Professional Documents
Culture Documents
oleh:
1. Lutfiana Suffah 08018198
2. Dian Permatasari 08018231
3. Septi Nur Chasanah 08018256
4. Rahmat Rian Hidayat 08018278
5. Rizki Amanah 08018373
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan memecahkan masalah dilakukan
dengan lebih cepat dan cermat. Penggunaan komputer telah berkembang dari pengolahan data
ataupun penyajian informasi, menjadi mampu untuk menyediakan pilihan-pilihan dalam
memecahkan masalah.
System pakar (expert system ) merupakan paket perangkat lunak atau paket program
komputer yang ditujukan sebagai penyedia nasehat dan sarana bantu dalam memecahkan
masalah di bidang-bidang spesialisasi tertentu seperti sains, perekayasaan, matematika,
kedokteran, pendidikan dan sebagainya. Expert system merupakan subset dari Artificial
Intelegence.
Seorang pakar/ahli (human expert) adalah seorang individu yang memiliki kemampuan
pemahaman yang superior dari suatu masalah. Misalnya: seorang dokter, penasehat keuangan,
pakar mesin mobil, dll. Sistem Pakar tidak untuk menggantikan kedudukan seorang pakar tetapi
untuk memasyaratkan pengetahuan dan pengalaman pakar tersebut.
Ketika suatu sistem pakar akan dibangun, maka seorang pengembang software (software
developer) bekerja bersama dengan seorang pakar, pengembang ini akan melakukan serangkaian
tanya-jawab (knowledge acquisition) untuk mengumpulkan dasar-dasar pengetahuan (knowledge
base) sang pakar.
Dasar-dasar pengetahuan ini kemudian dialihkan menjadi basis-pengetahuan sistem pakar
dalam bentuk fakta dan aturan. Kemudian pengembang membangun suatu mesin inferensi
(inference engine) yang merupakan pembuat keputusan dalam sistem pakar, mengumpulkan
informasi dari user melalui tanya jawab, dan membandingkan informasi ini dengan basis-
pengetahuan, kemudian memutuskan apa yang harus di-informasikan ke pengguna berdasarkan
data/informasi yang diberikannya.
Penggunaan teknologi informasi berbasis computer dapat membantu dalam memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari. Dalam praktek sehari-hari, persoalan waris sering kali memicu
pertikaian dan menimbulkan keretakan hubungan keluarga. Penyebab utamanya adalah
keserakahan dan ketamakan manusia dan berkurangnya pengetahuan mengenai hukum
pembagian waris yang dapat memberikan solusi mengenai pembagian warisan.
B. Tujuan
1. Memberikan kemudahan bagi masyarakat melakukan pembagian harta waris dengan
menggunakan cara pembagian islam secara cepat dan tepat
2. Menerapkan sistem pakar dalam pembagian harta waris menurut hokum islam
LANDASAN TEORI
A. Sistem Pakar
Sistem pakar (Expert System) merupakan sistem yang menggunakan pengetahuan
manusiayang dipresentasikan dalam computer yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang biasanya menggunakan pakar.
Pakar merupakan seorang ahli dibidangnya yang mempunyai pengetahuan yang
didapatkan dari pelatihan, membaca dan pengalaman. Pengetahuannya terdiri dari beberapa
tipe antara lain :
1. Pengetahuan tentang kenyataan dalam area permasalahan tertentu
2. Pengetahuan tentang teori sebuah permasalahan tertentu
3. Pengetahuan tentang aturan dan procedure untuk area sebuah permasalahan secara umum
4. Pengetahuan tentang aturan dalam situasi khusus
5. Pengetahuan tentang strategi global untuk memecahkan semua permasalahan
6. Pengetahuan tentang ilmu pengetahuan
B. Hukum Waris
Berasal dari bahasa arab Al-miirats yang berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang
kapeda orang lain. Pemgertian tersebut tidak terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan
dengan harta, tetapi juga mencakup non harta benda.
Peninggalan adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta atau
lainnya. Segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai
peninggalan. Termasuk didalamnya hutang piutang, baik hutang piutang itu berkaitan dengan
pokok hartanya atau hutang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang harus
ditunaikan.
1. Derajat ahli waris
Antara ahli waris yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan derajat
dan ukuran. Ahli waris berdasarkan urutan dan derajatnya adalah :
1. Ashhabul furudh
Golongan ini ynag pertama diberi bagian harta warisan. Mereka adalah orang-orang
yang telah ditentukan bagiannya dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’.
