the character of students in Integrated Islamic Junior High School of Nurul Fikri Depok.

Keywords: learning environment, parenting of parents, social environment, self concept, student
character, and integrated islamic school

PENDAHULUAN patkan Indonesia sebagai negara terkorup


Tingginya angka korupsi di Indone- dari 16 negara di kawasan Asia Pasifik
sia merupakan salah sati indikator rendah- (Kompas, 9/3/2012). Selain itu, juga berda-
nya hasil pendidikan karakter. Indonesia sarkan data Corruption Perception Index ta-
menempati peringkat 90 dari 176 negara da- hun 2011, tingkat korupsi di Indonesia me-
lam Indeks Persepsi Korupsi Tahunan pada nunjukkan ranking 100 dari 182 negara de-
tahun 2017. Survei yang dilakukan PERC ngan skor 3.0 dengan kategori high corrupt.
(Polical and Economic Risk Consultancy) yang Negara paling bersih dari korupsi adalah
berbasis di Hongkong tahun 2011, menem- New Zealand dengan skor 9.5.

62
63

Karakter merupakan aspek penting belajaran akan mampu membentuk kebiasa-


dalam pembagunan nasional suatu negara. an perilaku yang permanen. Jati diri siswa
Rendahnya karakter masyarakat suatu tersebut akan menjadi kontrol dalam setiap
bangsa akan mengakibatkan keterpurukan aktivitas kegiatan siswa.
secara sosial dan ekonomi. Nilai luhur bu- Sekolah diharapkan memberikan pe-
daya bangsa sebagai dasar masyarakat ber- ngalaman pembelajaran dan proses yang
pikir dan bertindak dibentuk melalui pen- tepat untuk mencapai karakter lembaga pen-
didikan. Sekolah mampu mengembangkan didikan. Penanaman nilai-nilai serta pem-
kurikulum pendidikan karakter sebagai biasaan dalam jangka panjang akan menja-
pembentuk perilaku siswa. dikan budaya sekolah sehingga hasil pem-
Pembelajaran di sekolah yang perlu di- belajaran berupa pola tingkahlaku siswa
satukan dalam kurikulum ditegaskan oleh dalam menghadapi kehidupan sehari hari
Lickona (1992:54) bahwa dasar kurikulum menjadi permanen sebagai sebuah karak-
yang mengandung nilai-nilai karakter dan ter.
terintegrasi dalam mata pelajaran yang akan Hilgard dan Bower (Purwanto, 2008:
diajarkan kepada peserta didik dengan ha- 84) mengemukakan bahwa belajar berhu-
rapan memberikan arah dan proses secara bungan dengan perubahan tingkah-laku se-
terukur dalam membentuk kepribadian sis- seorang terhadap sesuatu tertentu yang di-
wa secara utuh. Seluruh kegiatan pembela- sebabkan oleh pengalamannya yang ber-
jaran dengan terencana dan terstruktur di- ulang-ulang dalam situasi itu. Perubahan
harapkan mampu memberikan perubahan tingkah-laku itu tidak dapat dijelaskan atau
perilaku yang secara aktif dibangun siswa dasar kecenderungan respons pembawaan,
dari pengetahuan pemahaman dan aplikasi kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
dalam kehidupan sehari hari. seseorang. Belajar merupakan suatu per-
Siswa diharapkan mampu secara ak- ubahan di dalam kemampuan manusia yang
tif mengonstruksi pengetahuan sendiri men- cepat bertambah dan dapat berdampak pada
jadi pengalaman. Hal tersebut sesuai dengan pembawaan seseorang di dalam kehidup-
konstruktifisme dalam pembelajaran. Da- annya. Hal tersebut menandakan bahwa
lam pendidikan karakter, Muslich (2011:75) perubahan perilaku permanen manusia se-
dan Lickona (1992) menekankan penting- bagai respons terhadap situasi dan kondisi
nya tiga komponen karakter yang baik (com- dipengaruhi oleh proses pendidikan.
ponents of goodcharacter), yaitu moral know- Chaplin (Syah, 2009:90) membatasi be-
ing atau pengetahuan tentang moral, moral lajar dengan dua macam rumusan, yaitu:
feeling atau perasaan tentang moral, dan mo- (1) rumusan pertama, belajar adalah proses
ral action atau perbuatan moral. Pendidikan perubahan tingkah-laku yang relatif mene-
karakter di Indonesia dikembangkan seko- tap sebagai akibat latihan dan pengalaman;
lah dengan mengikuti kurikulum pendidik- dan (2) rumusan yang keduanya belajar ada-
an karakter dari departemen pendidikan na- lah proses memperoleh respons-respons
sional. Pendidikan karakter adalah pena- akibat adanya latihan khusus. Jadi, latihan
naman pengetahuan, pemahaman, dan ap- dan pengalaman dapat menghasilkan per-
likasi dari nilai-nilai dalam jangka panjang, ubahan perilaku yang relatif menetap (per-
sehingga perlu tahapan-tahapan dalam ap- manen), dan dengan latihan-latihan khusus
likasinya. Apabila karakter yang ditanam- seseorang dapat memperoleh respons-res-
kan menjadi budaya, maka aktivitas pem- pons tertentu. Pendapat serupa juga dite-

Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu


64

gaskan oleh James O. Whittaker (Djama- (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
rah, 2008:12) bahwa belajar adalah proses (2) kemandirian dan tanggung jawab; (3)
dimana tingkah-laku ditimbulkan atau di- kejujuran/amanah; (4) hormat dan santun;
ubah melalui latihan atau pengalaman yang (5) dermawan, suka tolong-menolong dan
merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga gotong royong/kerjasama; (6) percaya diri
untuk memperoleh suatu perubahan ting- dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan
kah-laku sebagai hasil dari pengalaman in- keadilan; (6) baik dan rendah hati, dan; (9)
dividu dalam interaksi dengan lingkung- toleransi, kedamaian, dan kesatuan (Mega-
annya. wangi, 2010).
Berdasarkan beberapa teori hasil be- Strategi yang dilakukan oleh Lickona
lajar yang telah disebutkan di atas, dapat dalam pengembangan karakter adalah seba-
dipahami bahwa hasil belajar adalah ada- gai berikut. (1) Strategi pengelolaan kelas
nya perubahan tingkah-laku siswa setelah (theteacher as caregiver, model, and mentor, a
ia menyelesaikan kegiatan belajarnya mela- caring classroom community, character-based
lui latihan dan pengalaman dan perubahan discipline, a democratic classroom environment,
dalam bentuk tingkah-laku siswa yang ber- teaching character through the curriculum, co-
sifat permanen dalam hal kognitif, afektif, operative learning, conscience of craft, ethical
dan psikomotorik. Menurut Salls (Wibowo: reflection, teaching conflict resolution). (2) Men-
2011), pendidikan karakter adalah proses ciptakan lingkungan moral postif di seko-
transformasi nilai-nilai sehingga menim- lah (creating a positivemoral culture in the
bulkan kebajikan/watak baik (transforming school). (3) Membangun sinergi antara orang
values intovirtue). Nilai-nilai pendidikan ka- tua, sekolah, masyarakat dalam mengem-
rakter bersumber dari agama, Pancasila, bu- bangkan karakter (school, parents, and com-
daya, dan tujuan pendidikan nasional, ya- munities as parents).
itu: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) di- Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ba-
siplin; (5) kerja keras; (6)kreatif; (7) mandi- litbang Kemdiknas (2017) mendefinisikan
ri; (8)demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) karakter sebagai watak, tabiat, akhlak, atau
semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; kepribadian seseorang yang terbentuk dari
(12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/ hasil internalisasi berbagai kebajikan (vir-
komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar tues) yang diyakininya dan digunakannya
membaca; (16) peduli lingkungan; (17) pe- sebagai landasan untuk cara pandang, ber-
duli sosial; dan (18) tanggung jawab (Pus- pikir, bersikap, dan bertindak. Beberapa ka-
kurbuk, 2011:3). rakter minimal yang perlu dikembangkan
Serupa dengan ciri-ciri karakter yang dalam kurikulum 2013 di antaranya seperti
telah disebutkan di atas, IndonesianHeritage berikut. (1) Tangguh; perilaku yang menun-
Foundation (IHF) mengembangkan model jukkan upaya sungguh sungguh dalam me-
“Pendidikan Holistik Berbasis Karkater” ngatasi berbagai hambatan belajar dan tu-
(Character-based Holistic Education). Kuriku- gas serta menyelesaikan tugas dengan se-
lum yang digunakan adalah “Kurikulum baik baiknya. (2) Jujur; perilaku yang dida-
Holistik Berbasis Karakter” (Character-Based sarkan pada upaya menjadikan dirinya se-
Integrated Curriculum). Kurikulum tersebut bagai orang yang selalu dapat dipercaya
bertujuan untuk mengembangkan seluruh dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
dimensi manusia. Terdapat sembilan pilar (3) Cerdas; mencari dan menerapkan infor-
karakter dalam kurikulum tersebut, yaitu: masi dari lingkungan dan sumber lain se-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018


