Professional Documents
Culture Documents
JAKARTA
LAPORAN KASUS
HEMOROID GRADE IV
Pembimbing:
dr. Shofia Agung Priyanto, Sp.B, Msi.Med
Disusun Oleh:
Muhammad Nurrochman
1820221166
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh:
Muhammad Nurrochman
1910221042
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik
bagian Departemen Bedah Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta di RSUD
Ambarawa. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dr. Shofia Agung Priyanto
Sp.B MSi, Med selaku pembimbing makalah ini dan kepada seluruh dokter yang telah
membimbing selama kepaniteraan. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang terkait dan kepada seluruh pembaca.
Penulis
BAB I
KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.Mardiyono
2. Umur : 38 tahun
3. Agama : Islam
4. Alamat : Kupang Kidul, 01/08 Ambarawa Kab. Semarang
5. Pekerjaan : Swasta
6. Pendidikan terakhir : SMU
7. Status : Menikah
8. No RM : 183***
9. Tanggal masuk RS : 3 Januari 2020
B. Anamnesis
Pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 12.30 WIB pasien datang ke IGD RSUD
Ambarawa dengan keluhan utama nyeri pada benjolan di anus sejak 1 minggu
SMRS, benjolan ada sejak kecil dan mulai tidak bisa masuk lagi sejak 1 minggu SMRS dan
membesar hingga masuk rumah sakit, BAK normal, BAB sedikit-sedikit dan nyeri, pasien
mengatakan saat ini ada benjolan anus tidak bisa masuk lagi sejak 1 minggu yang SMRS
dan membesar hingga masuk rumah sakit.
Selanjutnya, anamnesis dilakukan di Bangsal Anyelir RSUD Ambarawa pada
tanggal 6 Januari 2019 pukul 05.30 WIB secara autoanamnesis.
1. Keluhan Utama
Nyeri pada benjolan di anus
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Lokasi : Anus
b. Onset : 1 minggu sebelum masuk RS
c. Kronologis : Tiba – tiba
d. Kuantitas : Benjolan muncul dan tidak dapat masuk lagi
e. Kualitas : Nyeri sedang pada benjolan di anus
f. Faktor pengubah : Membaik saat istirahat
g. Gejala penyerta : Nyeri dan sulit BAB
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Leher
Inspeksi : Proporsi leher dalam batas normal, benjolan/massa (-)
Palpasi : Trakea terletak ditengah, tidak teraba pembesaran tiroid,
Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
1) Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normochest, pergerakan dinding dada simetris,
Tidak ada lesi ataupun massa
Palpasi : Vocal fremitus sama antara dada kanan dan kiri.
Perkusi : Suara perkusi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
2) Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak teraba pulsasi iktus kordis
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, dinding perut tidak tegang, tidak terlihat ada massa.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : shifting dullnes (-), undulasi (-), nyeri tekan (-), Hepar dan
Lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Superior : Edema (-) pucat (-)
Inferior : Edema (-/-) pucat (-)
CRT : <2 detik
Akral : Hangat
Lokalis : Anus
Inspeksi : Tampak benjolan pada anus, warna hitam, kemerahan (-), tanda bekas
operasi (-)
Palpasi : teraba adanya massa pada daerah anus perabaan keras, bias dibedakan antara
hemoroid, prolapse rectum dan masa yang timbul, nyeri tekan (+), teraba
hangat, massa tidak dapat dimasukkan kembali,
I.7 Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 tetes / menit
- Injeksi Ketorolac 3x30 mg
- Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr
- Diet biasa
- Mobilisasi
I.8 Prognosis
Ad Vitam : et Dubia
Ad Fungtionam : et Dubia
Ad Sanationam : et Dubia
8 Januari 2020
S O A P
Nyeri KU : TSS , K : CM Hemoroid Post GB
pada TV Grade IV RL 20 tpm
benjolan TD : 110/80 mmhg Inj. Cefotaxim
di anus N : 78 x/menit 3x1 gr
dengan RR : 20/menit Inj. Ketorolac
skala T : 36.5 C 3x30 mg
nyeri 5 Inj. Tranexamide
acid 3x500 mg
Boleh minum/
makan
Besok pagi jam
8 Aff tampon
9 Januari 2020
S O A P
Nyeri KU : TSR , K :CM Post RL 20 tpm
setelah TV Hemoroid Inj. Cefotaxim 3x1 gr
operasi TD : 110/80 mmhg ectomy Inj. Ketorolac 3x30 mg
benjolan N : 77 x/menit H+1 Inj. Tranexamide acid
di anus RR : 20x/menit 3x500 mg
T : 36.5 C Aff tampon
Diet biasa
Mobilisasi
10 Januari 2020
S O A P
Nyeri KU : TSR , K :CM Post RL 20 tpm
setelah TV Hemoroidect Inj. Cefotaxim
operasi TD : 110/70 mmhg omy H+2 3x1 gr
benjola N : 70 x/menit Inj. Ketorolac
n di RR : 20x/menit 3x30 mg
anus T : 36.0 C Inj.