2. Ashabah nasabiyah
Yaitu setiap kerabat (nasab) pewaris yang menerima sisa harta warisan yang telah
dibagikan. Bahkan jika ternyata tidak ada ahli waris lainnya, ia berhak mengambil
seluruh harta peninggalan
3. Penambahan bagi ashhabul furudh sesuai bagian (kecuali suami istri)
Apabila harta warisan yang tersisa telah dibagikan kepada semua ahli warisnya masih
juga tersisa, maka hendaknya diberikan kepada ashhabul furudh masing-masing
sesuai dengan bagian yang telah ditentukan. Adapun suami atau istri tidak berhak
menerima tambahan bagian dari sisa harta yang ada. Sebab hak waris bagi suami atau
istri disebabkan adanya ikaytan pernikahan, sedangkan kekerabatan karena nasab
lebih utama mendapatkan tambahan dibandingkan yang lainnya.
4. Mewariskankepada kerabat
Yang dimaksudkankerabat adalah kerabat pewaris yang masih memiliki kaitan rahim
tidak termasuk ashhabul furudh juga ‘ashabah. Misalnya paman (saudara ibu), bibi
(saudara ibu), bibi (saudara ayah), cucu laki-laki dari anak perempuan, dan cucu
perempuan dari anak perempuan. Maka bila pewaris tidak mempunyai kerabat
sebagai ashhabul furudh, tidak pula’ashabah, para kerabat yang masih mempunyai
ikatan rahim dengannya berhak untuk mendapat warisan
5. Tambahan hak waris bagi suami atau istri
Bila pewaris tidak mempunyai ahli waris yang termasuk ashhabul furudh dan
‘ashabah, juga tidak ada kerabat yang memiliki ikatan rahim, maka harta warisan
tersebut seluruhnya menjadi milik suami atau istri. Misalnya seorang suami
meninggal tanpa memiliki kerabat yang berhak untuk mewarisinya, maka istri
mendapat bagian seperempat dari harta warisan yang ditinggalkannya, sedangkan
sisanya merupakan tambahan hak warisnya.dengan demikian istri memiliki seluruh
harta warisan peninggalan suaminya. Begitu juga sebaliknya suami terhadap harta
peninggalan yang meninggal.
6. Ashabah karena sebab
Merupakan rang-orang yang memerdekakan budak (baik budak laki-laki maupun
budak perempuan). Misalnya seorang bekas budak meninggal dan mempunyai harta
warisan, maka orang yang pernah memerdekakannya termasuk salah satu ahli
warisnya, dan sebagai ‘ashabah. Tetapi pada masa kini tidak ada lagi.
7. Orang yang diberi wasiat lebih dari sepertiga harta pewaris
Yang dimaksud adalah orang lain, bukan salah seorang dari ahli waris. Misalnya
seseorang meninggal dan mempunyai sepuluh anak. Sebelum meninggal ia member
wasiat kepada semua atau sebagian anaknya agar memberikan sejumlah hartanya
kepada seseorang yang bukan termasuk salah satu ahli warisnya. Bahkan mazhab
Hanafi dan Hambali boleh berpendapat boleh memberikan seluruh harta pewaris bila
memang wasiatnya demikian.
8. Baitul (Kas Negara)
Apabila seseorang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris ataupun kerabat maka
seluruh harta peninggalannya diserahkan ke baitul untuk kemlasahatan umum.
2. Syarat waris
a. Meninggalnya pewaris secara hakiki maupun secara hukum. Pewaris telah meninggal
dan diketahui oleh seluruh ahli warisnya atau vonis yang ditetapkan terhadap
seseorang yang tidak diketahui lagi secara pasti, sehingga hakim memvonisnya
sebagai orang yang telah meninggal.
b. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia.
c. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk bagian masing-masing
3. Penggugur hak waris
a. Budak. Seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak untuk
mewarisi sekalipun dari saudaranya.