65

cara logis, kritis, dan kreatif. (4) Peduli; si- Seperti yang dikatakan oleh Sartain
kap dan tindakan yang selalu berupaya men- bahwa lingkungan meliputi kondisi dan
cegah kerusakan pada lingkungan alam di alam yang dengan cara-cara tertentu mem-
sekitarnya, dan mengembangkan upaya pengaruhi tingkah laku dan perkembangan
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam (Hasbullah, 2006:32). Berdasarkan definisi
yang sudah terjadi, selalu ingin memberi tersebut dapat dikatakan bahwa lingkung-
bantuan bagi orang lain dan masyarakat an merupakan faktor yang mempengaruhi
yang membutuhkan. perkembangan seseorang. Pendapat serupa
Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga dikemukakan oleh Purwanto (2008:
mengembangkan pembelajaran karakter ke- 28). Sementara itu, Mariana (2005:32) me-
pada siswanya. Berbagai pola yang dikem- ngemukakan bahwa lingkungan belajar ada-
bangkan sekolah menjadi model untuk men- lah refleksi ekspektasi yang tinggi untuk
capai hasil pembelajaran yang permanen se- kesuksesan seluruh siswa. Lingkungan ter-
bagai suatu budaya atau pembiasaan. Ni- sebut mengacu pada ruang secara fisik tem-
lai-nilai karakter diambil dari tujuan pen- pat belajar, lingkungan sosial dan psikologi
didikan nasional serta disesuaikan dengan siswa yang mendorong belajar, perlakuan
pola pembinaan sekolah. dan etika dalam menggunakan makhluk hi-
Karakter SMART sebagai akronim dup, dan keamanan. Dari pendapat di atas
dari nilai nilai Salih, Muslih, Cerdas, Man- dapat disimpulkan bahwa lingkungan bela-
diri, dan Terampil. Kegiatan pendidikan ka- jar adalah segala sesuatu yang berhubung-
rakter adalah proses jangka panjang me- an dengan proses belajar mengajar, baik be-
lalui berbagai kegiatan dan banyak meli- rupa lingkungan fisik maupun lingkungan
batkan unsur-unsur pembelajaran. Guru se- sosial.
bagai sosok teladan, orang tua sebagai pe- Pendidikan pertama manusia adalah
ngasuh di rumah, lingkungan sebagai pem- keluarga, bahkan tanggungjawab orangtua
bentuk kondisi dan kenyamanan muncul- tidak terbatas pada pendidikan formal. Ke-
nya suatu karakter, serta iklim sekolah un- luarga sebagai pendidikan awal memberi-
tuk menumbuh munculkan budaya karak- kan dasar dasar karakter dan nilai nilai lu-
ter yang tepat. Sinergi dari seluruh unsur hur yang mampu dibentuk sejak dini. Ling-
tersebut tentunya akan tetep kembali ke- kungan keluarga itu sendiri terdiri atas
pada siswa sebagai individu untuk perubah- orang tua (ayah dan ibu) dan anak.
an. Faktor-faktor eksternal sebagai pendo- Thamrin (2006:1) menegaskan bahwa
rong tersebut akan dikendalikan oleh fak- orang tua adalah setiap orang yang ber-
tor internal dalam proses pembelajaran. tanggung Nasution jawab dalam satu ke-
Perkembangan siswa dalam belajar luarga atau rumah tangga, yang dalam
sangat dipengaruhi lingkungan sebagai tem- penghidupan sehari-hari lazim disebut de-
pat pembelajaran berlangsung. Dalam pen- ngan ibu-bapak. Pola asuh dalam keluarga
didikan formal, lingkungan belajar siswa dilaksanakan oleh orangtua sebagai bentuk
dapat dilakukan pengondisian dan mani- tanggung jawab dalam keluarga. Hal terse-
pulasi untuk memperoleh hasil belajar yang but disampaikan Tarmudji (2002:507) bah-
diinginkan serta mampu menghadirkan wa pola asuh adalah interaksi antara anak
kondisi nyata pembelajaran sehingga meng- dan orangtua selama mengadakan kegiatan
hasilkan pengalaman belajar. pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang
tua mendidik, membimbing, mendisiplin-

Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu


66

kan serta melindungi anak untuk mencapai wa tersebut. Lingkungan mampu memben-
kedewasaan sesuai dengan norma-norma tuk manusia sebagai proses belajar. Dalam
yang ada di dalam masyarakat. Hal serupa lingkungan yang buruk seseorang mampu
juga disampaikan oleh Kohn (Tarmudji berbuat dan terdorong untuk melakukan
(2002:507) yang menyatakan bahwa pola hal-hal yang negatif. Sebaliknya dengan
asuhan merupakan sikap orang tua dalam lingkungan pembelajaran yang baik dan
berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap kondusif akan mampu memberikan pem-
orang tua ini meliputi cara orang tua mem- belajaran yang baik serta mendorong sese-
berikan aturan-aturan, hadiah maupun hu- orang untuk melakukan kebaikan.
kuman, dan cara orang tua memberikan per- Perubahan perilaku sebagai hasil be-
hatian serta tanggapan terhadap anaknya. lajar sangat dipengaruhi oleh individu pem-
Orang tua sebagai pemimpin mampu belajar untuk menerima, memahami dan
membuat interaksi sosial dalam lingkung- melaksanakan pengetahuan yang diperoleh-
an keluarga dengan memberikan aturan nya. Informasi sebagai proses belajar akan
yang jelas, disiplin, perhatian bahkan hu- dilakukan verifikasi dan diputuskan dengan
kuman. Kegiatan penciptaan kondisi ling- kesesuaian terhadap dirinya. Berbagai pe-
kungan keluarga yang baik tersebut mela- ngetahuan dan pemikiran seseorang ten-
lui pemberian contoh/keteladanan orang tang dirinya tercermin dalam konsep diri.
tua kepada seluruh anggota keluarga. Konsep diri (self concept) menurut
Perkembangan manusia hidup tidak Combs, et al (Soemanto, 2005:185) adalah
dapat terlepas dari dimensi sosial. Ling- pikiran ataupersepsi seseorang tentang diri
kungan sekitar berupa pola interaksi ter- sendiri. Hurlock (2003:58) menyatakan bah-
hadap sesama, kelompok maupun kepen- wa konsep diri adalah gambaran yang di-
tingan masyarakat sebagai kepentingan ber- miliki orang tentang dirinya dan merupa-
sama. Lingkungan tempat manusia hidup, kan gabungan dari keyakinan yang dimili-
berkembang, dan berinteraksi merupakan ki orang tentang diri mereka sendiri, karak-
lingkungan sosial. Dalyono (2005:132) me- ter fisik, psikologis, sosial dan emosional,
nyatakan bahwa lingkungan sosial adalah aspirasi, dan prestasi. Konsep diri itu ter-
semua orang/manusia lain yang mempe- bentuk karena ada interaksi individu de-
ngaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial ngan orang-orang di sekitarnya. Apa yang
itu ada yang diterima secara langsung dan dipersepsikan individu lain tentang dirinya
ada yang tidak langsung. Pengaruh secara tidak terlepas dari struktur, peran, dan sta-
langsung, seperti pergaulan sehari-hari de- tus sosial yang disandang individu. Oleh ka-
ngan orang lain, dengan keluarga, teman- rena itu, gambaran sosial dapat terwujud
teman, kawan sekolah, sepekerjaan, dan se- dalam kemampuannya bersosialisasi dan
bagainya. Yang tidak langsung, melalui ra- menyesuaikan diri di lingkungan sekitar-
dio dan televisi, dengan membaca buku- nya, baik di sekolah maupun di masyara-
buku, majalah-majalah, surat-surat kabar, kat.
dan sebagainya, dan dengan berbagai cara Berdasarkan uraian di atas, sangat
yang lain. tampak bahwa lingkungan belajar, pola
Menurut Syah (2009:137), yang ter- asuh orang tua, lingkungan sosial, dan kon-
masuk lingkungan sosial siswa yaitu ma- sep diri sangat erat berpengaruh dalam
syarakat dan tetangga juga teman-teman pembentukan karakter siswa di sekolah. Di
sepermainan di sekitar perkampungan sis- sinilah penelitian tentang faktor lingkung-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018


