You are on page 1of 5

LOGIKA INFORMATIKA

Tony Darmanto,ST / Smt III –TI / STMIK WIDYA DHARMA/ Hal 4

2. PENGANTAR LOGIKA PROPOSISIONAL

A. Pendahuluan
Logika lebih mengacu pada penalaran sintaktik, karena ia menghasilkan suatu
pernyataan-pernyataan yang dapat bernilai benar atau salah dan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut. Pernyataan-
pernyataan yang bernilai benar atau salah tersebut menjadi subjek utama dari
derivasi logika.

Dasar-dasar dari derivasi logika adalah proposisi-proposisi (propositionns),


yakni pernyataan-pernyataan yang bernilai benar atau salah. Proposisi-
proposisi dapat digabung dan dimanipulasi dengan berbagai cara, yang
merupakan subjek utama dari logika proposisional atau kalkulus
proposisional.

Logika proposisional disusun dari suatu argumen yang logis. Argumen yang
logis berisi proposisi-proposisi atomik yang tak mungkin lagi dipecahkan.
Proposisi-proposisi atomik tersebut dapat dirangkai atau dikombinasikan
dengan berbagai perangkai (connective) menjadi proposisi majemuk
(compound propositions) atau disebut juga ekspresi logika (logical expression)

Ada proposisi-proposisi yang disebut tautologi (tautologies, tautology), yakni


proposisi yang nilainya selalu benar. Tautologi akan menghasilkan implikasi
logis (logical implications) dan ekuivalensi logis (logical equivalences) atau
kesamaan logis.

Implikasi logis merupakan dasar dari penalaran yang kuta (sound reasoning),
sedangkan kesamaan logis menunjukkan bagaimana proposisi-proposisi dapat
dimanipulasi secara aljabar (algebraically)

B. Dasar-dasar Logika
Ada suatu argumen yang dikatakan secara logis kuat (logically sound), tetapi
juga ada yang tidak. Argumen berisi proposisi-proposisi yang sudah tak
mungkin dipecah-pecah lagi yang disebut proposisi atomik. Proposisi-proposisi
atomik inilah yang kemudian dirangkai dengan perangkai logika (logical
connectives) menjadi proposisi majemuk.
LOGIKA INFORMATIKA
Tony Darmanto,ST / Smt III –TI / STMIK WIDYA DHARMA/ Hal 5
Contoh 2-1
v Jika harga gula naik, maka pabrik gula akan senang.
v Jika pabrik gula senang, maka petani tebu akan senang.
v Dengan demikian, jika harga gula naik, maka petani tebu senang.

Pernyataan 1 dan 2 disebut premis-premis dari argumen sedangkan pernyataan


3 berisi kesimpulan.

Jadi jika suatu argumen memiliki premis-premis yang benar, maka kesimpulan
juga harus benar, dan jika hal ini terjadi, maka argumen tersebut secara logis
kuat (soundness)

Contoh 2-2
v Program komputer ini memiliki bug, atau masukannya salah.
v Masukannya tidak salah.
v Dengan demikian, program komputer ini memiliki bug.

Contoh di atas juga merupakan argumen yang secara logis kuat dan dapat
dibuktikan dengan berbagai cara.

Pada contoh 2-1 adalah tentang argumen yang menggunakan perangkai


“jika..maka..” (if..then..) untuk merangkai dua pernyataan yang membentuk
pernyataan majemuk (compound statements). Sedangkan argumen pada Contoh
2-2 memakai perangkai “atau” (or).

Pada contoh 2-1, kalimat tersebut diubah menjadi proposisi-proposisi dan


proposisi diubah menjadi huruf-huruf seperti berikut:
A = Harga gula naik
B = Pabrik gula senang
C = Petani tebu senang
Maka argumen tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
(1) Jika A maka B
(2) Jika B maka C
(3) Jika A maka C
Bentuk argumen yang memakai pola tersebut dinamakan Hypothetical
Syllogism.
LOGIKA INFORMATIKA
Tony Darmanto,ST / Smt III –TI / STMIK WIDYA DHARMA/ Hal 6
Bentuk argumen lain dapat dilihat pada contoh 2-2. Jika proposisi tersebut
diganti dengan huruf, maka akan berbentuk seperti berikut:

Maka argumen tersebut sekarang dapat ditulis :


(1) A atau B
(2) Bukan B
(3) A
Bentuk argumen di atas dinamakan Disjunctive Syllogism.

Contoh 2-3
v Jika lampu lalu-lintas menyala merah, maka semua kendaraan berhenti.
v Lampu lalu-lintas menyala merah.
v Dengan demikian, semua kendaraan berhenti.