b. Pembunuhan. Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris, maka ia tidak berhak
mendapatkan warisan
c. Perbedaan Agama. Seorang muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi oleh orang
non muslim
4. Ahli waris
a. Ahli waris dari golongan laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki (dari anak laki-laki)
3. Bapak
4. Kakek (dari pihak bapak),
5. Saudara kandung laki-laki
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu
10. Paman (saudara kandung ayah)
11. Paman (saudara bapak seayah)
12. Anak laki-laki dari paman (saudara kandung ayah)
13. Anak laki-laki paman seayah
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan budak
b. Ahli waris golongan wanita
1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Anak perempuan (dari keturunan laki-laki)
4. Nenek (ibu dari ibu)
5. Nenek (ibu dari bapak)
6. Saudara kandung perempuan
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Perempuan yang memerdekakan budak
5. Pembagian warisan menurut Al-Qur’an
Jumlah bagian yang telah ditentukan ada enam macam, yaitu setengah (1/2),
seperempat(1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam
(1/6). Pembagiannya secara rinci :
1. Ashhabul furudh yang berhak mendapat setengah
a. Suami dengan syarat pewaris tidak mempunyai keturunan, baik lkai-laki atau
perempuan, baik anak keturunan dari suami ataupun bukan.
b. Anak perempuan (kandung) dengan syarat pewaris tidak mempunyai anak laki-
laki dan anak perempuan itu adalah anak tunggal.
c. Cucu perempuan keturunan laki-laki dengan syarat tidak mempunyai saudara
laki-laki, merupakan cucu tunggal dan jika pewaris tidak memiliki anak
perempuan ataupun laki-laki
d. Saudara kandung perempuan dengan syarat tidak mempunyai saudara laki-laki,
hanya seorang diri (tidak mempunyai saudara perempuan) dan pewaris tidak
mempunyai ayah atau kakek, dan tidak mempunyai keturunan
e. Saudara perempuan seayah dengan syarat tidak mempunyai saudara laki-laki,
hanya seorang diri, pewaris tidak mempunyai saudara kandung perempuan,
pewaris tidak mempunyai ayah atau kakak, dan tidak mempunyai anak
2. Ashhabul furudh yang berhak mendapat seperempat
a. Suami dengan syarat bila sang istri mempunyai anak atau cucu laki-laki dari
keturunan anak laki-lakinya
b. Istri dengan syarat apabila suaminya tidak mempunyai anak/cucu
3. Ashhabul furudh yang berhak mendapat seperdelapan
Istri, baik seorang atau lebih bila suaminya mempunyai anak atau cucu
4. Ashhabul furudh yang berhak mendapat dua pertiga
a. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih tidak mempunyai saudara laki-lkai
b. Dua cucu perempuan dari keturunan laki-laki, dengan syarat pewaris tidak
mempunyai anak kandung, pewaris tidak mempunyai dua anak kandung
perempuan dan dua cucu tersebut tidak mempunyai saudara laki-laki
c. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) dengan syarat pewaris tidak
mempunyai anak , ayah atau kakek, dua saudar perempuan tidak memiliki saudara
laki-laki, dan pewaris tidak mempunyai anak/cucu perempuan dari keturunan laki-
laki
d. Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) dengan syarat pewaris tidak
mempunyai anak, ayah atau kakek, kedua saudara perempuan seayah tidak
mempunyai saudara laki-laki, dan pewaris tidak mempunyai anak/cucu
perempuan dari keturunan anak laki-laki atau saudara kandung
5. Ashhabul furudh yang berhak mendapat bagian sepertiga
a. Ibu dengan syarat pewaris tidak mempunyai anak/cucu laki-laki dari keturunan
laki-laki dan pewaris tidak mempunyai dua orang saudara atau lebih, baik saudara
sekandung seayah ataupun seibu
b. Dua saudara yang seibu
6. Ashhabul furudh yang berhak mendapat bagian seperenam
a. Ayah dengan syarat jika pewaris mempunyai anak
b. Kakek dengan syarat bila pewaris mempunyai anak laki-laki atau perempuan atau
cucu laki-laki dari keturunan anak dan pewari tidak mempunyai ayah
c. Ibu dengan syarat pewaris mempunyai anak laki-laki atau perempuan atau cucu
laki-laki keturunan anak laki-laki, dan pewaris mempunyai dua saudara atau lebih
d. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki seorang atau lebih dengan syarat
pewaris mempunyai satu anak perempuan. Anak perempuan mendapat bagian
setengah dan cucu perempuan dari keturunan laki-laki mendapat seperenam,
sebagai pelengkap dua per tiga
e. Saudara perempuan seayah satu orang atau lebih dengan syarat pewaris
mempunyai seorang saudara kandung perempuan.
f. Saudara laki-laki atau perempuan seibu dengan syarat mewarisi sendirian
g. Nenek asli dengan syarat pewaris tidak lagi mempunyai ibu
ANALISIS
Pembagian waris dilakukan apabila seseorang telah meninggal dunia atau telah
dinyatakan meninggal dunia. Pembagian waris dilakukan dengan menggunakan aturan yang
berlaku dalam hukum Islam yang bersumber pada Al-Qur’an.
