You are on page 1of 9

PERTUMBUHAN SENGON (Paraserianthes

falcataria) MUDA UMUR 10 BULAN DENGAN


BEBERAPA JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK1

Oleh :
Heru Dwi Riyanto dan Uchu Waluya Heri Pahlana2

Abstrak
Pengusahaan hutan mempunyai beberapa sifat
yang khas, yang membedakannya dengan jenis
pengusahaan atau bentuk pemanfaatan lahan yang
lain. Salah satu sifat khas pengusahaan hutan
adalah waktu yang sangat panjang untuk mencapai
saat pemanenan. Pembangunan hutan seperti
halnya pertanian akan sangat ditentukan bagaimana
aspek-aspek pembibitan, lahan, penanaman,
pemeliharaan serta perlindungan hama dan
penyakit. Pengelolaan yang dilakukan secara
tradisional akan berpengaruh terhadap tumbuh dan
berkembangnya pohon yang berakibat terhadap
rendahnya pertumbuhan parameter tegakan yang
pada akhirnya potensi dan umur panen yang kita
harapkan tidak terpenuhi. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu diterapkannya praktek tehnik
silvikultur dalam pembibitan, pemupukan terhadap
tanaman muda dan lain sebagainya. Penelitian ini
menitikberatkan pada pengaplikasian jarak tanam
dan pemupukan, hasilnya diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembangunan hutan dan
kehutanan khususnya, dan umumnya bagi
masyarakat petani hutan rakyat sengon.
Pertumbuhan diameter secara umum merespon jarak

1
Makalah pada Seminar Nasional Hasil Penelitian “Teknologi,
Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Sebagai Basis Pengelolaan
DAS di Purwokerto Tanggal 26 Agustus 2008.
2
Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jl. A. Yani-
Pabelan Po Box 295. Surakarta. Telp. 0271-716709, Fax. 0271-
716959. Email : heru_dwi_r@yahoo.com ;
pahlana_78@yahoo.com.
1
PROSIDING Seminar Nasinal, 2009
tanam yang lebih besar, sedang pertumbuhan tinggi
terlihat tidak menunjukkan adanya suatu
kecenderungan tertentu. Di lokasi Boyolali
pemberian pupuk kandang 1kg + aktivator 0.5 ons
memberikan respon yang terbaik dalam riap
diameter, diikuti oleh perlakuan pemberian formula
X, dibanding perlakuan lainnya. Di lokasi Jumantono
pemberian pupuk kandang 1kg + aktivator 0.5 ons
dan pemberian pupuk kandang 1kg + activator 0.5
ons + NPK 50 kg memberikan pengaruh terbaik.
Untuk riap tinggi pengaruh berbagai perlakuan
belum memberikan efek yang signifikan.

Key word : Sengon, jarak tanam,pemupukan,


diameter, tinggi

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pengusahaan hutan mempunyai beberapa sifat
yang khas, yang membedakannya dengan jenis
pengusahaan atau bentuk pemanfaatan lahan yang
lain. Salah satu sifat khas pengusahaan hutan adalah
waktu yang sangat panjang untuk mencapai saat
pemanenan.
Pembangunan Hutan Rakyat (HR) oleh petani
hutan rakyat sering terkendala oleh permasalahan
hasil dikarenakan sempitnya lahan kepemilikan untuk
HR dan praktek teknik silvikultur yang masih
tradisional atau bahkan tak tersentuh oleh praktek
teknik silvikultur.
Pembangunan hutan seperti halnya pertanian
akan sangat ditentukan bagaimana aspek-aspek
pembibitan, lahan, penanaman, pemeliharaan serta
perlindungan hama dan penyakit. Pengelolaan yang
dilakukan secara tradisional akan berpengaruh
terhadap tumbuh dan berkembangnya pohon yang
berakibat terhadap rendahnya pertumbuhan
parameter tegakan yang pada akhirnya potensi dan
2
Pertumbuhan Sengon Muda….(Heru DR dan Heri P)
umur panen yang kita harapkan tidak terpenuhi. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu diterapkannya praktek
teknik silvikultur dalam pembibitan, pemupukan
terhadap tanaman muda dan lain sebagainya.
Penelitian tentang hal- hal yang berkaitan dengan
pupuk dan pemupukan telah banyak dihasilkan, baik
oleh Lembaga Penelitian maupun Perguruan Tinggi,
tetapi dalam pengaplikasian praktek teknik
pemupukan tersebut terkendala oleh kelangkaan dan
mahalnya harga pupuk anorganik akhir-akhir ini,
sedang pupuk organik/pupuk kandang ketersediannya
sangat terbatas. Kondisi demikian tidak harus disikapi
dengan menghilangkan praktek teknik pemupukan
tersebut, tetapi harus disikapi dengan mencari
bahan/materi alternatif atau subtitusinya, yaitu
dengan mengembangkan formula berbasis
mikroorganisme, pengganti pupuk kandang dan
aktivator perakaran.
Sebelum diaplikasikan dalam skala luas,
bahan/materi tersebut perlu diujikan. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman hutan bukan hanya
dipengaruhi oleh aspek pemupukan tetapi juga pada
kerapatan tegakan (jarak tanam) maka kombinasi hal
tersebut perlu diujikan dilapangan.
Penelitian ini menitikberatkan pada
pengaplikasian jarak tanam dan pemupukan pada
tanaman. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan hutan dan kehutanan
khususnya, dan bagi petani hutan rakyat sengon
umumnya.

