You are on page 1of 4

Bio Cyclo Farming

Dalam alur proses suatu pengolahan akan selalu menimbulkan suatu sisa dari proses tersebut.
Sisa proses demikian dapat dikatakan sebagai limbah dari proses yang berlanjut. Limbah dapat
menjadi suatu hal yang merugikan jika keberadaannya sangat banyak dan tidak terolah
dilingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu penanganan khusus mengenai limbah agar tidak
mencemari lingkungannya dan merugikan berbagai pihak.
Bidang pertanian merupakan bidang yang luas. Bergerak diberbagai sektor dan cakupan
tertentu yang sangat luas. Pertanian terdiri atas pertanian, perikanan, peternakan, dan
perkebunan. Proses pertanian yang panjang dengan proses yang kompleks, tentu akan
menghasilkan suatu sisa proses yang kompleks dengan jumlah yang tidak sedikit. Hal ini belum
termasuk pula dengan prilaku pengolahan yang diberikan pada saat pelaksanaan kegiatan pada
bidang pertanian, dari mulai pemupukan, perlakuan pengairan, penanganan hama penyakit,dan
lain sebagainya. Bila diakumulasikan sisa proses pertanian akan sangat banyak terkait dengan
prosesnya yang kompleks, banyak, dan waktu pengolahan yang kontinyu. Hal demikian tentu
akan sangat merugikan dan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ekologi apabila
dibiarkan begitu saja tanpa pengolahan dan penganan yang berarti.
Suatu proses, pengembangan, dan pembangunan diharapkan agar berwawasan lingkungan.
Hal ini sebenarnya adalah untuk menjaga keterlanjutan (suistainability) lingkungan manusia
dengan sendirinya menjaga pula keterlanjutan lingkungan pertanian. Oleh karena itu diperlukan
suatu keterpaduan pengembangan kawasan tertentu yang dapat mengurangi resiko limbah yang
besar, berwawasan lingkungan, dan menimbulkan efek manfaat besar dan beruntun.
Bio Cyclo Farming adalah suatu proses keterpaduan antar sektoral pada bidang pertanian
yang saling memanfaatkan sisa dari proses pengelolaan dari suatu sektor, yang kemudian
dimanfaatkan kembali pada sektor lainnya untuk menghasilkan suatu manfaat lain yang berguna,
dilakukan dalam suatu alur putar kontinyu (loop) tertentu sehingga dapat menghasilkan manfaat
ulang bagi sektor pertama olahannya. Bio Cyclo Farming ini tidak hanya berguna bagi
keberlangsungan usaha pada sektor lainnya pada bidang pertanian, akan tetapi dapat berguna
bagi ekologi yang ada dimana sistem itu diberlangsungkan. Bio Cyclo Farming akan dapat
memberikan dampak positif bagi lingkungan, yakni dengan mereduksi keberadaan limbah pada
lingkungan. Sehingga dengan demikian dapat mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat
menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya. Bio Cyclo Farming hanya menggunakan sesuatu
proses alami ( natural ), dimana pada pengelolaannya tidak menggunakan terlalu banyak bahan –
bahan kimia sintetis yang dapat merugikan lingkungan dan kesehatan. Bio Cyclo Farming
menggunakan sesuatu yang berasal dari alam, berupa sisa – sisa zat yang berasal dari tanaman
dan hewan.
Bio Cyclo Farming dapat diusahakan dengan memadukan semua sektoral yang ada pada
bidang pertanian. Dimulai dengan pertanian ( holtikultura dan sayur – sayuran), peternakan
( hewan ternak dan unggas), perikanan ( ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan hias),dan
perkebunan (teh,tebu,kakao,dsb).
Bio Cyclo Farming merupakan suatu cara yang tepat dalam mengatasi berbagai kemungkinan
dan harapan seperti diatas. Dengan cara pengelolaan pertanian seperti ini, keberadaan limbah
akan dapat direduksi bahkan dapat dimanfaatkan ulang untuk memperoleh manfaat lainnya yang
berguna bagi kehidupan manusia.
Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di pedesaan yang sebagian
besar petani, diperlukan konsep pertanian terpadu yang dapat memaksimalkan seluruh potensi
pertanian dengan menerapkan teknologi tepat guna seperti teknologi Bio Cyclo Farming.
Teknologi yang merupakan sistem pertanian yang dikelola secara integratif dan intensif itu kini
diperkenalkan Kementerian Riset dan Teknologi.
Dengan sistem ini, pola tanam, jenis tanaman, dan industri pascapanen distandardisasi