Pada dasarnya permasalahan yang dihadapi oleh setiap orang yang akan melakukan
pembagian harta waris berdasarkan aturan Islam adalah kurangnya pengetahuan mengenai cara
pembagian menurut Islam, khususnya bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama
Islam, namun sebagian besar tidak menerapkan aturan menerapkan aturan Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
A. Hasil Analisis pengetahuan
Dari hasil analisis pengetahuan yang akan digunakan dalam pengembangan basis
pengetahuan ini terdapat beberapa goal yang harus terpenuhi dalam sistem pakar. Goal
tersebut merupakan besarnya bagian dari tiap ahli waris yang berhak mendapat harta waris,
yaitu :
1
1.
2
a. Suami
b. Anak perempuan
c. Anak perempuan dari anak laki-laki
d. Saudara perempuan seibu-seayah
e. Saudara perempuan sebapak
1
2.
4
a. Suami
b. Istri
1
3.
8
a. Istri
1
4.
6
a. Bapak
b. Kakek dari pihak bapak
c. Ibu
d. Anak perempuan dari anak laki-laki
e. Saudara perempuan sebapak (1 orang)
f. Saudara laki-laki seibu (1 orang)
g. Saudara perempuan seibu (1 orang)
h. Nenek dari pihak bapak
1
5.
3
a. Ibu
b. Saudara laki-laki seibu (lebih dari 1)
c. Saudara perempuan seibu (lebih dari 1)
2
6.
3
a. Anak perempuan
b. Anak perempuan dari anak laki-laki
c. Saudara perempuan seibu-sebapak
d. Saudara perempuan sebapak
7. Ashabah bi al-nafsi (ABN) yaitu mengambil sisa pembagian karena ia seorang diri saja
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Paman sekandung bapak
h. Paman sebapak bapak
i. Anak laki-laki dari paman sekandung bapak
j. Anak laki-laki dari paman sebapak bapak
8. Ashabah bi al-ghair (ABG) yaitu mengambil sisa pembagian karena ia bersama ahli waris
yang sederajat dan berbeda jenis
a. Anak perempuan jika bersama anak laki-laki
b. Cucu perempuan jika bersam cucu laki-laki
c. Saudara perempuan kandung, jika ada saudara laki-laki kandung
d. Saudara perempuan sebapak, jika ada saudara laki-laki sebapak
9. Ashabah ma al-ghair (AMG) yaitu mengambil sisa pembagian karena dia bersama ahli
waris yang sederajat dan sejenis
a. Dua saudara perempuan atau lebih yang sekandung
b. Dua saudara perempuan atau lebih yang sebapak
c. Dua saudara perempuan atau lebih yang seibu
B. Analisis sistem
Pengguna sistem harus menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh sistem.
Jawaban yang diberikan oleh pengguna sistem akan diolah kemudian sistem akan
menampilkan informasi pembagian harta warisan yang diperlukan oleh pengguna. Terdapat
beberapa proses yaitu
1. Proses tanya jawab penentuan ahli waris yang ada
Pengguna akan ditanya untuk ahli waris yang ada dan jumlah dari setiap ahli waris yang
ada. Sistem akan mengumpulkan jawaban yang diberikan pengguna sistem, hasil jawaban
pada proses pertama akan ditampilkan pada proses kedua.
2. Tampilkan ahli waris yang ada
Ditampilkan ahli waris yang ada dan jumlah dari setiap ahli waris yang ada.