2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemupukan dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan tanaman sengon (Parserianthes
falcataria) di Karesidenan Surakarta.

II. METODOLOGI

3
PROSIDING Seminar Nasinal, 2009
1. Lokasi
Penelitian dilakukan pada lahan milik masyarakat
di Kabupaten Boyolali dengan luas ± 0,6 hektar dan
pada lahan/areal penelitian BPK Solo ± 0,8 hektar di
Kabupaten Karanganyar.

2. Bahan dan Peralatan


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah bibit sengon siap tanam, pupuk kandang,
aktivator/pengganti pupuk kandang, dan pupuk NPK,
cat, kuas, ajir, label tanaman, alat ukur diameter dan
tinggi, GPS dan alat tulis.

3. Rancangan Percobaan
Perlakuan
Jarak Pemupukan (P)
Lokasi
Tanam
(J)
P1 P2 P3 P4 P5
J1 J1P1 J1P2 J1P3 J1P4 J1P5
J2 J2P1 J2P2 J2P3 J2P4 J2P5
Dwi Agung J3 J3P1 J3P2 J3P3 J3P4 J3P5
J4 J4P1 J4P2 J4P3 J4P4 J4P5
J5 J5P1 J5P2 J5P3 J5P4 J5P5

J1 J1P1 J1P2 J1P3 J1P4 J1P5


J2 J2P1 J2P2 J2P3 J2P4 J2P5
Memungkin J3 J3P1 J3P2 J3P3 J3P4 J3P5
kan
Jumantono
J4 J4P1 J4P2 J4P3 J4P4 J4P5
J5 J5P1 J5P2 J5P3 J5P4 J5P5
Keterangan : J1= 1x1; J2= 2x1; J3= 4x1; J4= 4x2; J5=
5x2
P1= pupuk kandang 2 kg; P2= pupuk
kandang 1 kg + aktivator 0,5 0ns; P3=
Pengganti pupuk kandang (Formula X) 0,5
kg; P4= pupuk kandang 1 kg + aktivator
0,5 0ns + 50 gr NPK; P5= pupuk kandang 2
kg + NPK 50 gr
Masing-masing perlakuan terdiri dari 15
tanaman sengon sebagai unit/plot pengamatan.
4
Pertumbuhan Sengon Muda….(Heru DR dan Heri P)
Parameter yang diamati adalah pertumbuhan bibit
meliputi tinggi dan diameter tanaman.

4. Analisa Data
Data diolah secara sederhana dengan mencari
rerata dalam bentuk tabulasi beserta
pengikhtisarannya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jarak Tanam
Sengon sebagai salah satu jenis tumbuh cepat
dan berdaur pendek dengan daur sekitar delapan
tahun (Riyanto dan Engkos 1994). Perlakuan
penjarangan menjadi kurang penting dilakukan,
karena penjarangan tidak memberikan pengaruh
pertumbuhan diameter (Sutomo dan Riyanto H.D.,
1988), selain itu hasil penjarangan sebagai hasil
antara tidak memberikan hasil yang berarti secara
ekonomi.
Jarak tanam dalam suatu kegiatan penanaman
pohon adalah suatu ruang tumbuh bagi setiap
individu pohon, semakin besar jarak tanam akan
semakin besar ruang tumbuh yang tersedia bagi
individu tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Jarak tanam berkorelasi dengan kerapatan tegakan.
Dari hasil pengukuran dan pengamatan terhadap
tanaman sengon yang diukur diperoleh hasil Gambar
1 dan 2.
290
45