67

an belajar menjadi sangat penting dilaku- pling technique). Sampel penelitian sejumlah
kan. 108 siswa yang dihitung 25% dari populasi
seluruh siswa SMPIT NF Kota Depok seba-
METODE nyak 432 siswa. Secara proporsional sam-
Metode yang digunakan dalam pene- pel didistribusikan kepada siswa kelas 7, 8
litian ini adalah metode survei dengan pen- dan 9.
dekatan korelasional. Metode survei bertu- Data variabel karakter siswa, ling-
juan untuk memperoleh gambaran umum kungan belajar, pola asuh orang tua, ling-
tentang obejek yang diteliti, menjelaskan kungan sosial, dan konsep diri adalah data
hubungan-hubungan dari beberapa variabel primer yang diperoleh dengan kuesioner
yang kedudukannya masing-masing telah siswa, selanjutnya dilakukan uji validitas, uji
diuraikan dalam rangka berpikir teoretis reliabilitas, uji normalitas data, uji linieri-
(Wargono, 1996:34). Desain penelitian yang tas, uji asumsi klasik, uji persamaan regre-
digunakan dalam penelitian ini adalah ex- si, uji parsial untuk mengetahui pengaruh
postfacto. masing-masing variabel independen, dan
Populasi dari penelitian ini adalah se- uji pengaruh simultan.
luruh siswa SMPIT NF Kota Depok Kelas
7, 8, dan 9 yang berjumlah 432 siswa. Siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
SMPIT NF dipilih karena siswa SMP meru- Data variabel karakter siswa yang
pakan masa transisi perubahan watak, si- mencerminkan kegiatan pembelajaran di
kap, karakter, dan mental. Teknik pengam- Sekolah Islam Terpadu dalam melaksana-
bilan sampel yang digunakan dalam pene- kan nilai-nilai SMART diukur dengan kue-
litian ini adalah teknik sampel random atau sioner skala Likert dengan data seperti
sampel acak sederhana (sample random sam- pada Tabel 1.

Tabel 1. Perhitungan Skor Karakter Siswa

Jumlah
Dimensi Indikator Jumlah skor Rata Rata Persentase (%)
butir Valid
Salat Berjamaah
Salih 2 898 449 18
dengan Tertib
Santun 1 431 431 9
Muslih Amanah 2 809 405 16
Memiliki sikap dan
Cerdas 3 1260 420 25
keterampilan ilmiah
mampu mengelola
Mandiri 2 856 428 17
diri sendiri

Terampil Mengerjakan tugas 2 773 387 15


sesuai standar
Jumlah 12 5027 2519 100

Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu


68

Tabel 2. Perhitungan Skor Lingkungan Belajar


Jumlah Butir Persentase
Dimensi Indikator Jumlah Skor Rata-rata
Valid (%)
Tata ruang kelas yang di
Lingkungan 2 868 434 10
pergunakan.
fisik
Sarana prasarana di sekolah. 2 576 288 10
Interaksi antarsiswa. 2 1117 559 19
Kerjasama antar siswa. 2 793 397 14
Aktivitas Pembelajaran. 3 45 15 5
Lingkungan Keakraban guru, karyawan,
3 1020 340 18
Non Fisik dan siswa.
Peraturan yang berlaku di
2 673 337 12
sekolah untuk dipatuhi.
Nilai dan Norma yang
2 733 367 13
diterapkan di sekolah.
Jumlah 18 5825 2735 100