Tranexamide
acid 3x500 mg
Diet biasa
Mobilisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan pembengkakan
submukosa pada lubang anus. Dalam masyarakat umum hemoroid lebih dikenal dengan
wasir.
1. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior diatas garis
mukokutan (linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan submukosa pada
rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi primer, yaitu kanan-depan,
kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecilterdapat diantara ketiga
letak primer tersebut.
2. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di bawah linea
dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng.
Sumber : http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids/
Kedua pleksus hemoroid, interna dan eksterna saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke v.porta. pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik
melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka.
http://www.ligasure.com/imageServer.aspx/doc190274.jpg
PATOGENESIS
Trombosis hemoroid adalah kejadian yang lazim dan dapat timbul dalam pleksus
analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus hemoroidalis utama
dalam tela submukosa kanalis atas atau dalam keduanya. Trombosis analis eksternus pada
hemoroid lazim terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak mempunyai stigmata
hemoroid lain. Sebabnya tak diketahui, tetapi mungkin karena tekanan vena yang tinggi,
yang timbul selama usaha mengejan berlebihan, yang menyebabkan distensi dan stasis di
dalam vena. Pasien memperhatikan pembengkakan akut pada pinggir anus yang bisa sangat
nyeri. Nyeri bisa terus menerus selama beberapa hari dan kemudian secara bertahap mereda
spontan, tetapi edema bisa kontinyu selama 3 sampai 4 minggu. Kadang-kadang bekuan
terlihat melalui kulit dibawahnya dan menonjol.
Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk
dijamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor
(tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut berlebihan,
hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan
buah), kurang olah raga/imobilisasi.
Derajat 1 : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar anus. Hanya
dapat dilihat dengan anorektoskop.
Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri
kedalam anus secara spontan.
Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi kedalam anus dengan
bantuan dorongan jari.
Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
trombosis dan infark.
Sumber : http://zieshila.wordpress.com/
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbunya anemis berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi
dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut
hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah setelah defekasi agar masuk ke dalam
anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap
dan tidak dapat didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian
dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat
trombosis yang luas dengan udem dan radang.
Hemoroid Interna
Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) - -
II (+) + Spontan
III (+) + Manual
IV (+) Menetap Tidak dapat
PEMERIKSAAN
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagiana yang menonjol
ke luar mengeluarkan mukus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan.
Pemeriksaan colok dubur hemorid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk
menyingkirkan karsinoma kolon rektum.
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak
menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadaran.
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol kedalam lumen. Apabila
penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemorid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata.
Protosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih
tinggi, karena hemorid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
Diagnosis hemoroid :
Darah di anus
Prolaps
Perasaan tak nyaman di anus (mungkin pruritus anus)
Pengeluaran lendir
Anemia sekunder (mungkin)
Tampak kelainan yang khas pada anus
Gambaran yang khas pada anoskopi/rektoskopi
DIAGNOSIS BANDING
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi
pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulseratif, dan penyakit lain
yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus
dilakukan. Foto barium kolon dan kolonskopi perlu dipilh secara selektif, tergantung pada
keluhan dan gejala penderita.
PENATALAKSANAAN HEMOROID
Penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan
derajat daripada hemoroid.
Penatalaksanaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan
konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan
konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi
seperti kodein.
Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat
memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat awal
hemoroid. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar dilakukan pada
penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan serta pencegahan hemoroid, meski
belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi
gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-
lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat
membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi
meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif
untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.
Pembedahan
Menyatakan apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan
hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
PENCEGAHAN
Pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:
1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-
mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di kolon. Hal ini membuat
feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada
vena anus.
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air
besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari mengedan.
KOMPLIKASI
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah
terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
PROGNOSIS
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua
kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi
penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat
mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. Pendekatan konservatif hendaknya
diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan
hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan
makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
1. Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat
R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010.
hal. 788-792.
10. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006
11. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.
12. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-56
13. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi
ke7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
19. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17
20. Ditjen Yanmedik, Depkes RI. 2008. Pola Penyakit Terbanyak Pada Rawat
Jalan. (Online).www.depkes.go.id