40 280

35
270

30

Riap Riap 260


25
Diameter Tinggi
(mm)
20 (Cm) 250

15
240
10

230
5

0 220
JA JB JC JD JE JA JB JC JD JE

DwiAgung Jarak Tanam DwiAgung Jarak Tanam

Jumantono Jumantono

Gambar 1.Pengaruh Gambar 2. Pengaruh


Jarak Tanam Terhadap Jarak Tanam Terhadap

5
PROSIDING Seminar Nasinal, 2009
Riap Diameter Sengon Riap Tinggi Sengon
Umur 10 Bulan Di Umur 10 Bulan Di Lokasi
Lokasi Tanam Dwi Tanam Dwi Agung,
Agung, Kab.Boyolali Kab.Boyolali dan
dan Jumantono, Kab Jumantono, Kab
Karanganyar Karanganyar
Dari Gambar 1 dan 2 di atas terlihat bahwa
pertumbuhan diameter secara umum merespon jarak
tanam yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan sifat
pertumbuhan diameter itu sendiri yaitu, sifat
pertumbuhan diameter pohon dipengaruhi oleh
kerapatan tegakan, kepekaan terhadap perubahan
tempat tumbuh, serta berkorelasi erat dengan
pertumbuhan volume tegakan (Davis, 1966; Avery,
1976; dan Hocker, 1979 dalam Riyanto dan Engkos,
1994). Sedangkan pertumbuhan tinggi tidak
menunjukkan adanya suatu kecenderungan tertentu.
Sifat pertumbuhan tinggi sendiri kurang dipengaruhi
oleh kerapatan tegakan, tetapi lebih dipengaruhi
oleh kondisi tapak dan sifat genetisnya. Menurut
Prihanto, dkk (1988), pengaturan ketepatan
kerapatan akan lebih memberikan hasil yang lebih
baik. Ketidaktepatan dalam pengaturan kerapatan
akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan
karena kompetisi dan serangan hama karena faktor
kelembaban.

2. Pemupukan
Sengon dapat tumbuh mulai dari dataran
rendah hingga ketinggian 1500 meter di atas
permukaan laut (dpl) bahkan pada tempat yang
tingginya 1600 m dpl sengon dapat tumbuh, akan
tetapi umumnya dapat tumbuh mulai dari 0 m dpl –
800 m dpl dengan suhu rata – rata 22 – 29oC.
Tanaman sengon dapat tumbuh baik di tempat yang
mempunyai paling sedikit 15 hari hujan dalam empat
bulan kering (Heyne, 1987). Sengon dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah, mulai dari yang berdrainase
jelek hingga baik, tetapi sengon tumbuh lebih baik
pada tanah-tanah yang subur, banyak mengandung
unsur hara mineral, pada tanah dengan tekstur dan
6
Pertumbuhan Sengon Muda….(Heru DR dan Heri P)
struktur yang baik, serta pH netral (Atmosuseno,
1994). Seiring dengan apa yang diutarakan di atas
maka, pemberian input yang dapat meningkatkan
performa dan pertumbuhan bibit sangat diperlukan
bagi pembangunan hutan tanaman. Namun demikian
respon terhadap input tersebut akan sangat
tergantung jenis tanaman maupun pupuk dan
tapaknya. Pemberian pupuk kimiawi (anorganik/fast
release) pada tapak yang kritis secara biologis hanya
akan memberikan efek jangka pendek, atau dengan
kata lain pertumbuhan awal yang cepat tetapi
selanjutnya terhenti apabila pemupukan tidak
dilanjutkan. Sedangkan dengan pemberian pupuk
organik, pengaruh yang terjadi lambat tetapi akan
berlangsung dalam waktu yang lama. Hasil
pengamatan disajikan pada Gambar 3 dan 4.