3. Menentukan hasil bagian
Dari data jumlah ahli waris yang ada akan digunakan untuk menentukan jumlah bagian
dari masing-masing ahli waris yang berhak. Dan ditampilkan pada proses keempat
4. Tampilkan hasil pembagian
Ditampilkan bagian setiap ahli waris
C. Perancangan Rule
Rule digunakan untuk memperoleh hasil akhir dari data-data yangtelah dimasukkan
oleh pengguna sistem. Perancangan rule ini menggunakan metode forward chaining yang
memulai inferensi dengan data-data yang telah ada dan menggunakan rule inferensi untuk
memperoleh data lebih lanjut dari pengguna sistem sampai goal tercapai. Berikut ini adalah
rule-rule yang digunakan:
1. Rule 1 untuk mencari goal bagian suami
2. Rule 2 untuk mencari goal bagian istri
3. Rule 3 untuk mencari goal bagian anak laki-laki
4. Rule 4 untuk mencari goal bagian anak perempuan
5. Rule 5 untuk mencari goal bagian bapak
6. Rule 6 untuk mencari goal bagian ibu
7. Rule 7 untuk mencari goal bagian kakek (dari pihak bapak)
8. Rule 8 untuk mencari goal bagian nenek (dari pihak ibu)
9. Rule 9 untuk mencari goal bagian nenek (dari pihak bapak)
10. Rule 10 untuk mencari goal bagian cucu laki-laki (dari anak laki-laki)
11. Rule 11 untuk mencari goal bagian cucu perempuan (dari anak laki-laki)
12. Rule 12 untuk mencari goal bagian saudara laki-laki kandung
13. Rule 13 untuk mencari goal bagian saudara perempuan kandung
14. Rule 14 untuk mencari goal bagian saudara laki-laki sebapak
15. Rule 15 untuk mencari goal bagian saudara perempuan sebapak
16. Rule 16 untuk mencari goal bagian saudara laki-laki seibu
17. Rule 17 untuk mencari goal bagian saudara perempuan seibu
18. Rule 18 untuk mencari goal bagian anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
19. Rule 19 untuk mencari goal bagian anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
20. Rule 20 untuk mencari goal bagian paman sekandung bapak
21. Rule 21 untuk mencari goal bagian paman sebapak bapak
22. Rule 22 untuk mencari goal bagian anak laki-laki dari paman sekandung bapak
23. Rule 23 untuk mencari goal bagian anak laki-laki dari paman sebapak bapak
D. Perancangan Interface (Antar Muka)
Perancangan antarmuka menjelaskan rutinitas program yang akan dijalankan oleh
sistem computer untuk menjelaskan interaksi antara pemakai dengan program yang dibuat.
Adapun rancangan antarmukanya adalah sebagai berikut:
a. Desain Tampilan Awal
MENU BAR
JUDUL SISTEM
Pada tampilan ini merupakan halaman awal sistem pakar pembagian waris
menurut harta waris. Untuk memasuki aplikasi ini harus menekan tombol masuk yang
telah disediakan.
b. Desain Form Tanya Jawab Ahli Waris yang Ada
JUDUL FORM
FORM TANYA JAWAB AHLI WARIS YANG ADA DAN JUMLAH SETIAP
AHLI WARIS
Merupakan form penentuan ahli waris yang ada. Akan dilakukan Tanya jawab
untuk mengetahui ahli waris yang ada dan jumlah setiap ahli waris. Pertama akan ditanya
siapa yang meninggal apakah laki-laki atau perempuan. Selanjutnya akan ditanya apakah
pewaris mempunyai istri atau suami, jika mempunyai istri akan ditanya berapakah jumlah
istri yang dimiliki. Kemudian akan ditanya orang tua yang dimiliki antara lain ayah, ibu,
kakek (dari pihak bapak) dan nenek, apakah ada atau tidak ada. Selanjutnya akan ditanya
jumlah anak yang dimiliki, jumlah cucu yang dimiliki dan jumlah saudara yang dimiliki
baik perempuan maupun laki-laki. Kemudian memilih tombol next jika ingin mengetahui
ahli waris yang ada sesuai hasil jawaban pada form tampilan ahli waris yang ada atau
memilih tombol clear jika ada kesalahan dalam memasukkan jawaban.
c. Desain Tampilan Ahli Waris yang Ada
Pada tampilan ini akan ditampilkan ahli waris yang ada antara lain :
1. Suami atau istri
2. Orang tua yang dimiliki
3. Jumlah anak
4. Jumlah cucu
5. Jumlah saudara
baik perempuan ataupun laki-laki. Dan disediakan tombol next untuk menuju form
berikutnya yaitu perhitungan warisan Dan tombol back jika ternyata pengguna salah
menginputkan data pada form sebelumnya.
JUDUL FORM
JUDUL FORM
Pada form ini ditampilkan perhitungan warisan masing-masing ahli waris yang ada.
Tombol back digunakan untuk kembali ke form sebelumnya jika pengguna mengalami
kesalahan dalam penginputan. Dan tombol next menuju ke form hasil perhitungan.
e. Desain Tampilan Hasil Perhitungan
JUDUL FORM