Jika argumen di atas diganti dengan huruf seperti berikut:


A = Lampu traffic menyala merah
B = Semua Kendaraan berhenti
Maka bentuk argumen di atas akan menjadi :
(1) Jika A maka B
(2) A
(3) B

Bentuk argumen pada contoh 2-3 dinamakan Modus Ponens.

Bentuk argumen lain yakni Modus Tollens. Lihat contoh 2-4 berikut :
v Jika saya makan, maka saya kenyang
v Saya tidak makan
v Dengan demikian, saya tidak kenyang

Jika argumen pada contoh 2-4 ditulis menjadi :


A = Saya makan
B = Saya kenyang
Maka bentuk argumen di atas akan menjadi:
(1) Jika A maka B
(2) Bukan A
(3) Bukan B
LOGIKA INFORMATIKA
Tony Darmanto,ST / Smt III –TI / STMIK WIDYA DHARMA/ Hal 7
Semua bentuk argumen di atas, yakni Hypothetical Syllogism, Disjunctive
Syllogism, Modus Ponens, dan Modus Tollens merupakan contoh-contoh
argumen yang penting yang biasanya menjadi contoh bentuk-bentuk logika yang
valid.

C. Proposisi
Proposisi-proposisi merupakan pernya-taan-pernyataan yang ada di dalam
suatu argumen. Pernyataan-pernyataan tersebut selalu mempunyai properti
tertentu yakni nilai benar atau salah dan tak ada nilai lainnya. Pernyataan
yang bernilai benar atau salah inilah yang disebut proposisi.

Misalnya pernyataan “Program komputer ini memiliki bug”, adalah proposisi


yang bernilai benar atau salah. Disini sebenarnya adalah masalah pengertian
teknis.
Persoalan yang terjadi, ternyata banyak sekali pernyataan dan argumen yang
tidak bisa dipakai dengan pengertian teknis.

Contoh 2-5
Perhatikan 3 pernyataan berikut ini:
v Angka 8 adalah angka keberuntungan
v Angka 13 adalah angka sial
v Indonesia negara yang kaya raya

Ketiga contoh di atas, mengandung perdebatan, karena setiap orang memiliki


pendapat yang berbeda-beda.
Artinya pernyataan tersebut tidak dapat dipakai atau dijadikan proposisi.

Selain pernyataan yang mengandung perdebatan atau tak berarti, bentuk


kalimat perintah dan pertanyaan juga tidak dapat dijadikan proposisi.
Dipandang dari sudut proposisi, suatu pernyataan mungkin tidak sepenuhnya
benar atau mungkin tidak sepenuhnya salah, inilah yang menjadi subjek dari
logika fuzzy. Sedangkan pernyataan atau argumen yang tidak bisa ditangani
dengan logika proposisional akan ditangani oleh logika predikat.

Proposisi harus berbentu suatu pernyataan yang berupa kalimat, harus


memiliki subjek dan predikatnya masing-masing dan bisa ditambah objeknya.
LOGIKA INFORMATIKA
Tony Darmanto,ST / Smt III –TI / STMIK WIDYA DHARMA/ Hal 8
Contoh: Bambang menikah dan Hasan menangis. Tetapi kalimat Bowo dan
Dewi pergi kuliah, harus dibaca Bowo pergi kuliah dan Dewi pergi kuliah.

Kadang ada kalimat yang cukup panjang dan memerlukan pemecahan kalimat
untuk menangkap proposisi-proposisi yang ada di dalamnya.
Contoh: Saya akan sekolah walaupun tak punya uang. Kalimat ini memiliki dua
proposisi yakni Saya akan sekolah dan Saya tak punya uang.
D. Variabel dan Konstanta Proposisional
Huruf-huruf A, B dan C yang menggantikan proposisi-proposisi di atas disebut
variabel proposisional yang hanya memiliki nilai true atau false.

Jadi pernyataan untuk proposisi A = T atau A = F. T dan F disebut konstanta-


konstanta proposisional.

Variabel dan konstanta proposisional adalah proposisi atomik yakni proposisi


yang tak dapat dipecah lagi. Menggabungkan beberapa proposisi atomik dengan
perangkat tertentu, menghasilkan proposisi majemuk.

Lihat proposisi majemuk berikut :


A or B A atau B
A and B A dan B
not A bukan A

Kata “Atau (or)”, “dan (and)” dan “bukan (not)” digunakan sebagai perangkai
proposisi-proposisi.

You might also like