45
350

40
300
35

250
30

Riap 25 200
Riap Tinggi
Diameter
20 (Cm)
(mm) 150

15
100
10
50
5

0 0
P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5

Pemupukan Pemupukan
DwiAgung DwiAgung
Jumantono
Jumantono
Gambar 3. Pengaruh Gambar 4. Pengaruh
Pemupukan Terhadap Riap Pemupukan Terhadap Riap
Diameter Sengon Umur 10 Tinggi Sengon Umur 10
Bulan Di Lokasi Tanam Dwi Bulan Di Lokasi Tanam Dwi
Agung, Kab.Boyolali dan Agung, Kab.Boyolali dan
Jumantono, Kab Jumantono, Kab
Karanganyar Karanganyar

Dari Gambar tersebut terlihat bahwa di lokasi


Boyolali pemberian pupuk kandang 1kg + aktivator
0.5 ons memberikan respon yang terbaik dalam riap
diameter, diikuti oleh perlakuan pemberian formula
X, dibanding perlakuan lainnya. Sedangkan di lokasi
Jumantono pemberian pupuk kandang 1kg +
aktivator 0.5 ons dan pemberian pupuk kandang

7
PROSIDING Seminar Nasinal, 2009
1kg + aktivator 0.5 ons + NPK 50 kg memberikan
pengaruh terbaik. Untuk riap tinggi pengaruh
berbagai perlakuan belum memberikan efek yang
signifikan. Dari hasil tersebut terlihat bahwa sengon
lebih merespon pupuk organik dibanding anorganik
serta merespon positif terhadap aktivator yang
merupakan stimulator perakaran.
Hasil pengamatan tersebut bagaimanapun
belum merupakan hasil final suatu pengamatan,
berdasarkan pengamatan terdahulu terhadap
sengon, laju pertumbuhan diameter tegakan
mencapai puncaknya pada saat diameter tegakan
sengon berumur ± 2 tahun (Riyanto dan Engkos,
1994).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sampai dengan tanaman berumur 10 bulan,
dapat disimpulkan, bahwa :
1. Jarak tanam terbaik untuk pertumbuhan
(riap) diameter adalah jarak tanam 4 m x 2m
diikuti 5 m x 2 m (lokasi Dwi Agung), lokasi
Jumantono, 5 m x 2 m diikuti 4 m x 2 m.
2. Pemupukan terbaik untuk pertumbuhan
(riap) diameter adalah pemberian pupuk
kandang 1kg + aktivator 0.5 ons , diikuti oleh
perlakuan pemberian formula X (lokasi Dwi
Agung). Sedang di lokasi Jumantono pengaruh
terbaik dalam pertumbuhan (riap) diameter
adalah pemberian pupuk kandang 1kg +
aktivator 0.5 ons dikuti pemberian pupuk
kandang 1kg + aktivator 0.5 ons + NPK 50 kg
B. Saran
Pengamatan lanjut perlu dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan sampai umur dua tahun
(laju pertumbuhan maksimal), sehingga pengaruh
perlakuan akan benar-benar terlihat secara
signifikan.

DAFTAR PUSTAKA
8
Pertumbuhan Sengon Muda….(Heru DR dan Heri P)

Atmosuseno, B.S. 1994. Budidaya, Kegunaan dan


Prospek Sengon. Penebar Swadaya. Jakarta.
Heyne. K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Riyanto, H.D dan Engkos, K. 1994 Kurva
Pertumbuhan dan Laju Pertumbuhan
Diameter Paraseianthes falcataria. Informasi
Teknis Hasil Pengembangan Teknologi
Reboisasi No. 6. Balai Teknologi Reboisasi
Palembang.
Prihanto, B, E. Suhendang, dan Ngadiono. 1988.
Studi Model Struktur Tegakan Hutan
Tanaman Jati (Tectona grandis L.f.) Technical
Notes Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan IPB Bogor. Volume II. Nomor 2.
1988.
Sutomo, dan H. D. Riyanto. 1988. Pengamatan
Penjarangan Albizia falcataria, Swietenia
macrophylla, Eucalyptus deglupta, Acacia
mangium. Laporan Pengamatan dan Uji Coba
Pengembangan Teknologi Reboisasi. Balai
Teknologi Reboisasi Sumatera Selatan (Tidak
diterbitkan)

You might also like