Variabel karakter siswa pada dimen- stuktur dengan baik pada bidang kuriku-
si cerdas dengan indikator memiliki sikap lum. Data Variabel pola asuh orang tua
dan keterampilan ilmiah mencapai 25% dan pada siswa diperoleh dari data primer me-
paling tinggi. Indikator yang paling ren- lalui kuesioner skala Likert dengan data
dah adalah dimensi Salih pada indikator seperti pada Tabel 3.
santun. Data variabel lingkungan belajar Indikator mendidik dan memberi
diperolehdari data primer melalui kuesio- aturan pada dimensi cara/sikap orangtua
ner skala likert dengan data seperti pada mendidik memiliki skor paling tinggi se-
Tabel 2. besar 24%. Indikator yang paling rendah
Dimensi lingkungan belajar nonfisik adalah memberikan hadiah. Hal tersebut
pada indikator interaksi antarsiswa memi- mengindikasikan untuk pelaksanaan pola
liki skor tertinggi dengan 19%. Indikator asuh orang tua dapat memberikan perhati-
yang paling rendah adalah aktivitas pem- an dan apresiasi atas prestasi siswa. Data
belajaran. Hal tersebut mengindikasikan variabel lingkungan sosial diperoleh dari
untuk lingkungan belajar siswa dan guru data primer melalui kuesioner skala Likert
perlu didorong peningkatan aktivitas pem- dengan data seperti pada Tabel 4.
belajarannya melalui program yang ter-

Tabel 3. Perhitungan Skor Pola Asuh Orang Tua


Jumlah
Dimensi Indikator Jumlah Skor Rata Rata Persentase
Butir Valid
Memberikan aturan 3 1313 438 24
Memberikan hadiah 1 333 333 6
Cara / Sikap Memberikan hukuman 3 924 308 17
Orang tua Memberikan perhatian 3 853 284 15
Memberikan tanggapan 3 840 280 15
Mendidik 3 1318 439 24
Jumlah 16 5581 2082 100

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018


69

Tabel 4. Perhitungan Lingkungan Sosial


Jumlah Jumlah
Dimensi Indikator Rata-rata Persentase
Butir Valid Skor
Proses Interaksi Teman Sebaya dan
5 2132 426 72
Sosial Kelompok, Kerja Sama, Persaingan
Perubahan Nilai, Kebudayaan, Sikap dan Pola
2 822 411 28
Sosial Perilaku
Jumlah 7 2954 837 100

Tabel 5. Perhitungan Skor Konsep Diri


Jumlah Butir
Dimensi Indikator Jumlah Skor Rerata Persentase
Valid
Keadaan Fisik Penampilan diri 3 1175 392 20
Psikologis Keberanian, 3 1182 394 20
Optimis, 2 817 409 14
Kemampuan diri 2 832 416 14
Keyakinan 2 889 445 15
Sosial Kemampuan bersosialisasi 2 889 445 15
Jumlah 14 5784 2499 100

Tabel 6. Output Linear Regression (Multiple Regression)


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .342 4.978 .069 .945
Konsep diri .131 .054 .182 2.434 .017
Ling sosial .727 .116 .455 6.261 .000
Ling belajar .219 .063 .257 3.475 .001
Pola asuh orangtua .184 .058 .230 3.150 .002
a. Dependent Variable: Karakter

Interaksi teman sebaya dan kelompok, asumsi klasik, analisis regresi linier ber-
kerjasama, persaingan lebih tinggi diban- ganda dilakukan untuk diramalkan varia-
dingkan nilai, kebudayaan, sikap dan pola bel terikat jika variabel bebas mengguna-
perilaku dengan skor 72%. Data variabel kan SPSS 20, dapat dilihat pada Tabel 6.
konsep diri diperolehdari data primer me- Nilai-nilai koefisien pada Tabel 6 di
lalui kuesioner skala Likert dengan data atas dapat diperoleh persamaan regresi
seperti pada Tabel 5. liniernya sebagai berikut.
Indikator keberanian dan penampilan Ŷ = 0,342 +0,131 X1+0,727 X2+0,219
diri mempunyai skor paling tinggi dengan X3+0,184 X4+e
20%. Indikator yang paling rendah adalah Keterangan:
optimis dan kemampuan diri pada dimensi X1 : Konsep diri
psikologis. Hal tersebut mengindikasikan X2 : Lingkungan Sosial
untuk mendorong konsep diri siswa dapat X3 : Lingkungan Belajar
dilakukan dengan program pada indikator X4: Pola Asuh Orang tua
optimis dan kemampuan diri. Y : Karakter siswa
Setelah dilakukan persyaratan anali-
sis dengan uji normalitas, linearitas dan

Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu


70

Koefisien pada Tabel 6 di atas, nilai wa, maka karakter siswa juga akan ber-
konstanta (a) sebesar 0,342, artinya jika ling- tambah baik. Interaksi teman sebaya da-
kungan sosial, lingkungan belajar, pola lam kelompok mempunyai pengaruh do-
asuh orangtua, dan konsep diri konstan, minan dalam membentuk karakter siswa.
maka karakter siswa bernilai 0,342. Nilai Hal tersebut dapat diketahui dari sebaran
koefisien (b1) sebesar 0,131. Artinya, jika data dimensi proses sosial pada indikator
nilai konsep diri mengalami peningkatan 1 interaksi teman sebaya mempunyai persen-
dan lingkungan belajar, pola asuh orang tase 72%. Masa perkembangan siswa yang
tua, dan konsep diri tetap maka karakter masih sangat dipengaruhi teman sebaya di-
siswa akan meningkat sebesar 0,131. Ber- harapkan mampu memilih teman yang
dasarkan uji t dan F lebih lanjut secara par- mampu membawa kearah pergaulan yang
sial dan simultan terdapat pengaruh yang baik sehingga akan mempengaruhi pem-
signifikan lingkungan sosial, lingkungan bentukan karakter yang baik. Interaksi an-
belajar, pola asuh orang tua, dan konsep tarsiswa dalam pembelajaran dan keakrab-
diri dengan karakter siswa seperti terlihat an antara guru dan karyawan memberikan
pada Tabel 7. persentase terbesar (19%) dalam pemben-
tukan lingkungan belajar. Hal tersebut me-
Tabel 7. Model Summary nandakan dari penelitian ini bahwa seko-
lah perlu memberikan ruang pembelajaran
R Adjusted Std. Error of
Model R sebagai lingkungan yang baik dan kondu-
Square R Square the Estimate
sif dalam pembelajaran.
1 .712 .507 .488 3.44674
Pola asuh merupakan hal yang fun-
a. Predictors: (Constant), pola asuh orang tua,
ling belajar, ling sosial, konsepdiri damental dalam pembentukan karakter.
b. Dependent Variable: karakter Teladan sikap orang tua sangat dibutuh-
kan bagi perkembangan anak-anak karena
Untuk mengukur derajat pengaruh anak-anak melakukan modeling dan imitasi
antara variabel lingkungan sosial, ling- dari lingkungan terdekatnya. Keterbukaan
kungan belajar, pola asuh orang tua, dan antara orang tua dan anak menjadi hal
konsep diri terhadap karakter siswa dapat penting agar dapat menghindarkan anak
diketahui dengan melihat nilai R, yakni dari pengaruh negatif yang ada di luar
sebesar 0,712. Hal tersebut berarti bahwa lingkungan keluarga. Oleh karena itu, pola
nilai R tergolong tinggi. Analisis koefisien asuh orang tua yang tepat diharapkan da-
determinasi (R²) pengaruh antara lingkung- pat membentuk karakter anak sehingga
an sosial, lingkungan belajar, pola asuh anak memiliki karakter mental yang ko-
orang tua, dan konsep diri terhadap ka- koh, yang senantiasa menjadikan nilai-nilai
rakter siswa sebesar 0,507. Jadi kemam- sebagai pegangan dan prinsip hidup, tidak
puan dari variabel lingkungan sosial, ling- hanya sekedar tahu, tetapi juga mampu
kungan belajar, pola asuh orang tua, dan untuk menerapkannya dalam kehidupan
konsep diri untuk menjelaskan karakter sehari-hari.
siswa secara simultan sebesar 50,7%. Majelis Umum PBB (Megawangi,
Lingkungan sekolah sebagai pemben- 2003) menetapkan bahwa fungsi utama ke-
tuk karakter siswa sangat erat sebagai pro- luarga yaitu sebagai wahana untuk men-
ses pendidikan dan pembelajaran. Sema- didik, mengasuh, dan mensosialisasikan
kin baik kondisi lingkungan sekolah sis- anak, mengembangkan kemampuan selu-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018