sehingga dapat menghasilkan produk pertanian yang memenuhi standar internasional guna
memasuki persaingan pasar bebas. Sistem ini memungkinkan masuknya berbagai teknologi
untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah hasil pertanian dan peternakan. Dengan
teknologi Bio Cyclo Farming, pertanian tidak hanya memanfaatkan produk biji-bijian, misalnya,
tetapi juga memanfaatkan produk samping dari hasil panen seperti batang jagung, jerami, batang
kedelai, batang dan daun kacang tanah dan lain-lain. Contoh pemanfaatannya adalah untuk pakan
ternak yang sudah diperkaya proteinnya melalui proses fermentasi. Dari sini, dihasilkan produk
lain berupa daging, telur dan ikan.Sedangkan limbah ternak merupakan bahan baku yang baik
untuk menghasilkan pupuk murah untuk meningkatkan produksi tanaman.
Peluang ekonomi yang dikembangkan adalah sistem multiple cropping antara panen harian
(unggas/ sapi perah), panen musiman (jagung, kedelai, padi), panen bulanan (ikan), panen
tahunan (sapi) dan panen winduan (jati emas).Pola ini akan dikembangkan di masyarakat untuk
memungkinkan petani menabung karena adanya panen harian, bulanan, tahunan dan seterusnya.
Kemampuan petani untuk menabung inilah yang harus ditingkatkan, sebab bila petani
mampu menabung, maka ekonomi di kawasan tersebut akan tumbuh dan berpengaruh positif
terhadap perkembangan ekonomi daerah dan ketahanan pangan, yang selanjutnya akan
berdampak pada upaya peningkatan daya serap tenaga kerja untuk memanfaatkan sumber daya
alam daerah yang berlimpah. Uji coba kini dikembangkan di berbagai daerah.
Salah satu kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan contohnya di TPT
Kuro Tidur adalah ujicoba pengembangan Bio Cyclo Farming/Teknologi Pertanian Terpadu
skala rumah tangga. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan suatu bentuk pengembangan
pertanian terpadu skala rumah tangga untuk kawasan transmigrasi. Tahap pertama kegiatan yang
dilaksanakan tahun 2003 terdiri pengadaan (sarana dan prasarana), pemeliharaan ternak,
pembuatan pupuk organik dan pertanian (hortikultura, HMT dan sayuran). Dalam kegiatan ini
metode yang dilakukan adalah; Pengumpulan data sekunder terdiri dari studi pustaka, yaitu
kajian terhadap berbagai dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian dan pengembangan
maupun yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun analisis pelaksanaan pengembangan
teknologi pertanian terpadu tahap kedua baik dilihat dari aspek fisik (kebutuhan HOK), aspek
ekonomi (tingkat pendapatan), dan aspek sosial (budaya dan kebiasaan). Prinsip dasar dari
teknologi pertanian terpadu ini adalah usaha peternakan atau usaha pertanian dapat dijadikan
sebagai basis untuk kelanjutan aktifitas kegiatan lainnya.
Pada usaha pertanian pangan dengan komoditas yang dikembangkan tanaman padi,
jagung atau kedelai selain dapat menghasilkan komoditas pangan yang berkualitas, juga dapat
menghasilkan pakan ternak baik yang berasal dari produknya maupun dari limbahnya. Pakan
ternak yang dihasilkan dari hasil ikutan ini dapat menghasilkan ternak, daging, atau telur.
Teknologi pertanian terpadu ini dirancang sebagai suatu proses multiple cropping yang dapat
menghasilkan produksi sepanjang tahun yang terdiri dari:
Panen harian yang diperoleh dari telur unggas atau susu sapi
Panen bulan berupa hasil budidaya ikan dan tanaman sayuran
Panen musiman yang diperoleh dari budidaya tanaman pangan seperti padi, jagung dan
kedelai
Panen tahunan dari budidaya sapi dan kambing/domba
Panen winduan dari hasil budidaya jatimas.
Usaha peternakan yang dapat dibudidayakan dan dikembangkan antara lain ternak
ruminansia, ternak unggas maupun perikanan. Apabila komoditi ternak yang dikembangkan
adalah ternak ruminansia, maka ketersediaam pakan ternak yang berasal dari limbah pertanian
cukup melimpah. Limbah pertanian ini dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia yaitu
penggemukan sapi atau domba/kambing. Sementara kebutuhan akan konsumsi daging di
Provinsi bengkulu sebagian masih dipasok dari luar daerah sehingga penggemukan sapi masih
potensial untuk dikembangkan.

You might also like