71

ruh anggotanya agar dapat menjalankan serta konsekuensinya. Sejalan dengan pe-
fungsinya di masyarakat dengan baik, ser- mikiran tersebut, dalam membentuk ka-
ta memberikan kepuasan dan lingkungan rakter siswa melalui pola asuh orang tua,
yang sehat guna tercapainya keluarga, se- Lickona (1998) menyampaikan pendapat-
jahtera. Pada variabel pola asuh orang tua, nya sebagai berikut.
dimensi cara/sikap orang tua dalam mem-  Effective parents love their children and pro-
berikan aturan serta mendidik mempunyai vide them with a stable andsecure environ-
persentase terbesar (24%). Untuk mem- ment.
bentuk karakter siswa yang baik orang tua  Effective parents foster mutual respect.
perlu memberikan peraturan yang jelas  Effective parents teach by example
dan memberikan efek pengalaman yang  Effective parents teach directly, by exhorta-
mendidik bagi siswa. Dari hasil penelitian tion and explanation.
yang dilakukan dapat diketahui bahwa ko-  Effective parents use questioning to promote
efisien determinasi atau pengaruh antara moral thinking.
lingkungan sosial, lingkungan belajar, pola  Effective parents give children real responsibi-
asuh orang tua, dan konsep diri terhadap lities.
 Effective parents are authoritative.
karakter siswa sebesar 0,507. Jadi kemam-
 Effective parents foster a child's spiritual de-
puan dari variabel lingkungan sosial, ling-
velopment.
kungan belajar, pola asuh orang tua, dan
Berdasarkan hal-hal yang telah di-
konsep diri untuk menjelaskan karakter
uraikan di atas jelaslah bahwa lingkungan
siswa secara simultan sebesar 50,7%.
sosial, lingkungan belajar, pola asuh orang
Bandura (1999) merumuskan sejum-
tua, dan konsep diri berpengaruh positif
lah konsep teori sosial kognitif yang pen-
terhadap karakter siswa. Hal ini sesuai
ting pada pemahaman dan intervensi da-
dengan hasil penelitian dan juga mendu-
lam perilaku, memandang tingkah-laku
kung teori serta memperkuat hasil peneli-
manusia bukan semata-mata reflex otoma-
tian yang relevan.
tis atas stimulus, melainkan juga akibat
reaksi yang timbul akibat interaksi antara
PENUTUP
lingkungan dan skema kognitif manusia
Berdasarkan hasil penelitian menge-
itu sendiri. Prinsip dasar belajar hasil te-
nai pengaruh lingkungan belajar, pola asuh
muan Bandura termasuk belajar sosial dan
orang tua, lingkungan sosial, dan konsep
moral. Menurut Bandura, perilaku sese-
diri terhadap karakter siswa, maka dapat
orang dapat dijelaskan melalui hubungan
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh po-
tiga faktor yang satu sama lainnya saling
sitif signifikan antara lingkungan sosial,
menentukan (triadic reciprocity). Prinsip da-
lingkungan belajar, pola asuh orang tua,
sar dari teori ini, yaitu adanya pengaruh
dan konsep diri terhadap karakter siswa.
timbal balik (reciprocal determinism) pada
Dari hasil penelitian yang dilakukan, da-
tiga faktor yang ada, yaitu individu, ling-
pat diketahui bahwa koefisien determinasi
kungan, dan perilaku. Prinsip belajar me-
atau pengaruh antara lingkungan sosial,
nurut Bandura adalah usaha menjelaskan
lingkungan belajar, pola asuh orang tua,
belajar dalam situasi alami. Hal ini berbe-
dan konsep diri terhadap karakter siswa
da dengan situasi di laboratorium atau pada
sebesar 0,507. Jadi, kemampuan dari va-
lingkungan sosial yang banyak memerlu-
riabel lingkungan sosial, lingkungan bela-
kan pengamatan tentang pola perilaku be-
jar, pola asuh orang tua, dan konsep diri

Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu


72

untuk menjelaskan karakter siswa secara dari lingkungan terdekatnya. Keterbukaan


simultan sebesar 50,7%. antara orang tua dan anak menjadi hal
Lingkungan sosial, lingkungan bela- penting agar dapat menghindarkan anak
jar, pola asuh orang tua, dan konsep diri dari pengaruh negatif yang ada di luar
terhadap karakter siswa mempunyai pe- lingkungan keluarga. Oleh karena itu, pola
ngaruh sebesar 0,507. Jadi, kemampuan dari asuh orang tua yang tepat diharapkan da-
variabel lingkungan sosial, lingkungan be- pat membentuk karakter anak sehingga
lajar, pola asuh orang tua, dan konsep diri anak memiliki karakter mental yang ko-
untuk menjelaskan karakter siswa secara koh, yang senantiasa menjadikan nilai-ni-
simultan sebesar 50,7%. Hal tersebut men- lai sebagai pegangan dan prinsip hidup, ti-
jadi bagian perhatian bersama dalam me- dak hanya sekedar tahu, tetapi juga mam-
ngembangkan karakter siswa bagi sekolah, pu untuk menerapkannya dalam kehidup-
orang tua dalam memilih lingkungan serta an sehari-hari. Pada variabel pola asuh
mendidik yang baik bagi siswa. orang tua, dimensi cara/sikap orang tua
Lingkungan sosial sebagai pemben- dalam memberikan aturan serta mendidik
tuk karakter siswa sangat erat dengan te- mempunyai persentase terbesar (24%). Un-
man sebaya dalam pergaulan. Interaksi te- tuk membentuk karakter siswa yang baik
man sebaya dalam kelompok mempunyai orang tua perlu memberikan peraturan
pengaruh dominan dalam membentuk ka- yang jelas dan memberikan efek pengala-
rakter siswa mempunyai persentase 72%. man yang mendidik bagi siswa.
Masa perkembangan siswa yang masih sa- Konsep diri sebagai bagian dari pro-
ngat dipengaruhi teman sebaya diharap- ses perubahan dalam pembentukan karak-
kan mampu memilih teman yang mampu ter sangat penting. Pada Indikator penam-
membawakearah pergaulan yang baik se- pilan diri dan keberanian mempunyai per-
hingga akan mempengaruhi pembentukan sentase terbesar dalam membentuk kon-
karakter yang baik. sep diri (20%). Hal tersebut menjadikan
Lingkungan sekolah sebagai pemben- pendidik agar memberikan ruang dalam
tuk karakter siswa sangat erat sebagai pro- aktualisasi siswa untuk keberanian dan
ses pendidikan dam pembelajaran. Sema- tampil dalam aktualisasi pembelajaran.
kin baik kondisi lingkungan sekolah sis- Beberapa rekomendasi penelitian ini
wa, maka karakter siswa juga akan ber- seperti berikut. Pertama, bagi sekolah se-
tambah baik. Interaksi antarsiswa dalam bagai masukan untuk optimalisasi penca-
pembelajaran dan keakraban antara guru paian dan mengembangkan kurikulum
dan karyawan memberikan persentase ter- pendidikan karakter. Kedua, bagi siswa
besar (19%) dalam pembentukan ling- bahwa karakter sangat penting untuk di-
kungan belajar. Hal tersebut menandakan kembangkan. Persahabatan dengan teman
bahwa sekolah perlu memberikan ruang sebaya dan kelompok sangat penting un-
pembelajaran sebagai lingkungan yang tuk saling memotivasi dan memberikan
baik dan kondusif dalam pembelajaran. keteladanan yang baik sehingga mampu
Pola asuh merupakan hal yang fun- memberikan karakter yang baik dalam per-
damental dalam pembentukan karakter. sahabatan. Ketiga, bagi guru penanaman
Teladan sikap orang tua sangat dibutuh- karakter dalam pembelajaran sangat pen-
kan bagi perkembangan anak-anak karena ting. Aspek keakraban guru, karyawan
anak-anak melakukan modeling dan imitasi dalam pembelajaran serta interaksi dalam

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018


73

belajaran menjadi aspek penting dalam Kompas.com, 9 Maret 2012. Survey PERC:
penanaman karakter. Kondisi pembelajar- Indonesia Terkorup di Asia Pasific. (on-
an yang fleksibel akan memberikan ruang line), http://nasional.kompas.com/-
aktivitas berpikir dan penanaman karakter read/2012/02/22/ 15413395/Survei
pada siswa. Keempat, bagi orang tua, mem- Perc.Indonesia.Terkorup.di.Asia.Pasi
berikan aturan yang jelas dan mendidik fik),diakses 9 Maret 2012.
merupakan bagian penting dalam pem-
bentukan karakter siswa. Orang tua diha- Lickona, Thomas. 1998. Do Parents Make A
rapkan mampu membentuk karakter da- Difference in Children’s Character De-
lam lingkungan keluarga melalui pola velopment? What the Research Shows.
asuh yang baik. Nilai dan norma sebagai Fourth Annual Fall Character Education
batasan untuk membentuk karakter dita- Seminar, November 20, 1998.
namkan pada pendidikan keluarga bersa-
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Cha-
ma orangtua dirumah sebagai dasar per-
racter, How Our School Can Teach Res-
kembangan karakter siswa.
pect and Responsibility. New York: Ban-
tam Books.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih Megawangi, Ratna. 2010. Strategi dan Im-
sebesar-besarnya kepada Dewan Redaksi plementasi Pendidikan Karakter di
Jurnal Pendidikan Karakter yang telah me- PAUD. Makalah. Disampaikan dalam
nerima dan menyunting tulisan ini hingga Seminar Nasional: Strategi dan Im-
layak untuk dimuat, khususnya kepada plementasi Pendidikan Karakter
Ketua Dewan Redaksi Jurnal Pendidikan Bangsa di Tingkat Satuan Pendidik-
Karakter, Dr. Marzuki, M.Ag. atas kesem- an, Balitbang Kemendiknas, Tanggal
patan yang diberikan hingga tulisan ini 28-29 Agustus 2010.
terbit. Semoga tulisan ini mampu mem-
berikan sumbangsih dalam upaya pening- Megawangi, Ratna. 2003. Pendidikan Karak-
katan pencapaian nilai-nilai dalam imple- ter untuk Membangun Masyarakat Ma-
mentasi pendidikan karakter siswa SMP di dani. Jakarta: IPPK Indonesia Heritage
Indonesia. Foundation.

DAFTAR PUSTAKA Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter.


Bandura, A. 1999. A Social Cognitive Jakarta: Bumi Aksara.
Theory of Personality. In L. Pervin
Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidik-
&O. John (Ed.). Handbook of Personali-
an. Bandung: Remaja Rosdakarya.
ty (2nd ed., pp. 154-196). New York:
Guilford Publications. Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan:
Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Re-
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Ja-
maja Rosda Karya.
karta: Rineka Cipta.
Wibowo, T. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pen-
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Be-
didikan Karakter. Jakarta: Kementrian
lajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Pendidikan Nasional.

Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu

You might also like

  • G005 Cheklist 2 200128
    G005 Cheklist 2 200128
    Document6 pages
    G005 Cheklist 2 200128
    Muzakki Ilham Alamsyah
    No ratings yet
  • Pengukuran Fungsi Pendengaran1
    Pengukuran Fungsi Pendengaran1
    Document25 pages
    Pengukuran Fungsi Pendengaran1
    Trisi Aldilla Revania
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    Muzakki Ilham Alamsyah
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    Muzakki Ilham Alamsyah
    No ratings yet
  • Bab 2
    Bab 2
    Document39 pages
    Bab 2
    Aqillatul Husna
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    Muzakki Ilham Alamsyah
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    Muzakki Ilham Alamsyah
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    Muzakki Ilham Alamsyah
    No ratings yet